Your Apology Can't Change Anything
Rate; T
Genre; General, Drama (I guees?), Family, Tragedi, dan karena ini Harry Potter jadi ada bumbu Fantasi.
Pair; Tom Riddle x Severus Snape, tapi juga sepintas James Potter x Severus Snape, sepintas James Potter x Lily Evans, dan Draco Malfoy x Harry Potter.
WARNING! Ini Omegaverse. Alpha! Tom, Alpha! James dan Alpha! Draco. Sisanya (Severus, Lily, dan Harry) Omega. Akan ada OC (original chara) yang masuk dan berperan sebagai anak perempuan Severus.
Typo, alur yang terlalu cepat atau terlalu lambat, OOC (di usahakan tidak). Mention of Rape.
Selamat menikmati!
.
.
.
Severus Snape merasa aman berada di dalam ruangan yang sama dengan orang lain untuk pertama kalinya sejak dia menerima permintaan Tom Riddle dan membiarkannya memasuki hatinya yang rusak.
Pria itu begitu baik, manis dan sedikit posesif. Ciumannya membuatnya meleleh dan merasakan jutaan serangga yang terbang didalam perutnya. Kepalanya terasa ringan, seolah-olah beban yang dia rasakan selama ini sudah menguap bersama dengan ciuman hangat Tom Riddle. Pelukan dan kehangatan tubuhnya membuat Severus merasa aman, damai didalam dekapan tangannya dan suara detak jantungnya bagaikan musik yang mampu membuat Severus terlelap.
Hubungan mereka berkembang cukup cepat—lebih cepat dari yang bisa dia bayangkan. Tapi entah kenapa Severus sama sekali tidak merasa terganggu. Dia malah menantikan waktu kebersamaan mereka, lagi dan lagi. Sekalipun kadang-kadang Tom Riddle menggodanya hingga pipinya terbakar.
Mendadak dia teringat kejadian beberapa hari yang lalu; mereka sedang makan di Great Hall dan Tom Riddle tanpa ada angin atau hujan tiba-tiba saja memanggilnya 'Sevvy', sukses membuat pipinya merah padam. Untunglah tidak ada yang melihatnya, tapi Miverna dan Albus sepertinya mendengarnya karena mereka mengirimkan senyuman penuh pengetahuan padanya.
"Sev," panggil Tom Riddle, memutuskan lamunannya. "Aku tahu hubungan kita berkembang terlalu cepat beberapa bulan ini, tapi aku sudah lama menunggumu dan… kau tahu, aku sangat menginginkanmu."
Mereka kini sedang menikmati waktu bersama di ruangan Tom Riddle karena kelas diliburkan untuk pertandingan Quidditch yang sedang diadakan. Athena… anak itu kemungkinan besar sedang berada di perpustakaan sekarang dan akan bergabung dengan mereka nanti.
Kembali ke pernyataan Tom Riddle yang membuatnya terkejut. Severus tidak tahu harus menanggapi afeksi Tom Riddle padanya dengan apa. Yang dia tahu, dia juga menginginkan Tom Riddle selalu berada di dekatnya.
"Apakah kau keberatan jika aku melakukan bagian akhir dari courting-ku sekarang?" tanya Tom Riddle, memegang tangannya penuh kelembutan dan menatap matanya dengan sungguh-sungguh. "Kalau kau tidak keberatan, aku akan melakukannya sekarang juga. Tapi aku tidak ingin memaksamu jika kau belum menginginkannya."
Bagian akhir dari courting. Bagian itu adalah bagian penting dimana Tom Riddle akan melamarnya dan 'menandai'nya sebagai miliknya selamanya. Memikirkan bahwa dirinya akan menjadi milik Tom Riddle sepenuhnya membuat Severus meremang. Dia tidak pernah dimiliki oleh orang lain dan ini terlalu cepat. Dia masih memiliki beberapa keraguan konyol seperti; apakah Tom Riddle akan meninggalkannya nanti? Apakah dia akan membuang Athena? Bagaimana jika dia tidak menyukainya lagi setelah mereka menikah?
Ada begitu banyak keraguan didalam dirinya. Tapi saat melihat tatapan Tom Riddle yang menunjukkan kesungguhan itu…
Severus merasa ikut menginginkannya dan keraguannya mendadak lenyap begitu saja.
Perlahan, dia mengangguk dan Tom Riddle membalasnya dengan senyum lebar yang kekanakan.
"Severus Tobias Snape, sebagai bagian akhir dari courting-ku, aku ingin bertanya dan melakukan lamaranku padamu, aku mencintaimu, dulu, sekarang, bahkan setelahnya. Aku ingin kau berada di sampingku, menemaniku di tiap hari-hari kehidupanku dan aku ingin kau menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Maukah kau menerima lamaranku?"
"A-aku menerima lamaran Tom Marvolo Riddle dan menginginkannya di tiap hari dalam kehidupanku, aku mencintainya, sekarang dan setelahnya. Aku menginginkan dia menjadi ayah dari anak-anakku kelak, mencintai dan dicintai olehnya seumur hidupku."
Tom Riddle mengeluarkan cincin berwarna biru gelap dengan berlian biru yang menghiasi sekelilingnya. Didalamnya tergambar rune yang Severus kenali sebagai rune keberuntungan dan kebahagiaan. Pria itu mengangkat tangan kiri Severus, kemudian dengan lembut menyelipkan cincin itu di jari manisnya. Setelahnya, pria itu mencium buku-buku jarinya.
Dalam sekejap, kehangatan mengelilingi Severus. Rasanya seperti ada sihir yang memeluknya dan membuatnya merasa hangat dan aman.
Suasana keduanya dirusak dalam beberapa detik oleh seorang siswa yang menerobos masuk kedalam ruangan Tom Riddle, sukses membuat mereka menoleh dan melihat anak itu.
