Your Apology Can't Change Anything
Rate; T
Genre; General, Drama (I guees?), Family, Tragedi, dan karena ini Harry Potter jadi ada bumbu Fantasi.
Pair; Gaada (hampir no pair karena lebih berfokus pada… kasih sayang keluarga?). Cuma sepintas Tom Riddle x Severus Snape, sepintas James Potter x Severus Snape, sepintas James Potter x Lily Evans, dan Draco Malfoy x Harry Potter.
WARNING! Ini Omegaverse. Alpha! Tom, Alpha! James dan Alpha! Draco. Sisanya (Severus, Lily, dan Harry) Omega. Akan ada OC (original chara) yang masuk dan berperan sebagai anak perempuan Severus.
Typo, alur yang terlalu cepat atau terlalu lambat, OOC (di usahakan tidak). Mention of Rape.
Selamat menikmati!
.
.
.
James Potter tidak tahu bagaimana perasaannya sendiri saat ini. Apakah dia marah? Tapi kenapa dia marah? Kecewa? Tunggu dulu, kenapa dia harus kecewa? Apa hubungannya perasaannya ini pada Snivell—Snape? Loh? Sejak kapan dia bukanlah Snivellus, tapi Snape di pikiran James?
Sejak Harry—anaknya yang paling manis satu-satunya, yang paling dia cintai—menceritakan tentang Severus Snape yang menjadi professor ramuannya dan anak gadisnya yang berusia 2 tahun di atas Harry, perasaan James menjadi tidak karuan.
Dia ingin sekali langsung pergi ke Hogwarts dan menemui Omega yang sudah lama tidak dilihatnya sejak kelulusan. Dia ingin melihat ekspresinya lagi, ingin melihat reaksinya terhadap prank mereka, ingin menghirup aroma Omeganya yang lembut dan segar.
Tapi dia menahannya. Karena, tentu saja dia menahannya! Dia sudah menikah dengan gadis yang paling cantik di Hogwarts, Omega manis dan lembut dengan aroma bunga yang memabukkan bernama Lily Evans. Dia memiliki anak laki-laki yang dicintainya sepenuh hati—Omega dengan nama lahir Harry James Potter. Omega yang memiliki mata istrinya dan perawakan yang mirip dengannya.
Akan aneh jika dia langsung ke Hogwarts hanya untuk bertemu Severus Snape. Lagipula Omega itu sudah punya anak, jadi kemungkinan dia sudah memiliki Alpha lain yang menggantikan dan menghapus 'tanda'nya di tengkuk Snape terakhir kali.
Namun surat Harry yang banyak menceritakan tentang Athena Prince—anak Snape—menambah rasa campur aduk yang terpendam jauh didalam hatinya. Dia benar-benar harus ke Hogwarts dan menemui Snape secara langsung untuk mencari tahu nama perasaan aneh yang mengacaukan hatinya baru-baru ini.
Hingga akhirnya saat itu tiba; hari dimana dia pergi ke Hogwarts bersama sahabat-sahabatnya dan istrinya untuk melihat pertandingan pertama anaknya. Harry telah menjadi Seeker termuda sepanjang sejarah Hogwarts dan dia juga Lily sangat bangga padanya.
Mereka bersama-sama pergi ke lapangan Quidditch untuk melihat pertandingan Harry. Tapi lapangan itu sangat ramai, seperti yang dapat mereka duga (mereka menolak untuk menonton dari tribun khusus karena itu akan mengurangi keseruan pertandingan!) mereka terpisah satu sama lainnya. James sendiri sedang memfokuskan pandangannya pada Harry saat anak itu terbang berputar-putar untuk mencari Snitch ketika dia tanpa sengaja menabrak salah satu siswa.
"Astaga! Maafkan aku, apakah kau baik-baik saja, gadis kecil?" tangan James dengan cepat menangkap bahu anak itu untuk mencegahnya jatuh. Dia baru saja akan bertanya apakah anak itu baik-baik saja ketika tanpa sengaja melihat bahwa Harry melihat Snicth dan mulai mengejarnya. "Apakah ada yang terlu—GO! AYO TANGKAP SNITCH ITU HARRY ANAKKU!"
