Your Apology Can't Change Anything

Rate; T

Genre; General, Drama (I guees?), Family, Tragedi, dan karena ini Harry Potter jadi ada bumbu Fantasi.

Pair; Gaada (hampir no pair karena lebih berfokus pada… kasih sayang keluarga?). Cuma sepintas Tom Riddle x Severus Snape, sepintas James Potter x Severus Snape, sepintas James Potter x Lily Evans, dan Draco Malfoy x Harry Potter.

WARNING! Ini Omegaverse. Alpha! Tom, Alpha! James dan Alpha! Draco. Sisanya (Severus, Lily, dan Harry) Omega. Akan ada OC (original chara) yang masuk dan berperan sebagai anak perempuan Severus.

Typo, alur yang terlalu cepat atau terlalu lambat, OOC (di usahakan tidak).

Note: Bagi yang belum mengerti tentang sistem ABO atau Omegaverse, aku akan menjelaskannya dulu. Bagi yang sudah paham, silahkan di skip.

Jadi akan ada tiga tipe, Apha, Beta dan Omega.

Alpha adalah tipe dominan. Mereka kebanyakan akan memiliki kekuatan dan kejeniusan yang berbeda dari Beta dan Omega. Populasi mereka tidak sebanyak Beta. Biasanya mereka hanya menikah dengan Omega. Tapi ada juga yang menikah dengan Beta. Tipe gender ini bisa mencium bau feromon Omega dan bila tidak dapat mengendalikan diri, mereka dapat menyerang Omega tanpa sadar (terutama saat Omega sedang heat. Atau sang Alpha sendiri sedang rut.)

Beta adalah tipe tengah. Populasi mereka paling banyak dan dalam beberapa kasus, ada Beta yang kekuatannya melebihi Alpha (namun sangat jarang.) Mereka tidak dapat mencium aroma Omega ataupun Alpha. Mereka tidak dapat menikah dengan Omega karena Beta tidak dapat menghamili Omega. Namun mereka bisa menikah dengan Alpha.

Omega adalah tipe submisif. Mereka hanya dapat menikah dengan satu Alpha seumur hidupnya. Populasi mereka juga sangat jarang. Mereka memiliki keunikan karena bisa menyembunyikan aroma mereka dan menyamar menjadi Beta. Namun aroma ini tidak akan bisa dikendalikan saat mereka heat. Masa-masa heat menjadi masa yang cukup berbahaya bagi Omega yang belum mating atau memiliki Alpha yang menjadi pasangannya karena dapat menarik Alpha lain untuk mendekat. Biasanya mereka menyuntikkan suppresan atau meminum penghambat heat untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Omega ini tunduk dengan aura Alpha (kecuali bagi yang sudah memiliki pasangan.) dan dapat membahayakan tubuhnya sendiri jika memaksa untuk melawan aura itu.

Feromon: Aroma manis yang biasa dikeluarkan Omega. Aroma ini akan berubah menjadi sangat kuat dan memabukkan saat Omega sedang heat.

Rut dan Heat: Rut adalah musim kawin alpha, sedangkan heat adalah musim kawin Omega. Biasanya hal ini ditandai dengan gejala tubuh panas, aroma manis (bagi Omega) atau dominan (bagi Alpha), juga sakit pada alat kelamin. Pada kasus heat, biasanya disertai dengan panas yang membuncah di bagian perut dan tidak dapat menahan keinginan untuk dikawini. Dan pada kasus rut, biasanya alpha masih dapat mengendalikan dirinya.

Biasanya siklus heat pertama akan dialami Omega berusia 15-18 tahun. Sedangkan siklus rut pertama akan dialami Alpha pada usia 16-19 tahun. Siklus ini terjadi setiap tiga bulan sampai empat bulan sekali. Terkadang ada yang enam bulan sekali, berbeda-beda tiap Alpha dan Omega.

Mating: adalah proses kawin antara Alpha dengan Omega. Alpha akan menggigit kelenjar kawin yang ada di tengkuk Omega dan menyatukan aroma mereka. Tanda gigitan ini akan selamanya ada di tubuh Omega. Omega yang telah ditandai juga tidak akan bisa menikah dengan Alpha lainnya, karena aroma mereka telah bercampur dengan Alpha yang menandai mereka. Biasanya mating ini akan memakan waktu satu sampai tiga hari.

Suppresan: ini adalah obat untuk menenangkan hasrat yang bergejolak. Obat ini dapat diminum atau disuntikkan dalam bentuk cairan. Obat ini diminum oleh Alpha yang mengalami tanda-tanda akan rut dan Omega yang akan heat. Bila kejadiannya parah (sudah heat atau rut), obat ini harus segera disuntikkan kedalam tubuh yang bersangkutan.

Cara mengetahui second gender (second gender adalah Alpha, Beta dan Omega) adalah dengan tes darah, psikologis dan urine. Mereka dapat melakukan tes ini bila usianya sudah berusia atau berada di atas 11 tahun. (NOTE! Biasanya tiap fanfiksi ABO akan berbeda-beda cara tesnya. Disini akan dilakukan dengan ketiga cara di atas.)

Mate: pasangan yang telah ditakdirkan. Mate sangat jarang terlahir. Jadi tidak semua orang memiliki pasangan yang ditakdirkan oleh Fate. Saat bertemu dengan mate, biasanya Omega akan langsung memasuki heat dan Alpha akan menandainya.

