Oke teman-teman, maaf baru sempat update chapter terbaru, banyak kerjaan di dunia nyata akhir-akhir ini. Oke, langsung aku update 2 chapter sekaligus ya! :D


Setelah pesawat mereka mendarat, mereka menuju ke lounge VIP untuk bertemu Gaara. Karena selisih waktu antara Swiss dan Jepang yang lama, yaitu 7 jam, maka mereka tiba di Swiss saat hari masih sore. Padahal di Jepang, seharusnya sudah larut malam.

"Bagaimana Neji? Wanita itu tidak merepotkanmu kan?" Tanya Gaara basa-basi.

"Tidak, Gaara." Jawab Neji singkat.

"Bagus. Ayo Neji, kuantar kau ke penginapanmu." Kata Gaara puas dan berjalan di depan Neji dan Tenten.

Di terminal kedatangan 3 mobil sudah menunggu Gaara, Neji, dan Tenten. Mobil pertama adalah sedan Mercedes Benz terbaru, mobil kedua adalah mobil Chevrolet model SUV keluaran 7 tahun yang lalu, dan mobil terakhir adalah BMW SUV model terbaru. Mereka bertiga menaiki mobil Lexus, sementara Chevrolet digunakan untuk membawa barang-barang mereka dan BMW digunakan oleh ajudannya Gaara.

Begitu mereka keluar dari Bandar Udara Internasional Zurich, mereka langsung masuk jalan tol menuju arah danau Greifensee, bukan menuju pusat kota Zurich yang merupakan tempat konferensi bisnis mereka. Neji yang keheranan akhirnya bertanya pada Gaara.

"Gaara, bukankah konferensi itu bertempat di Prime Tower, di pusat kota Zurich? Kenapa kita menuju keluar kota? Apa tidak sebaiknya kita menginap di hotel di tengah kota?"

"Neji, selama kau disini, yang membayar semua penginapan dan akomodasimu adalah aku. Jadi lebih baik kau diam dan jangan banyak protes!" Jawab Gaara dengan nada halus tetapi sangat mengancam.

Neji yang mendengar jawaban Gaara yang terdengar berbahaya itu, hanya bisa terdiam dan menghela nafas. Untuk mengalihkan kebingungannya, dia memilih menatap keluar jendela mobil yang berlukiskan pemandangan indah, sambil sesekali mencuri pandang ke arah Tenten yang tertidur bersandar ke pintu mobil.

Setelah setengah jam perjalanan, mereka tiba di penginapan berbentuk cottage (rumah kecil dari kayu) yang menghadap ke arah danau Greifensee. Cottage mereka sedikit tertutup oleh hutan, namun masih terlihat oleh desa di seberang danau. Di sekitar cottage mereka, terdapat beberapa cottage dan villa lainnya, meskipun jaraknya agak jauh dari cottage mereka sekitar 500-750 meter.

Gaara menyuruh Neji untuk membangunkan Tenten. Setelah Tenten bangun, mereka melihat-lihat isi cottage tersebut. Walapun kecil, namun cottage yang terbuat dari kayu itu sangatlah nyaman. Terdapat dapur dan ruang keluarga begitu pintu cottage dibuka. Cottage itu juga memiliki toilet dan kamar mandi lengkap dengan jacuzzi. Kamar tidurnya juga cukup besar dengan ranjang ukuran king size, walapun hanya ada satu kamar tidur disana. Di halaman depan cottage juga ada taman kecil yang dilengkapi dengan meja kursi untuk minum teh.

Setelah selesai mengelilingi rumah, Gaara menyerahkan kunci cottage itu ke Neji dan berkata,"Selama di Swiss, kau bisa tinggal di cottage ini bersama dengan wanita itu sepuasmu, Neji. Selamat beristirahat."

Neji dan Tenten terkejut dengan ucapan Gaara dan yakin jika mereka berdua salah dengar. Gaara menyuruh mereka berdua tinggal disini? Selama sebulan?

"Gaara, aku yang salah dengar atau memang kau yang sedang bercanda? Kau tidak mungkin menyuruhku tinggal disini berdua bersama istrimu selama satu bulan." Tanya Neji memastikan.

"Aku tidak bercanda dan kau tidak salah dengar Neji. Kau dan wanita itu akan tinggal disini selama kita di Swiss."

