Permen Valentine
Rate: K – T
Pair: Oda Sakunosuke x Dazai Osamu
Warning! HighschoolAU. OOC, Pendek, Gaje, Garing dan kawan-kawannya (aku berusaha, tolong)
Fanfiksi ini diketik untuk Nana dari Fanfiction Addict dalam rangka event tahunan #3rdEveFFA dan event bulanan #SellSweets2EarnLove
Happy Reading! Semoga suka! (Dan tidak mengecewakan)
.
.
.
14 februari xxxx.
Tanggal dimana orang-orang merayakan hari kasih sayang—bahkan beberapa menggunakan tanggal ini untuk menyatakan perasaan mereka kepada orang yang dicintai.
Hari yang indah dan menyenangkan, jika saja Dazai Osamu tidak memberengut dan mengganggu teman-temannya seharian entah karena alasan apa.
"Kuso Dazai! Pergilah dan ganggu orang lain!"
Yang dibentak mengerucutkan bibir, merasa imut namun nyatanya terlihat menjijikkan. "Buu! Kunikida-kun dan cebol jahat sekali!"
Kedua teman dekatnya mengendikkan bahu. Tidak ingin peduli. (Walaupun Nakahara Chuuya yang dipanggil cebol barusan sudah ingin menghantamkan wajah menjijikkan Dazai Osamu ke tembok terdekat)
"Kalian tidak asyik! Masa hanya aku yang tidak mendapatkan coklat?!"
Kunikida Doppo refleks menahan lengan Nakahara Chuuya yang sudah terangkat—ingin memukul teman mereka hingga hilang dari bumi. Pemuda itu mendesah berat, mencoba menahan amarah. Katanya akan cepat tua jika marah-marah terus.
"Kamu sebut apa tumpukan itu kalau bukan coklat?" tanyanya sambil melirik tumpukan kecil bungkus-bungkus pink yang berisi coklat dari gadis-gadis di sekolah mereka.
Nakahara Chuuya melepas kasar tangan Kunikida di lengannya, mendecakkan lidah dan memilih angkat kaki dari atap sekolah daripada semakin stress menghadapi teman gilanya. "Kalau kamu mau coklat dari Oda-sensei, mending langsung minta, sana."
Dazai belum sempat membalas karena Chuuya sudah membanting pintu. Untung saja tidak sampai lepas engselnya. Cebol-cebol begitu tenaganya gorila soalnya.
Kunikida menaikkan kacamatanya yang melorot, dan membereskan bekalnya, "kamu ingin coklat dari Oda-sensei tapi tidak mau berusaha. Sana ke BK dan minta langsung padanya." suruhnya. Lalu pergi meninggalkan Dazai yang kini berguling-guling lebay.
"Tapi Kunikida-kunnn! Aku malu! Masa aku yang minta coklat?"
Pemuda pirang yang nyaris membuka pintu hanya melirik, "memangnya sejak kapan kamu punya malu? Biasanya kelakuan kayak setan, malu-maluin lagi."
Jleb.
"Kunikida-ku—"
Blam.
"—HIDOIII!" jerit Dazai bak telah teraniaya.
Dia telah ditinggalkan teman-temannya begitu saja tanpa diberi solusi, kejam sekali mereka! Dazai dendam. Dia akan membalas si cebol dan mama Kunikida nanti. Awas saja.
Padahal kan Dazai hanya ingin minta saran agar Odasaku mau memberinya coklat di hari ini. Masa dia yang biasanya dikasih coklat tidak dapat coklat dari pria itu? Oh, tunggu, apa jangan-jangan Odasaku sudah diam-diam menyiapkan coklat untuknya?
Astaga, kemana saja otak jenius Dazai? Odasaku pasti sudah menyiapkan coklat untuknya—teman tersayang sekaligus murid yang paling baik hati dan tidak sombong ini.
Dazai menyetujui pemikirannya sendiri, lalu langsung meraup semua coklat yang di dapatkannya dan tancap gas menuju ruang BK.
