Jika di malam atau subuhnya Nagiko tidak terlelap, biasanya dia adalah orang pertama yang tiba di kantor, bahkan sebelum petugas kebersihan datang untuk menyapu ruangan. Gadis itu punya waktu banyak untuk bersiap-siap kalau tidak tidur, jadi dia selalu memutuskan datang ke kantor saat fajar baru mulai menyingsing. Memang tidak bakal ada kerjaan apa-apa sih, apalagi kalau memang sedang tidak ada kasus yang sedang ditangani, makanya Nagiko selalu membawa buku bacaan untuk dibacanya sambil menunggu rekan-rekan kerjanya berdatangan.

Kunikida-san adalah orang terpagi yang tiba setelah Nagiko—lain ceritanya jika gadis itu terlelap dengan Dazai-san. Kebiasaan Kunikida-san saat tiba di depan pintu kantor adalah mengecek jam tangannya—Nagiko bisa melihat itu dari bayangan kaca pintu kantor, pokoknya kalau ada orang bertubuh tinggi dan ramping sedang mengecek pergelangan tangannya pagi-pagi begini, maka kemungkinan besar itu adalah seniornya yang berkacamata.

"Ah? Nagiko? Semalam tidak tidur?" tanya Kunikida-san saat masuk ruangan dan berjalan menuju mejanya.

Nagiko tersenyum. "Aku sudah cukup tidur dua malam lalu, dan kemarin juga sudah tidak terlalu lelah."

Pemuda yang lebih tua setahun darinya mengangguk, lalu menyalakan komputer. "Oh iya, untuk tes masuk Atsushi, apa ada ide?"

"Atsushi? Ah, soal yang kemarin ada di grup?" tanya Nagiko memastikan.

Kunikida-san mengangguk lagi. Jadi Agensi Detektif Bersenjata punya grup media sosial, dimana anggotanya adalah seluruh staf ADB. Setelah semalam menurunkan Atsushi-kun di bilik apartemen, lalu Nagiko dan Kak Akiko segera belanja baju, ponsel, dan perlengkapan lainnya untuk anak itu, mereka langsung diskusi darurat di grup. Penyebabnya adalah, karena Dazai-san mengusulkan agar Atsushi-kun dijadikan staf di ADB.

Sebelum diskusi mengenai tes masuk untuk Atsushi-kun terjadi, nyatanya Dazai-san telah lebih dulu menghubungi Paman Yukichi secara pribadi untuk memberitahunya tentang anak yang ia temukan. Nagiko tidak tahu bagaimana ceritanya sampai Sang Paman setuju untuk menguji coba anak umur delapan belas tahun yang mereka baru temui kemarin untuk direkrut—karena Nagiko tahu saat ini agensi mereka bukan sedang kekurangan staf.

"Kenapa tidak ikut agen, seperti Kunikida-san misalnya, pergi mengurus kasus untuk tes masuknya?" tanya Nagiko.

Seniornya itu menghela. "Aku juga kepikiran soal itu, tapi sepertinya Dazai sangat ingin ada rapat secara tatap muka sore ini."

Nagiko manggut-manggut, ingat bahwa Tukang Cari Mati itu menuliskan tentang rapat tatap muka di grup. "Ah, tapi aku sudah janji akan ikut Paman keluar dengan Pak Menteri, jadi mungkin aku tidak bisa ikut rapat dengan kalian."

Kunikida-san manyun. "Enak sekali, bisa kabur dari berlama-lama di ruangan yang sama dengan Dazai." Lalu pemuda itu menghela. "Mengingat bahwa rapat ini adalah ide Dazai, sepertinya apa pun hasilnya maka itu adalah sesuatu yang sudah direncanakan."

"Sabar, ya, Kunikida-san," kekeh Nagiko.

.


.

Disclaimer: Bungou Stray Dogs adalah ciptaan Asagiri Kafka dan Harukawa Sango, The Pillow Book adalah karya Sei Shonagon, 'Kiyohara Nagiko' dipercaya sebagai salah satu kemungkinan nama asli dari Sei Shonagon, Author tidak mengambil keuntungan.

Warning: Agak slow burn, Dazai x OC, alur canon (manga, anime, novel), sebisa mungkin tidak mary-sue.

.

.

Osamu Dazai and His Sun
by Fei Mei

.

Chapter 3

.


.