"Professor—hah—tolong! Hah—huft—Athena Prince—hosh—muntah—hah—di lapangan Quidditch!" teriak anak itu disela-sela napasnya yang tersengal.
Severus dan Tom Riddle langsung berdiri. Kepanikan merambati Severus dan dia baru saja akan berlari saat Tom Ridde menangkap lengannya.
"Pergilah dan siapkan ramuan untuknya. Aku akan mengambilnya dari sana. Susasana akan bertambah buruk jika kau ikut muntah karena suatu hal disana."
Perkataan Tom Riddle membuat Severus tersentak. Athena tidak mungkin muntah-muntah di lapangan Quidditch jika tidak bertemu dengan seseorang. Anak itu memang menghindari lapangan Quidditch (dan kenapa kau harus ke lapangan Quidditch di saat yang tidak tepat itu, Athena?!) karena tidak menyukai olahraga kasar dunia sihir.
Dia tidak ingin menambah kepanikan yang terjadi disana, jadi walaupun instingnya menjerit bahwa Severus harus menemani anaknya, dia mengangguk dan segera berlalu menuju ruangannya untuk merawat Athena. Dapat dilihatnya bahwa Tom Riddle memanggil salah satu house elf Hogwarts dan memintanya memberikan minum untuk siswa tadi sebelum melangkah menuju lapangan Quidditch.
.
.
.
James Bloody Potter berada di Hogwarts bersama dengan teman-teman konyolnya… begitupun Lily. Tidak perlu otak yang jenius untuk mengetahui alasan adanya mereka di dalam tembok sekolah ini.
Mereka pasti datang untuk melihat pertandingan Quidditch anak mereka, Harry Potter. Bukan rahasia lagi diantara guru bahwa Harry Potter telah menjadi seeker termuda mereka tahun ini.
Severus benar-benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika mengetahui bahwa Athena muntah-muntah di depan James Bloody Potter dan bahkan mengadu pada Tom Riddle bahwa James Bloody Potter telah menyentuhnya.
Dia sangat khawatir pada kondisi Athena hingga menyuruhnya untuk pergi ke Hospital Wings untuk mengecek kesehatannya sehari setelah pertandingan Quidditch selesai. Tom juga tidak mengatakan apapun untuk mencegahnya ataupun menenangkannya, menandakan bahwa pria itu juga sama khawatirnya dengannya. Hal ini membuatnya semakin khawatir dengan kondisi putrinya.
"Father!"
Pemikirannya terputus ketika Athena tiba-tiba sudah berada di sampingnya dengan ekspresi terhibur yang terlihat jelas. Anaknya itu mengguncang lengannya dengan senyum lebar seolah-olah baru saja menemukan sesuatu yang sangat menarik.
Severus menarik napas lega melihat putrinya yang kini terlihat lebih baik dari sebelumnya. "Athena. Bagaimana pemeriksaanmu?"
Gadis kecilnya itu menyeringai lebar dan mengangkat jempolnya. Anak itu hampir melompat dengan ujung kakinya, membuatnya bertanya-tanya apa yang sudah terjadi. "Father tidak akan percaya apa yang baru saja kulakukan!"
"Sepertinya little bird baru saja melakukan sebuah kejahilan. Kuharap apa yang kau lakukan tidak akan melukai siapapun?" Tom Riddle berkomentar dari ujung ruangan. Severus sampai lupa bahwa pria itu ada di ruangannya sejak beberapa saat yang lalu karena ingin menemaninya menunggu Athena kembali dari Hospital Wings.
"Aku memberitahu Harry yang sebenarnya dan Lily Evans marah besar pada orang itu!" senyum lebar Athena sangat berkebalikan dengan ekspresi Severus yang membeku.
"Oh? Dan apakah menurutmu itu adalah hal yang pantas dibicarakan? Little bird, aku tahu kau salah satu Ravenclaw yang paling pintar diantara siswa seumuranmu, tapi apakah kau yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja nantinya? Bagaimana jika dia menuntutmu dari Severus? Bagaimana jika dia menculikmu secara paksa dari kami? Bagaimana jika dia memaksa Severus untuk menemuinya dan bertanya mengenai dirimu?"
Athena berkedip, terlihat polos tapi Severus sama sekali tidak tertipu dengan ekspresi anaknya. Sepertinya Tom juga merasakan hal yang sama. Athena terlalu pintar dan dewasa untuk bertindak tanpa rencana seperti para Gryffindor berdarah.
"Jika dia menuntutku, aku hanya akan mengatakan bahwa dia memaksa Father. Kalau dia menculikku… rasanya tidak mungkin. Dia terlalu bodoh untuk itu. Kalaupun dia berhsail melakukannya, aku yakin Tom dan Father bisa menuntutnya agar masuk Azkaban. Dan jika dia memaksa Father untuk menemuinya… well, Tom tinggal memaksanya tunduk agar tidak lagi menyentuh Father."
Severus mendengus, sedangkan Tom terkekeh dan mengacak-acak puncak kepala Athena.
"Kau memang Ravenclaw yang jenius. Atau aku harus mengatakan bahwa kau diam-diam seorang Slytherin? Rencanamu luar biasa, walaupun kau melupakan fakta bahwa kami akan khawatir setengah mati jika kau benar-benar diculik."
Anak gadisnya itu terkikik. "Maaf, Tom. Atau aku harus mulai memanggilmu Daddy?"
Gelimang terhibur di mata Tom tidak bisa membohongi kalimatnya yang terdengar kesal, "Aku lebih suka dipanggil dengan sebutan 'Father', tapi kurasa aku harus menerima panggilan 'Dad' darimu karena Sevvy sudah menerima panggilan 'Father' untuknya sejak lama."
Severus bisa merasakan pipinya memanas karena panggilan sayang Tom Riddle. Pria itu mulai melakukannya saat mereka makan malam bersama, tapi kadang-kadang dengan sengaja berbisik di ujung telinganya saat mereka sedang berada di luar ruangan pribadi mereka.