Gadis kecil di tangannya berjengit, mungkin kaget dengan teriakkan James, jadi dia membiarkannya saja. Tapi beberapa saat kemudian anak itu menepis tangannya dan mulai muntah-muntah.
"Hoekk!"
James panik. Pertandingan Quidditch langsung terlupakan dan dia ingin kembali menyentuhnya untuk menenangkannya. Tapi belum sempat dia menyentuh bahu anak itu, dia sudah berteriak. "JANGAN SENTUH AKU DENGAN TANGAN KOTORMU ITU, BAJINGAN!"
Kerumunan di sekitar mereka langsung ikut menoleh, kaget dengan teriakkan itu. Pertandingan terhenti. Bahkan MC ikut terdiam sekalipun Harry sudah berhasil menangkap Snitch-nya. Salah satu siswa mencoba mendekati gadis kecil yang muntah-muntah itu, tapi tangannya juga ditepis dan dia mulai menjerit agar tidak ada yang menyentuhnya.
"Panggil professor Snape!" jerit salah satu siswa, sedangkan yang lainnya mulai berlari menuju gedung Hogwarts. Beberapa menatapnya dengan tatapan curiga, tapi James tidak sempat memikirkannya karena satu-satunya yang ada di dalam pikirannya adalah; gadis kecil ini adalah anak Snape?
James ingin membantu menenangkan anak itu, tapi dia sadar bahwa semakin dia mendekat, anak itu semakin gemetaran hebat dan muntah-muntah. Siswa lain juga tidak bisa membantu karena anak itu terlihat sama sekali tidak ingin disentuh. Dia juga tidak sebuta itu untuk tidak melihat beberapa tetes air mata yang mengaliri pipi anak itu.
Hingga salah satu orang (yang entah kenapa wajahnya terlihat familiar tetapi James tidak dapat mengingatnya) yang terlihat seperti salah satu professor datang dan mulai merenguh anak Snape kedalam pelukannya sambil melihatnya dengan tatapan membunuh.
"Apa yang kau lakukan padanya?" tanyanya tajam. Lalu dia mengalihkan pandangannya pada anak Snape yang kini terlihat lebih tenang. "Apa yang dia lakukan padamu, little bird?"
Anak Snape balas memeluk professor itu erat-erat, berkedip kemudian menatap James dengan penuh kebencian dan rasa jijik yang membuatnya membeku. "D-dia menyentuhku… hoekk! Urgh—Maaf—Tom…"
Sebuah kesimpulan menabrak kepala James, orang di depannya ini pasti Tom Riddle, orang yang menjadi professor DADA. Bulu halus di belakang lehernya sekarang merinding melihat tatapan dingin yang diberikan Tom Riddle padanya. Tapi, hey! Dia sama sekali tidak menyentuh anak itu! Dia hanya membantunya agar tidak terjatuh!
Pria itu tidak mengatakan apapun. Dia hanya menatap James dengan tatapan dingin dan membunuh seolah-olah menjanjikannya penyiksaan yang kejam sebelum mengangkat anak Snape dan membawanya pergi. Meninggalkan James yang masih tertegun karena tatapan penuh rasa jijik yang diberikan gadis kecil itu.
"James! Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan?" lengannya ditarik, tapi James menolak mengalihkan pandangannya dari punggung Riddle yang semakin menjauh dari lapangan Quidditch.
"Ekhem! HARRY POTTER MENANGKAP SNITCH! GRYFFINDOR MENANG DENGAN SKOR 80;170!" suara MC bersorak setelah berdehem untuk menarik perhatian. Tapi para penonton tidak lagi terlihat peduli. Mereka semua berbisik-bisik. Beberapa bahkan terang-terangan menunjuk ke arah James dengan tatapan tidak percaya. Beberapa juga menatapnya dengan jijik dan marah seolah-olah dia orang yang sudah melecehkan salah satu dari mereka.