Paman Yukichi memang sesekali mengajak Nagiko ikut juga mendapat undangan makan ke tempat yang berkelas. Tidak selalu, tapi Bos ADB itu tampak tidak ingin keponakan satu-satunya ini ketinggalan mencicipi hidangan mewah. Bukan pelit atau Paman Yukichi tidak mampu membayar jika mereka pergi sendiri, tapi memang selama ini Nagiko-lah yang sering bilang bahwa ia tidak apa-apa kalau makan di restoran biasa jika Sang Paman mengajaknya makan di restoran bagus—dan ujungnya Paman Yukichi menyerah dan mengganti destinasi rumah makan. Tapi jika ada undangan dari orang penting dan pamannya mengajak ikut, Nagiko tidak enak kalau tidak menyanggupi.

Biasanya kalau Paman Yukichi berani mengajak keponakannya ikut makan, itu berarti yang mengundangnya juga akan membawa keluarga, seperti sekarang. Beberapa tahun lalu, Paman Yukichi juga akan mengundang Ranpo-san dan Kak Akiko, tapi kemudian sekarang jadi hanya Nagiko saja karena kadang Ranpo-san tidak bisa baca situasi dan candaan Kak Akiko kadang terlalu ekstrim.

Acara makannya tidak terlalu lama, kok, yang membuat mereka berada di ruang privat selama berjam-jam adalah karena Pak Mentri terus mengajak Paman Yukichi mengobrol sambil minum sake, dan istri Pak Mentri berkaraoke. Bos ADB itu tidak minum banyak, ia hanya meneguk sesekali dan bahkan baru sekali saja menambah sake di gelasnya—kebalikan dengan Pak Mentri yang sudah tambah berkali-kali tapi hebatnya masih bisa duduk dengan tegak. Nagiko hanya duduk di sudut meja bersama dengan kedua anak Pak Mentri yang memutar bola mata mereka tiap Sang Ayah memulai cerita baru. Gadis itu tidak pandai membuka pembicaraan, sih, makanya ia hanya duduk diam menoton kedua pria paruh baya itu bercengkerama saja sambil menyesap jus jeruk, sedangkan kedua anak Pak Mentri memainkan gawai mereka.

Masih tak ada tanda bahwa pembicaraan Pak Mentri akan selesai, Nagiko memutuskan untuk mengecek ponselnya lagi. Daritadi ia berharap akan ada pembicaraan di grup kantor mengenai rapat sore ini, tapi tidak ada. Melihat sekarang sudah hampir jam tujuh malam—astaga, padahal tadinya Pak Mentri hanya mengajak untuk makan siang, tapi kalau sudah jam segini mungkin Paman Yukichi akan balas mengajak makan malam juga—Nagiko berharap Dazai-san selaku pemimpin rapat hari ini sudah ketuk palu.

Doanya terkabul, ia menemukan satu pesan panjang dari Dazai-san di grup. Isi pesan itu adalah rangkaian drama mengenai Junichiro yang akan mengebom kantor agensi sambil menjadikan Naomi sandera. Wah, berarti mereka akan memainkan drama sebagai tes masuk Atsushi-kun. Nagiko terkikik kecil saat ia membaca bagian Kunikida-san dan Dazai-san harus suit—yang kalah akan maju duluan ke penyandera, lalu yang menang setelahnya akan menyuruh Atsushi-kun mengalihkan perhatian, dan akhirnya kedua senior ini akan menangkap Junichiro dan melepaskan Naomi. Sisanya, lulus atau tidaknya Atsushi-kun akan bergantung dari bagaimana dia bertindak di drama ini. Dan tentu saja, karena belum menjadi bagian dari agensi, anak itu belum dimasukkan ke dalam grup. Tapi kemudian Nagiko tersenyum, ia teringat bahwa, mungkin masih dalam kondisi setengah sadar, tapi staf Agensi Detektif Bersenjata yang muncul di hadapan Atsushi-kun semalam adalah Dazai-san, Kunikida-san, Kak Akiko, Ranpo-san, Kenji-kun, dan Nagiko—ah, tapi mungkin Atsushi-kun belum sempat melihat wajah Nagiko karena semalaman anak laki-laki terus pingsan. Anak yang ditemukan Dazai-san itu belum pernah bertemu dengan Junichiro dan Naomi, jadi peran Tanizaki bersaudara ini sangat tepat.

Lalu muncullah balasan dari Kunikida-san.

.

