Your Apology Can't Change Anything

Rate; T

Genre; General, Drama (I guees?), Family, Tragedi, dan karena ini Harry Potter jadi ada bumbu Fantasi.

Pair; Gaada (hampir no pair karena lebih berfokus pada… kasih sayang keluarga?). Cuma sepintas Tom Riddle x Severus Snape, sepintas James Potter x Severus Snape, sepintas James Potter x Lily Evans, dan Draco Malfoy x Harry Potter.

WARNING! Ini Omegaverse. Alpha! Tom, Alpha! James dan Alpha! Draco. Sisanya (Severus, Lily, dan Harry) Omega. Akan ada OC (original chara) yang masuk dan berperan sebagai anak perempuan Severus.

Typo, alur yang terlalu cepat atau terlalu lambat, OOC (di usahakan tidak). Mention of Rape.

Selamat menikmati!

.

.

.

Athena Severus Prince mengetuk ruangan ayahnya dengan tidak sabar.

Dia khawatir pada ayahnya. Apa yang terjadi padanya hingga melakukan hal itu?! minum ramuan dengan dosis dua kali lipat dalam waktu dua hari! Dosis yang biasanya saja akan bertahan hingga dua minggu dan ayahnya malah menambah dosisnya.

Pintu di depannya tiba-tiba terbuka dan memutus pemikiran paniknya.

"Athena? Ayo masuk." Suruh ayahnya. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi Athena bisa melihat tanda-tanda kelelahan di bawah matanya.

"Father? Apa yang terjadi? Apa Father baik-baik saja?"

Ayahnya melihatnya beberapa saat, bibirnya menipis sejenak sebelum akhirnya dia menghembuskan napas. "Hanya memimpikan beberapa hal… dimasa lalu."

Alis Athena naik, tapi tidak mengatakan apapun tentang masalah ayahnya. Dia tahu bahwa ayahnya tidak ingin membicarakan itu. Tapi dia tetap membuka kedua lengan dan memeluk pinggang ayahnya erat-erat. "Itukah sebabnya Father meminum ramuan dengan dosis dua kali lipat?"

"Dari mana… oh lupakan, pasti Tom Riddle yang memberitahumu."

"Tom hanya khawatir pada Father!"

"… aku tahu." Jawab ayahnya, membalas pelukan Athena sama eratnya. "Aku baik-baik saja. Kejadian itu… sudah terlalu lama berlalu."

"Tapi luka hati Father sama sekali belum sembuh… bahkan Father membuat Tom menunggu selama 4 tahun! Belum ditambah sejak kalian pertama kali bertemu!"

Severus melepas pelukan mereka, tersenyum tipis dengan tatapan terhibur. "Sebenarnya, aku mulai memikirkan tawarannya. Dia… orang yang baik."

"Dan Father nyaman saat bersamanya! Ayolah, jangan berbohong! Aku tahu Father suka blushing dan melirik Tom saat dia tidak sadar!" Athena mendadak melompat dengan penuh semangat.

"What?! Tidak! Aku tidak seperti itu!"

"Akui saja, Father. Kau juga menyukai Tom!"

Ayahnya memutar mata dan malah mendorongnya keluar dari ruangannya. "Pergilah. Bukankah kau harus makan malam?"

Athena tidak bisa tidak tersenyum ketika melihat pipi ayahnya yang bersemu. Tapi… "Father tidak ikut makan di Great Hall? Apa Father benar-benar baik-baik saja? Apakah ramuannya menyakiti Father?"

Pipi Severus Snape semakin bersemu hingga berwarna pink. "Tidak, aku baik-baik saja dan aku akan makan nanti."

"Tapi Father harus makan! Apa aku harus memberitahu Tom agar Father mau makan?" tanya Athena, sedikit bingung dengan reaksi ayahnya. "Father… apa kau menyembunyikan sesuatu?"

"Tidak, itu tidak perlu… a-aku akan makan dengan T-tom di dapur…" ujar Severus, hampir berbisik. Pipinya kini terlihat jelas memerah, sangat kontras dengan kulit pucatnya.

Athena yang tadinya mengerutkan kening langsung tersenyum lebar saat mendengarnya. "Oh! Baiklah, sampai jumpa besok, Father!" ujarnya sambil berlari pergi dengan riang. Dia bertemu dengan Tom Riddle di ujung lorong dan tidak bisa menahan diri untuk tidak melemparkan diri kedalam pelukan professor kesukaannya itu.

"Whoa! Ada apa, little bird?" tanya Tom, menangkap Athena tepat waktu. "Kau terlihat sangat senang. Apa ada sesuatu yang baik terjadi? Bagaimana dengan Severus?"

"Hehehe, aku hanya sedang saaangat senang! Oh, Tom, pergilah dan jemput Father, aku tidak akan mengganggu makan malam kalian! Sampai jumpa!"

Belum sempat Tom menjawab, Athena sudah memeluk pinggang Tom kilat dan kembali berlari menuju Great Hall dengan senyuman lebar di bibirnya—yang hampir membuat beberapa siswa lain menatapnya seolah dia sedang berkepala dua.

Athena tentu saja mengabaikan mereka dengan sepenuh hati.

Dia sedang bahagia dan tidak ada yang bisa merusak mood-nya saat ini.

.

.

.