"Hey! Apa yang kalian lihat?! Dia tidak mungkin melecehkan anak dibawah umur! Mungkin saja dia hanya membantunya, tapi anak itu membesar-besarkan masalah!" bentak Sirius di sebelahnya, tidak terima karena nama James dijelek-jelekkan. "Ayo Prongs! Kita pergi dari sini! Prongslet memenangkan pertandingan ini dan kita harus merayakannya!"
James mengikuti tarikan Sirius, tapi pikirannya masih terhenti pada tatapan yang dilayangkan anak Snape padanya.
Tatapan itu penuh kebencian dan rasa jijik yang kental hingga James mau tidak mau berpikir; apakah anak itu mengetahui apa yang sudah dilakukannya pada Snape di akhir tahun ke tujuh mereka?
"Abaikan mereka, Prongs. Kau hanya mencoba membantu. Mungkin saja anak itu memiliki trauma dengan orang asing." Sirius menepuk-nepuk punggungnya, mengabaikan Lily yang mengerutkan kening tidak setuju.
Ada sepercik rasa kecewa di dadanya, tapi James tidak tahu mengapa (dia tidak tahu—dia tahu—tapi dia tidak ingin mengakuinya) dia harus kecewa ketika mengetahui bahwa anak Snape membencinya sampai seperti itu.
Dia akan mencaritahunya besok saat dia berhasil bertemu Snape nanti. Untuk saat ini, anaknya yang paling manis perlu perayaan.
.
.
.
James, Lily, Sirius dan Remus melangkah menuju Hospital Wings untuk menemui Athena Prince atas paksaan Lily yang ingin menemui anak dari sahabatnya (wanita itu juga ingin menemui Snape, tapi pria itu tidak ada dimana-mana. James tergoda untuk meminjam map mereka dari Harry, tapi dia merasa itu tidak perlu dilakukan karena dia tidak suka Lily-nya yang cantik bertemu lagi dengan ular licik itu—sekalipun dia sendiri ingin menemui pria itu entah dengan alasan apa.)
Sirius merengek kesal karena harus menemani mereka, tapi Lily meliriknya tajam hingga akhirnya pria itu bungkam.
"Dean berkata bahwa kau menatap ayahku dengan tatapan penuh benci dan jijik. Kenapa kau begitu membenci ayahku? Lalu kenapa kau baik padaku?" suara Harry terdengar dari balik tikungan.
James, Sirius, Remus dan Lily otomatis berhenti. Mereka diam-diam menahan napas untuk mengetahui jawaban yang tidak pernah datang dari Athena Prince.
"Ah—maaf—aku—"
"Tidak apa-apa. Aku tidak membencimu." Potong Athena, berkata pada Harry dengan nada ringan. Seolah-olah dia benar-benar tidak membenci Harry, sekalipun gadis itu terlihat sangat membenci James entah karena alasan apa. Harry pernah menyinggungnya di rumah, tapi dia juga tidak tahu alasan dibaliknya. "Kau adalah adik tiriku. Bagaimana bisa aku membencimu?"
Tubuh James membeku, begitupun dengan Sirius, Remus dan Lily.
"Maaf? Aku adalah apa?" tanya Harry. Suaranya terdengar tidak yakin. James ikut mengangguk diam-diam, karena, ya, Prince! Dia adalah apa?
"Adik tiriku. Kita berbagi darah, kau tahu. Tidak peduli seberapa jijiknya aku dengan setengah darahku yang kotor." Balas Athena, terdengar ringan—bahkan terlalu ringan hingga James tanpa sadar membuat suara.
'Sial, sekarang kami ketahuan.' Batin James, mengumpat dalam hatinya. Dengan ragu akhirnya dia keluar dari balik tikungan, menatap Athena Prince dan putranya dengan ragu-ragu.