'Dari Kunikida-san
Astaga, manusia satu ini, giliran yang kayak begini deh, baru dia sedetil itu!
'

'Dari Nagiko
Tapi, kupikir ini akan menarik. Aku jadi penasaran siapa yang akan menang suit.'

'Dari Dazai-san
Iya, kan? Iya, kan?!'

'Dari Kunikida-san
… kamu keseringan bareng Dazai, Nagiko.'

'Dari Nagiko
Bercanda, Kunikida-
san.'

'Dari Naomi
Naomi akan berjuang dengan Kakak!
'

'Dari Ranpo-san
AHAHAHAH KASIHAN TANIZAKI, NAOMI-
CHAN BERKOMPLOT DENGAN DAZAI SAAT TARIK UNDIAN!'

'Dari Junichiro
Ranpo-
san jika sudah tahu kenapa tidak memberitahu kami?'

'Dari Ranpo-san
Enggak bakal begitu ngaruh juga, kayaknya.
'

'Dari Dazai-san
Kalian masih kecepatan seabad untuk bisa mengerjaiku.'

'Dari Kunikida-san
MATI KAMU DAZAI SIALAN!
'

'Dari Dazai-san
Pengen banget, tapi belum berhasil niiihh!'

.

.

Sayangnya, Nagiko tidak bisa melihat drama yang disutradari Dazai-san, karena dia harus mengumpulkan informasi dengan Kenji-kun tentang kasus yang baru masuk tadi pagi, tentang adanya dugaan penyeludupan obat terlarang di pasar. Berkat koneksi Kenji-kun yang luar biasa, keduanya langsung bisa mendapat informasi berharga seperti rumor adanya aktivitas perdagangan illegal yang akan dilakukan besok malam. Jadilah Nagiko berpikir bahwa mungkin mereka harus menangkap basah pelaku saat itu.

Sekembalinya ke bangunan kantor Agensi Detektif Bersenjata, Nagiko dan Kenji-kun tidak langsung naik ke lantai empat, tempat kantor mereka berada. Gara-garanya mereka melihat ada Tanizaki bersaudara dan Atsushi-kun yang duduk di pinggir jendela rumah makan yang ada di lantai dasar bangunan.

"Selamat datang—ah, terima kasih atas kerja kerasnya!" sahut seorang pelayan perempuan. Karena sama-sama bekerja di bangunan yang sama, ia tahu bahwa dua tamu yang baru datang ini adalah orang dari kantor agensi di atas.

Nagiko tersenyum dan mengangguk, "terima kasih juga untuk kerja kerasmu hari ini! Aku boleh pesan segelas teh tarik dingin?" Pelayan ini mengangguk, kemudian Nagiko dan Kenji-kun menghampiri rekan kerja mereka.

"Wah, kebetulan sekali!" sahut Dazai-san riang, melihat keponakan bosnya datang. "Atsushi-kun sedang akan menebak pekerjaan kita sebelum masuk agensi!"

Atsushi-kun mengangguk gugup, menyapa kedua seniornya yang baru hadir. Kenji-kun langsung duduk di sofa di samping Atsushi-kun, jadi Nagiko duduk di kursi samping Kunikida-san di meja bar.

"Nagiko kenapa gak di sebelahku—"

"Tidak, terimakasih, Dazai-san."

—dan Kunikida-san langsung berkata 'syukurin' dengan menyengir.

"Tanizaki dan adiknya … pelajar?" tebak Atsushi-kun.

"Oh tepat, hebat!" balas Junichiro di hadapannya.

"Kenapa bisa tahu?" tanya Naomi.

"Kalau Naomi, kutebak langsung dari seragamnya," jawab Si Anak Baru. Nagiko mengangguk, karena memang sehari-harinya di kantor Naomi mengenakan seragam sekolahnya. "Kalau Tanizaki … insting saja, karena usia kami tidak beda jauh."

"Aku!" sahut Kenji-kun sambil mengangkat tangannya. "Tebak aku!"

Atsushi-kun tersenyum. "Dari pakaianmu, mungkin kau seorang petani? Eh, atau peternak, ya?"

"Dua-duanya!" balas bocah umur 14 tahun itu riang. "Aku petani sekaligus peternak!"

"Lalu …, " Atsushi-kun menoleh ke arah tiga staf agensi tertua di rumah makan itu saat ini. "Eh, Nagiko-san?" Mendengar namanya dipanggil, gadis itu berbalik badan sambil memegang gelas teh tarik dan siap untuk ditebak.