Catatan tambahan:

Alpha tidak bisa terpengaruh oleh Omega yang memiliki hubungan darah dengannya. Mereka cenderung melindungi keluarga Omega mereka dengan memberikan sedikit aroma mereka di tubuh Omega. Aroma ini juga bisa menjadi tanda kepemilikan untuk Omega yang diincar oleh seorang Alpha untuk menghindari Alpha lain mendekatinya.

Omega yang sudah di tandai memang tidak bisa menikah dengan Alpha lainnya, tetapi ada beberapa persyaratan yang bisa mengubahnya. Tanda gigitan di tengkuk Omega dapat ditimpa oleh tanda dari Alpha lainnya apabila Alpha yang sebelumnya menandai Omega sudah meninggal atau Alpha itu pergi dengan Omega lainnya.

Aku kira ini sudah terlalu panjang. Jika ada yang belum jelas silahkan bertanya.

Selamat menikmati!

.

.

.

Athena Severus Prince mengikuti langkah kaki ayahnya melewati orang-orang yang lalu lalang di Stasiun King Cross. Tempat ini selalu ramai tiap tahunnya, terutama karena semua murid Hogwarts diwajibkan untuk menaiki kereta Hogwarts Express di tiap tahun ajaran baru.

"Oh, itu uncle Sev! Uncle! Disini!" sebuah teriakkan mengambil atensinya. Teriakkan itu berasal dari seorang anak laki-laki berambut pirang dengan mata abu-abu kebiruan yang sekarang melambaikan tangan ke arah mereka dengan semangat.

Ayahnya langsung mendekati keluarga anak itu dan menyapa mereka.

"Lucius, Narcissa, Draco."

Athena cepat-cepat menunduk sopan dan ikut menyapa mereka. "Halo uncle Luce, aunt Cissy dan Drake."

"Halo, Ath!"

Lucius Malfoy—orang yang baru saja disapanya dan juga ayah baptisnya—hanya mengangguk, sedangkan istrinya, Narcissa Malfoy nee Black tersenyum sambil memeluknya.

"Rasanya sudah lama aku tidak melihatmu. Kau tumbuh semakin cantik."

"Terima kasih, aunt. Kau juga masih sama cantiknya seperti dulu."

Narcissa tertawa anggun, lalu beralih memeluk putranya sendiri. "My Dragon, aku yakin kau tidak akan merepotkan Athena dan Severus di Hogwarts?"

"Mum! Tentu tidak! Lagipula, Ath ada di Ravenclaw! Sedangkan aku pasti akan masuk Slytherin! Aku yakin itu." Draco, adik baptisnya, langsung memprotes. Alpha muda itu mencoba melepas pelukan Narcissa yang cukup erat.

"Baiklah kalian berdua, kenapa kalian tidak masuk dan mencari kompartemen? Aku yakin Severus juga harus segera menuju kantornya di Hogwarts." Lucius menengahi dan Narcissa dengan tidak rela melepas pelukannya pada anaknya satu-satunya.

"Sampai jumpa, Father, Mum! Aku akan menulis surat untuk kalian!" Lepas dari pelukan Narcissa, Draco langsung melompat naik ke dalam kereta dan melambai pada mereka, meninggalkan Athena sebagai satu-satunya anak disana.

"Father, aku akan naik. Sampai jumpa di Hogwarts. Sampai jumpa, uncle Luce dan aunt Cissy." Dia berpamitan dengan sopan, seperti yang selalu diajarkan oleh ayahnya. Kemudian setelah kedua Malfoy senior mengangguk padanya dan memintanya mengirim surat pada mereka juga, dia akhirnya ikut naik ke atas kereta dan mencari kompartemennya sendiri.

Ini adalah tahun ke-3nya di Hogwarts dan tahun ke-5nya berada di Inggris. Semuanya lumayan menyenangkan jika menyingkirkan pemikiran bahwa ada orang tertentu yang akan membuatnya mual jika mereka tidak sengaja bertemu.

Athena melirik dari jendela kompartemen yang ditempatinya; ayahnya sudah menghilang. Kemungkinan sudah menuju jaringan floo dan kini sampai di kantornya di Hogwarts. Kedua Malfoy senior juga tidak terlihat.

Ketika dia melafalkan mantra tempus, dia menyadari bahwa sebentar lagi kereta akan berangkat dan beralih membesarkan koper miliknya, lalu menarik buku dari tas yang selalu dibawanya.

Tok tok.

Sebuah ketukan di pintu kompartemennya membuatnya menoleh dari bacaannya dan melihat anak berkacamata dengan mata hijau dan rambut acak-acakan. Dengan lambaian tongkatnya, dia membiarkan pintu kompartemennya terbuka.

"Ada yang bisa kubantu?"

"Uh, boleh aku bergabung denganmu? Um, kompartemen lainnya terlalu… penuh."

Athena menaikkan salah satu alisnya, lalu mengangguk dan membiarkan anak baru itu masuk.

"Terima kasih… um…"

"Athena. Athena Severus Prince. Panggil saja Ath."

Anak itu mengangguk, "terima kasih, Ath." Ujarnya penuh kelegaan, lalu menatap Athena beberapa saat. "Kalau boleh bertanya, kau tahun ke berapa?"

"Ini tahun ke-3 ku di Hogwarts." Balas Athena, agak kesal karena waktunya untuk membaca terganggu. "Ngomong-ngomong, aku belum tahu namamu."