"Odasaku aku datangg~!"
.
.
.
.
Ruang BK SMA Bungou selalu tenang dan damai, mengingat murid disini jarang membuat kerusuhan (mari kita kecualikan Nakahara Chuuya dan Akutagawa Ryuunosuke karena mereka hanya korban dari kejahilan Dazai Osamu).
Oda Sakunosuke selaku guru BK selalu memaklumi mereka dan hanya memberikan pengertian singkat, sehingga murid-murid yang melakukan kesalahan merasa bersalah dan berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik lagi.
Yah, kebanyakan murid seperti itu. Tapi tidak bagi Dazai Osamu.
Brak!
"Odasaku! Aku datang~!"
'Semoga pintu BK tidak rusak lagi,' batinnya kasihan dengan pintu BK yang kemarin baru diganti. Yang lama rusak karena terlalu banyak dibanting. Oda diam-diam mengelus dada. Memperbanyak kesabarannya dalam menghadapi siswa unik menjurus gila semacam Dazai Osamu.
Ya mau bagaimana lagi? Siapa orang normal yang akan dengan santainya melakukan bunuh diri sebagai hobi dan memakai perban di sekujur tubuh sebagai aksesoris? Mana ngajak-ngajak lagi!
"Ada apa, Dazai?"
Yang ditanya hanya tersenyum lebar dan langsung tiduran di sofa dengan sangat tidak sopan setelah melemparkan semua coklat yang diterimanya ke atas meja pendek di depan sofa.
"Tidak ada apa-apa~, hanya ingin berada disini~" jawabnya dengan lirikan aneh.
Oda Sakunosuke tidak menanggapi terlalu banyak dan lanjut membaca novel milik Natsume Souseki yang terbaru. Dia tenggelam dalam bukunya dan mengabaikan Dazai yang berkali-kali meliriknya dari balik ponsel.
Entah apa yang diinginkan anak itu. Oda tidak mengerti. Biasanya Dazai akan langsung mengatakan apa yang diinginkannya. Apakah dia memiliki masalah?
"Ada apa? Jangan melirikku terus menerus. Dan bukankah jam istirahat sudah selesai sejak tiga menit yang lalu?" akhirnya Oda menutup bukunya dengan sedikit tidak rela dan menatap Dazai lurus-lurus.
Anak itu terlihat panik, dan kembali melirik Oda diikuti bisikan lirih, "Odasaku mengusirku? Ka-kamu tidak ingin memberiku apa gitu?"
Kernyitan di dahi terlihat jelas, oke sekarang Oda bingung. Sebenarnya Dazai itu kenapa? Kok perilakunya jadi aneh. Biasanya saat ke BK dia akan mengoceh dan membual ini-itu, ini sekarang malah diam saja dari tadi dan sekarang meminta sesuatu?
"Aku tidak mengusirmu, ini memang sudah jam masuk. Lalu, kamu ingin apa? Aku tidak punya apa-apa disini."
Dazai langsung cemberut. Seharusnya dia ingat bahwa Oda tidak pernah peduli dengan yang namanya hari valentine atau apalah itu. Ditanyain tentang cerita Cinderella saja tidak tahu. Lah, apa hubungannya Zai?
"Odasaku tidak seru! Ini kan hari valentine! Seharusnya kamu memberikanku coklat!" anak itu menggembungkan pipinya hingga mirip ikan kembung, lalu berlari keluar dari ruang BK dengan air mata palsunya. "Odasaku tidak peka! Hidoiii!"
Sedangkan orang yang ditinggalkan hanya dapat membuka bibir layaknya ikan koi.
Oda benar-benar tidak mengerti apa salahnya hingga Dazai mendrama ngambek seperti itu. Dan lagi... memangnya apa itu hari valentine? Bukannya ini hari rabu? Apakah hari rabu sudah berganti nama menjadi hari valentine?
Sungguh. Oda Sakunosuke. Pembaca akan bertanya-tanya tinggal dimana kamu selama ini hingga hal begitu saja tidak tahu?