Tetapi kebahagiaan Athena sama sekali tidak bertahan lama ketika Harry tiba-tiba menarik tangannya di hari jumat pagi dan memberitahunya tentang pertandingan Quidditch yang akan diikutinya siang nanti. Sepertinya anak itu sudah lupa dengan kejadian beberapa hari lalu di perpustakaan.

Yah, Athena juga tidak ingin membahas atau mengingatkannya.

"Harry, kau masih tahun pertama, bagaimana kau bisa masuk kedalam tim?"

"Oh, professor McGonagall memberiku izin saat melihatku menangkap benda milik Neville kemarin di kelas terbang." Cerita Harry dengan malu-malu. "Apakah kau akan datang menonton…?"

"Kau ingin aku menontonmu?" tanya Athena, hampir tidak percaya bahwa Harry benar-benar ingin mengajaknya. Semua orang tahu dia sama sekali tidak peduli pada Quidditch, olahraga kasar yang selalu membuat perutnya mual ketika tidak sengaja melihat nama di atas medali Quidditch beberapa tahun yang lalu. Sejak saat itu, dia menjauhi area piala-piala dan lapangan Quidditch. Ayahnya hanya menghela napas melihatnya, tapi sama sekali tidak menghentikannya. "Aku sibuk, kau tahu itu."

Harry langsung ceberut dan menatapnya dengan tatapan sedih yang dibuat-buat. "Ayolah, Ath! Kau harus menonton! Ini pertandingan pertamaku!"

"Tidak, aku tidak mau."

"Oh ayolah! Aku ingin teman-temanku datang dan melihat!" rengek Harry sambil menarik-narik ujung jubahnya. "Ayo, Ath! Aku akan semakin bersemangat jika kau datang nanti!"

Kenapa dia ingin sekali aku datang untuk menontonnya bertanding? Ini aneh, apa yang dia rencanakan? Pikir Athena, tetap tidak bergeming terhadap rengekkan Harry.

"Athhhh~! Ayolah! Datang dan lihat aku, ya? Ya? Ya? Pleasee?" Lagi-lagi Harry merengek padanya dan sepertinya dia tidak akan berhenti sampai Athena mengatakan 'ya' pada keinginannya.

Athena tidak ingin Harry menganggunya terus menerus (terlepas dari sikapnya yang lucu sekali ketika kesal dan merengek karena Athena tidak ingin mengikuti kemauannya), jadi dengan sangat terpaksa dia akhirnya mengatakan ya.

"Ingat, Harry, ini yang pertama dan terakhir kalinya aku menginjakkan kaki di lapangan Quidditch." Gumam Athena, memijat kepalanya yang mendadak sakit. Oh tolong, dia tidak akan melupakan bahwa jika Draco mendengar ini, dia juga akan ikut merengek padanya seperti Harry agar Athena menyerah dan ikut melihatnya bermain. (Bukan berarti Athena akan dengan sungguh-sungguh menolak permintaan adik baptisnya itu, sih.)

Yah, untunglah masih ada dua tahun lagi sebelum Draco bisa menyeretnya ke dalam lapangan Quidditch berdarah. Kalau tidak, mungkin sekarang Athena sudah mencari dinding terdekat untuk menghantamkan kepalanya.

"YESH! Aku pasti akan menangkap Snitchnya, Ath! Lihat saja nanti!" Harry melompat, memeluk Athena sekilas dan berlari pergi setelahnya.

"… dia merencanakan sesuatu." Gumam Athena, menangkap senyuman tidak wajar yang Harry ciptakan sedetik setelah memeluknya. Aku harus mencaritahunya.

.

.

.

Sayangnya, Athena tidak menemukan petunjuk apapun.

Dia tidak pergi ke Severus ataupun Tom karena mereka berdua tampaknya sibuk dengan pekerjaan mereka. Ditambah lagi, hubungan mereka sepertinya berkembang lebih jauh dari pada yang bisa Athena bayangkan. Dia jadi bertanya-tanya kapan dia bisa memanggil Tom dengan sebutan 'papa' atau 'daddy'.

Hum, mungkin dia bisa bertanya nanti setelah pertandingan Quidditch Harry selesai.

Dilihatnya tribun lapangan yang ramai dengan warna kuning-hitam dan merah-emas. Suara terompet terdengar bersahutan dan dia bisa melihat Harry tersenyum lebar di atas sapu terbangnya. Tatapan mereka bertabrakan beberapa detik dan bibir Harry membentuk senyuman lebar sambil melambaikan tangannya dengan penuh semangat kearahnya.

Athena hanya mengangguk singkat padanya. Dia tidak terlalu menaruh minat pada Quidditch, sekalipun dia kadang-kadang suka terbang. Diedarkannya pandangan pada tribun professor, tapi dia tidak bisa menemukan Tom dan ayahnya.

Huh, pasti sedang bersama di ruangan Tom atau di dapur, makan cake dan ngobrol berdua. Pikir Athena, diam-diam cemburu karena merasa ditinggalkan. Ayahnya dan Tom memang tidak terlalu tertarik dengan Quidditch. Jadi biasanya mereka bertiga akan pergi ke dapur atau ruangan Tom atau ayahnya untuk ngobrol dan bersantai. Kali ini dia terpaksa melewatkan waktu pribadi bersama mereka karena Harry.

Huft, baiklah. Demi Harry. Pikir Athena lagi, mencoba menyemangati dirinya sendiri. Mungkin setelah ini Father dan Tom akan merencanakan pernikahan mereka!