"Anu, kudengar Nagiko-san keponakannya Pak Presdir, jadi mungkin setelah lulus sekolah langsung ikut kerja dengan Pak Presdir?"

Nagiko tersenyum dan mengangguk. "Iya, benar! Awalnya aku hanya ingin mengumpulkan gaji dari Paman untuk bisa kuliah tanpa minta dibayari cuma-cuma, tapi sekarang malah keenakan kerja saja!"

Dazai-san bertepuk tangan. "Hebat juga, Atsushi, bisa tebak mereka! Kalau begitu, bagaimana dengan Kunikida?"

"Tidak usah!" sahut Si Kacamata spontan. "Pekerjaan lamaku tidak penting!" Nagiko tertawa kecil.

"Hmm, pegawai negeri?" tebak Atsushi-kun.

Mata Nagiko agak terbelalak karena kagum. "Nyaris tepat! Kunikida-san dulu adalah guru matematika!"

Kunikida-san menghela. "Itu cerita lama yang tidak ingin kuingat."

Nagiko tersenyum lebar dan mendadak semangat. "Tapi, bukankah hebat semuda itu dan sudah jadi guru tetap? Aku ingat sekali saat menjelang ujian kelulusan SMA, Kunikida-san-lah yang membantuku belajar terutama bidang sains dan hitung-hitungan!"

"Hmph, ilmu hitung itu penting, tahu," tutur Kunikida-san sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Tapi aku benci matematika," balas Nagiko.

Spontan Naomi mengangkat tangan. "Aku juga! Aku juga!"

Kunikida-san langsung merutuk pelan sambil memijit alisnya, mungkin stress karena kedua gadis ini bisa kompak untuk membenci mata pelajaran yang pernah diajarnya.

"Kalau begitu," ujar Dazai setelah tadi ia sempat menertawai partnernya. "Bagaimana dengan pekerjaanku?" Suara gelak tawa di antara mereka pun lenyap. Semua kembali menatap Atsushi-kun yang serius menatap Dazai -san.

"Dazai-san …," gumam Atsushi-kun.

Tapi kemudian hening, tidak ada tebakan yang terlontar sama sekali. Hingga semenit kemudian, Kunikida-san yang membuka suara.

"Percuma, Bocah, pekerjaan lamanya merupakan salah satu dari tujuh keajaiban di Agensi Detektif Bersenjata."

"Bahkan kalau tidak salah, ada imbalan untuk orang pertama yang bisa menebaknya dengan tepat, ya?" sambung Junichiro.

"Benar sekali," konfirmasi Dazai-san. "Dan karena tak kunjung ada yang menebak dengan tepat, imbalannya makin besar."

Atsushi-kun kaget. "Eh? Bahkan Nagiko-san tidak tahu juga?"

Nagiko langsung menelan minuman di mulutnya. "Iya, dia tidak pernah bilang, sih."

"Tapi, bukannya kalian pacaran?" tanya Atsushi-kun bingung.

" … eh?" giliran Nagiko yang bingung.

"Tuh, kan, kita tuh, cocok loh, Nagi!" sahut Dazai-san.

"Lho, bukan, ya?" tanya Atsushi-kun lagi dengan agak salah tingkah. "Soalnya … tadi aku sempat mendengar Dazai-san merengek pada Kunikida-san, tentang Nagiko-san yang tidak mau tidur bareng semalam, terus Dazai-san bilang mungkin dia mendekap Nagiko-san terlalu erat sebelumnya?"

Langsung saja Nagiko termegap dan merona. "Ap—ngapain Dazai-san sok curhat ke Kunikida-san?!"

"Habisnyaaa, giliran aku yang ngajak tidur bareng, Nagi malah mau baca buku!" rengek Dazai-san.

"Anu, jadi, bukan pacar?" tanya Atsushi-kun pelan.

Kunikida-san mewakili Nagiko untuk menendang kaki Dazai-san di sebelahnya, lalu menghadap anak baru itu lagi. "Kemampuan Nagiko itu membuatnya tidak mengantuk dan terlelap. Tapi kalau tubuhnya sudah terlalu lelah, dia akan butuh Dazai untuk melumpuhkan kemampuan itu dan terlelap."

"Berarti," ujar Naomi dengan suara centil dan menyengir pada keponakan bosnya. "pada saat itu Nagiko-san akan tidur bersama Dazai-san!"