"Oh Dad, aku akan sangat menyukainya. Ngomong-ngomong, kapan tepatnya kalian akan menyebarkan undangan pernikahan kalian? Ular-ularmu dan beberapa elang sudah mulai bertanya-tanya, lho."
"Oh?" Tom Riddle mengangkat alis, tapi mata merahnya terlihat terhibur. "Mereka mengetahuinya?"
Athena memutar mata, membuat Severus menyipitkan mata atas sikap putrinya yang mulai tidak sopan. "Well, mereka hanya menduga-duga. Yang tahu hanya aku, dan mungkin Draco, jika kalian memberitahunya?"
Tom Ridd—Tom hanya menggeleng, kemudian menatap Severus dengan lembut hingga pipi Severus kembali menghangat. "Untuk sementara, kami ingin merahasiakannya."
Severus berdehem, "kami berencana untuk melaksanakannya di minggu kedua musim panas ini dan menyebarkan undangannya seminggu sebelumnya. Bagaimana menurutmu?"
"Jadi yang tahu baru aku saja?"
"Dan kepala sekolah Albus Dumbledore." Balas Tom.
"Oh, okay! Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan tempat tinggal kami nanti?"
"Hm… kami belum membicarakannya. Kami ingin mendengar pendapatmu." Tom tersenyum, membiarkan Athena duduk disampingnya dan mengambil kue kering yang Severus suguhkan.
Dia mengikuti anaknya dan duduk di depan Tom di kursi tunggal. Dia masih sedikit malu jika harus duduk bersebelahan dengan Tom didepan orang lain (termasuk putrinya sendiri).
"Aku suka dengan Prince manor, tapi Riddle manor juga tidak buruk… uh, pilihan yang sulit…"
Severus menyesap tehnya dan menatap dua orang yang dicintainya dengan lembut. "Bagaimana jika begini, dua minggu di Riddle manor dan dua minggu di Prince manor? Dua minggu lainnya bisa kita habiskan untuk bepergian bertiga."
Athena mengerutkan kening, sedangkan Tom tersenyum menyetujui.
"Kurasa bukan ide yang buruk, Father. Tapi aku khawatir jika… dia datang dan merusak hari pernikahan kalian, bagaimana jika orang itu mengambil surat undangan milik Harry dan memaksa masuk kedalam manor?"
"Kau tidak perlu khawatir tentang itu, little bird. Kami berencana melakukan janji pernikahan di Riddle manor, kemudian melakukan pestanya di Prince manor. Riddle manor tidak memiliki sistem bangsal seperti Prince manor, membuat hanya beberapa orang yang bisa masuk kedalamnya. Lalu, kita juga bisa mengirimkan undangan atas nama Lily Potter dan Harry Potter. James Potter tidak bisa melakukan apapun jika tidak ada nama yang tercantum untuknya di undangan."
Severus mengangguk. Dia tahu bahwa Riddle manor dibangun oleh Tom dengan kekayaannya sendiri dan bangsal yang dibuat oleh Tom lebih kuat daripada bangsal tua milik keluarga pureblood.
Severus beberapa kali ingin meruntuhkan bangsal di Prince manor dan menggantinya dengan bangsal yang lebih baru dan kuat, tapi sihir bangsal tua milik keluarganya itu terhubung langsung dengan bangunan dan akan ikut runtuh jika bangsal runtuh, jadi Severus mengubur idenya.
"Oh, aku tidak memikirkan itu! Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan?"
Tom menatap Athena dengan kedua alis yang naik, dan telinga putrinya itu memerah ketika menyadarinya. "Aku yakin tidak ada yang perlu di khawatirkan,"
Athena menatapnya dengan pertanyaan didalam matanya, dan Severus mengangguk.
Sisa hari itu kemudian dihabiskan dengan tenang, dengan pertanyaan Athena yang tidak ada habisnya tentang sihir di negara lain dan juga budaya mereka, dan juga cita-citanya untuk menjadi potion mistress sekaligus unspeakable yang bekerja di bagian research and development of magic.
.
.
.
Hari demi hari tanpa sadar berlalu dan liburan musim panas telah tiba. Severus dan Tom mulai sibuk mempersiapkan pernikahan mereka, mulai dari mengawasi dekorasi hingga menulis undangan. Lucius, Narcissa, Bellatrix, Regulus dan teman-teman mereka yang lain ikut membantu, tapi mereka juga harus mengawasi anak-anak.
Belum lagi Tom yang ingin pernikahan ini menjadi tidak terlupakan di hidup Severus. Jadi banyak hal yang harus mereka persiapkan.
Severus baru saja mendapatkan jatah istirahatnya dari semua perisapan pernikahannya dengan Tom ketika seekor burung hantu terbang masuk dan memberikannya sepucuk surat.
"Untukku?" tanya Severus. Tangannya mengayunkan tongkat sihirnya untuk memeriksa adanya kutukan didalam surat dan baru mengambilnya ketika tidak menemukan apapun. "Terima kasih. Kau bisa mengambil minum dan makanan di owlery."
Burung hantu itu mengeluarkan suara 'hoot' pelan sebelum mengepakkan sayap dan terbang keluar, meninggalkan Severus dengan surat di tangannya.
Mata hitam Severus menyipit ketika melihat nama pengirim suratnya.
Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali Lily Eva—Potter mengirimkan surat padanya. Sahabatnya itu berkali-kali mengirimkan surat pada Severus di tahun pertama dan kedua kelulusan mereka dari Hogwarts. Severus tidak pernah membalasnya, dan setelahnya surat dari Lily tidak pernah datang lagi.
Dengan perlahan dibukanya surat dari Lily dan membaca isinya perlahan. Matanya semakin menyipit dan bibirnya membentuk garis tipis ketika sampai pada akhir surat dari sahabat lamanya itu.