Athena bahkan tidak berkedip ketika mengambil beberapa langkah mundur untuk menjauh dari James dan teman-temannya. Tongkatnya sudah ditangan, seolah siap untuk melemparkan mantra jika salah satu dari mereka berani mendekatinya. Ekspresinya beku, terlihat sangat dingin dan matanya memandangnya dengan penuh kebencian.
"Kau mendengarnya juga rupanya. Baguslah, dengan begini kau akan menjauh dariku dan Father. Kami tidak butuh dan kami jijik dengan Alpha brengsek sepertimu. Aku adalah anak Father dan Tom. Bukan anakmu, sekalipun darahmu yang menjijikan itu mengalir di nadiku."
"Apa maksudmu? Kau anak James?" tanya Lily terlihat bingung, begitupun Harry dan kedua sahabatnya. "Bagaimana bisa kau anak James… tunggu… umurmu… tahun ke-7 Hogwarts… Severus tiba-tiba bertingkah aneh—oh Merlin… JAMES APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA SAHABATKU?!"
James memucat ketika otaknya mengingat apa yang tidak sengaja dia lakukan pada Snape di akhir tahun ke-7 mereka. "Lils, aku—"
"Kau menyentuhnya secara paksa saat heat pertamanya datang, menandainya dan meninggalkannya begitu saja demi Omega lain tanpa berusaha bertanggung jawab. Bagus sekali, bukan?" Athena memotong ucapannya dengan kilat terhibur. Sepertinya anak itu senang melihat kesusahannya, sama seperti ibu kotor-nya. James ragu bahwa anak itu Ravenclaw kalau perilakunya tidak jauh berbeda dengan Slytherin.
"James, apa yang sudah kau lakukan? Sebrengsek-brengseknya dirimu, kau tidak boleh meninggalkan tanggung jawabmu sendiri!" Sirius yang sama pucatnya dengannya terlihat seperti akan muntah mendengar apa yang anak itu katakan. Kenapa dia begitu cepat percaya dengan perkataan anak itu? Biasanya dia akan mendukungnya dan tidak membiarkan omong kosong ini berlanjut! "Oh Merlin, terima kasih Reggie karena menghentikanku untuk menjahili Snape di akhir tahun ke-7. Jadi itu sebabnya dia seperti mayat berjalan… Merlin, James…"
"Tunggu, kalian percaya apa yang dikatakan—" Ucapannya terputus karena tamparan yang dilayangkan Lily pada pipinya hingga berdenyut-denyut. Dari sudut matanya, dia dapat melihat ekspresi terhibur anak Snape—anak perempuannya yang baru diketahuinya.
"DEMI MERLIN, JAMES POTTER!" Jeritan Lily membuatnya kembali menatap istrinya yang kini sudah menangis. Dia tidak bisa menahan diri dari merasa kesal karena ditampar. Apakah wanita ini akan mempermalukan Alpha sepertinya di tempat umum seperti ini?
"Aku tidak bermaksud merusak rumah tangga kalian, tapi kurasa Harry dan, mungkin sahabat Father, juga pantas mengetahui kebenarannya. Aku tidak tahu bahwa kalian ikut mendengarkan pembicaraan kami. Oh, dan tolong jangan bertengkar di hadapan Harry. Lihatlah, kalian membuatnya trauma." Athena berkomentar tiba-tiba, membuat tatapan mereka semua tertuju pada Harry yang setengah ditarik olehnya. Ekspresi anak itu kosong—blank seolah tidak bisa mengerti apa yang baru saja terjadi.
Diluar dugaan, Remus yang lebih dulu bereaksi. Dia melangkah ke arah anak baptisnya, memeluknya kemudian menoleh padanya dan Lily. "Selesaikan masalah kalian. Aku dan Siri akan membawa Harry pergi ke tempat lain."
Setelahnya, mereka berdua segera pergi diikuti oleh Athena yang masih memiliki kilau terhibur di matanya. James menggeram diam-diam. Dia salah satu orang tuanya, kenapa anak itu begitu kurang ajar? Sepertinya Snape tidak mengajarinya dengan baik.