Ceklek.
Atensi Oda kembali teralih pada bunyi pintu yang terbuka, Gide ada disana dengan setumpuk selebaran di lengannya. "Ah, Gide-sensei. Boleh saya bertanya sesuatu?"
Gide melangkah masuk dan menutup pintu, lalu menjawab Oda sambil meletakkan selebaran yang dibawanya di atas meja Oda. "Mau tanya apa? Tidak biasanya Oda-sensei bertanya sesuatu pada saya. Dan coklat dari siapa saja ini? Banyak sekali."
"Itu coklat milik Dazai. Dia melupakannya tadi." Jawab Oda, lalu memandang Gide yang balas menatapnya dengan datar—polos, "hari valentine itu apa?"
.
.
.
.
Oda memasang note pada kalender ponselnya, lalu berdiri di pinggir gerbang sekolah dalam diam hingga seorang pemuda berambut perak bertanya padanya. Mungkin kasihan pada Oda yang menunggu hingga dihinggapi lalat.
"Ano... apa Oda-sensei sedang menunggu Dazai-senpai?"
"Ya, dia tidak bisa dihubungi. Apa kamu tahu dia ada dimana?"
Pemuda ber name-tag Nakajima Atsushi itu menggeleng canggung, "Dazai-senpai sudah pulang dari tadi, Oda-sensei... kelihatannya dia sedang ada masalah."
Jantung Oda rasanya lepas dan jatuh ke sepatunya. Baru kali ini dia merasa kaget berlebihan.
Oh ayolah. Ini Dazai Osamu. Pemuda gila yang berkali-kali ingin bunuh diri dengan alasan bosan dengan dunia. Sialnya pemuda itu sangat jenius. Masalah apa yang dihadapinya hingga seperti itu? Kan tidak mungkin cuman gara-gara dirinya tidak memberi coklat... kan? Duh, masa sih Dazai ngambek hanya gara-gara tidak dikasih coklat?
Oda Sakunosuke lagi-lagi berpikir keras.
'Sepertinya memang salahku yang tidak memberinya coklat.' Pikirnya, lalu tidak sengaja menggumam pelan, "sepertinya aku harus membeli coklat..."
"Oda-sensei?"
"Aa... baiklah kalau begitu. Terimakasih, ya."
Nakajima Atsushi mengangguk, lalu berlari pergi setelah temannya berteriak padanya.
Pada akhirnya, Oda memutuskan untuk mampir sebentar di perjalanan pulang untuk membeli coklat. Pria itu teringat perkataan Gide-sensei tadi siang tentang hari valentine.
"Valentine itu hari kasih sayang. Biasanya orang akan memberikan coklat pada orang yang disayanginya. Nanti yang menerima akan membalasnya pada hari white day tanggal 14 maret. Yah intinya seperti itu."
Sebenarnya, Oda Sakunosuke masih bertanya-tanya. Kenapa harus memberikan coklat untuk menunjukkan orang menyayanginya? Padahal kan sehari-hari juga bisa menunjukkan kasih sayang dalam hal lain.
Yah, tak apa lah. Dari pada Dazai makin ngambek, nanti makin repot. Bisa-bisa satu sekolah gempar seperti tahun lalu.
(Saat itu Dazai kena marah Fukuchi-sensei karena membolos di pelajarannya, lalu entah bagaimana caranya Dazai malah ngambek parah dan mengundang reporter untuk adegan bunuh diri live-nya. Saat ditanya apa alasannya, katanya semua gara-gara Fukuchi-sensei tidak pernah membiarkannya mengambil nafas setelah berlari setengah putaran.)
Sangat kekanak-kanakan dan tidak masuk akal. Oda sendiri heran kenapa Dazai masih bisa sekolah dan tidak mendapat surat DO.
Kaki Oda berhenti di depan toko permen, melirik sejenak langit yang menggelap, kemudian memilih masuk ke dalamnya.
Kling!