Sorakan bersama dengan siulan yang membahana membuatnya kembali pada kenyataan, Hufflepuff sepertinya sudah mendapatkan poin Quidditch pertama mereka. Disusul dengan Gryffindor, Hufflepuff lagi, Gryffindor, dan seterusnya hingga Athena bosan melihat pertandingan di depannya.

Dia hampir pergi ketika tubuhnya tanpa sengaja menabrak seseorang.

"Astaga! Maafkan aku, apakah kau baik-baik saja, gadis kecil?" suaranya entah kenapa tidak asing bagi Athena. Tidak asing, tapi juga tidak akrab. Dua tangan memegang bahunya, seolah-olah memeriksa apakah dia benar-benar baik-baik saja. "Apakah ada yang terlu—GO! AYO TANGKAP SNITCH ITU HARRY ANAKKU!"

Tubuh Athena berjengit mendengar teriakan tiba-tiba itu. Tapi tubuhnya dengan segera menjadi sangat dingin ketika dia mendongak untuk melihat wajah pria di depannya.

James Bloody Potter.

Sorakan yang bergemuruh disekitarnya tiba-tiba saja menghilang. Athena tidak bisa mendengar atau merasakan hal lainnya ketika cairan naik dari perutnya hingga mulutnya benar-benar terasa asam.

Dengan sisa kesadarannya, dia menepis kedua tangan James Bloody Potter dari bahunya kuat-kuat. Mulutnya sangat asam dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mundur beberapa langkah dan mulai muntah. Tubuhnya mendadak lemas, tapi yang paling parah adalah dia merasa sangat jijik—amat sangat jijik karena disentuh oleh James Bloody Potter.

"Hoekk!" Athena merasakan ada yang mendekatinya, tapi aroma yang keluar dari manusia bajingan brengsek didepannya malah membuatnya semakin mual. Dia bisa mendengar dirinya sendiri menjerit ketika tangan kotor itu ingin menyentuhnya. "JANGAN SENTUH AKU DENGAN TANGAN KOTORMU ITU, BAJINGAN!"

Dia tidak tahu berapa lama dia muntah dan menjerit penuh teror agar tidak ada yang menyentuhnya. Semuanya buram hingga sebuah tangan hangat memeluknya dan mengangkatnya kedalam gendongan. Aroma yang menenangkan langsung menembus indranya, membuatnya secara otomatis meleleh kedalam pelukan orang itu.

"Apa yang kau lakukan padanya?" suara lembut yang entah kenapa terdengar sangat menenangkan membuat Athena mendongak, melihat Tom ada disana, memeluknya dengan kedua tangan tanpa peduli dengannya yang berbau muntahan. "Apa yang dia lakukan padamu, little bird?"

Athena balas memeluknya, tanpa sadar mencengkram jubah yang dipakai Tom erat-erat dan melirik James Bloody Potter dengan penuh kebencian dan rasa jijik. "D-dia menyentuhku… hoekk! Urgh—Maaf—Tom…"

Dia tidak terlalu tahu apa yang terjadi karena terlalu mual, tapi Tom kemudian mengangkatnya dan berlalu pergi dengan dia di kedua tangannya. Yang mengherankan, lapangan Quidditch sepertinya sangat hening. Apa yang terjadi? Apakah dia berteriak sekeras itu?

Athena tidak tahu. Kepalanya pusing dan seluruh tubuhnya rasanya sangat lemas. Dia hanya bisa melihat tatapan khawatir ayahnya dan sentuhan lembut di pipinya sebelum semuanya gelap.

.

.

.

Hal pertama yang dilihatnya saat tersadar adalah langit-langit dengan gambar awan-awan dan dewa romawi kuno. Dia berada di kamar pribadinya di kantor ayahnya.

"Kau sudah sadar. Bagaimana perasaanmu?" suara ayahnya dan usapan lembut di puncak kepalanya membuatnya otomatis kembali menutup matanya, rileks dalam belaian ayahnya.

"Mm, lebih baik…" gumamnya sambil menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan aroma lembut ayahnya yang selalu berhasil membuatnya merasa lebih baik. "Maaf, Father… apa aku membuat masalah?"

"Tidak. Kau hanya terkena panic attack dan muntah berkali-kali di lapangan Quidditch hingga salah satu siswa berlari menemui kami." Jeda sejenak sebelum ayahnya menghembuskan napas, "Kadang aku berpikir apakah aku salah membesarkanmu dengan seluruh kenyataan pahit yang terjadi di hidupku."

Mata Athena yang tadinya tertutup langsung terbuka lebar. "Apa yang Father katakan? Aku sangat beruntung memiliki Father yang tidak menyembunyikan apapun dariku! Father selalu mengatakan kebenarannya dan tidak pernah berbohong padaku, dan aku sangat senang karena kejujuran Father, sekalipun itu menyakitkan. Aku hanya merasa sangat jijik pada… orang itu—apalagi ketika dia menyentuhku… kurasa aku akan baik-baik saja semisalnya dia tidak menyentuhku, Father. Bukan salah Father aku ikut merasa jijik padanya, tapi dia memang menjijikkan—aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika Father tidak memberitahu—"

"Athena. Kau meracau." Ayahnya mendengus geli, sekalipun ekspresinya terlihat kaku.

Dia bisa merasakan pipinya menghangat. "Maaf, Father. Tapi kau adalah Father terbaik yang aku miliki. Tolong jangan menyalahkan dirimu sendiri…"

Ayahnya tidak menjawab. Tapi Athena tahu bahwa dia mengerti.