"Apa yang sudah kau lakukan padanya?! James! Apakah kau alasan Sev mengurung diri dari dunia di akhir tahun ke-7 kita?!" tanya Lily, mencengkram kerah bajunya segera setelah Remus, Sirius, Athena dan Harry tidak terlihat lagi. Salah satu tangannya meraih tongkatnya, seolah-olah akan melemparkan kutukan padanya sesegera mungkin.
"Aku tidak sengaja! Saat itu aku hanya sedang berjalan-jalan sendirian di Hogwarts ketika aku mencium feromonnya yang lembut dan segar. Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri dan ketika aku sadar, aku sudah menandainya dan dia pergi meninggalkanku begitu saja!" James menepis tangan Lily yang masih mencengkram kerah bajunya, mendadak merasa sangat frustasi. "Memangnya kau tahu apa? Temanmu itu sangat sombong! Aku sudah mencoba meminta maaf padanya, tapi dia tidak ingin memaafkanku! Lalu apa yang harus kulakukan, huh?"
Lily memandangnya dengan ekspresi ngeri dan tidak percaya. "KAU MONSTER!" jeritnya ngeri.
Memangnya James salah apa? Dia sudah mencoba meminta maaf dan merendahkan harga dirinya! Snape tidak mau memaafkannya, jadi itu urusannya sendiri, bukan lagi urusan James!
"Minta maaf? Kau hanya meminta maaf setelah apa yang kau lakukan? Kau sama sekali tidak mencoba untuk bertanggung jawab?!" Lily kini tertawa miris sambil menggelengkan kepala, "kau bahkan masih mencoba merayuku setelah apa yang kau lakukan pada sahabatku. Seberapa brengsek dirimu sebenarnya? Kau bahkan tidak tahu bahwa kau memiliki anak diluar pernikahan."
"Lily," James tanpa sadar menggeram memperingatkan. Tapi Lily tidak peduli. Wanita itu malah melangkah mundur, masih dengan tawa mirisnya. "Berhenti disana."
"Kenapa? Kenapa aku harus berhenti? Setelah 12 tahun pernikahan kita… dan aku baru mengetahui apa yang kau lakukan pada sahabatku! Katakan, James, apa yang sudah Sev lakukan hingga kau begitu membencinya?"
"Hentikan. Kau ingin membicarakan ini disini? Yang benar saja. Tutup mulutmu dan kita bicara di rumah. Aku tidak ingin membicarakan ini." James menatap Lily dengan dingin. Dia tidak suka dibantah ataupun dipertanyakan. Tanpa menunggu jawaban, dia angkat kaki dari sana dan pergi menuju gerbang sekolah.
.
.
.
Sejak saat itu, suasana rumahnya menjadi buruk. Lily terus menerus menghindarinya, bahkan sampai meninggalkan catatan yang mengatakan bahwa dia akan pergi ke rumah orangtuanya selama beberapa minggu.
Sirius dan Remus tidak mengatakan apapun. Tapi mereka berdua menatapnya seolah dia sudah melakukan kesalahan besar. Hubungan mereka benar-benar menjadi renggang. Bahkan ketika libur musim panas tiba dan Harry kembali ke rumah, anaknya dan istrinya tetap sedikit menjaga jarak darinya. Terutama Lily yang bertingkah aneh sejak pulang dari rumah orangtuanya.
"Prongs, kau harus menemui Sniv—Snape dan meminta maaf yang benar padanya." Sirius suatu hari tiba-tiba berkata. "Bagaimanapun… dia sudah membesarkan anak kalian selama ini. Walaupun mereka tidak mengakuimu, kau tetaplah ayah biologis anak itu."
"Dia tidak akan memaafkanku, Pads. Aku sudah pernah meminta maaf padanya."