Neji terpaku dan terperanjat mendengar kata-kata Gaara. Sementara Tenten yang sudah kehilangan kesabarannya, berteriak histeris dan memukul-mukul bahu Gaara sambil menangis.

"Kau gila, Gaara! Apa maksudmu menyuruhku menginap di cottage ini dengan pria itu? Aku istrimu! Apa kata orang jika mereka melihatku tinggal di sini dengan pria lain? Apa kau tidak memikirkan kehormatanku sebagai istrimu dan…?"

PLAK!

Gaara menampar Tenten sebelum Tenten sempat menyelesaikan kata-katanya, tamparannya keras sekali sampai ujung bibir Tenten bengkak dan mengeluarkan darah. Lalu Gaara menarik dan membanting tubuh Tenten ke sofa dan berusaha memukuli wajahnya, meskipun Tenten berhasil menghalaunya.

"Apa peduliku, wanita jalang? Aku tidak pernah menganggapmu sebagai istriku meskipun kita menikah! Dan asal kau tahu…"

Mendadak Neji menarik kerah belakang Gaara dan memiting tubuh Gaara ke lantai, lalu meninju hidungnya dan mengancamnya.

"Jangan… sekali-kali…kau… menyakitinya.. didepanku… Gaara!" teriak Neji murka, yang membuat semua ajudan Gaara berhamburan ke dalam cottage dan menarik tubuh Neji dari Gaara. Butuh tiga orang ajudan Gaara untuk menarik dan menahan tubuh Neji karena Neji bertubuh tinggi dan besar untuk ukuran tubuh orang Jepang, walaupun sebenarnya Neji cukup ramping untuk orang seusianya. Sementara Tenten hanya bisa melongo karena Neji melindunginya, lagi.

Gaara bangkit berdiri sambil mengusap hidungnya yang berdarah akibat dipukul Neji barusan. Kemudian dia berjalan sambil menyeringai mengerikan ke arah Neji.

"Kenapa kau begitu peduli pada wanita itu, Neji? Kau bahkan tidak pernah sepeduli ini pada Matsuri." Tanya Gaara menatap Neji dingin.

"Lepaskan aku! Ah, itu karena kau sudah melakukan kekerasan fisik padanya Gaara, jadi wajar jika aku peduli padanya!" Jawab Neji kasar.

Gaara tertawa mengerikan lalu berdecak kagum dan mendesak Neji.

"Tapi dia istriku, Neji, bukan istrimu. Kau tidak punya hak apapun untuk ikut campur dalam urusan rumah tanggaku, kau mengerti?" Bisik Gaara di telinga Neji dengan sangat berbahaya.

Neji mendengus dan menyeringai mendengar kata-kata Gaara, dan membalasnya dengan nada yang sama berbahayanya,"Aku memang tidak punya hak untuk ikut campur dalam urusan rumah tanggamu, tapi aku punya hak untuk memilih siapa saja yang akan kulindungi!"

Tenten dan para ajudan Gaara terkejut mendengar kata-kata Neji barusan. Gaara hanya menatap Neji dengan dingin dan berkata,"Kau benar-benar mencintainya, Neji."

Neji tidak menjawab dan hanya menatap Gaara dengan tatapan yang menusuk.

"Jika kau benar-benar mencintainya, seharusnya kau tidak menolak tawaranku untuk tinggal disini bersamanya. Dan kuanggap kau setuju untuk itu." Sambung Gaara.

Neji menolak mentah-mentah perintah Gaara,"Tidak, Gaara, aku tidak akan mau tinggal dengannya walaupun aku mencintainya, dia bukan istriku. Aku tidak mau merusak harga dirinya dan nama baik klan Hyuuga!"

"Neji, kau tahu apa yang akan terjadi pada Hyuuga Group jika kau menolak permintaanku!" Ancam Gaara.

"Aku tidak peduli, Gaara!" Ujar Neji marah. Entah sejak kapan, Neji memiliki keberanian untuk menolak perintah Gaara, padahal sebelumnya dia cenderung menuruti apa maunya Gaara.

Gaara terkejut melihat reaksi Neji karena dia nyaris tidak pernah mendapatkan penolakan dari siapapun selain dari Tenten. Hal ini membuat Gaara semakin tersenyum licik dan sinis lebih dari sebelumnya.

"Kau benar-benar memaksaku, Neji. Baiklah, Kiba, Hidan! Tiduri wanita jahanam itu!" perintah Gaara pada kedua ajudannya yang tidak menahan Neji.