"Ah! Maaf! Aku Harry, Harry James Potter."

Gerakkan tangannya langsung terhenti di tengah jalan. Athena menarik napas dalam-dalam dengan ekspresi beku, mencoba menghilangkan rasa mual dan jijik ketika mendengar nama James Potter.

Dia mengangkat wajah, mulai memperhatikan anak yang menjadi adik tirinya.

Ya, kalian tidak salah baca. Harry James Potter adalah adik tiri dari Athena Severus Prince.

"Ath? Apakah ada yang salah dengan wajahku?"

Athena mengerjap, kemudian menggeleng dan menutup bukunya. "Kau hanya mengingatkanku akan seseorang."

Harry tampak penasaran, tapi untunglah anak itu berhasil menahan diri untuk tidak bertanya.

Yah, bukan berarti Athena juga akan memberitahunya secepat ini.

Keheningan mengisi kompartemen mereka hingga Athena memecahkannya.

"Harry, maaf jika aku lancang… tapi apa second gendermu? Oh, kau tidak perlu khawatir jika kau Omega. Aku tidak akan terpengaruh dengan aromamu."

"Apakah kau Beta? Um, ini agak tidak nyaman untuk dibicarakan, tapi aku memang Omega. Tapi Dad bilang bahwa gender keduaku tidak akan mempengaruhiku dalam belajar."

Ekspresi Athena yang beku menjadi semakin beku. Lidahnya seolah terikat dan dia harus meneguk ludah diam-diam. "… aku Alpha. Tapi aku tidak akan terpengaruh dengan aromamu bahkan jika kau memasuki Heat. Dan aku rasa… yang dia katakan benar."

Kening Harry berkerut, "yang dia katakan?"

"… gender kedua tidak akan mempengaruhimu dalam belajar." Jawab Athena, tidak berniat menyebutkan kata 'ayahmu' ataupun nama 'James Potter'. Itu benar-benar membuatnya mual dan ingin muntah. "Dan yang kukatakan memang benar. Aku tidak akan terpengaruh dengan aromamu. Tapi aku menyarankanmu untuk selalu berhati-hati dan tidak mengatakan gender keduamu ke sembarang orang. Alpha tidak bertanggung jawab atau orang yang tidak menyukaimu bisa saja memanfaatkan hal itu."

Harry mengangguk, "terima kasih atas saranmu."

"Mmn. Kalau ada yang menganggumu, kau bisa mengatakannya padaku. Aku akan mengurusnya." Ujar Athena tanpa sadar. Dia sendiri terkejut ketika menyadarinya.

"… kau baik sekali, terima kasih, Ath."

Athena diam, kemudian mengangguk kaku dan kembali membuka bukunya, mencoba mengabaikan Harry sebelum dia kembali mengatakan hal-hal merepotkan. Dia tahu bahwa dia tidak membenci Harry—terlepas dari ayahnya (mereka) yang brengsek. Dia lebih dari tahu bahwa Harry adalah Harry, bukan orang lain. Tapi itu bukan berarti Athena ingin dekat dengan Harry, sekalipun Alpha dalam dirinya menjerit untuk melindungi Omega adik tirinya.

"Uh, Ath?" panggil Harry, lagi-lagi merusak waktu membacanya. "Um… apakah… apakah nama salah satu orang tuamu adalah Severus Snape?"

Ekspresinya pasti terlihat tersinggung hingga Harry langsung menunduk dan menggumamkan permintaan maaf. Dia tidak terlalu mempedulikan permintaan maafnya dan langsung bertanya dengan nada tajam. "Dari mana kau mengetahuinya?"

"Mom… mengatakan bahwa dia memiliki sahabat baik bernama Severus Snape. Dan mendengar nama tengahmu tadi membuatku bertanya-tanya apakah salah satu orang tuamu adalah sahabat baik mom yang dikabarkan menghilang…"

'Oh, Lily Evans, sahabat baik Father. Ternyata berita bahwa mereka menikah itu benar.' Pikir Athena, lalu memutuskan untuk menjawab pertanyaan Harry. "Ya, nama Father adalah Severus Snape. Kau akan melihatnya nanti di Hogwarts."

Harry mengangguk-angguk, lalu seolah tersadar, dia langsung menatap Athena dengan mata membesar. "Hogwarts?"

"… Father adalah professor ramuan di Hogwarts sejak aku berusia 9 tahun."

"EEHH?!" Jerit Harry, kemudian dia melemas di tempatnya sendiri. "Apakah… apakah dia menyeramkan? Mom bilang bahwa dulu ayahmu dan Dad selalu bertengkar…"

Athena berusaha sekuat tenaga untuk menjaga ekspresinya tetap datar, tapi sepertinya gagal karena Harry memandangnya aneh. Rasa pahit menyebar di lidahnya, tapi dia mencoba menahan diri dan mengangguk sekilas. "Father mungkin memang terlalu tegas dan keras bagi beberapa orang, tapi dia tidak akan melakukan sesuatu yang akan melukai murid."

"Uh… baiklah…"

"Dan Harry?" panggil Athena, meneguk ludah dua kali untuk menetralkan rasa pahit di lidahnya. "Aku akan sangat menghargai jika kau tidak membawa-bawa masa lalu kedua orang tua kita kedalam pembicaraan. Kita bukanlah mereka dan mereka bukanlah kita."

Anggukkan Harry cukup membuat Athena sedikit lega.

.

.

.