"Kau hanya mencoba meminta maaf padanya sekali. Kenapa tidak mencoba lagi? Dia sahabat Lily, dan aku yakin Lily juga akan menghargainya. Lagipula, dari cerita Harry, Prince sangat baik dan menyayangi Harry. Kalau aku tidak tahu bahwa mereka saudara tiri, aku akan mengira bahwa gadis itu ingin meng-courting-nya."
James ragu-ragu sejenak. Dia bisa bertemu Snape jika menyetujui saran kedua sahabatnya. Tapi dia tidak tahu tempat tinggal pria itu. Lily mungkin tahu, tapi wanita itu pasti tidak akan memberitahunya.
Saat itu, Harry masuk setelah menyiram kebun bunga bersama Lily. Anaknya itu menyapa Sirius dan Remus sebentar, memberikan pelukan pada kedua ayah baptisnya sebelum izin untuk pergi mandi.
"Tunggu." Panggil James sebelum dia bisa menghentikannya. "Harry, apa kau tahu tempat tinggal Snape dan putrinya?"
Harry terlihat ragu-ragu beberapa saat, tapi akhirnya melihat ke arah kedua ayah baptisnya dan menjawab setelah mendapatkan anggukan dari Remus.
"Kurasa mereka sekarang tinggal di Ridde manor karena professor Snape dan professor Riddle akan segera menikah. Tapi mungkin saja mereka masih tinggal di Prince manor. Ath tidak memberitahukan alamat tempat tinggalnya padaku…"
"Menikah?" Otak James seolah-olah mengkhianatinya. Dia juga mulai meragukan pendengarannya. Apa yang Harry katakan tadi? Snape akan menikah dengan Riddle? Bagaimana ini bisa terjadi? "Dia akan menikah?"
"U-um… teman-temanku dan beberapa anak dari Slytherin membicarakannya sebelum liburan. Katanya mereka akan menikah di musim panas ini." James tidak tahu kenapa Harry melangkah mundur dan berlindung di balik tubuh Remus, tapi yang pasti, dia merasa marah.
"Menikah, katamu? Musim panas ini?" tanyanya, marah entah pada siapa. Sirius dan Remus terlihat khawatir. Mereka berbagi pandangan sebelum kembali menghadapnya. Harry ada di belakang mereka.
"James—"
"Memangnya kenapa jika Sev akan segera menikah dengan Riddle, James?" suara Lily memotong ucapan yang akan dilontarkan Sirius. Wanita itu berdiri di ujung pintu sambil melipat kedua tangan di depan dada. Tatapannya tajam padanya. "Dia sudah menemukan kebahagiaannya. Kenapa kau ingin menghancurkan hidupnya lagi?"
James membalas tatapan tajam istrinya, Alpha dalam dirinya murka. "Diam kau, Omega. Kalian hanyalah alat bagi kami para Alpha memuaskan nafsu birahi. Dan Severus Snape hanyalah Omega yang akan membuka kakinya untuk setiap Alpha yang memintanya."
"JAMES!" Remus menjerit, langsung berbalik dan memeluk Harry, menutup telinganya. Mata hijau Lily melihatnya, tidak bergerak sedangkan Sirius membentak.
"APA YANG KAU KATAKAN, PRONGS?! KAU SUDAH KETERLALUAN!"
"Dia membawa tandaku, dan dia melahirkan anakku. Dia tidak boleh menikah dengan Alpha lain." Sihirnya ikut marah, berputar-putar didalam dirinya layaknya badai hingga pertanyaan Remus menyadarkannya.
"Kenapa, James? Kau tidak pernah peduli padanya. Kau selalu merendahkannya, membullynya semasa sekolah. Kenapa kau berlaku seolah-olah tidak ingin Snape bersama dengan Alpha lain?"
Tiga pasang mata menatapnya dalam diam, mencari jawaban yang bahkan James juga tidak ketahui hingga Lily tiba-tiba tertawa.