"Selamat datang! Ada yang bisa kami bantu?"
Seorang wanita berkacamata menyapa dari balik rak penuh permen. Bau manis juga menyebar di seluruh tempat yang bertaburkan aneka permen.
"Apa yang anda cari?"
Oda mengedarkan pandangan, lalu kembali menatap wanita berkacamata yang kini berdiri di hadapannya. "Apa kalian punya permen coklat?"
"Tentu saja, silahkan lewat sini." Balas wanita itu dengan senyuman, lalu memandu Oda melewati rak-rak berisikan toples dan bungkusan permen yang bermacam-macam. "Ini adalah permen-permen rasa coklat, anda bisa memilih sendiri bentuknya. Permen-permen ini dibuat dari coklat asli, jadi rasanya juga berbeda-beda tergantung jenis coklatnya."
Semuanya warna-warni, walau beberapa ada yang tetap berwarna coklat dari luarnya. Oda memerhatikan beberapa di antaranya dan merasa bingung dengan semua pilihan yang ada.
"... bisa tolong bungkuskan permen-permen coklat ini... masing-masing satu dalam satu kotak?" tanya Oda ragu-ragu. "Ah... tolong berikan saya tujuh kotak."
Wanita itu tertawa kecil, "tentu saja, Tuan. Tolong tunggu sebentar."
.
.
.
.
"Totalnya 2100 yen."
Oda merogoh dompet, mendapati isinya hanya lembaran 1000 yen. Harusnya Oda mengambil uang dulu sebelum kemari. "... apa kalian menerima pembayaran kartu kredit?"
"Tentu saja, silahkan kartunya, Tuan."
Diam-diam Oda meringis. Dompetnya akan kosong beberapa hari kedepan.
Yah, tak apalah, demi Dazai Osamu dan anak-anaknya tercinta. Oda rela jadi miskin beberapa hari.
"Haruno, apa Dazai-kun izin hari ini?" seorang wanita lainnya memunculkan kepala dari balik pintu, bertanya tentang seseorang yang sepertinya Oda kenal.
"Aa, Dazai-kun tadi bilang akan datang terlambat. Kenapa memangnya, Naomi?"
Yang dipanggil Naomi menggeleng, "aku hanya bertanya. Tumben sekali dia belum datang."
Haruno mengangguk, lalu kembali pada Oda. "Ini kotaknya, Tuan. Terima kasih telah membeli di toko kami."
Oda hanya mengangguk-angguk. Lalu mengeluarkan satu kotak dari kantong plastik dan menyerahkannya pada wanita di depannya, "anak yang kalian bicarakan tadi Dazai Osamu, kan? Tolong berikan itu padanya."
"Eh? Baiklah... ini dari tuan...?"
"Katakan saja ini sebagai permintaan maaf untuk tadi siang." Pinta Oda, lalu meraih kantong plastik dan pergi begitu saja.
Haruno menatap kepergian Oda, lalu kotak di tangannya. Oda (yang kini sosoknya telah menghilang), kemudian kembali pada kotak yang dititipkan padanya. Duh, apa dia perlu memanggil polisi? Orang tadi terlihat sudah tua—dan Haruno yakin benar kalau apa yang dibelinya tadi dimaksudkan untuk valentine. Masa sih, Dazai-kun di incar om-om?
Kling!
"A-selamat datang! Oh, Dazai-kun!" Haruno langsung menyembunyikan kotak yang dititipkan Oda padanya secara refleks saat melihat wajah Dazai yang suram. "Ada apa, Dazai-kun? Apa kamu tidak enak badan?"
Dazai Osamu, pekerja part-time yang baru datang, mengerucutkan bibir. "Odasaku tidak memberiku coklat hari ini. Padahal aku kan muridnya yang paling rajin, baik hati dan tidak sombong."
Astaga, memang tidak sadar diri. Padahal kan Dazai murid paling jahil di sekolah. Sudah gitu suka sekali bikin rusuh dengan ngintipin kamar mandi cewek dan ngemis makanan dari Chuuya. Kadang-kadang malah pinjam duit pada Atsushi atau Akutagawa (yang ujung-ujungnya tidak pernah dikembalikan).