Di luar dugaan Athena, hari-harinya di Hogwarts tahun ini cukup menarik dengan adanya Harry dan Draco yang terkadang menghampirinya. Dia tidak terlalu mempermasalahkan Draco yang terkadang datang padanya untuk ngobrol, lagipula Athena sudah menduganya. Apa yang tidak diduganya adalah Harry yang juga datang padanya untuk bertanya hal-hal kecil. Bahkan anak itu pernah duduk di meja Ravenclaw secara tiba-tiba hanya untuk menemaninya.

"Kau terlihat kesepian," katanya saat ditanya.

Yah, Athena tidak menolak. Tapi dia juga tidak menerima. Lagipula dia memang tidak memiliki teman dekat—mengingat kepribadiannya yang sedikit tertutup. Kehadiran Harry cukup membuat sekelilingnya yang sepi menjadi lebih ceria.

"Ada apa?" suara ayahnya langsung menarik kembali atensinya yang sesaat teralihkan.

Mereka berdua sedang menikmati waktu akhir pekan di ruangan Severus. Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk selalu menghabiskan waktu berdua (kini terkadang bertiga jika Draco sedang ingin menceritakan sesuatu) tiap minggunya.

"Tidak. Aku hanya berpikir bahwa tahun ke-3ku di sini sedikit lebih ceria daripada tahun-tahun sebelumnya." Athena mengangkat cangkir tehnya dengan anggun, kemudian seolah teringat sesuatu, gadis itu mendongak untuk menatap ayahnya dan dengan ragu berucap. "Father, Harry mengundangku untuk natal di rumahnya. Kurasa… Lily… Evans memintanya secara khusus untuk mengundangmu juga… bersama pasanganmu."

Alis Severus langsung mengerut. "Lalu, bagaimana jawabanmu?"

"Aku menolaknya." Jawab Athena, tersenyum samar. "Aku tahu professor Riddle dan uncle Luce sudah mengundangmu untuk natal bersama mereka."

Severus mengangguk, lalu mengambil potongan pai blueberry yang ada di atas meja. Athena bertanya-tanya apakah itu pai yang dibeli oleh professor Riddle siang tadi.

Oh, jangan salah sangka. Athena tahu bahwa professor Riddle menyimpan rasa lebih pada ayahnya. Sayangnya Severus belum menerima perasaan itu dan berkata bahwa dia masih membutuhkan waktu untuk pulih dari traumanya di masa lalu. Yah, Athena juga tidak keberatan. Apapun asal ayahnya sehat dan bahagia. Lagipula, Tom Riddle berkata akan menunggu Severus dengan sabar.

"… Father, apakah Draco tidak mengetahui apa yang terjadi padamu?"

Severus berhenti mengunyah dan menatap anak perempuannya dengan tatapan dingin. Bahasa tubuh yang dengan jelas mengatakan 'tidak'.

"Dia… sepertinya cemburu padaku karena Harry lebih dekat denganku. Well, dia selalu mengeluh tentang aku yang selalu saja dekat dengan Harry, tapi baru-baru ini aku menyadari bahwa sebenarnya dia kesal padaku karena dekat dengan 'incarannya'."

Alis Severus terangkat tinggi saat mendengarnya. Pria itu menelan dan mengambil teh sebelum menanggapi, "biar kutebak, Lucius Malfoy akan datang dan mengeluh padaku di hari natal nanti karena Draco tidak berhenti membicarakan… anak itu di rumah maupun di setiap suratnya."

Athena tertawa dan meletakkan cangkirnya. Dia mengerti bahwa ayahnya tidak terlalu suka menyebut nama Harry dan lebih suka menggantinya dengan panggilan 'anak itu'. Memanggilnya dengan nama depan terkesan terlalu akrab dan Athena lebih dari siapapun tahu bahwa lidah mereka sama-sama merasakan jijik tidak tertahankan ketika nama 'Potter' terucap di lidah.

"Sejujurnya, sikapnya agak lucu. Aku jadi ingin menggodanya."

Severus mendengus, "Jangan terlalu berlebihan. Aku tidak mau mendengar protes ayahnya."

"Hihihi, iya Father." Kekeh Athena, otaknya sudah menyiapkan beberapa rencana jahil untuk menggoda adik baptisnya.

"Ngomong-ngomong, natal tahun ini kau akan kembali lebih dulu ke Malfoy manor bersama Draco." Ujar Severus sambil meletakkan cangkir teh dan bergerak menyamankan diri di kursinya. Athena yang paham dengan bahasa tubuh ayahnya langsung turun dari duduknya dan pindah ke atas pangkuan Severus. Tidak lupa dia memanggil selimut yang terlipat rapi di lemari kantor ayahnya dengan lambaian tongkatnya.

Gadis itu memasang selimut di sekeliling ayahnya dan dirinya sendiri, lalu membiarkan Severus memeluknya dengan satu tangan dan mengusap rambut hitamnya yang sedikit bergelombang liar. Setelah menyamankan diri dan bersandar di dada ayahnya, barulah Athena bertanya.

"Bagaimana dengan Father?"

"Aku akan menyusul bersama… Tom Riddle… kuharap kau tidak keberatan?"

Dari cara Severus memeluk tubuhnya dan tangannya yang berhenti mengusap rambutnya, Athena tahu bahwa ayahnya itu khawatir dengan reaksinya. Tapi Athena sudah lama menunggu ayahnya lebih membuka diri pada orang lain, sehingga hanya tersenyum. "Tentu tidak, Father. Aku yakin profess—Tom akan membantuku menjaga Father."