Severus membaca surat itu sebanyak tiga kali sebelum menghembuskan napas dengan lelah. Dia bahkan tidak bisa menahan diri untuk tidak menekan pangkal hidungnya.
Kakinya tanpa sadar sudah melangkah menuju kantornya untuk mengambil peralatan menulisnya dan membalas surat dari Lily.
Biar bagaimanapun, mereka bersahabat sejak kecil. Lily juga sering membantunya ketika situasi dirumahnya sedang sangat buruk. Ini adalah saatnya Severus membalas budi pada sahabatnya itu.
James Potter sudah mengatakan hal yang tidak termaafkan di depan Harry. Surat Lily menyebutkan dan Severus bertanya-tanya, hal mengerikan apalagi yang dilakukan orang bodoh fanatik Gryffindor berdarah itu?
Dengan cepat tangannya menulis pada Lily, mengatakan bahwa mereka bisa berkunjung ke Prince manor besok. Isi suratnya tidak banyak, dan Severus berharap bahwa mereka bisa berhubungan kembali seperti dulu.
"Sunny," panggilnya dan house elf itu langsung mucul dengan bunyi pop. "Kirimkan ini pada Lily Evans."
"Baik Tuan Severus." House elf itu membungkuk dan menerima surat yang diulurkan Severus, kemudian tanpa mengatakan apapun kembali menghilang dengan bunyi pop.
Severus lagi-lagi menghembuskan napas panjang.
Masih banyak yang harus dilakukan olehnya.
.
.
.
Keesokan harinya, Lily datang bersama dengan putranya melalui floo. Dua orang itu terlihat buruk dan membuat hati Severus mencelos ketika melihanya.
Lily terlihat sudah menangis semalaman penuh dengan kantung mata hitam dan bengkak yang terlihat jelas, dan putranya juga tidak terlihat baik-baik saja.
"Oh… Athena, benar? Halo, aku Lily. Harry banyak bercerita tentangmu…" Lily yang menyadari kehadiran Athena dibelakang Severus langsung menyapa. Ada sebersit rasa bersalah di mata hijaunya yang biasanya cerah, membuat Severus bertanya-tanya kenapa Lily merasa bersalah pada Athena.
"Halo Lily, halo, Harry. Boleh aku tahu apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Athena, sopan sekalipun kedua matanya menunjukkan rasa penasaran dan khawatir.
"Sebenarnya, kami berniat melakukan beberapa pembicaraan. Ath, bisakah kau mengajak…nya berkeliling? Kurasa kalian juga perlu bicara?" jawab Severus, secara tidak langsung meminta putra Lily dan juga Athena menjauh dari pembicaraan mereka berdua.
Severus punya firasat bahwa pembicaraannya dengan Lily bukan untuk didengar oleh kedua anak itu
"Tentu, Father. Harry, ayo. Apakah kau mau melihat perpustakaan kami? Oh atau taman yang dirawat oleh tangan terampil Sunny?"
Anak itu menatap Lily, menunggu untuk mendapat anggukkan darinya dan pergi mendekati Athena. Dia terlihat canggung dan menjaga jarak, tapi tetap mengikuti langkah Athena menuju taman samping manor mereka.
Severus menunggu selama beberapa saat hingga mereka berdua tidak terlihat lagi sebelum manatap Lily yang kini balas menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Sev…"
"Lily. Ayo duduk. Kau terlihat akan pingsan. Apa yang terjadi pada kalian berdua?"
Severus dengan ragu mendekati Lily dan merangkulnya dengan canggung, tetapi Lily menatapnya dengan rasa syukur dan tubuhnya dengan mudah menjadi rileks. Dia membawa Lily ke ruang tengah untuk duduk.
Mereka duduk dalam keheningan. Mata hijau Lily menatapnya, seolah-olah sedang mencari tahu apa saja yang berbeda.
"Maafkan aku,"
Perkataan itu membuat Severus terkejut. "… dan kenapa kau meminta maaf padaku?"
"Karena aku sahabat yang buruk. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, sekalipun aku tahu itu berhubungan dengan James. Tapi aku malah menikahinya, orang yang menyakitimu—bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah?"
"Tapi itu bukan salahmu, Lils. Aku tidak memberitahumu dan kau tidak mengetahuinya."
Lily tertawa kosong, membuat hati Severus ikut sakit ketika melihatnya. Mereka pernah menjadi sahabat baik—hampir seperti saudara. Melihat Lily menangis dengan ekspresi penyesalan dan aroma penuh duka hampir membuat Severus ikut menangis.
Severus memperkuat dinding occlumency miliknya. Semuanya tidak akan bertambah baik hanya karena dia ikut menangis karena rasa sakit yang dirasakan oleh Lily.
"Dengar, Lily. Itu bukan salahmu, oke? Apa yang dia lakukan padaku memang tidak termaafkan, tapi itu sudah terjadi. Apa yang bisa berubah? Tidak ada. Itu sebabnya aku pergi dari dunia sihir selama bertahun-tahun."
Dengan hati-hati Severus menangkup pipi Lily dengan kedua tangannya dan mengusap air matanya yang jatuh. "Itu bukan salahmu, jadi jangan salahkan dirimu sendiri, Lils."
"Harusnya aku mencaritahunya, harusnya aku menyadari ada yang sangat salah di akhir tahun ketujuh kita." Lily terisak, "harusnya aku tidak menerima permintaannya. Harusnya aku mendengarkanmu."
Kalimat itu membuat jantung Severus hampir berhenti berdetak. 'Apa maksudnya itu?'
"Lils? Apa yang terjadi? Apa dia menyakitimu?"
Tiba-tiba Severus teringat surat yang Lily kirimkan padanya kemarin.