Untung saja dia tidak berani macam-macam pada Haruno dan Naomi.
"Odasaku? Guru BKmu di sekolah?"
Dazai mengangguk, memilih menceritakan dulu keluh-kesah yang setengahnya hanya omong kosong pada Haruno sebelum berganti seragam pegawai.
"Dia sangat tidak peka! Masa hari valentine saja tidak tahu. Sakit hati dedek. Aku tuh nggak bisa diginiin sama Odasaku! Padahal aku berharap dapat coklat darinya. Walau cuma permen juga tidak apa-apa. Buu, Odasaku mah sukanya begitu."
"Kenapa tidak kamu saja yang memberinya coklat? Katamu hanya kamu yang paling dekat dengannya."
"Hmph! Tidak mau! Aku mau Odasaku peka dan memberiku coklat!"
Haruno menarik nafas. Menekankan pada dirinya sendiri untuk lebih bersabar lagi. Sabar-sabar-sabar. Menghadapi Dazai Osamu memang suka bikin emosi. Kenapa dulu Fukuzawa-sama bisa menerima anak ini?
"Oh iya... tadi ada orang yang membeli tujuh kotak permen coklat. Dia menitipkan salah satunya untukmu. Katanya dia minta maaf untuk yang tadi siang."
Wanita itu mengeluarkan kotak yang tadinya dia sembunyikan, kemudian memberikannya pada Dazai. "Sejak kapan kamu punya kenalan om-om?"
"Eh?" Dazai menatapnya dengan aneh, tapi tetap menerima kotak yang diberikan Haruno. "Om-om? Siapa? Tadi siang? Oh!"
Wajah Dazai langsung berseri. Senyumnya bahkan sangat lebar dan dia langsung memeluk kotak di tangannya dengan erat. Lho, apa itu rumput laut yang terselip di antara giginya? "AAAAH! Haruno-san! Odasaku memberiku coklatt!"
Sedetik setelahnya Dazai menari berputar-putar dan memerhatikan kotak yang baru diterimanya. Lalu menciuminya bak orang gila hingga Haruno pusing. "Hehehe, Odasaku akhirnya memberiku coklat! Oh ya, aku harus menemuinya! Haruno-san aku izin bolos kerja! Sampai jumpa!"
Haruno hanya bisa terbengong saat Dazai melambaikan tangan dan melesat keluar setelah mengatakan akan bolos dengan entengnya. Lalu saat dia sadar, Dazai Osamu sudah tidak lagi terlihat.
"DAZAI OSAMU-KUN! KEMBALI KESINI!" jeritnya kesal.
.
.
.
.
End.
A/n:
Untuk Nana, semoga suka ya. Maaf kalau garingnya keterlaluan :(
Terima kasih sudah membaca.
Salam, Zian.
Catatan.
Fanfiksi ini pernah di upload di FFN pada 27 Februari 2021. Karena satu dan lain hal, fanfiksi ini akhirnya di unpublish. Sekarang aku menguploadnya lagi.
Tanpa edit, aku tidak mengubah apapun sejak tahun 2021 itu.
Salam, Ziandra.
27 Agustus 2023.
.
.
.
.
Omake.
Oda Sakunosuke masih mengunyah kari super pedas buatan ayahnya dengan damai saat pintu rumahnya mendadak menjeplak terbuka dengan kasar.
"ODASAKU!" teriakan diikuti pelukan erat pada tubuhnya membuatnya buru-buru mencari air minum sebelum sosok yang memeluknya kembali berteriak—entah karena terlalu senang atau bagaimana. "MAKASIH COKLATNYA, AYO MAKAN SAMA-SAMA! UH AKU SAYANG ODASAKU!"
Hanya Tuhan yang tahu betapa menyakitkannya tenggorokkan Oda karena tersedak kari pedas.
Poor Oda.