Nagiko menepuk dahi. Sebenarnya dia sudah terbiasa dengan orang-orang yang tahu mengenai dirinya dan Dazai-san. Tapi kalau digodai begitu, walau bukan kebohongan, tetap saja rasanya malu! Yang menyebalkan adalah, Dazai-san tampak begitu senang tiap kali ada orang yang menggoda mereka. (Pemuda itu selalu bilang, 'tentu saja senang kalau bisa tidur dengan gadis cantik di lenganku!').

"Tadinya kupikir dia dulu semacam preman, tapi katanya bukan," decih Kunikida-san, lalu dia menoleh pada Nagiko. "Dulu saat pertama kali bertemu Nagiko, katanya Dazai itu habis keluar dari pekerjaan dan sedang istirahat sebelum nantinya cari lowongan, kan?"

Gadis itu mengangguk dengan wajah yang masih agak hangat. "Iya, makanya aku juga tidak tahu sebelum masa menganggur itu kerjaannya apa."

Kunikida-san menoleh pada Atsushi-kun lagi. "Tapi, tidak mungkin orang seperti dia jadi pekerja kantoran normal." Nagiko dan yang lain semuanya langsung mengangguk setuju.

Atsushi-kun masih menatap tajam pemuda yang ia 'selamatkan' kemarin. "Omong-omong, berapa nominal imbalannya?"

Dazai-san menyengir. "Mau ikutan? Sekarang hadiahnya 700.000 Yen."

Si Anak Baru langsung berdiri dari tempatnya dengan wajah semangat. Junichiro dan Naomi yang duduk di depannya jelas kaget. Nagiko yang sedang akan minum teh tarik langsung agak tersedak mendengar suara gebrakan meja, sampai Kunikida-san menuangkan air putih dan menyodorkannya pada gadis itu.

"Apa benar aku bisa mendapatkannya kalau menebak dengan benar?" tanya Atsushi -kun dengan hati-hati, tampaknya ia sangat ingin mendapatkan uang itu.

"Seorang maniak bunuh diri tidak akan menarik kembali ucapannya," tegas Dazai-san.

"Pekerja kantoran!" sahut Atsushi-kun, mulai menebak. Jika sedang tidak memegang gelas minum, Nagiko ingin menepuk dahi karena sudah jelas tadi Kunikida-san bilang bahwa rekannya itu tidak mungkin bekas orang kantoran.

"Salah," jawab Dazai-san enteng.

"Peneliti!"

"Salah."

"Buruh pabrik!"

"Sala~h."

"Penulis?"

"Salah."

"Aktor!"

"Salah, tapi," Dazai-san sok merona, "malu juga kalau disangka aktor…."

Nagiko terkekeh kecil. Di antara semua staf Agensi Detektif Bersenjata, mungkin Nagiko adalah orang yang mengenal Dazai-san paling lama. Mengingat karena keduanya sudah sering menghabiskan waktu di malam atau pagi bersama, Nagiko pun mengakui bahwa Dazai-san adalah pelakon yang andal. Jadi, kalau memang dia adalah seorang aktor, gadis itu sama sekali tidak akan terkejut.

"Pasti sebenarnya semacam pengembara atau gelandangan, kan?" tanya Kunikida-san kemudian.

"Salah," jawab Dazai-san, kemudian dia berdiri. "Untuk satu hal ini, aku tidak akan berbohong." Lalu ia menghampiri Atsushi-kun, meletakkan tangan di pundak anak itu sambil tertawa jahil. "Sudah menyerah? Kalau begitu tolong bayarkan semua pesanannya, yaaa~"

"AH—"

"Halo? Eh? Ada permintaan kerja?" sahut Junichiro, membuat semua rekan kerjanya menoleh padanya. Ternyata kakak Naomi itu sedang menjawab panggilan telepon. "Baiklah, kami akan segera kembali." Lalu telepon ditutup.

Kunikida-san segera meminta bon dan membayar semuanya setelah memotret kertas tagihan itu—Nagiko paham itu berarti setelah ini ia akan menagih uangnya pada para rekan kerjanya satu-satu, jadi dia langsung menyodorkan uang bagiannya pada si senior. Setelah itu mereka keluar dari tempat makan dan menaiki tangga—tapi Kenji-kun tidak ikut kembali ke kantor karena baru ingat dia sudah janji untuk membantu ibu-ibu di pasar, sehingga mereka berpisah di bawah tangga.