James Potter sudah mengatakan hal yang tidak termaafkan di depan Harry.
"Apa yang dia katakan pada kalian?"
Lily menggeleng dan Severus semakin khawatir. "Lils, aku janji aku akan membantumu. Aku sahabatmu dan aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri. Apa yang dia katakan padamu?"
Sahabatnya itu terus menggeleng, membuat Severus ingat pada kekeraskepalaan yang dimiliki Lily sejak dulu. Tapi apa yang dapat membuat wanita tangguh seperti Lily menjadi seperti ini?
"Lils, katakan padaku atau aku terpaksa menggunakan legilimency padamu."
"Jangan kau berani!"
"Aku akan melakukannya jika kau tidak memberitahuku apa yang salah. Aku mengenalmu, Lily. Kau tidak mungkin menangis seperti ini hanya karena hal kecil. Apa yang terjadi?"
Kali ini, Lily diam selama beberapa saat. Mata hijau Lily menatap mata Severus, seolah mencari sesuatu sebelum membuka suara dan mulai bercerita.
.
.
.
Severus bersyukur dia sudah membawa Lily untuk duduk sebelumnya. Dia tidak tahu apakah dia bisa tetap berdiri dengan semua informasi yang baru saja diterimanya.
Kalau boleh jujur, bahkan Severus tidak menyangka bahwa James Bloody Potter akan melangkah hingga serendah itu. Menganggap bahwa Omega hanyalah alat untuk memperoleh keturunan… sama saja dengan James Potter mendukung adanya perbudakan.
"Aku berencana untuk menuntutnya. Setidaknya aku ingin menceraikannya dan pergi jauh darinya. Dia mengatakannya didepan Harry dan aku tidak bisa mengampuninya."
"… kalaupun dia hanya mengatakannya didepanmu, aku tidak yakin kau akan diam saja, Lils." Severus menghembuskan napas. Dia hampir mengutuk bloody bastard itu ketika Dosy muncul dengan bunyi pop untuk mengingatkan makan siang.
Dengan segera Severus meminta elf itu untuk memanggil Athena dan kembali menatap Lily.
"Ayo makan siang bersama. Pembicaraan kita belum selesai."
Lily menggenggam salah satu tangan Severus erat sebelum melepasnya dengan senyuman penuh syukur. "Terima kasih, Sev."
.
.
.
Hari berikutnya dipenuhi persiapan pernikahannya dan Tom, hingga tanpa sadar, hari yang sudah mereka tunggu-tunggu tiba.
Severus duduk di ruang perisapan dengan buket bunga di tangannya. Lily ada disampingnya, merias wajahnya dengan lembut. Sahabatnya itu menggunakan make-up muggle dan juga beberapa sihir disana dan disini, membuat ekspresi wajahnya menjadi terlihat lembut dan muda.
Narcissa dibelakangnya menyisir rambutnya, menambahkan sedikit sihir dan mengikatnya sedikit di ujung rambutnya agar tidak menganggu wajahnya kemudian menambahkan beberapa jepit dan ornamen.
"Selesai! Sev, kau terlihat luar biasa!" Lily tersenyum lebar dan memberikan cermin padanya, membiarkannya untuk melihat hasil karya Lily dan Narcissa.
Severus hampir tidak percaya bahwa dia bisa berubah secantik ini.
Ketukan mendadak terdengar dan Barty masuk dengan keranjang berisi kelopak bunga di tangannya. "Sev, sudah saatnya."
Severus menarik napas dalam-dalam, kemudian melihat sekelilingnya, ekspresi para teman-teman dan sahabatnya. "Aku siap."
Lily menggandeng tangannya, sedangkan Barty melangkah di belakangnya, mengayunkan tongkat dan menyihir keranjang berisi kelopak bunga yang dibawanya.
"Sev, semoga kau mendapatkan kebahagiaan yang berlipat ganda." Lily mengeratkan genggaman tangan mereka, tepat sebelum mereka masuk kedalam aula Riddle manor yang sudah diubah menjadi aula pernikahan.
"Terima kasih, Lily." Severus balas mengeratkan gengaman tangan mereka, menarik napas dalam-dalam sekali lagi, dan tersenyum sekalipun dia mulai merasa gugup.
Pintu aula terbuka, dan mereka melangkah masuk. Lily disampingnya dan Barty dibelakangnya. Senyuman terbentuk disekitarnya, dan Severus balas tersenyum sebelum matanya menatap Tom yang balas menatapnya dengan tatapan penuh cinta.
Severus berusaha menghentikan panas di pipinya ketika melihat Tom yang berdiri disamping Lucius, tapi dari tatapan yang diberikan Tom, dia gagal total menyembunyikannya.
"Jaga dia, Tom Riddle." Bisik Lily ketika menyerahkan tangan Severus kedalam tangan Tom yang sudah menunggu. Severus bahkan tidak sadar bahwa dia sudah sampai di altar pernikahannya.
"Tentu, akan ku jaga sepenuh hati." Balas Tom, mengenggam tangan Severus dengan sangat lembut dan menatapnya dengan tatapan lembut yang sama.
Lucius berdehem, dan Severus menyadari bahwa mereka semua menunggunya.
Jadi dia tersenyum dan mengangguk, membiarkan Lucius memulai pernikahan mereka.
"Kita hadir disini untuk menyaksikan pernikahan sepasang penyihir, dengan Merlin yang menyatukan dan sihir yang memberkati, dengan sumpah yang mengikat kedua jiwa hingga akhir napas didalam hidup ini."
"Dengan ini, Tom Marvolo Riddle, apakah kau bersedia mengucapkan sumpahmu?"
"Aku bersedia."
"Dengan ini, Severus Tobias Snape-Prince, apakah kau bersedia mengucapkan sumpahmu?"
"Aku bersedia."
"Silahkan mulai pengucapan sumpah."