Semua orang disitu tersentak dan terkejut. Meskipun demikian, ajudan Gaara yang bernama Hidan justru terlihat bernafsu sambil melonggarkan kerah serta ikat pinggangnya dan memastikan pada Gaara,"Tuan, benarkah kami boleh meniduri istrimu itu?"

"Tiduri saja dia sepuasmu, Hidan. Bahkan sampai dia pingsan jika kau mau. Kau tahu sendiri aku tidak pernah menganggapnya sebagai istriku." Kata Gaara dingin dan tidak peduli.

"Dengan senang hati, Tuan." Jawab Kiba dan Hidan bersamaan. Kemudian mereka dengan beringas mulai menyerang Tenten dan melucuti pakaian Tenten satu per satu. Tenten yang berusaha melawan keduanya, tidak mampu menangkis serangan dua orang laki-laki yang bertubuh jauh lebih besar darinya.

"Tolong, jangan! Lepaskan! Aaaaarrrggghh!" teriak Tenten ketika Hidan menarik kedua cepolan rambutnya hingga terlepas dan merobek cardigan rajut dan kaos oblongnya, sehingga semua orang bisa melihat lekuk tubuh Tenten yang kurus namun berisi serta payudaranya yang tergolong besar untuk wanita lajang meskipun tertutup oleh bra putihnya. Sementara Kiba menahan kaki Tenten dan melepas paksa celana jeans Tenten hingga kaki jenjang Tenten yang mulus itu terlihat.

Neji yang melihat pemandangan mengerikan itu, terlihat sangat terguncang dan semakin berusaha keras memberontak untuk melepaskan diri dari ajudan Gaara, sebelum Gaara memukul muka Neji berkali-kali dan meninju perutnya hingga wajah Neji lebam serta hidung dan mulutnya mengeluarkan darah.

"Kusou…" kata Neji sambil menahan sakit di perut dan wajahnya, sementara Hidan semakin beringas menghisap payudara Tenten setelah memutus bra-nya dan Kiba memasukkan jarinya ke area kewanitaan Tenten setelah melepas celana dalam Tenten. Tenten meraung dan memberontak keras, tetapi percuma. Tenaganya sebagai seorang wanita kalah jauh dengan kekuatan dua pria itu.

Raungan dan tangisan Tenten benar-benar menusuk dan menyayat hati Neji. Tanpa dia sadari, airmatanya menetes dan dia memohon ke Gaara.

"Baiklah Gaara, aku akan tinggal disini bersama istrimu selama di Swiss. Tapi tolong hentikan kedua anak buahmu itu, Gaara. Kumohon." Pinta Neji mengiba ke Gaara.

Gaara yang mendengar permohonan Neji, shock ketika melihat Neji memohon sambil menangis.

"Neji, kau… Apa istimewanya wanita ini dibandingkan adikku Matsuri? Dia tidak secantik dan sekaya adìkku, dia tidak anggun dan elegan seperti adikku. Kau lihat sendiri sikapnya yang seperti preman pasar itu! Kenapa kau menangis hanya karena dia disentuh oleh pria lain? Kau bahkan tidak menangis ketika Matsuri meninggal!" teriak Gaara.

Neji hanya menunduk dan menjawab,"Aku tahu, dia memang tidak cantik, anggun, dan elegan seperti Matsuri dan Hinata-sama. Tapi cinta tidak mengenal kriteria dan tidak bisa dipaksakan. Kau sendiri paham kan?"

Gaara terlihat muak dengan jawaban Neji dan kembali memukul Neji, bahkan menendang perut Neji dengan lututnya. Setelah memastikan Neji tidak memiliki tenaga lagi untuk melawan, Gaara menyuruh Chouji, Zabuza, dan Yahiko, para ajudannya yang menahan tubuh Neji, untuk melempar tubuh Neji ke lantai dan menghentikan Hidan dan Kiba yang sepertinya sudah bersiap merampas harga diri Tenten.

"Hei, gendut! Apa yang kau lakukan? Tanggung nih!" Sergah Kiba saat Chouji berusaha menariknya dari tubuh Tenten. Kiba terlihat sudah melepas celana jeans dan boxernya.