"Ngomong-ngomong, apa yang terjadi setelah aku pingsan? Apa yang Tom lakukan?"

"Aku tidak melakukan apapun, little bird." Suara Tom terdengar dari belakang ayahnya, membuat Athena mendongak untuk melihat ayah baptisnya. Untungnya, pria itu mendekat dan memeluk pinggang ayahnya dengan gelimang kepuasan di matanya.

Athena tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat alis melihatnya. Dia memperhatikan reaksi ayahnya yang bergerak gelisah, pipi yang memerah, dan tatapan ragu seolah-olah khawatir dengan pendapat Athena… oh, tapi dia tidak menolak sentuhan Tom yang terbilang intim. Jangan-jangan…

Dia tersenyum lebar saat otaknya menangkap maksud tersembunyi Tom. "Jadi, kapan kalian akan menikah?" tanyanya tanpa basa-basi. Senyumnya semakin lebar saat melihat ekspresi puas di wajah Tom dan ekspresi tidak percaya dari ayahnya.

Lupakan James Bloody Potter yang beberapa saat yang lalu sempat menyentuhnya dan membuatnya terkena panic attack. Ini hari yang baik karena Tom dan ayahnya akhirnya memutuskan untuk bersama! (Walaupun disudut gelap hati Athena berkata bahwa mereka sengaja memberitahunya sekarang untuk mengubah suasana hatinya dan melupakan kejadian beberapa jam yang lalu.)

Tom menarik ayahnya lebih dekat, kemudian dengan senyuman lembut—senyuman terlembut dan termanis yang pernah Athena lihat—berkata; "secepatnya setelah libur musim panas dimulai."

.

.

.

Athena bersenandung di sepanjang lorong dekat dengan Hospital Wings. Dia baru saja membiarkan madam Pomfrey mengeceknya dan memberitahunya bahwa semua baik-baik saja. Langkahnya jauh lebih ringan sejak kemarin dan beberapa siswa lainnya bisa melihat bahwa Athena sedikit melompat di tiap langkahnya.

"Ath!" sebuah suara memanggil, membuatnya berhenti bersenandung dan melangkah. Tubuhnya menengang sekilas sebelum dia memaksakan diri untuk rileks.

"Harry," sapa Athena balik saat adik tirinya itu sampai di depannya.

Adik tirinya terlihat gelisah, tapi Athena tidak berniat bertanya apa yang salah. Jujur dia kesal pada Harry karena memaksanya untuk datang ke pertandingan Quidditch kemarin. Dia bodoh jika tidak mengetahui rencana asli dari anak di depannya ini. Sejak awal Harry memang berniat mempertemukannya dengan pria bajingan itu (dan mungkin Lily dan juga teman-teman si Bloody Bastard. Sekalipun dia tidak melihat sisanya kemarin.)

"Kau berniat terus diam atau mau mengatakan sesuatu? Aku tidak ingin menghabiskan akhir pekanku dengan berdiri diam disini sambil menunggumu berbicara." Tanyanya setelah beberapa menit berdiri diam dalam kecanggungan. Dia berusaha untuk tidak terdengar pahit, tapi sepertinya gagal karena Harry melihatnya dengan tatapan bersalah.

"Apa kau baik-baik saja? Um, kemarin… katanya kau terkena panic attack dan muntah berkali-kali… apakah ayahku melakukan sesuatu padamu…? Aku melihatmu muntah-muntah dan menjerit—tidak ingin ada yang menyentuhmu hingga professor Riddle datang dan menggendongmu."

Athena berkedip, lalu menarik tangan Harry ke pojok untuk memperoleh sedikit privasi.

"Itu hanya panic attack. Aku sudah baik-baik saja sekarang."

"Dean berkata bahwa kau menatap ayahku dengan tatapan penuh benci dan jijik. Kenapa kau begitu membenci ayahku? Lalu kenapa kau baik padaku?"

Athena menahan napas. Dia tidak menyangka pertanyaan itu akan meluncur keluar dari bibir Harry. Dilihat dari tangan anak itu yang juga langsung menutup bibirnya sendiri, sepertinya Harry juga tidak menyangka akan bertanya seberani itu padanya.

"Ah—maaf—aku—"

"Tidak apa-apa. Aku tidak membencimu." Potong Athena, menepuk bahu Harry dan menarik napas dalam-dalam. Ini saatnya memberitahunya kebenaran. Lagipula dia akan tahu suatu saat nanti. "Kau adalah adik tiriku. Bagaimana bisa aku membencimu?"

Harry berkedip, mengusap telinganya seolah-olah salah dengar, dan berkedip lagi. "Maaf? Aku adalah apa?"

"Adik tiriku. Kita berbagi darah, kau tahu. Tidak peduli seberapa jijiknya aku dengan setengah darahku yang kotor." Balas Athena, kemudian suara tercekik terdengar dari balik dinding dan dia langsung menyadari bahwa tidak hanya dia dan Harry yang mendengar ucapannya barusan.

James Bloody Potter tiba-tiba muncul bersama dengan dua temannya dan seorang wanita yang diketahuinya bernama Lily (dia tahu dari rambut merahnya dan mata hijau yang sama persis dengan milik Harry.)

Athena bahkan tidak berkedip ketika mengambil beberapa langkah mundur untuk menjauh dari James Bloody Potter dan teman-temannya. Tongkat ditangan, siap untuk melemparkan mantra jika salah satu dari mereka berani mendekatinya.