"Dalam nama sihir, aku, Tom Marvolo Riddle, bersumpah pada Severus Tobias Snape-Prince, untuk menjadi suamiku, untuk memiliki dan mempertahankan mulai hari ini, dalam hal baik, buruk, kaya, miskin, sakit dan sehat, mencintai dan menghargai, sampai dipisahkan oleh kematian. Aku berjanji untuk mencintaimu dan selalu berada di sisimu, melalui semua suka dan duka bersamamu. Aku bersumpah untuk selalu setia, dan selalu menjadi sahabatmu, tidak peduli apa yang akan terjadi di masa depan. Ini adalah sumpah suciku, diikat dan diberkati oleh sihir."
Severus dapat merasakan bahwa matanya memanas dan air berkumpul di pelupuk matanya. Dengan gemetar dia menjawab sumpah Tom, mencoba menahan air matanya yang siap untuk tumpah.
"Dalam nama sihir, aku, Severus Tobias Snape-Prince, bersumpah pada Tom Marvolo Riddle, untuk menjadi suamiku, untuk memiliki dan mempertahankan mulai hari ini, dalam hal baik, buruk, kaya, miskin, sakit dan sehat, mencintai dan menghargai, sampai dipisahkan oleh kematian. Aku berjanji untuk mencintaimu dan selalu berada di sisimu, melalui semua suka dan duka bersamamu. Aku bersumpah untuk selalu setia, dan selalu menjadi sahabatmu, tidak peduli apa yang akan terjadi di masa depan. Ini adalah sumpah suciku, diikat dan diberkati oleh sihir."
Putaran sihir berwarna silver mengelilingi mereka, seolah-olah memeluk tubuh mereka sebelum bercahaya dan menghilang.
"Sihir telah menerima sumpah kalian. Sekarang, kalian boleh bertukar cincin."
Severus menoleh dan melihat bahwa putrinya terlihat sangat cantik dengan jubah hijau gelap seperti mereka. Bedanya, milik Athena dipenuhi jahitan berbentuk bunga di ujung-ujungnya, sedangkan milik Severus dan Tom berbentuk ular-ular berwarna emas.
"Dad, Father, kalian terlihat sangat tampan dan cantik!" Athena tersenyum lebar, dan Severus membalas senyuman putrinya dengan malu-malu. Pipi Severus semakin memerah karena pujian itu dan Tom terlihat bangga.
"Terima kasih, little bird. Kau juga terlihat cantik, sama seperti Severus."
Pujian itu benar-benar membuat pipi Severus panas. Dia tidak mengatakan apapun selain mengangguk malu.
Athena tertawa kecil, "cincin kalian, Father, Dad,"
Tom mengambil cincin yang dibawa oleh Athena dan mengambil tangan kanan Severus dan memasangkan cincinnya, kemudian mencium buku-buku jarinya dengan lembut.
Pipi Severus tidak bisa lebih panas dari ini.
Dengan gugup, diambilnya cincin milik Tom dan dipasangkannya cincin itu di jari manis tangan kanan Tom. Dia tidak menciumnya seperti yang dilakukan Tom padanya, tapi Severus mengusap punggung tangan Tom dengan lembut dan penuh afeksi.
"Dengan ini kalian telah menjadi suami dan suami, disatukan dan diberkati oleh sihir. Semoga kalian menempuh hidup yang bahagia."
Severus tersenyum, menutup mata dan membiarkan setetes air matanya jatuh membasahi pipi. Tom disampingnya memegang tangannya erat, membawanya mendekat ke sampingnya sedangkan yang lainnya bertepuk tangan dengan meriah.
"Kau baik, Sev?"
"Mm, hanya sedikit gugup."
Tom tertawa kecil, "tidak ada yang perlu ditakutkan, Love."
Severus membuka matanya, menatap Tom yang tersenyum lembut padanya dan juga Athena yang berdiri disebelah Harry dan Draco. "Ya, tidak ada yang perlu kita takutkan."
.
.
.
Pesta pernikahan mereka berlangsung cukup lama. Untungnya, sebelum Severus menyadari bahwa tubuhnya kelelahan, Tom mengakhiri pesta mereka dan satu persatu tamu mulai pulang.
"Tom, Severus, Athena bisa menginap selama yang kalian butuhkan, dan Severus, kau harus mulai mengurangi dosismu perlahan-lahan. Kau dengar aku?"
"Tentu, Cissy, aku sudah mengingatnya."
"Bagus. Hubungi aku jika tubuhmu mulai tidak nyaman."
Severus mengangguk dan mengantar Narcissa, Lucius dan Draco menuju floo. Tom dan Athena ada disampingnya.
"Sampai jumpa, Ath!"
"Bye-bye, Draco."
Setelah keluarga Malfoy pulang, Severus meminta Athena untuk membersihkan diri. Dia sendiri masuk kedalam kamar dan berganti baju. Tom sendiri pergi ke ruang ritual dan berkata akan menyusulnya, membuat Severus penasaran dengan apa yang Tom rencanakan.
Ketika keluar dan menuju ruang tengah, Severus mendapati putrinya yang sudah selesai berganti pakaian sedang merebahkan diri di atas sofa.
Dengan lembut Severus mengusap kepala Athena dan mendudukkan diri disampingnya. "Lelah?"
"Lumayan. Dimana Dad?" tanya Athena, mengubah posisinya hingga kepalanya berada diatas pangkuan Severus.
"Disini, little bird." Tom muncul dari belakang mereka, mencium pelipis Severus, kemudian mengusap sisi wajah Athena dan duduk disamping Severus. Matanya menatap Athena dalam, terlihat curiga. "Apa yang ingin kau lakukan besok?"
Severus menggumam, tapi tetap diam dan memperhatikan interaksi mereka.
Tanpa Severus duga, Athena tersenyum lebar. Dengan cepat Severus tahu bahwa putrinya itu sedang merencanakan sesuatu. Kenapa dia tidak menyadari ini sebelumnya?