"… aku tidak selemah itu."

"Aku tidak pernah meragukan kekuatan Father. Aku hanya khawatir padamu. Dan sampai kapan Father akan memanggil nama lengkap Tom? Lama-lama namanya terdengar aneh jika begitu!" Athena sedikit cemberut, lalu menatap ayahnya yang terlihat tidak tahu harus berbuat apa. "Cobalah panggil dia dengan namanya, ayo Father, Tom. T-o-m."

"Ath… jangan memaksaku."

"Ayolah Father. Please?"

Severus memalingkan pandangan, tidak ingin terjebak dengan wajah memohon putrinya. "Tidak. Aku akan memanggil… namanya jika aku sudah siap."

Jawaban itu sudah cukup bagi Athena untuk saat ini, jadi dia tersenyum dan kembali menyamankan diri di pelukan ayahnya hingga tertidur karena aroma menenangkan yang selalu menempel di tubuh Severus.

.

.

.

Draco bertingkah aneh ketika Athena melihatnya dari sudut mata. Dia biasanya akan mengabaikannya, tapi karena anak itu kini terus menerus mencuri pandang padanya sejak dia tiba di Malfoy manor, akhirnya Athena tidak tahan lagi.

"Ada yang ingin kau tanyakan padaku?"

Anak itu terlihat menimbang-nimbang, kemudian bergumam. "Apakah kau menyukainya?"

Mereka kini sedang berada di dalam perpustakaan di Malfoy manor. Libur natal—yule, kalau di dunia sihir—sudah tiba dan Athena juga Draco sudah tiba sejak kemarin. Saat ini mereka sedang menunggu kehadiran Severus dan Tom untuk merayakan natal bersama dengan membaca beberapa buku.

"Siapa?"

"…tter…" bisik Draco, hampir tidak terdengar.

Athena mengangkat alis, "Harry? Lumayan, dia anak yang manis."

Draco terlihat akan sakit dengan jawabannya. Reaksinya membuat Athena menatapnya dengan pandangan menyelidik.

"Jangan bilang kau cemburu padaku?" tanyanya langsung. Dia lalu melanjutkan tanpa membiarkan Draco menjawab pertanyaannya. "Ayolah, jangan konyol. Aku tidak tertarik dengan hubungan seperti yang kau pikirkan. Aku hanya merasa dia bisa menjadi adik laki-laki yang manis, terlepas dari… ayahnya yang brengsek."

"Huh? Tunggu, jadi kau menyukainya seperti kau menyukaiku?"

Pertanyaannya sungguh ambigu, membuat Athena mengerutkan kening. "Sejak kapan aku menyukaimu?"

"…"

"Apa?" tanya Athena ketika Draco menatapnya dengan pandangan kesal. Perempatan siku-siku imajinasi sudah terbentuk di kepala pirangnya dan Athena hanya menanggapinya dengan tatapan datar.

"… tidak. Tidak ada apa-apa." Jawabnya setengah mendesis. Kemudian anak itu keluar dari perpustakaan Malfoy manor dan meninggalkannya sendirian dengan tumpukan buku yang belum dibacanya.

"… dasar adik baptis kurang ajar." Umpat Athena dibawah napasnya ketika menyadari bahwa dia harus mengembalikan buku-buku yang diambil Draco kembali ke raknya masing-masing. "Aku akan meminta Father untuk menghukumnya saat kembali ke Hogwarts nanti."

.

.

.

Athena mengangkat alis ketika melihat ekspresi cemberut yang diberikan Harry untuknya. Anak itu sepertinya marah karena suatu hal yang tidak dia ketahui.

Mereka sedang berada di taman Hogwarts, duduk bersandar pada batang pohon beralaskan rumput hijau. Awalnya hanya ada Athena disana, sibuk membaca beberapa buku yang kini bertumpuk di sampingnya. Tapi entah bagaimana Harry berhasil menemukannya dan langsung duduk di sebelahnya tanpa permisi.

Kini anak itu sudah menatapnya dengan kesal selama beberapa menit.

"Kenapa?" tanyanya pada akhirnya. Dia tidak bisa membaca buku dengan tenang jika Harry terus menerus memperhatikannya dengan tatapan tajam.

"Kau menerima undangan Malfoy dan menolak undanganku! Aku kesal padamu! Humph!"

Athena menghembuskan napas dan menutup bukunya, lalu memberikan atensi penuh untuk adik tirinya. Sedikit mengherankan memang, melihat Harry dengan cepat akrab dengannya dan sedikit bersikap manja jika bersama dengannya. Tapi Athena sudah lama tidak peduli karena ketika Harry ditanya 'kenapa?' Anak itu hanya menjawab bahwa dia merasa nyaman dan aman ketika bersamanya.

"Keluarga Draco selalu mengundang kami. Jadi aku tidak bisa memenuhi undanganmu. Bukankah aku sudah menyampaikan permintaan maaf?"

Harry menatapnya beberapa saat, kemudian tanpa disangka bertanya tentang alasannya yang sebenarnya. "Kalian… hanya tidak ingin bertemu dengan ayahku dan teman-temannya… kan?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Um, well, Sirius selalu… mengatakan hal buruk tentang kalian, dan Mom selalu berkata bahwa Dad dan teman-temannya selalu berbuat jahat pada… professor Snape. Jadi kupikir kau tidak mau datang karena mereka…"

"…" Athena tidak berniat menjawab pertanyaan—pernyataan itu. Walaupun, yah, ada alasan lain yang lebih besar dari pada 'tidak ingin menerima undangan karena teman-teman ayahnya yang dulu selalu menganggu ayahnya.'