"Kau mendengarnya juga rupanya. Baguslah, dengan begini kau akan menjauh dariku dan Father. Kami tidak butuh dan kami jijik dengan Alpha brengsek sepertimu. Aku adalah anak Father dan Tom. Bukan anakmu, sekalipun darahmu yang menjijikan itu mengalir di nadiku."

James Bloody Potter terlihat sangat pucat. Hm, mungkin mengatakan kebenaran ini cukup mengejutkannya? Tapi baguslah. Dengan begini mereka tidak akan mendekatinya atau ayahnya lagi.

"Apa maksudmu? Kau anak James?" Lily terlihat sangat kebingungan, begitupun Harry dan… hm, apakah itu Black dan Lupin? "Bagaimana bisa kau anak James… tunggu… umurmu… tahun ke-7 Hogwarts… Severus tiba-tiba bertingkah aneh—oh Merlin… JAMES APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA SAHABATKU?!"

"Lils, aku—"

"Kau menyentuhnya secara paksa saat heat pertamanya datang, menandainya dan meninggalkannya begitu saja demi Omega lain tanpa berusaha bertanggung jawab. Bagus sekali, bukan?" balas Athena, cukup terhibur melihat ekspresi orang-orang yang sudah menyakiti ayahnya.

"James, apa yang sudah kau lakukan? Sebrengsek-brengseknya dirimu, kau tidak boleh meninggalkan tanggung jawabmu sendiri!" Apakah namanya Black? Dia terlihat seperti akan pingsan. "Oh Merlin, terima kasih Reggie karena menghentikanku untuk menjahili Snape di akhir tahun ke-7. Jadi itu sebabnya dia seperti mayat berjalan… Merlin, James…"

"Tunggu, kalian percaya apa yang dikatakan—"

James Bloody Potter belum selesai bicara ketika satu-satunya wanita disana menampar pipinya dengan sangat keras. Air mata meleleh di pipi berbintik wanita itu. Athena tidak bisa menahan diri dari merasa benar-benar terhibur. Oh astaga, Tom pasti akan senang melihat ekspresi mereka semua.

"DEMI MERLIN, JAMES POTTER!" Lily sepertinya masih akan melanjutkan kekecewaannya di depan mereka semua, jadi Athena menarik Harry yang terdiam dengan ekspresi kosong untuk pergi.

"Aku tidak bermaksud merusak rumah tangga kalian, tapi kurasa Harry dan, mungkin sahabat Father, juga pantas mengetahui kebenarannya. Aku tidak tahu bahwa kalian ikut mendengarkan pembicaraan kami. Oh, dan tolong jangan bertengkar di hadapan Harry. Lihatlah, kalian membuatnya trauma."

Seolah-olah tersadar, (apakah itu Lupin?) salah satu teman James Bloody Potter langsung mendekati Harry dan memeluknya erat. Lalu dia menoleh pada James Bloody Potter dan Lily Evans. "Selesaikan masalah kalian. Aku dan Siri akan membawa Harry pergi ke tempat lain."

Dengan itu Harry dan (mungkin mereka bernama Lupin dan Black) sahabat James Bloody Potter pergi dari sana. Athena mengikuti, tapi menuju arah yang berbeda.

"KAU MONSTER!" jeritan Lily dari kejauhan masih terdengar. Athena mengabaikannya. James Bloody Potter pantas mendapatkan hinaan dan cacian dari istrinya. Ah, dia bahkan pantas mendapat hinaan dari semua orang. Bajingan brengsek itu tidak lebih baik dari pada kotoran.

Mood Athena yang tadinya kembali down akibat pertanyaan Harry dan kehadiran James Bloody Potter kembali naik ketika mengingat bahwa Tom dan ayahnya akan segera bersama tidak lama lagi.

.

.

.

Athena duduk dengan buku di tangannya, mengabaikan Draco dan teman-temannya yang sibuk berceloteh ini-itu.

Liburan sudah di depan mata dan Athena merasa sangat tidak sabar dengan pernikahan Tom dan ayahnya yang akan segera dilaksanakan (oh well, lupakan fakta bahwa masih ada 2 minggu lagi sebelum mereka berdua resmi menikah, lagipula Athena tidak peduli selama ayahnya bahagia.)

Tapi dia merasa ada yang aneh dengan Harry. Anak itu seolah-olah… menghindarinya. Mungkin dia marah pada Athena karena mengacaukan keluarganya? Atau mungkin dia malu karena James Bloody Potter sudah membuat hidup ayahnya sengsara? Dia tidak tahu. Dan untuk kali ini, Athena memutuskan untuk tidak peduli.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Scientia Callidus, teman seasramanya. Mereka berdua belakangan cukup dekat karena tugas Transfigurasi dan modifikasi mantra. Gadis itu lebih suka dipanggil Tia, sekalipun Athena lebih suka memanggilnya Scientia. "Dari tadi kau membaca halaman yang sama."

"Tidak, hanya memikirkan beberapa masalah yang terjadi belakangan ini." Balas Athena, akhirnya memutuskan untuk menutup bukunya dan memandang kosong pemandangan diluar jendela kereta. Scientia adalah anak yang bisa menahan diri—bahkan kadang terlalu sering menahan diri dan selalu mencoba untuk tidak terlalu mencampuri urusan orang lain. Untungnya itu semua tidak menghentikannya dari sikap peduli.