Hidan yang juga sudah melepas pakaiannya sendiri, meronta ketika Yahiko dan Zabuza menarik tubuhnya dan bertanya pada Gaara,"Tuan, bagaimana kau ini? Tadi kau menyuruh kami untuk memperkosa wanita ini, sekarang kau malah menyuruh kami berhenti melakukan perintahmu!"

"Benar Tuan, sudah kepalang tanggung. 5 atau 10 menit lagi juga selesai. Kami bisa melakukannya dengan cepat jika kau mau, tuan!" protes Kiba.

"Diamlah dan pakai baju kalian! Aku melakukan itu untuk mengancam mereka! Akan ada saatnya kalian semua akan mencicipi tubuhnya, tapi nanti! Tidak sekarang! Kiba, Hidan, jika kalian memang sudah tidak tahan, akan kuajak kalian ke rumah bordil terbaik di Zurich dan silahkan pilih wanita manapun yang kalian mau. Disana, para wanitanya jelas jauh lebih cantik dan seksi daripada wanita jalang ini!" Kata Gaara dengan nada final. Mendengar perintah dari Gaara, akhirnya Kiba dan Hidan menurut serta memakai kembali baju mereka.

"Tapi bahkan kau tidak bisa menyangkalnya tuan. Walaupun tidak cantik, tetapi tubuh istrimu benar-benar seksi. Persis seperti tubuh para wanita di film dewasa dan anime dewasa." Kata Zabuza sambil berusaha meremas payudara Tenten yang sudah meringkuk seperti bayi, berusaha menutupi tubuhnya yang sudah hampir telanjang bulat.

"Benar tuan, lihatlah ukuran dada dan pantatnya. Benar-benar besar, kenyal, dan padat." Kata Yahiko kagum sambil meremas pantat Tenten.

"Tidak, hentikan! Tolong jangan sentuh aku…" kata Tenten sambil menangis dan meronta, berusaha menyingkirkan tangan Yahiko dan Zabuza, namun gagal.

Setelah Kiba dan Hidan selesai memakai dan merapikan pakaian mereka, Gaara melempar sesuatu ke Neji.

"Itu kunci mobil Chevrolet untuk kalian. Berterimakasih lah, paling tidak aku masih mau membayar uang sewa rumah serta mobil itu dan tidak menelantarkan kalian." Kata Gaara dengan dingin.

"Thanks, Gaara." Kata Neji pelan.

"Dan kalian berdua, jangan nekat memisahkan diri atau kabur, atau kalian akan menanggung akibat yang jauh lebih mengerikan daripada kejadian barusan." Ancam Gaara.

Setelah itu Gaara mengajak seluruh ajudannya keluar meninggalkan mereka di cottage itu. Sebelum mereka pergi, Chouji dan Zabuza melempar tas dan koper milik Neji dan Tenten ke dalam rumah dan membanting pintunya. Setelah itu terdengar suara mobil dinyalakan dan mereka pergi dari tempat itu.

Neji's POV

Sial! Perutku dan wajahku benar-benar sakit akibat pukulan Gaara!

Aku berusaha untuk bangkit berdiri dan menenangkan Tenten. Tetapi begitu aku akan berdiri, pemandangan di depan mataku benar-benar membiusku.

Tubuh Tenten sangat indah dan berisi! Walaupun dia berada dalam posisi rebahan dan meringkuk seperti bayi di sofa, dia tidak dapat menutupi kemolekan dan keseksian tubuhnya, terutama payudaranya itu. Benar kata ajudan Gaara, tubuh Tenten benar-benar sintal dan montok seperti wanita dalam film dewasa dan anime dewasa. Pemandangan ini jelas membangkitkan imajinasi liarku sebagai seorang pria dewasa. Dan jujur saja, tubuhnya terlalu sayang untuk dilewatkan…

Kami-sama! Neji, apa yang kau pikirkan? Dia terlarang bagimu! Pikirkan bagaimana perasaan Tenten jika dia tahu kau sedang berpikiran kotor dan mengobjektifikasi tubuhnya dalam imajinasi liarmu!

Tahan hasratmu padanya Neji, apa yang barusan terjadi padanya pasti benar-benar menyakitinya. Jangan menambahkan luka lagi padanya, Neji, jangan merusaknya…

Akhirnya aku melepas jaket kulitku untuk menutupi tubuhnya yang nyaris telanjang itu. Namun ketika aku akan memakaikannya, diluar dugaan dia meronta dan menangis.