"Jadi itu benar? Kau tidak mau datang karena mereka?" tanya Harry, terdengar kecewa padanya. "Tidakkah kau ingin memberi mereka kesempatan? Sekali saja. Mom juga pasti ingin bertemu lagi dengan professor Snape."

Lagi-lagi Athena menghembuskan napas. "Harry," ujarnya, mencoba memilah kata yang tepat. "Ada… luka yang tidak bisa disembuhkan, bahkan jika luka itu sudah berusia puluhan tahun."

"Luka?"

Athena menepuk puncak kepala Harry sekilas, "bahkan jika… mereka sudah berubah, Father… jauh di dalam hati Father… luka itu masih berdarah." Dia menarik napas, kemudian menatap Harry yang kini melihatnya dengan pandangan bersalah. "Maafkan aku, tapi aku tidak akan membiarkan kalian menabur garam pada lukanya."

"… aku mengerti. Maaf, Ath…"

"Tidak apa-apa, bukan salahmu." Gumam Athena, lalu kembali membuka bukunya. "Apa sekarang kau masih marah padaku?"

Harry menggeleng dan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Athena, mengambil salah satu tangan gadis itu dan menaruhnya di kepalanya sendiri. "Tidak lagi! Kau tahu bahwa aku tidak tahan marah terlalu lama padamu!"

Tangan Athena secara otomatis bergerak mengusap rambut Harry yang lembut. Dia entah bagaimana terbiasa melakukannya sejak Harry tidak sengaja jatuh tertidur ketika mereka sedang mengerjakan tugas DADA (lebih tepatnya, Harry meminta bantuannya dalam mengerjakan tugas DADAnya). "Hm. Baguslah."

Mereka jatuh kedalam keheningan yang menenangkan. Athena dengan bukunya dan Harry yang mulai mengantuk karena usapan lembut di kepalanya. Anak itu terlihat akan jatuh tertidur ketika sebuah teriakkan memecah hening di antara mereka.

"HARRYY!"

"ATHH!"

Harry mengerang kesal, sedangkan Athena hanya menoleh dan langsung membereskan buku-bukunya ketika melihat Draco melangkah mendekat dengan tatapan tajam. Di sisi lainnya, Weasley dan Granger—teman dekat Harry—melangkah terburu ke arah teman mereka dan menariknya berdiri.

"Apa sih?!"

"Kami mencarimu dari tadi! Kau bilang hanya ingin pergi sebentar sebelum makan siang, tapi kau bahkan tidak datang ke Great Hall! Dan ini sudah hampir sore!" wajah Weasley terlihat memerah, entah karena berlari atau karena keberadaan Draco yang kini menarik lengan Athena. Siapapun di Hogwarts tahu bahwa mereka berdua tidak pernah akur satu sama lain.

"Ath! Bantu aku dengan tugas Transfigurasi! Dan apa yang kau lakukan dengan Bloody Potter?!"

"Hey! Ath bebas menghabiskan waktu dengan siapapun yang dia inginkan!"

"Memangnya aku perna—"

"Okay, cukup. Jangan mulai bertengkar di hadapanku atau aku perlu memberitahu professor Riddle dan professor McGonagall." Cepat-cepat Athena menengahi. Ekspresinya yang tadinya sedikit melembut kembali beku. Dia menepuk puncak kepala Harry sekali sebelum mengikuti tarikan Draco sebelum adik baptisnya itu merengek.

Ketika mereka berdua sudah cukup jauh, Athena mendekat pada Draco dan berbisik; "Alasanmu buruk sekali. Aku tahu kau tidak membutuhkan bantuan dalam mengerjakan tugas. Apa kau cemburu?"

"Hah?! Kau gila?!"

Athena hanya mengangkat alis atas reaksi yang didapatnya, sedangkan Draco cemberut ketika menyadari ucapannya sendiri dan langsung berlari pergi meninggalkannya dengan pipi memerah.

Dia tersenyum tipis melihatnya.

.

.

.

Draco menatapnya dengan kesal bercampur penasaran ketika Athena memilih untuk makan siang di meja Slytherin dua hari kemudian. Terutama karena gadis itu memasang mantra perendam di sekeliling mereka.

"Kenapa kau disini?" desis anak itu.

"Kau menghindariku selama dua hari ini. Ada apa?" Athena bertanya dengan nada tenang. Ekspresinya beku—hampir kosong. Tatapannya fokus pada salad di piringnya. "Apa ini karena Harry?"

"Aku tidak menghindarimu!" Draco hampir membentak. "Dan kenapa kau membawa-bawa Bloody Potter?!"

"Kau menghindariku sejak melihatnya tidur di pangkuanku kemarin."

"…"

"Apa kau cemburu padanya?"

"Kenapa aku harus cemburu padanya?"

Athena meletakkan garpunya, kemudian menoleh pada Draco. "Jadi kau cemburu padaku karena dekat dengan Harry."

Draco mengerang jengkel, "Merlin! Kenapa aku harus cemburu?! Dan lagi, kenapa kau yang menomor satu-kan buku bisa tiba-tiba memprioritaskan Potter?! Apa spesialnya sih dia?!"