Enam anggota agensi naik tangga dan langsung masuk ke kantor, langsung bisa melihat seorang perempuan berambut pirang pendek dan berjas hitam sedang duduk di ruang tamu sambil menuliskan sesuatu pada secarik kertas, dan seorang pegawai baru saja menaruh cangkir minum di meja. Melihat keenam detektif muncul, pegawai itu pun menyingkir. Mengingat tadi telepon permohonan kerjanya ditujukan pada Junichiro, jadi anak itulah yang duduk di tengah berhadapan dengan calon kliennya.

Selesai menulis, tamu mereka menyodorkan kertas itu pada detektif yang ada di hadapannya. "Ini, lembar permohonannya sudah saya isi," katanya.

Junichiro pun menggumam terima kasih pelan lalu ia—dan kelima rekan di belakangnya—membaca isi kertas itu. "Anu, ini permintaan untuk mengadakan penyelidikan, ya?" tanyanya setelah membaca, "lalu—"

"—cantiknya." Itu suara Dazai-san. Entah sejak kapan manusia satu itu sudah berlutut satu kaki di samping tamu mereka sambil memegang tangannya. "Nona yang manis dan fana bagai bunga teratai!"

"EH?!" Si Calon Klien kaget. Tentu saja, jangankan perempuan itu, bahkan Nagiko dan teman-temannya pun berjengit.

"Bersediakah nona bunuh diri bersama—"

BRAK!

Kunikida-san langsung memukul kasar punggung partnernya. Tamu mereka langsung gelagapan, terutama ketika Si Kacamata mulai menarik kerah belakang Dazai-san untuk menyeretnya ke arah gudang. "Maaf, tolong lupakan saja, ya."

"Ayo bunuh diri bareng! Sebentar saja, kok!" sahut Dazai-san sebelum akhirnya Kunikida-san berhasil membawanya masuk ke gudang.

Nagiko memijat alisnya dengan agak sweatdrop. Dulu, setelah beberapa kali Dazai menyeludup masuk ke kamarnya untuk menemani tidur, pemuda itu akhirnya menanyakan kalau Nagiko bersedia untuk bunuh diri bersama. Tentu saja saat itu Nagiko berpikir orang ini hanya bercanda. Tetapi melihat Dazai-san yang bahkan tidak tertawa, gadis itu paham bahwa Dazai Osamu memang orang aneh yang ingin mengakhiri hidupnya tanpa rasa sakit. Bahkan, setelah Nagiko menolak dengan alasan 'tidak ingin paman sedih', pemuda itu masih sempat bilang 'kalau nanti mau terjun ke sungai lagi, ajak-ajak ya!'. Lalu sekarang, jika Nagiko melihat Dazai-san dengan santai mengajak seorang gadis lain untuk bunuh diri bersama, keponakan Fukuzawa itu sudah tidak terkejut lagi.

"Lalu," kata tamu mereka, mungkin ia telah lebih tenang. "Mengenai permintaan saya, belakangan ini ada kelompok yang tampaknya bukan orang baik-baik, mereka berkerumun di belakang gedung kantor saya."

"Maksudnya bukan orang baik-baik?" tanya Junichiro.

"Saya tidak tahu," jawab perempuan itu. "Tapi, mereka mengenakan pakaian belel, berjalan di area yang terlindung bayangan, dan ada juga yang berbicara dengan bahasa asing yang tidak familier di telinga saya."

Suara pintu mendecit, Kunikida-san keluar dari gudang. "Mungkin mereka penyeludup? Sekalipun polisi militer sudah mengambil tindakan keras, penyeludup tetap akan bermunculan seperti kecoak dermaga. Dimana ada kota pelabuhan, mereka pasti disitu."

Lalu Nagiko teringat tentang kasus yang ia tangani dengan Kenji-kun. "Omong-omong, tentang dugaan penyeludupan obat terlarang, tadi kami mendapat informasi bahwa konsumen yang akan melakukan transaksi besok malam adalah orang asing."

"Eh? Apa berarti ini ada sangkut-pautnya?" tanya Naomi spontan.

Kunikida-san mengangguk. "Bisa jadi."