"Tolong hentikan, jangan sentuh aku! Kumohon!" Teriak Tenten sambil menangis. Aku berusaha menenangkannya dengan berjongkok sampai wajahku sejajar dengar wajahnya.

"Ten, tenanglah. Ini aku, Neji! Mereka sudah pergi Ten, tidak akan ada lagi yang menyakitimu disini." Ucapku sambil memegang wajah wanita ini lembut, berusaha melihat matanya.

Beberapa saat kemudian, dia mulai tenang dan tersadar dari shocknya. "Neji?" bisiknya.

Aku mengangguk dan berusaha tersenyum untuk menenangkannya.

"Mereka sudah pergi Ten. Sekarang kau aman bersamaku, tidak akan ada lagi yang menyakitimu disini."

Dia menatapku selama beberapa saat, dan setelah itu reaksinya cukup mengejutkanku. Dia memelukku dan menjatuhkan dirinya dari sofa hingga aku terjengkang ke belakang di lantai. Kemudian dia memelukku erat sambil menangis.

Sial! Aku belum sempat memakaikan jaketku padanya dan jaketku hanya menutupi bagian punggungnya saja, semetara bagian depan tubuhnya belum tertutup apapun dan dia memelukku erat!

Kami-sama, cobaan apa ini? Semoga kejantananku tidak terpancing dan menegang karena tergoda oleh kemolekan tubuhnya…

"Aku takut, Neji... Aku takut… kukira aku akan…hiks" kata Tenten sambil menangis. Entah kenapa, mendengarnya menangis dan ketakutan di pelukanku seperti ini, membuat hasratku sebagai laki-laki perlahan menghilang…

Kami-sama, apakah ini berarti aku mencintainya? Seperti yang Gaara ucapkan kepadaku tadi…

Aku hanya bisa membelai kepala dan punggungnya untuk menenangkannya. Setengah atau satu jam kemudian, dia mulai berhenti menangis, mendongak ke arahku, membersihkan darah dari hidung dan mulutku dengan bekas robekan pakaiannya, dan memegang kedua pipiku lembut dan bertanya,"Kenapa kau melindungiku sampai seperti ini Neji? Kenapa? Kita baru saja saling mengenal. Kau tidak perlu sampai seperti ini." Bisik Tenten lirih.

Aku hanya tersenyum simpul sambil menghapus darah yang keluar dari ujung bibirnya akibat pukulan Gaara dan menempelkan keningku ke keningnya.

"Ten, jujur aku juga tidak tahu kenapa aku melindungimu sampai seperti ini. Aku belum pernah merasa se-protektif ini pada siapapun. Bahkan ke Hinata-sama dan Hanabi-sama yang kuanggap adik pun, aku tidak seprotektif ini terhadap mereka. Yang aku rasakan hanyalah, aku harus melindungimu dan menjagamu, apapun yang terjadi." Jawabku tanpa berpikir. Ya, baru kali ini aku menjawab pertanyaan tanpa berpikir dan akupun heran kenapa aku bisa lancar menjawabnya. Padahal biasanya, aku tidak terlalu ahli dalam hal romansa. Dan kurasa, wanita ini juga begitu.

Tenten tersenyum sangat manis padaku dan membisikkan kata "arigatou" padaku. Melihat senyumannya yang sangat menawan itu, aku tidak sanggup menahan perasaanku lagi. Aku memeluk kepala dan punggungnya, kemudian aku mencium bibirnya yang seksi itu…

Dia membalas ciumanku dengan lembut. Selama beberapa saat, kami saling menikmati ciuman kami. Dan kemudian, ciuman kami perlahan memanas dan berubah menjadi lumatan…

Tiba-tiba dia melepas lumatannya dari bibirku dan menyentuh wajahku.

"Maaf Neji, tolong jangan lanjutkan. Aku… aku tidak siap, Neji. Apalagi kita bukan suami istri dan kejadian barusan…" Tenten tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

"Maafkan aku Ten, aku tidak bisa mengontrol diriku." Jawabku lirih, menyesali ketidakmampuanku dalam mengatur hasratku sendiri padanya…

-O-

To be continued


Maaf ya gaes kalau ini ada adegan kekerasannya. Untuk next chapter ada adegan yang menyerempet adegan dewasa, tapi dikiiiit banget.

Ditunggu reviewnya ya, terima kasih! :D