"Narukooo, kapan kamu bawa calon suami?" Ibunya yang cantik jelita dengan surai merah berbicara sembari melotot.

Naruko berhenti makan keripik kentang, ia meneguk ludah melihat penampilan ibunya yang seram. Naruto -kakak kembar Naruko- mendengus melihat ibunya selalu mengeluh ingin punya cucu sehingga mendesak anak-anaknya untuk menikah.

"Pacar aja gak punya, gimana mau bawain calon suami." cibir Naruto yang mendengar ucapan ibunya. Kemudian ia berteriak sakit karena kaleng minuman mengenai kepalanya. Tersangka yang melemparnya malah mendelik kesal ke arah kakak kembarnya.

"Ibu sudah senang Naruto sudah menikah dengan Sasuke. Giliran kamu yang membawa calon suami!"

"Aku lagi sibuk, bunda. Kapan-kapan aja ya," Naruko tertawa hambar.

"Ibu pengen gendong cucu, Naruko!"

"Kak Naruto kan lagi mengandung cucu bunda. Kenapa gak fokus sama cucu pertama saja daripada sibuk mikirin jodoh anak bungsumu ini." Kushina -ibu dari kembar- menghela nafas lelah mendengarnya.

"Ibu pengen rumah ini ramai sama suara anak kecil."

"Kalau begitu, Bunda sama Ayah bikin adek baru aja." Naruko memberikan idenya dengan suara riang yang menghasilkan pukulan sakit di kepalanya. Naruto menahan tawa mendengarnya, ia juga melihat ibunya memerah malu atas perkataan adiknya.

"Sembarangan saja kalau ngomong. Kamu gak mau bawain bunda calon suami karena belum Move on ya?"

"Betul Bunda. Dia belum Move on dari Kakashi. Ditinggal ke luar negeri yang katanya buat mengembangkan bisnis dan kuliah di sana. " Naruto menjawab perkataan bundanya dengan nada menggoda. Naruko ingin sekali meninju perut kakaknya tetapi ia tahan karena Naruto hamil.

"Bisa gak sih tidak membicarakan orang di depan orangnya langsung." Naruko mengucapkannya dengan wajah datar. Naruto memberikan senyuman lebar membalas sindiran halus adiknya.

"Tidak bisa Ruko-chan. Aku sudah muak melihatmu menunggu Kakashi yang tidak ada kabarnya. Kamu saja tidak tahu nomor telepon, social media, atau emailnya untuk menanyakan kepastian hubunganmu."

"Aku punya nomor teleponnya kok." Naruko mendengus kesal mendengarnya. Sakit sih tapi memang kenyataannya begitu. Ia tidak tahu perasaan Kakashi sekarang dan selalu bertanya-tanya apakah perasaannya tetap sama seperti yang dimiliki oleh Naruko.

"Tapi tidak aktif kan." Naruto menaikkan alisnya, sedangkan Naruko menghela nafas lelah.

"Perbedaan usia 10 tahun memang menyulitkan untuk hubungan. " Kushina mendesah mendengarnya. Ia tidak tahan melihat anak bungsunya selalu menghindari laki-laki yang ingin dekat dengannya.

Anaknya, Naruko merupakan omega dominant perempuan yang cantik dengan tubuh semok. Memiliki prestasi yang membanggakan dan memiliki karir sebagai model membuatnya diinginkan oleh banyak orang. Tetapi hatinya masih dimiliki oleh Kakashi hingga 3 tahun dan hubungan mereka tidak ada kejelasan lebih lanjut.

"Mau aku kenalkan sama Alpha dominant yang lebih ganteng dari Kakashi?" Tanya Kushina

"Hah siapa?"

"Sepupu Sasuke, Shisui."

"Bukan seleraku."

"Shikamaru?"

"Bunda mau melihat anakmu dicekik sama Temari?"

"Sai?"

"Sudah punya Ino!!!"

"Neji?"

"Bunda keknya mau melihat anaknya dicekik sama sahabat putrimu. Jelas-jelas dia sudah punya Gaara."

"Itachi?"

"BUNDAA, AKU AKAN DIBUNUH SAMA KAK KURAMA."

"Bunda bercanda kok. Cuman asal nanya aja terus kepengen lihat reaksimu ahahaha."

"Jangan yang aneh-aneh bundaaaaaaa." Naruko merengek mendengar Kushina tertawa.

"Bunda bingung sama siapa lagi. Nanti Bunda cari lagi calonmu ya."

"Menurutku, kenapa kau tidak berhubungan dengan Shisui saja? Dia single, ganteng, mapan, punya perusahaan sendiri, dan baik. Kurang apa lagi coba?" Naruto mengusulkan Naruko

"Kurang akhlak! Jangan berpikir aku lupa kalau dia sering menjahiliku waktu SD sampai SMA!!" Jerit Naruko. Menolak usulan Kakaknya sedangkan Naruto mendengus jengkel.