"Oh, baiklah kalau begitu." Scientia menjawabnya, lalu kembali mengutak atik alat aneh di tangannya. Entah apa itu, mungkin benda muggle? Athena cukup tahu diri untuk tidak mencampuri urusan Scientia, jadi dia sama sekali tidak bertanya.

"Ath! Katakan pada mereka bahwa uncle Tom—Professor Riddle dan professor Snape akan menikah di musim panas ini!" rengek Draco. Disebelahnya, Theo dan Blaise ikut menatapnya dengan pandangan penasaran. Daphne dan Pansy di sisi lain melihatnya dengan binar di mata mereka.

Dari sudut matanya, Athena tahu bahwa Scientia menatapnya dengan pandangan bertanya, tapi gadis itu berhasil menahan mulutnya. Perhatiannya teralih pada lima anak di depannya yang menunggu jawabannya.

Athena mendengus, "ya, mereka akan menikah di musim panas ini. Kurasa mereka akan mulai mengirimkan undangan pada kalian setelah beberapa hari liburan dimulai."

Draco entah bagaimana terlihat sombong. "Kan! Apa kataku! Mereka memang ada sesuatu!"

Theo nyengir dan Blaise menarik napas. Daphne dan Pansy menjerit pelan, lalu mulai membisikkan tentang gaun yang akan mereka pakai nantinya.

"Apakah professor Snape akan mengundurkan diri setelah menikah?" tanya Blaise.

"Aku tidak mendengar apapun dari mereka soal itu. Kurasa Father tidak akan mengundurkan diri, tapi mungkin saja dia akan mengundurkan diri. Dia tidak terlalu suka mengajar, sejujurnya."

"Ah…" gumam Blaise, terlihat kesal. "Sayang sekali. Padahal kelas ramuan professor Snape sangat menyenangkan…"

Athena tidak bisa tidak setuju. Walaupun ayahnya tidak suka mengajar, tapi dia selalu memastikan tidak ada yang terluka didalam kelasnya—setidaknya tidak sampai benar-benar terluka berat atau mati. Menurut Athena, dia adalah guru yang cukup baik.

Draco dan teman-temannya kembali ngobrol soal professor mereka dan apa yang ingin mereka lakukan selama liburan, sedangkan Scientia berkomentar sambil tetap mengutak atik benda kubus ditangannya. "Aku tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi diantara professor Snape dan professor Riddle, ini seharusnya tidak mengejutkan. Tapi aku terkejut karena mereka memutuskan untuk melaksanakannya dalam waktu dekat."

"Well, professor Riddle sudah meminta izin untuk melakukan courting pada Father sejak aku berusia 9 tahun, jadi aku tidak terlalu terkejut mereka akan segera menikah."

"Ah, begitu. Yah, aku juga sudah menduganya, hanya tidak mengetahui berapa lama mereka sudah berdansa satu sama lainnya."

Athena tertawa mendengar komentar itu.

.

.

.

Lima hari sebelum hari pernikahan Tom dan ayahnya, Lily Potter datang bersama dengan Harry. Mereka terlihat buruk, membuat Athena bertanya-tanya apa yang terjadi pada mereka.

"Oh… Athena, benar? Halo, aku Lily. Harry banyak bercerita tentangmu…" Lily yang menyadari kehadirannya langsung menyapa, sekalipun wajahnya terlihat jelas habis menangis. Ada sebersit rasa bersalah di mata hijaunya yang cantik, membuat Athena mengangkat alis melihatnya.

"Halo Lily, halo, Harry. Boleh aku tahu apa yang sedang kalian bicarakan?" tanyanya dengan sopan.

"Sebenarnya, kami berniat melakukan beberapa pembicaraan. Ath, bisakah kau mengajak…nya berkeliling? Kurasa kalian juga perlu bicara?" tanya ayahnya, secara tidak langsung mengusir Harry dari hadapannya.

"Tentu, Father. Harry, ayo. Apakah kau mau melihat perpustakaan kami? Oh atau taman yang dirawat oleh tangan terampil Sunny?"

Harry menatap Lily, mendapat anggukkan dari wanita itu dan pergi mendekati Athena. Dia agak menjaga jarak, tapi tetap mengikuti langkah Athena menuju taman samping manor mereka.

Dia mengarahkan Harry pada kursi santai di tengah-tengah taman, memanggil Dosy—meminta camilan ringan dan minuman, kemudian duduk disebelah Harry.

"Jadi," mulai Athena, "Apakah kau membenciku?"

Harry menatapnya dengan terkejut, lalu dengan panik menggelengkan kepalanya. "Tidak! aku sama sekali tidak membencimu! Bagaimana bisa aku membencimu? Seharusnya aku yang bertanya padamu—ah tidak, aku tidak perlu bertanya. Kau pasti membenciku—"

Athena memukul belakang kepala Harry dengan buku catatannya yang kebetulan berada disana. "Kau ini bodoh atau bagaimana?"

"Maaf…"

"Aku tidak membencimu." Gumam Athena, menarik napas dalam-dalam. "Ingat yang aku katakan di pertemuan pertama kita? Kita bukanlah orang tua kita. Kita adalah kita. Aku adalah aku, bukan kesalahan ayahku. Dan kau adalah kau, bukan si brengsek itu."

Harry menunduk sedih. "Tapi karena ayahku—ayah kita—"

"Dia bukan ayahku. Ayahku hanya Father, dan setelah ini ditambah Tom." Potong Athena, tidak ingin mendengar bahwa James Bloody Potter itu adalah ayah biologisnya.