"Hm? Apa maksudmu?"

"Oh ayolah Ath! Jangan pura-pura tidak tahu! Kau, yang selalu memegang buku untuk dibaca dimanapun kapanpun, tiba-tiba saja tidak membawanya ketika bersama Harry Bloody Potter! Kemana sifat cuekmu itu?!"

"Memangnya salah jika aku memprioritaskan adik tiriku?" tanya Athena, tidak berniat menyembunyikan fakta bahwa Harry adalah adik tirinya dari Draco. Jika itu bisa membuat anak itu diam, maka Athena akan melakukannya demi ketenangan telinganya. "Lagipula kurasa aku juga memprioritaskanmu?"

Draco cemberut, lalu meminum jus labu untuk membasahi tenggorokannya. Dia mengulang ucapan Athena di kepalanya dan langsung tersedak setelah beberapa detik.

"Uhuk! Uhuk! DEMI MERLIN, ATHENA SEVERUS PRINCE! BENARKAH?!" teriaknya tanpa sadar, membuat mantra perendam di sekeliling mereka rusak dan seisi aula kini melihat ke arahnya.

Athena meminum jusnya sendiri dan mengelap bibir dengan sapu tangan, lalu menanggapi jeritan Draco tanpa melihat ke arahnya. "Memangnya kau perlu se-heboh itu?"

"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?!" desis Draco, mencoba mengumpulkan kembali harga dirinya yang baru saja hilang karena tersedak dan berteriak.

"Memangnya aku perlu memberitahumu?" balas Athena, masih menolak menatap Draco dan lebih memilih menikmati sisa jusnya.

Draco mengerang dibawah napasnya, kemudian mengumpat tentang betapa menyebalkannya kakak baptisnya.

Athena tersenyum tipis melihatnya dan mengacak-acak rambut Draco sebelum bangkit dan meninggalkan meja Slytherin. Dia mengabaikan tatapan horor anak-anak asrama Slytherin lainnya dan jeritan kesal Draco yang tidak terima tatanan rambut indahnya dihancurkan.

Well… mereka semua tahu betapa jengkelnya seorang Draco Lucius Malfoy ketika ada seseorang yang menyentuh kepalanya.

.

.

.

Perpustakaan sedang sepi ketika Harry bersama kedua temannya datang. Mereka sepertinya mendiskusikan sesuatu yang penting hingga tidak menyadari keberadaannya.

Athena baru saja memilih untuk mengabaikan mereka dan kembali membaca buku di tangannya ketika tidak sengaja mendengar namanya dan Draco disebut.

"Harry, apa kau tahu bahwa Prince adalah Alpha? Berbahaya jika kau terlalu dekat dengannya! Apalagi sepertinya dia memiliki suatu hubungan dengan Malfoy!"

"Tapi Mione! Aku suka berada di dekatnya. Auranya sangat menenangkan dan membuatku merasa aman! Lagi pula, selama ini dia selalu membantuku!"

Athena tidak suka mencuri dengar pembicaraan orang lain, tapi dia tidak bisa berdiri dan melangkah pergi begitu saja tanpa terlihat oleh mereka.

"Sobat, kau tidak lihat perilakunya pada Malfoy kemarin? Bloody Hell, bahkan tidak ada anak di Slytherin yang berani menyentuh rambut anak manja itu. Dan dia melakukannya!"

"Dan fakta bahwa kau selalu berlari ke arahnya setiap melihatnya atau ketika bertengkar dengan kami membuatku benar-benar khawatir!"

"Ron, Mione, ayolah, dia sudah terlihat dekat dengan Malfoy sejak masuk. Mungkin saja mereka berteman sejak kecil!" Perkataan Harry terdengar kesal. "Kalian berdua terlalu khawatir! Lagipula, Ath bilang bahwa dia tidak akan terpengaruh dengan aromaku sejak pertama kali kita bertemu. Dan dia adalah temanku. Memangnya salah jika aku pergi menemuinya?"

"Dia bilang begitu?"

"Yang mana?"

"Tentang dia tidak akan terpengaruh dengan aroma … mu…"

Sepertinya Harry mengangguk karena Athena tidak mendengar jawabannya.

"Itu mustahil! Harry, kau yakin Prince tidak memiliki hubungan darah denganmu?"

"Tidak. Aku pernah membaca pohon keluargaku, dan keluargaku tidak pernah memiliki hubungan darah dengan keluarga Prince."

"Bagaimana dengan keluarga Snape?"

"Keluarga Snape dulunya adalah Muggle hingga professor Snape lahir. Mom sendiri yang dulu bilang padaku."

"Apa Prince bilang bahwa dia juga tidak akan terpengaruh dengan aroma… lain?"

"Uh, dia hanya pernah bilang kalau dia tidak akan terpengaruh dengan aromaku bahkan ketika aku memasuki… kau-tahu."

Athena ingin sekali pergi dari tempatnya sekarang juga. Dia punya firasat bahwa apa yang akan didengarnya selanjutnya bukanlah hal yang ingin di dengarnya.

"Itu aneh dan tidak masuk akal."

"Mungkin Ath adalah pengecualian. Ngomong-ngomong, berhenti bicara buruk tentangnya! Dia gadis yang baik dan selama ini dia selalu menjagaku—terlepas dari ekspresinya yang mirip dengan professor Snape dan ketidak peduliannya terhadap sekitar."

"Aku hanya penasaran."