"Bukankah justru menyenangkan? jadikan itu cerita saat berhubungan. Jangan membawa dendam lama yang kekanak-kanakan."

"Siapa tahu Shisui sudah berubah. Kalian tidak berhubungan lagi saat kuliah hingga sekarang." Kushina mendukung opini si kembar tertua. Naruko mendesah melihat kakaknya dan Bundanya mendukung satu sama lain.

Kalau mereka saling mendukung, mana ada kesempatan buat menolak?

"Baik, oke, fine, wakarimashita. Seterah kalian saja, aku mengikuti kencan buta yang direncanakan oleh kalian!"

Kushina dan Naruto tertawa licik mendengar perkataan Naruko. Naruko mengabaikannya kemudian masuk ke kamar.

Naruko melirik Handphone nya dan mencari kontak Kakashi yang ia simpan. Setiap hari ia mengirim kabar ke nomor itu, tetapi belum ada balasan. Rasanya sakit hati memikirkan hubungannya yang ditinggal pergi Kakashi. Ia masih ingat bagaimana Kakashi memutuskan untuk pergi ke Australia dengan pamit dan mengirim pesan di nomor ini. Kemudian ia mencoba berhubungan sejak itu tetapi tidak ada tanggapan apapun. Sedih rasanya ditinggal tanpa ada kejelasan hubungan mereka.

Dipikir-pikir hubungan yang dijalani masih adem ayem tetapi mengapa Kakashi begitu kejam meninggalkanya tanpa kabar darinya.

Ia sudah muak, tidak ada kejelasan apapun. Walaupun begitu, hatinya masih terpaku dengan Kakashi dan memiliki harapan Kakashi kembali untuk mengatakan permintaan maaf telah meninggalkannya tanpa ada kabar dari Kakashi.

Mungkin Kakashi sudah lupa dengan dirinya? Apa dia susah memiliki omega yang cantik juga disana?

Rasanya menangis memikirkannya.

Ia mendesah pasrah, memutuskan Move on dengan mengikuti kencan buta yang dibawakan oleh ibunya. Siapa tahu dari kencan buta tersebut ada yang menyantol di hatinya.

Naruko mengirim pesan terakhir di nomor tersebut.

Hai, Sayang. Ups... Maaf, apakah aku boleh memanggilmu seperti itu? Rasanya tidak pantas memanggilmu seperti itu lagi.

Aku bertanya-tanya bagaimana hubungan kita yang tidak ada kejelasan apapun. Aku berusaha mencari kontak social mediamu tetapi tidak ada. Kau hanya memberikanku nomor ini jadi aku mengirimu kabarku kepadamu setiap hari selama tiga tahun. Tetapi aku mulai capek melakukannya...

Jika kamu tidak kembali ke Jepang dalam beberapa bulan... Aku akan melupakan perasaanku yang bertahan untukmu selama lima tahun. Aku akan move on darimu dengan mengikuti kencan buta yang dipilihkan oleh Bunda...

I love you... Terima kasih telah menemaniku dan menjadi cinta pertamaku... Aku sudah lelah dengan hubungan yang tidak jelas... Kau hanya berkata "Tunggu aku sukses Koi." Tapi sampai kapan aku terus menunggu dan digantung tanpa ada kabar darimu?

Aku hanya ingin kabarmu saja dan menjelaskan mengapa kamu tidak mengirimiku pesan... Apakah itu susah buatmu? Apakah mengirimi kabar juga mempengaruhi pikiranmu untuk menjadi sukses? Apakah kamu berpikir jika berhubungan denganku membuatmu sulit untuk mengembangkan perusahaan disana karena aku terus menganggumu?

Maafkan aku Kakashi... tapi aku sudah lelah menunggu.. Aku juga ada batas kesabaran untuk menunggumu..

Sampai jumpa cinta pertamaku...

Naruko menangis, hatinya sesak setelah mengirim pesan tersebut. Ia sudah lelah dan tidak peduli apakah pesan tersebut dibalas atau tidak. Badannya meringkuk dan membenamkan mukanya di bantal.


Sementara di tempat lain...

Lelaki tampan bersurai putih memiliki wajah serius sedang mengerjakan dokumen di Laptop, lalu Handphone nya berdering menandakan pesan masuk. Ia berhenti mengerjakan dokumen tersebut dan melihat pesan yang masuk. Apakah itu dari pujaan hatinya? Tidak sabar untuk membuka pesan tetapi matanya melebar melihat pesan tersebut.

"Oh tidak........ Apa yang telah aku buat?!"