"Mengerjakan tugas musim panas bersama Scientia. Aku akan menginap dirumahnya selama seminggu penuh. Apakah itu terlalu lama? Ah, maaf, apakah itu terlalu sebentar?" tanya Athena dengan senyum jahil yang sukses membuat pipi Severus panas.
"Father, aku ingin adik." Athena berkata terang-terangan, membuat pipi Severus terasa semakin panas. Untungnya, Athena beralih pada Tom yang masih tertawa kecil sambil melihat Severus. "Dad, maukah kau memberikannya untukku?"
"Tentu, little bird. Apapun untukmu." Jawab Tom, tersenyum lebar. Kepuasan terlihat dimatanya, membuat Severus tiba-tiba ingin memukulnya dengan kesal.
"Sudah larut, kau harus segera tidur jika besok ingin pergi ke rumah nona Callidus. Kami tidak ingin kau terlalu memaksakan dirimu, oke?" Severus mencoba menghentikan godaan yang bisa membuat kedua pipinya semakin panas, tapi putrinya malah melihatnya dengan tatapan jahil.
Tiba-tiba saja, Severus merinding.
"Oh, Father sudah sangat tidak sabar. Aku akan pergi kalau begitu, selamat malam." Athena tiba-tiba saja bangkit berdiri, mencium pipi Severus dan Tom, kemudian berlari menuju kamarnya sebelum Severus dapat mengatakan apapun.
"ATHENA SEVERUS PRINCE!" teriaknya dan putrinya punya nyali untuk tertawa ketika mendengar teriakan malunya.
Tom disebelahnya tertawa kecil, lalu mengambil tangan Severus dan menariknya berdiri dengan lembut sebelum Severus sempat memprotes.
"Berdansalah denganku, Love."
Severus mengangkat alis. "Bukankah tadi kita sudah berdansa?"
"Hanya kita berdua kali ini," bisik Tom, mengayunkan tangan dan lagu muggle dengan judul How Long Will I Love You mulai mengalun dengan lembut.
Severus hanya bisa tersenyum dan mulai bergerak seiring dengan musik. Tom memeluk pinggangnya, menari dengan sempurna dan Severus memeluk leher orang yang kini menjadi suaminya.
"I love you, Severus."
"I love you too, Tom."
Mereka terus berdansa, bahkan setelah lagunya berakhir. Severus tidak lagi ingat sudah berapa lama mereka berdansa ketika Tom tiba-tiba menggendongnya seperti putri dan membawanya masuk kedalam kamar mereka.
"Sleep, Sev."
Severus tertawa kecil dan menarik Tom hingga jatuh diatasnya, "Kau juga, Tom."
Tom tersenyum, mengubah posisinya hingga jatuh disamping Severus dan mencium Severus dengan ringan. "Tentu saja," bisiknya sebelum membawa tubuh Severus mendekat.
Severus menarik napas dalam-dalam, merasa tenang dengan aroma Alpha yang dikeluarkan Tom. Dia menyamankan diri, menutup mata dan berbisik selamat malam sebelum benar-benar jatuh tertidur.
Samar-samar, Severus mendengar "sweet dream, my love," sebelum terjatuh ke dalam alam mimpi.
.
.
.
"Sampai jumpa Father! Dad!" Athena memeluk Severus dan Tom erat sebelum mengambil bubuk floo untuk pergi ke rumah nona Callidus.
"Sampaikan salam kami pada tuan dan nyonya Callidus, little bird."
"Jangan membuat masalah dan bersenang-senanglah, Ath."
"Un! Kalian juga bersenang-senanglah tanpa aku!" Athena tersenyum dan melemparkan bubuk floo sebelum benar-benar pergi meninggalkan Severus dan Tom berdua di Prince manor. "Queen Street!"
Sepeninggal Athena, Tom mengambil kedua tangan Severus dan menatapnya dalam-dalam.
"Tom?"
"Aku ingin mengatakan sesuatu."
"Hm?"
Tom menarik napas, terlihat gugup. Tapi Severus dengan sabar menunggu suaminya itu membuka mulut.
"Aku menyiapkan ritual. Tapi kau harus tahu bahwa aku tidak akan memaksamu melakukan ini, oke?"
Severus mengerutkan kening. Dia tidak mengerti apa maksud dari perkataan Tom, tapi dia yakin bahwa dia akan segera mengerti.
"Ritual yang kusiapkan… akan mengikat jiwa kita berdua, sehingga kita bisa saling menemukan saat terlahir kembali, kita bisa bersama lagi setelah kematian. Aku tidak ingin kehilanganmu, Sev, tidak setelah aku mendapatkanmu. Kau tahu betapa posesifnya aku."
Tangan Tom mengusap punggung tangan Severus, terlihat mencoba menenangkan diri. Ini adalah pertama kalinya Severus melihat ekspresi gugup Tom, membuatnya ikut gugup hanya dengan memikirkan maksud dari ritual yang dipersiapkan Tom.
"Kau tidak harus menjawabnya sekarang, kau bisa menjawabnya setelah memikirkannya, Sev, aku tidak akan memaksamu—"
"Aku mau."
"Eh?"
"Aku akan melakukan ritualnya bersamamu. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukannya? Apa syaratnya?"
Kelegaan memenuhi wajah Tom, dan pria itu langsung mengangkat kedua tangan Severus dan menciumi buku-buku jarinya. "Tengah malam, dengan sinar bulan."
"Purnama, kalau begitu. Malam ini?"
"Yeah, kau tidak perlu menyiapkan apapun, aku sudah mempersiapkan semuanya."
Severus hanya mengangguk, dia mempercayai Tom sepenuhnya.
.
.
.
Ruang ritual di Prince manor benar-benar sudah disiapkan oleh Tom.