"Uh—karena dia, professor Snape jadi menderita… aku sekarang paham kenapa professor Snape selalu mencoba menghindariku… ibuku mengambil alpha-nya darinya… dia memilih ibuku dan meninggalkan professor Snape…"

"Dia tidak menghindarimu, dia menghindari menyebut nama keluargamu. Karena kami berdua sama-sama merasakan rasa jijik dan mual yang keterlaluan saat nama itu muncul di lidah atau telinga kami." Jawab Athena, mencoba menjelaskan bahwa itu bukanlah salahnya. "Dan sejak awal mereka memang saling membenci, jadi kurasa sampai kapanpun mereka tidak akan sudi berbagi kehidupan dalam satu rumah."

"Begitu…"

"Kembali ke topik, Harry. Aku tidak membencimu. Kau tidak salah apapun, oke? Dan lagi, alpha-ku selalu menjerit untuk melindungimu, jadi kurasa itu yang akan kulakukan." Athena mengangkat bahu, terlihat tidak peduli. "Apa yang kalian lakukan disini, ngomong-ngomong?"

Harry terlihat bingung beberapa saat, kemudian menarik napas dan menunduk. "Mom bilang dia ingin berbicara pada professor Snape dan meminta maaf padanya."

Athena menarik napas, "kalian tidak salah apapun pada kami. Lagipula sebelumnya kalian tidak tahu sama sekali. Huh, aku jadi bertanya-tanya apakah ini salahku karena memberitahu kebenarannya pada kalian."

Tom cukup tertarik dengan bom yang Athena lemparkan pada keluarga Potter, sedangkan ayahnya hanya menarik napas dan memberitahunya bahwa dia sebaiknya tidak memberitahunya di tempat umum dengan mudah karena akan membuatnya dianggap buruk.

Tapi sejauh ini, Athena tidak melihat adanya tanda-tanda bahwa ayahnya melarangnya untuk memberitahu beberapa orang kebenarannya.

"Apa? Tentu bukan salahmu!" Harry hampir menjerit dan memegang lengannya erat, "aku dan mom berpikir bahwa kami mengenal dad, tapi setelah apa yang kau dan dia katakan—"

"Tunggu, apa yang dia katakan?" tanya Athena, mendengar ada yang janggal dengan ucapan Harry.

Tubuh Harry menegang dan dia terlihat panik.

"Harry? Apa yang dia katakan?" tanya Athena, mencoba selembut mungkin.

"… d-dad mengatakan pada mom… bahwa… bahwa… omega hanyalah… alat bagi alpha memuaskan nafsu birahi—dan… dia berkata bahwa p-professor Snape adalah omega yang… membukakakinyauntuksetiapalpha—"

"APA?!" Athena benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak menjerit. Bagaimana bisa ada alpha yang sebrengsek itu? Tom dan Lucius harus mendengar ini. James Potter tidak boleh dibiarkan lepas lebih lama lagi. "Harry, ini benar-benar serius dan aku berpikir bahwa kalian tidak boleh berada dekat dengannya lagi. Bagaimana seorang ayah mengatakan hal itu pada istrinya dan lebih parahnya lagi; didepan putranya?"

"Dia terlihat sangat marah saat itu… terutama saat mengetahui bahwa professor Snape akan menikah dengan professor Riddle." Gumam Harry, memberikan pembelaan lemah pada ayahnya.

"Tetap saja, seharusnya dia tidak mengatakannya." Balas Athena, marah karena alpha yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Dia ingin mengatakan beberapa hal lagi pada Harry ketika Dosy muncul dengan bunyi pop.

"Nona Ath, tuan memanggil nona dan tuan muda untuk makan siang." Kata elf itu, agak membungkuk pada dua penyihir di depannya.

"Oh, kami akan segera masuk. Terima kasih, Dosy."

Elf itu kemudian kembali menghilang dengan bunyi pop. Athena melihat Harry yang masih menunduk, kemudian menariknya kedalam pelukan dan membawanya masuk kedalam manor.

Tidak ada dari mereka yang mengatakan apapun.

.

.

.

Hari-hari berikutnya berlalu dan mereka semua sibuk menyiapkan pernikahan Tom dan ayahnya. Janji suci pernikahan akan dilakukan di Riddle manor dan pesta pernikahan akan dilakukan di Prince manor.

Banyak dari teman-teman mereka yang diundang, mengingat Tom mengenal hampir seluruh Slytherin dan beberapa Ravenclaw. Athena juga mengundang keluarga Scientia, mengingat mereka berdua cukup dekat beberapa bulan terakhir. Khusus untuk Lily dan Harry, mereka mendapatkan undangan atas nama mereka masing-masing, jadi si Bloody Bastard tidak bisa merusak acara pernikahan ini.

Tom terlihat amat sangat tampan—Athena tahu bahwa dia memang tampan, tapi kali ini dia terlihat berkali-kali lipat lebih tampan—dengan jubah hijau gelap dan jahitan-jahitan berlambang ular khas Slytherin. Ayahnya sendiri terlihat manis dengan jubah yang sama dengan Tom. Wajahnya dirias tipis oleh Lily untuk menonjolkan sisi omeganya yang lembut. Wajah ayahnya juga terlihat lebih muda dengan senyuman tipis yang terulas di bibirnya.