"Sekarang aku mengerti. Aku mengerti kenapa kau selalu mencoba memisahkanku darinya." Ujarnya, tertawa dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Kau hanya ingin dia sendirian agar kau bisa menjadi pahlawannya. Hahaha… sejak awal… sejak awal kau tidak pernah mencintaiku. Kau hanya memanfaatkanku untuk membuatnya sendirian."
Wanita itu melanjutkan ucapannya seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri, "Hahaha, bodohnya aku. Kenapa aku bisa menerimamu disaat kau jelas-jelas sudah menghancurkan sahabatku? Kenapa aku bisa balas mencintaimu ketika cintamu selama ini padaku palsu? Hahaha, oh astaga, betapa lucunya. Selama ini suamiku mencintai sahabatku sendiri."
Lalu tawa miris itu tiba-tiba terhenti dan digantikan dengan nada sedingin es. "Aku tidak bisa lagi. Kita selesai. Harry akan pergi bersamaku. Tidak perlu menemui kami lagi."
"Kau—"
"Harry, kemasi barangmu. Kita pergi sekarang." Seolah tidak mendengar ucapannya, Lily menarik Harry dari pelukan Remus dan mendorongnya kedalam kamarnya.
Suasana ruang tengah itu mendadak hening sepeninggal mereka. Baik Remus maupun Sirius sepertinya sangat ngeri.
Keheningan itu pecah ketika Lily dan Harry muncul tidak lama kemudian. Keduanya membawa tas kecil di lengan mereka. "Selamat tinggal. Kuharap kita tidak bertemu lagi."
"Lily, kumohon pikirkan lagi, James tidak bermaksud—"
"Apa maksudmu, Sirius? Dia menipuku, menipu dirinya sendiri selama bertahun tahun dan kau ingin aku tetap tinggal? Setelah apa yang dia lakukan pada sahabatku? Setelah apa yang tadi dia katakan? Huh, jika ini prank, maka ini adalah prank kalian yang terburuk."
Sirius terdiam. Dia tidak bisa membalas dan Remus menepuk bahu pria itu sambil menggeleng.
James hanya memperhatikan tanpa mengatakan apapun. Pikirannya masih berputar pada perkataan Lily beberapa saat yang lalu. Selama ini suamiku mencintai sahabatku sendiri.
Hah! James ingin tertawa. Dia? Mencintai Severus Snape? Seorang Slytherin berlendir? Yang benar saja. Dia, James Potter, tidak akan pernah mencintai seorang Slytherin. Oke, Snape memang beraroma menyegarkan, membuatnya merasa fresh—berbeda dengan milik Lily yang jika terlalu lama menghirupnya malah membuatnya pusing. Tapi mencintainya?
"Kau tahu, James, kali ini kau sudah keterlaluan." Remus menggumam, sedangkan Sirius menatapnya frustasi sambil menarik-narik rambutnya sendiri. "Tidak seharusnya kau mengatakan itu pada istrimu sendiri, lebih lagi di depan putramu yang bersecond gender Omega."
James tidak menjawab hingga Remus kembali melanjutkan perkataannya.
"Jangan-jangan apa yang dikatakan Lily itu benar? Kau menyukai Snape tapi terlalu sombong untuk mengakuinya?"
"Apa maksudmu?!"
"Yah, apa yang dikatakan Moony ada benarnya juga. Kau baru saja bertingkah seolah-olah tidak ingin Snape menikah dengan Alpha lain. Kenapa? Apa alasannya?" Sirius menyipitkan matanya, menatap James seolah-olah sedang menelitinya hingga James mengerang dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Aku—aku tidak tahu. Awalnya aku membullynya karena tidak menyukai Lily berteman dengan Slytherin. Tapi aroma Omeganya benar-benar mempengaruhiku—sangat fresh dan terkadang bisa membuat otakku yang lelah kembali berjalan normal."
Sirius menatapnya tidak percaya dan Remus menggelengkan kepala dengan tatapan tidak setuju. Tapi mereka tidak mengatakan apapun hingga James melanjutkan ucapannya.