"Asal ada bukti bahwa mereka memang pelanggar hukum, saya bisa mengadukannya kepada polisi militer. Karena itulah—"

"Anda meminta kami berjaga di TKP untuk mendapatkan buktinya, ya…," potong Si Kacamata, lalu Sang Senior menatap kami satu persatu sampai akhirnya dia menunjuk Atsushi-kun dengan telunjuknya. "Bocah, kau saja yang pergi!"

Anak itu terkejut. "Eh?!"

"Kamu cuman perlu berjaga," ujar Kunikida-san. "Apalagi, penyeludup memang pelanggar hukum, tapi umumnya mereka adalah orang-orang tak berbahaya yang hanya jago kabur, pas sekali untuk pekerjaan pertamamu."

"T-tapi—"

"Lalu," sambung Kunikida-san, "Nagiko, ikutlah dengannya, mungkin ini ada sangkut-pautnya dengan kasus penyeludupan obat illegal. Selain itu, jika mereka menggunakan bahasa asing, siapa tahu kamu bisa memahaminya."

Nagiko mengangguk. Memang di kantor agensi ini, Nagiko-lah yang paling bisa berbahasa macam-macam, mungkin karena dia juga menghabiskan waktu malamnya di saat tidak tidur untuk belajar berbagai bahasa selain hanya membaca buku biasa. Karena itu, kalau di dalam kasus ada yang membutuhkan tukang penerjemah, mereka akan langsung menunjuk Nagiko.

"Untuk jaga-jaga," kata Kunikida-san selanjutnya. "Tanizaki, ikutlah dengan mereka."

Naomi spontan memeluk erat kakaknya yang masih di sofa. "Kalau kakak ikut, Naomi juga ikuuut!"

Lalu Nagiko menyingkir sebentar, menulis pesan untuk Kenji-kun. Anak umur 14 tahun itu tidak punya ponsel, padahal Paman Yukichi sudah menawarkan, tapi memang katanya ia malas membawa gawai itu kemana-mana. Jadilah jika ingin memberi pesan, staf agensi harus menulis pesan di kertas sebelum pergi, menitipkan atau menaruh di meja kerja Kenji-kun, berharap anak itu bisa langsung membaca begitu kembali ke kantor.

'Kenji-kun,
Aku pergi dengan Atsushi-
kun dan Tanizaki bersaudara ke tempat yang dicurigai berkumpulnya orang asing yang mencurigakan. Mungkin akan ada hubungannya dengan transaksi obat illegal.
Nagiko.
'

Setelah membaca ulang catatan itu, Nagiko menaruhnya di meja Kenji-kun, lalu meraih ponselnya, mengetik tulisan yang mirip dengan catatan itu tapi kali ini dikirimkan ke nomor Paman Yukichi. Setelah semua selesai, ia pun pergi dengan ketiga rekan dan kliennya.

.

.

Nagiko bisa melihat tubuh Atsushi agak gemetar sambil mereka berjalan di trotoar. Anak itu meremas tali tas selempangnya dengan sangat erat, seakan takut tas itu terjatuh.

Junichiro tertawa. "Kamu benar-benar jadi takut, ya?"

"Ini bukan bahan tertawaan, tahu!" erang Atsushi-kun.

"Ada apa?" tanya Nagiko yang bingung.

"Eh, enggak, tadi Kunikida-san memperlihatkan secarik foto bilang agar aku harus kabur kalau bertemu dengan seorang mafia bernama Akutagawa," jawab Atsushi-kun.

"Ah, benar juga. Kunikida-san pernah memperlihatkan foto itu juga padaku, tapi sampai sekarang aku belum pernah bertemu langsung," ujar Nagiko.

Atsushi-kun menghela. "Mafia brutal, lah, bakal segera mati, lah… ternyata aku masuk ke tempat yang luar biasa gila…."

Nagiko terkekeh. "Tidak seburuk itu, kok."

Junichiro juga mengangguk. "Tenanglah. Orang sepertiku saja bisa bertahan disini, jadi kau pasti akan baik-baik saja."

"Tapi, Tanizaki juga pemilik kemampuan khusus, kan? Kemampuanmu seperti apa?"

"Yah, jangan terlalu berharap kepadaku, soalnya kemampuanku tidak cocok buat bertarung…," ujar Junichiro.

Langsung saja Nagiko mencibir. "Kemampuanmu itu sangat berguna di banyak kesempatan, tahu. Punyaku justru merugikan diriku banget, masak aku jadi tidak bisa terlelap?"