"Benar, sobat. Lagipula, tidak ada yang tahu siapa istri professor Snape dan kenapa dia menggunakan nama keluarga Prince. Sejauh yang kutahu, keluarga Prince tidak memiliki penerus dan namanya hilang sekitar 30 tahun yang lalu."

"Hey! Ayolah, berhenti membicarakannya. Kenapa sih kalian penasaran sekali?" suara Harry terdengar kesal, kemudian dia menggumam. "Aku bersumpah akan melakukan keonaran."

"Dan apa yang akan kau lakukan sekarang? Mencarinya dan bertanya terus terang?"

"…"

"Harry? Kenapa dengan ekspresimu?"

Mendadak mereka terdiam dan tidak ada dari mereka yang berbicara lagi. Kemudian Athena tiba-tiba merasakan beberapa tatapan tertuju padanya dari belakang kepalanya. Sejak kapan mereka tahu bahwa Athena ada di sini dan mendengarkan pembicaraan mereka?

Athena tidak bergeming ataupun balas menoleh. Dia melanjutkan bacaannya seolah-olah tidak mendengar apapun yang baru saja mereka katakan. Lagipula dia sudah terbiasa dengan rasa penasaran anak-anak lain.

Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bahwa nama keluarga neneknya adalah Prince, bangsawan pureblood yang masih berhubungan dengan kerajaan Romawi. Severus menolak memberinya nama keluarga 'Snape' karena perilaku kakeknya yang kejam. Dan lagi, Athena memang pewaris sah keluarga Prince.

Pemikirannya terputus ketika seseorang mengetuk meja. Seorang anak laki-laki berambut coklat madu dengan kulit pucat tersenyum canggung padanya ketika dia menoleh.

"Ada apa?"

"Professor Riddle memintamu untuk menemuinya di ruangannya."

Athena mengucapkan terima kasih dan langsung membereskan bukunya, lalu membawanya keluar tanpa menoleh pada Harry dan teman-temannya.

.

.

.

"Kau memanggilku, professor?" tanya Athena setelah mengetuk pintu dan diizinkan masuk. Matanya bertatapan dengan warna merah darah milik Tom yang balas memandangnya.

"Ya. Duduklah."

Cepat-cepat Athena mengambil langkah dan duduk di atas sofa panjang yang berhadapan langsung dengan Tom. "Ada apa?"

"Severus… sejak kapan dia selalu meminum suppresan dengan dosis dua kali lipat dan meminum ramuan pencegah feromon dengan dosis tinggi?" tanyanya tanpa basa basi.

Athena hampir melompat ketika mendengarnya. "Apa?"

Tom Riddle mengamati ekspresinya selama beberapa saat, kemudian menggelengkan kepala dan memegang pelipisnya. Pria itu terlihat stress dan khawatir. "Aku melihatnya meminum suppresan, ramuan pencegah heat, dan ramuan pencegah feromon kemarin. Tapi pagi ini aku melihatnya meminum lagi suppresannya dan ramuan pencegah feromon."

"Tapi jika Father meminumnya dengan dosis sebanyak itu, sistem tubuhnya bisa rusak perlahan-lahan!"

"Bukan hanya itu, Athena. Ramuan-ramuan itu mencegahnya mendapatkan heat. Dan kalau ini berlangsung terlalu lama… aku khawatir feromonnya akan meledak dan heatnya akan lebih menyakitkan ketika tiba saatnya nanti."

Athena merasa akan pingsan mendengarnya. Sebenarnya apa yang dipikirkan ayahnya itu?! Dia tidak biasanya melakukan hal berbahaya seperti ini!

"Aku memanggilmu untuk meminta bantuanmu. Kau adalah anaknya, sedangkan aku adalah Alpha yang memiliki perasaan lebih padanya. Jelas kita memiliki perbedaan besar dalam memberitahunya. Kau mengerti maksudku?"

Sungguh, Athena tidak tahu harus tersenyum lebar atau marah saat ini. Dia senang karena akhirnya Tom akan mulai mengambil langkah lagi, tapi dia marah pada ayahnya yang melakukan hal bodoh.

"Aku akan membantumu mengawasinya. Jika Father memang meminum ramuan dengan dosis dua kali lipat, harusnya ada alasan di baliknya." Athena langsung berdiri, "aku akan keruangannya sekarang. Harusnya botol-botol ramuan itu masih ada di kantornya."

Tom mengangguk, "oh, dan aku hanya ingin mengingatkanmu… akhir masa sekolah sudah dekat. Sebaiknya kau menjaga jarak dengan Omega tertentu untuk menghindari beberapa hal."

Athena tidak bodoh. Dia mengerti dengan jelas maksud perkataan ayah baptisnya itu.

Artinya adalah kedua orang tua Harry beserta ayah baptisnya kemungkinan besar akan ada di stasiun King Cross untuk menjemputnya dan Athena bisa jadi ditarik olehnya untuk menemui mereka.

"Jangan khawatir tentang itu. Melihat sifatnya, dia akan menjaga jarak dariku selama beberapa waktu." Balasnya, lalu berlalu pergi menuju ruangan ayahnya sendiri.

Sekilas, Athena bisa melihat Tom tersenyum bangga padanya.

.

.

.

TBC.

Catatan Author;

Baiklah. Aku tidak tahu apakah aku bisa menyelesaikan ini hingga akhir. Jadi jangan terlalu berharap padaku.

Terima kasih sudah membaca.