'Apa ini kedengarannya gila? Kalau dipikir-pikir… memang iya, sih. Tapi Kaa-san, aku sebenarnya takut patah hati lagi.'

Gaara sempat mengalihkan pandangannya dari surat itu ke arah Ino yang masih tertidur pulas. Posisi gadis itu sama sekali tidak berubah. Sepertinya Ino sedang bermimpi indah yang membuatnya tidak ingin bangun meskipun ada orang lain di dekatnya. Kemudian Gaara kembali menatap surat itu. Ia kagum dengan tulisan tangan Ino yang sangat cantik dan rapi. Kekaguman itu menjadi alasannya mengulum senyum tanpa sadar sebelum ia kembali membaca suratnya lagi.

'Dia tidak terlihat seperti pangeran romantis di novel yang selalu aku baca. Aku tidak yakin apakah dia bisa disebut sebagai laki-laki idaman atau tidak. Mungkin karena aku belum mengenalnya lama, tapi kelihatannya orang-orang berpikir demikian. Kazekage-sama memiliki banyak penggemar di sini. Mungkin salah satu alasannya karena dia memiliki wajah yang sangat tampan. Asal Kaa-san tahu, Kazekage-sama jauh lebih tampan daripada Sasuke. Salah satu hal yang menarik adalah tato 'Ai' di dahi kirinya. Aku jadi penasaran kenapa dia membuat tato itu.'

Gaara menyentuh dahi kirinya di mana ia membuat sebuah tato 'Ai' di sana. Tato itu dibuat sendiri oleh Gaara setelah kematian Yashamaru. Waktu itu Gaara kehilangan harapan hidupnya. Ketika pamannya itu sekarat, ia mengatakan kepada Gaara jika ibunya –Karura– tidak pernah mencintainya. Yashamaru juga mengatakan jika nama Gaara memiliki arti 'Iblis yang mencintai diri sendiri' sehingga ia tidak dibutuhkan orang itulah Gaara memutuskan untuk membuat tato 'Ai' di dahinya. Keputusan ini ia ambil dengan harapan ia tidak akan mencintai orang lain dan hidup sendiri, sebab 'Cinta' yang dimaksud merupakan simbol dari rasa kesepian dan kesendirian.

'Bukankah 'Ai' itu artinya cinta? Orang seperti Kazekage-sama membuat tato dengan arti semanis itu. Itu sedikit mengejutkan! Oh ya, Kaa-san, tadi aku banyak mengobrol dengan Temari-san. Kelihatannya Temari-san sangat menyayangi Kazekage-sama. Tidak hanya Temari-san, tetapi Kazekage-sama juga memiliki seorang ibu yang sangat mencintainya. Kaa-san pasti bertanya-tanya, 'kan, bagaimana aku bisa mengatakan itu? Aku bisa menyimpulkannya setelah mendengar cerita dari Temari-san. Yondaime Kazekage dan istrinya memberi putra bungsunya nama yang membuktikan kasih sayang mereka. GA-A-RA. GA diartikan "Aku", A itu "dicintai", dan RA mewakili nama ibunya "Karura" dan Sang Ayah "Rasa". Luar biasa, 'kan, Kaa-san? Ternyata kasih sayang orang tua itu sangatlah besar. Aku semakin yakin ini! Ah! Kaa-san, aku jadi merindukanmu! Tidak hanya Kaa-san, aku juga merindukan Tou-san, Shikaku oji-san, Yoshino ba-san, Asuma-sensei, Shikamaru, dan Chouji. Aku benar-benar rindu Konoha!'

Seulas senyum tipis terukir di wajah tampan Gaara. Pemuda itu tidak sadar jika ia tengah tersenyum hanya karena membaca sebuah surat. Surat yang pernah ia baca sebelumnya tidak pernah sampai membuatnya tersenyum seperti itu.

Yang dituliskan Ino itu benar. Ia tahu arti namanya bukan sebagai 'Iblis yang mencintai diri sendiri' saat ia bertemu dengan ayahnya yang dihidupkan kembali melalui jutsu edo tensei. Melalui mulut ayahnya sendiri, Gaara tahu jika namanya memiliki arti yang sangat dalam. Sejak itulah tato 'Ai' di dahinya dapat diartikan sebagai "Anakku yang tercinta". Selain itu, tatonya itu juga melambangkan tekad dan kekuatan Gaara untuk mencintai dan melindungi orang-orang yang ia sayangi. Pemuda itu ingin menjadi sosok yang dapat diandalkan dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya dan tato tersebut menjadi salah satu cara untuk mengingatkannya pada tekadnya juga menganggap tato itu sebagai simbol dari kesetiaan dan kebanggaannya terhadap keluarganya.