Ketika mereka masuk, Severus dapat mencium wangi bunga yang kelopaknya tersebar di sekeliling rune yang sudah digambar oleh Tom. Rune itu sendiri berisi garis kebahagiaan, jiwa, pengikatan dan kesuburan.
Severus merasakan pipinya menghangat ketika melihat garis itu.
"Apakah kau memerlukan darahku?"
Tom menggumam, kemudian memeluk Severus dari belakang. "Kita hanya memerlukan sihir. Sihir terikat dengan jiwa, tapi darah terikat dengan tubuh. Jika kita terlahir kembali, kita akan berada didalam tubuh yang berbeda, jadi kita tidak memerlukan darah."
"Darimana kau mendapatkan ritual ini?" tanya Severus, secara bertahap mulai menyamankan diri kedalam pelukan Tom.
"Jepang. Seorang penyihir beberapa abad yang lalu jatuh cinta kepada seorang tengu. Karena pernikahan dengan makhluk campuran masih sangat tabu saat itu, penyihir itu membuat ritual ini dan melakukan bunuh diri bersama tengu itu. Dua abad kemudian, mereka berdua bertemu lagi dengan tubuh baru."
"Apa ingatan mereka masih utuh?"
"Hm… catatan mereka mengatakan bahwa mereka mengetahuinya dari potongan-potongan mimpi, dan merasa tidak lengkap sebelum bertemu dengan yang lainnya."
Severus memejamkan mata dan meletakkan belakang kepalanya di bahu Tom, mulai berpikir bahwa ritual ini agak menakutkan. "Bagaimana jika aku tidak bisa menemukanmu?"
"Jangan khawatir, Love. Aku yakin kita akan bertemu kembali," Tom mencium pelipis Severus dan mengeratkan pelukannya. "Catatan yang ditinggalkan mereka juga mengatakan bahwa mereka merasakan tarikan diantara satu sama lainnya. Dan ritual ini sudah dilakukan oleh enam pasangan sebelum kita berdua. Kita adalah pasangan ke tujuh yang akan melakukan ini."
"Hmph, dan tujuh adalah angka kesukaanmu."
"Tujuh adalah angka keberuntungan, Love."
"Mn-hm, ayo lakukan. Apa yang perlu kulakukan?"
Tom membawa tubuh Severus untuk menghadapnya, lalu mencium Severus dengan penuh cinta. "Kita hanya perlu melepaskan baju kita dan duduk di tengah-tengah rune itu berdua, menunggu bulan purnama dan tengah malam datang."
"Telanjang?"
Hanya seringai seksi yang menjadi jawaban Tom, dan pipi Severus lagi-lagi panas ketika melihatnya. Dia membiarkan Tom menciumnya lagi dan mulai melepas jubah yang Severus pakai.
Sebagai gantinya, Severus ikut melepaskan pakaian milik Tom. "… kenapa kita tidak menggunakan sihir untuk melepas pakaian kita?"
"Oh? Tidak sabar, Sevvy?"
"Don't call me that!"
Tom tertawa lepas, "oh darling, love, honey, sweetheart, I love you so much."
Mereka kembali berciuman sambil melepaskan pakaian satu sama lainnya. Tom, disisi lain mulai menuntun Severus masuk kedalam rune yang dibuatnya, meninggalkan jejak pakaian mereka di tiap langkahnya.
Pipi Severus semakin panas ketika tangannya mulai melepas pakaian dalam Tom. Dia gemetar halus ketika tangan Tom mengusap bokongnya yang kini terekspos, "T-tom,"
"Patient, Love."
Tepat ketika mereka berdua berada di tengah-tengah rune, alarm berdering lembut, menandakan bahwa jam sudah menunjukkan tepat tengah malam. Mereka berdua berciuman, telanjang bulat dengan cahaya bulan yang menyinari tubuh mereka dan rune di sekeliling mereka yang mulai bercahaya.
Rune itu mulai bergerak dan menjalar seperti ular, merayap naik melalui kaki mereka dan mulai masuk kedalam tubuh mereka.
Severus terlena dalam cumbuan Tom hingga tidak menyadari bahwa rune di sekeliling mereka mulai meredup dan sebuah tato berbentuk ular hitam kini keluar dan masuk dari dalam tubuhnya dan Tom.
Dia baru tersadar ketika Tom membawanya turun dan merebahkannya ke atas kain beludru yang sangat lembut. "Ritualnya?"
"Sudah selesai, Love. Lihatlah," tangan Tom membawa Severus ke arah dadanya yang kini berhiaskan tato ular. Severus tanpa sadar mengusapnya, terpesona dengan gambar ular hitam yang sangat cantik itu.
Tom tertawa kecil, "kita memiliki tanda kembar, Love,"
Perkataan itu membuat Severus menunduk dan melihat ke arah dadanya sendiri, kemudian mendapati gambar yang sama persis dengan milik Tom. "Oh," gumamnya sebelum Tom kembali menciumnya.
"Bolehkah?" tanya Tom, dan Severus mengerti apa maksudnya. Aroma Alpha milik Tom mulai keluar, memenuhi paru-paru Severus. "Aku ingin memilikimu seutuhnya malam ini,"
"Oh, Tom," bisik Severus, membawa kedua tangannya untuk menangkup pipi Tom. "Miliki aku, Love, aku milikmu sekarang,"
Tom tersenyum, terlihat sangat seksi dengan cahaya bulan yang menghujani tubuh mereka. Severus menikmati pemandangan indah itu sebanyak yang dia mampu sebelum mencumbu bibir sempurna milik suaminya, mengundang Tom untuk bercinta dengannya.
"I love you, Severus, aku sangat bahagia,"
"Love you too, my husband." Jawab Severus, mengalungkan kedua tangannya di leher Tom dan memulai aktivitas suami-suami mereka berdua.
.
.
.
END.