"Ah, benar juga, Nagiko-san jadi harus tidur dengan—" Atsushi-kun langsung menghentikan perkataannya dan seketika gugup. "M—maaf!"

Nagiko terkekeh. "Tidak apa-apa, kok, orang kantor semua juga tahu dan paham, sudah bukan rahasia lagi."

"Kemampuan kakak mengagumkan, kok, Naomi suka banget!" sahut Naomi yang semakin mengeratkan pelukan tangannya pada lengan Junichiro.

"Hentikan, Naomi, jangan begitu di tempat seperti ini…," ujar kakaknya.

Naomi langsung memasang wajah agak galak sambil menyentuh bibir Junichiro. "Oooh, berani balas? Yang mana mulut lancangnya?"

Nagiko menepuk dahi sendiri. "Jangan tanya macam-macam, Atsushi-kun, nanti kamu akan terbiasa sendiri."

"Ah, baik," jawab anak itu, dengan agak sweatdrop.

"—kita sampai," kata klien mereka sambil menunjuk suatu gang.

Mengikuti perempuan itu, keempat staf agensi masuk ke dalam gang. Gang itu tidak terlalu kecil, mungkin mobil masih bisa masuk pelan-pelan. Tapi, mungkin karena kiri-kanan gang ini dikelilingi bangunan tinggi dan ujungnya buntu, gang ini jadi lumayan gelap, padahal masih siang hari. Entah kenapa Nagiko jadi punya perasaan tidak enak.

"Aneh," kata Junichiro, sepertinya punya firasat yang sama. "Apa benar disini, ng, nona—"

"—nama saya Higuchi."

"Nona Higuchi." Junichiro mengangguk. "Biasanya para pelanggar hukum itu orang-orang pengecut yang selalu mempersiapkan jalan kabur di tempat transaksi mereka. Tapi, seperti yang anda bisa lihat, disini—mereka tidak akan bisa kabur jika orang-orang yang hendak menangkap mereka datang dari sana," katanya sambil menunjuk arah masuk mereka tadi.

"Mungkin kita salah gang?" tanya Nagiko.

"Tidak salah," kata Higuchi, kemudian perempuan itu mengikat ke atas rambutnya. "Aku tahu ini tindakan lancang, tapi aku sebenarnya telah menjebak kalian. Tujuanku adalah kalian!"

Spontan, Nagiko langsung menarik Naomi ke belakang. Adik Junichiro itu adalah satu-satunya yang tidak punya kemampuan khusus. Sebenarnya, karena kemampuan Nagiko sendiri bukan tipe petarung, dia sendiri juga harusnya menyingkir, tapi ia merasa bisa mempertahankan diri jika lawan menggunakan tangan kosong.

Dengan cepat Higuchi memencet tombol nomor pada ponsel dan meletakkannya di telinga. "Akutagawa senpai, saya berhasil menangkap mereka sesuai rencana."

Jantung Nagiko serasa berhenti berdetak saat itu. Baru saja di perjalanan tadi dia mengatakan bahwa belum pernah bertemu dengan Akutagawa, sekarang mereka berhadapan dengan junior si pemilik nama?!

"Sekarang juga saya akan membereskan mereka," sambung Higuchi, tidak lama kemudian ia menyimpan gawainya.

Sekali lagi, Nagiko cukup percaya diri jika menghadapi lawan yang bertangan kosong. Tapi hatinya merasa ngeri sekarang ketika Higuchi memamerkan pistol di masing-masing tangannya.

"Demi tuanku, kalian harus mati disini!"

Suara tembakan pistol beruntun dengan cepat langsung membuat telinga Nagiko terasa pekak. Naomi terlepas dari penjagaan Nagiko, dan belum sempat ia menarik salah satu dari yang lebih muda darinya itu mundur, rasa sakit yang teramat parah muncul dari kakinya.

.


.

Bersambung

.


.

A/N:
.
Profil singkat OC:
Nama: Kiyohara Nagiko (sering dipanggil 'Nagi' saja).
Umur: 21 tahun.
Tinggi: 160 cm.
Kemampuan: The Pillow Book. Membuatnya tidak akan mengantuk dan terus terjaga, tapi kelopak matanya akan terasa berat dan tubuhnya menjadi lelah jika sudah berhari-hari tidak terlelap sama sekali.
Yang disukai: minum teh, memanah, binatang selain serangga.
Yang dibenci: matematika, duduk di jok tengah mobil, serangga.
.

Review?