"Saat heat pertamanya tiba, yang ada di kepalaku adalah keinginan untuk menandainya dan menjadikan aroma itu milikku. Itu tidak membantu tubuhku yang tidak bisa kukendalikan. Aku sudah mencoba meminta maaf padanya, kalian tahu? Aku… aku tidak tahu, saat itu aku masih menginginkan Lily dan dia akhirnya mau memberiku kesempatan. Bagaimana bisa aku mengacaukannya dengan mengatakan; 'Hey, Evans! Maafkan aku karena tanpa sengaja sudah menandai sahabatmu! Maukah kau tetap memberiku kesempatan untuk bersamamu?' menurut kalian apa yang akan dia lakukan jika itu yang terjadi?"
"Merlin, James, kau benar-benar keterlaluan!" Sirius memucat hingga terlihat akan pingsan, sedangkan Remus terlihat menahan mual. "Ka-kau menandai satu Omega tapi masih mengharapkan Omega lainnya? Lebih buruk lagi, Snape adalah sahabat Lily! Bagaimana bisa kau melakukan itu?"
"James, kau sadar kalau yang kau lakukan itu salah? Bahkan permintaan maaf saja tidak cukup untuk memperbaiki apa yang sudah kau lakukan!" Remus menggelengkan kepala dan melangkah mundur. "Lily benar, kau terlalu penuh dengan dirimu sendiri. Aku sudah mencoba memberitahumu berkali-kali, James. Apa kau mendengarkanku? Tidak! Kau tidak pernah mau mendengarkan apa yang tidak kau sukai."
"Aku—"
"Cukup, James. Sudah cukup. Dinginkan kepalamu dan pikirkan apa yang sudah kau lakukan dan apa yang kami katakan. Ayo Moony, percuma saja mencoba bicara padanya saat ini." Sirius ikut melangkah mundur. Wajahnya terlihat sangat pucat. "Jangan temui kami sampai kau paham apa yang sudah kau lakukan."
Mereka kemudian pergi dari rumahnya, meninggalkannya sendirian dalam kebingungan.
Memangnya apa yang salah? Dia hanya melakukan apa yang dia inginkan! Tapi—tapi kenapa Lily menganggapnya mencintai Snape? Tidakkah wanita itu lihat bahwa James mencintainya dan bukan Snape? Kenapa semuanya menjadi hancur seperti ini? Bahkan sahabatnya meninggalkannya.
Semua ini salah Omega sialan itu. Pikirnya marah. Sial, aku butuh minum.
"Aku harus membalas apa yang Slytherin berlendir itu lakukan. Dia menghancurkan hidupku… tapi bagaimana?" gumamnya sebelum menegak satu botol wiski yang ditemukannya hingga tenggorokannya terbakar dan kepalanya berdenyut. Sepertinya dia melupakan fakta bahwa dia adalah orang yang tidak kuat minum. "Aku akan… memikirkannya nanti… lihat saja nanti… Snape…"
.
.
.
TBC.
A/n;
Hehe
Tempat dan waktu menghujat dipersilahkan.
Oh iya, itu James terlalu fanatik sama Gryffindor, makanya kayak gitu. Lebih lagi dia kan terbiasa dibantu orang tuanya (anak manja/terlalu dimanjakan) sampai sifatnya jadi full of self gitu. Penuh dengan dirinya sendiri sampai nggak peduli dengan kesusahan/perasaan orang lain. Dan ya, jika kalian perhatikan, dia juga goblok dalam perasaan. Gabisa membedakan mana yang keinginan dan rasa tertarik/cinta.
Oh ya, bab depan adalah bab terakhir dari fanfiksi ini. Dan aku mau mengkoreksi perkataanku sebelumnya, karena pada akhirnya pair dalam fanfiksi ini adalah Tom Riddle x Severus Snape. Awalnya ingin kubuat sekilas, tapi ternyata hubungan mereka berdua diperlukan untuk 'bumbu' karakter lain.
Terima kasih sudah membaca.