Lucius menjadi saksi sumpah mereka, sedangkan Regulus Black menjadi groomsmen Tom dan Lily menjadi bridesmaid Severus. Narcissa dan Bellatrix diberi tanggung jawab untuk mengurus tamu, menata tempat tamu duduk, dan lain-lain.

Acara berjalan lancar (jika mengabaikan prank dari Sirius Black dan Bellatrix yang ingin memeriahkan acara. Bella karena menganggap Tom sebagai kakak laki-lakinya dan Sirius karena merasa bersalah pada Severus dan ingin meminta maaf dengan membuat acara pernikahan mereka lebih meriah) tanpa ada masalah berarti.

Athena agak sibuk sebagai pembawa cincin dan anak salah satu mempelai, dia harus menyapa tamu, bertukar beberapa kata dengan teman-teman Tom dan ayahnya, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan beberapa anak sebayanya yang penasaran bagaimana mereka bisa menikah dan apa yang akan mereka lakukan setelah ini (lebih tepatnya mereka penasaran apakah ayahnya—Severus—akan tetap mengajar di Hogwarts atau tidak).

"Athena!" sapa Scientia ketika Athena mengambil istirahatnya dengan minum jus apel. "Selamat untuk pernikahan mereka! Semoga kalian menempuh hidup yang lebih bahagia lagi."

"Thank you Scientia." Balas Athena, tersenyum lebar pada teman dekatnya di Hogwarts. "Mau berbincang tentang tugas kita? Ini hari yang sibuk dan aku takut kita tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu."

"Tentu, kenapa tidak? Sebenarnya, aku ingin membahasnya denganmu secepat mungkin, tapi aku tahu kau sedang sibuk dan aku tidak ingin menambah beban pikiranmu." Scientia mengambil jus labu, menambahkan es kedalam gelas pialanya dan menyesapnya penuh kelegaan.

"Terima kasih atas perhatianmu, aku benar-benar sangat sibuk beberapa minggu terakhir. Sekarang, bagaimana kalau kita pindah ke taman samping? Kurasa mereka tidak membutuhkanku untuk beberapa jam kedepan."

"Kau yakin?"

"Mn-hm,"

"Baiklah kalau begitu. Ayo pergi,"

Sebelum mereka benar-benar pergi, Athena melihat Draco memeluk Harry dan membawanya pergi. Sepertinya mereka berada dalam pembicaraan serius. Dia menaikkan alis melihat itu, tapi memutuskan untuk membiarkan mereka dan bertanya pada Harry atau Draco nanti (itupun jika mereka mau memberitahunya).

.

.

.

Athena menarik napas lega sambil melemparkan tubuhnya ke atas sofa. Acara pernikahan Tom—Dad dan Father akhirnya selesai. Tubuhnya lelah, tapi dia tetap merasa sangat bahagia. Besok dia akan pergi untuk menginap di rumah Scientia untuk melanjutkan tugas mereka sekaligus memberikan waktu pada kedua ayahnya untuk memberikannya adik laki-laki atau perempuan yang manis.

"Lelah?" tanya Father, tersenyum sambil duduk disebelahnya dan mengusap kepalanya. Athena dengan segera langsung mengubah posisinya dan membiarkan kepalanya jatuh di pangkuan Severus.

"Lumayan. Dimana Dad?"

"Disini, little bird." Tom muncul dari belakang mereka, mencium pelipis Severus, kemudian mengusap sisi wajah Athena dan duduk disamping suaminya. Matanya menatap Athena dalam, agak curiga. "Apa yang ingin kau lakukan besok?"

Athena tersenyum lebar, senang karena Tom mengetahui rencananya bahkan sebelum dia bisa mengatakan apapun. "Mengerjakan tugas musim panas bersama Scientia. Aku akan menginap dirumahnya selama seminggu penuh. Apakah itu terlalu lama? Ah, maaf, apakah itu terlalu sebentar?"

Severus langsung cemberut dengan rona pink yang menghiasi pipinya, membuat Athena dan Tom terkekeh.

"Father, aku ingin adik." Ujar Athena terang-terangan, membuat rona pink di pipi Severus semakin pekat. Dia jadi semakin ingin menggoda ayahnya. Dia lalu beralih pada Tom yang masih tertawa melihat rona pink di pipi suaminya. "Dad, maukah kau memberikannya untukku?"

"Tentu, little bird. Apapun untukmu." Jawab Tom, tersenyum lebar. Kepuasan terlihat dimatanya, membuat Athena ikut merasa senang.

"Sudah larut, kau harus segera tidur jika besok ingin pergi ke rumah nona Callidus. Kami tidak ingin kau terlalu memaksakan dirimu, oke?" Severus dengan pipi merah mencoba membuat mereka berhenti dan pergi tidur, tapi Athena malah melihatnya dan membuatnya semakin memerah.

"Oh, Father sudah sangat tidak sabar. Aku akan pergi kalau begitu, selamat malam." Athena langsung bangkit, mencium pipi Severus dan Tom, kemudian berlari menuju kamarnya sebelum Severus mengerang kesal.

"ATHENA SEVERUS PRINCE!"

Athena tertawa lebar mendengar erangan frustasi Severus.

.

.

.

TBC.

A/n;

Perkiraan 2 chapter lagi selesai. James Potter dan Severus Snape (Riddle nee Prince).

Semoga aku bisa mengerjakan ini!

Ps; maaf kalau alur terlalu cepat.

Pss; warning chapter James Potter kayaknya cukup pendek (separuhnya chapter ini, perkiraan. Tapi lihat lagi nanti)