'Aku akan menemui Kaa-san segera, tetapi aku harus menyelesaikan urusanku di sini terlebih dahulu. Mulai sekarang aku harus mempercayai Kazekage-sama. Aku tahu itu tidak akan mudah, tapi mulai sekarang aku akan menganggap Kazekage-sama sebagai orang baik. Ya, walaupun dia terlihat sedikit misterius. Jujur saja, Kaa-san, aku sempat takut melihatnya dulu saat kami bertemu di ujian chuunin. Itu dulu, sih. Sekarang Kazekage-sama sudah lebih manis dan hangat, tidak seperti dulu. Dia... banyak membuatku tersipu malu. Jadi menurut Kaa-san, apakah keputusanku untuk menerimanya itu benar?'

Gaara menghentikan kegiatannya sejenak ketika ia melihat Ino sedikit menggeliat. Gaara pikir Ino akan terbangun, tetapi ternyata gadis itu hanya memperbaiki posisi tidurnya yang kurang nyaman. Sepertinya Ino lupa jika ia sedang tidur di rumah Gaara. Gadis itu terlalu keenakan tidur.

Setelah memastikan Ino masih memejamkan kedua matanya, Gaara meneruskan untuk membaca surat itu. Ia hampir sampai di akhir surat. Sangat sayang jika ia tidak sampai akhir membacanya. Tak apalah lancang, ini semua ia lakukan karena penasaran dengan apa yang ditulis oleh Ino tentang dirinya.

'Kaa-san, jika aku boleh jujur, ada banyak hal yang aku takutkan selain patah hati. Sebenarnya aku takut dengan hujatan orang-orang. Aku takut jika orang-orang menilaiku sebagai perempuan yang materialistis karena menerima lamaran dari seorang Kazekage. Aku hanya seorang kunoichi biasa, bahkan peringkatku masih chuunin, tetapi seorang kage malah melamarku, ahahaha. Lucu, 'kan? Aku yakin, Tou-san pasti sedang tertawa bersama Shikaku oji-san di atas sana. Atau jangan-jangan Kaa-san juga menertawakanku?'

Surat itu menunjukkan jika Ino belum menyadari rencana busuk di balik pernikahan itu. Gadis itu tidak tahu apa-apa dan Gaara tetap diam dan tidak mengambil langkah apapun. Ia bahkan berencana untuk meneruskan pernikahan itu agar Hakuto selamat meskipun ia harus mengorbankan perasaan gadis itu.

'Kaa-san tahu, 'kan, bagaimana perasaanku terhadap Sasuke? Aku pikir rasa ini sama seperti saat aku memikirkan Sasuke. Entah kenapa aku merasa ingin membantu Kazekage-sama untuk menghapus semua rasa sakit dan kenangan buruknya. Aku ingin memberikan kenangan indah dan menjadi alasannya bahagia. Apa aku salah, Kaa-san? Tolong jawab aku segera karena aku sangat ingin mendengar dari sudut pandang Kaa-san. Jika Kaa-san setuju dengan keputusanku, maka aku bersedia menikah dengan Kazekage-sama. Semoga kisah asmaraku yang kali ini tidak berujung kegagalan lagi. Aku lelah menangisi kisah cintaku, Kaa-san. Sudah dulu ya, Kaa-san. Sepertinya aku terlalu banyak bercerita. Saat aku tiba di Konoha, aku akan menceritakan sisanya nanti. Tunggu aku, Kaa-san! Aku mencintai Kaa-san dan Tou-san!'

Setelah selesai membaca surat itu, Gaara kembali meletakkannya di tempat semula seolah benda itu tidak pernah diambil oleh siapapun. Setelah memastikan posisi surat itu sama seperti sebelumnya, Gaara tetap diam di tempatnya berdiri. Pemuda itu menatap ke arah Ino cukup lama. Ia memperhatikan Ino tanpa memikirkan apapun. Ia hanya ingin melihat gadis itu.

Cukup lama Gaara memperhatikan Ino, kini pemuda itu memutuskan untuk duduk di lantai –sama seperti yang dilakukan gadis itu. Gaara duduk di bawah, di samping Ino, tetapi diposisinya sekarang ia bisa melihat wajah Ino yang kebetulan sedang menoleh ke arahnya. Gadis itu sangat tenang ketika sedang tidur. Napasnya begitu teratur yang menyebabkan bahunya naik-turun dengan pelan.

Menatap wajah Ino bukan kegiatan yang membosankan sebab Gaara seolah betah melakukannya. Pemuda itu masih setia memperhatikan detail wajah Sang Gadis. Wajah Ino sangat cerah dan halus. Gadis itu berhasil merawat dirinya dengan baik. Bulu mata gadis itu juga sangat cantik dan lentik. Ternyata setiap detail wajah Ino itu sempurna.

Ketika pandangan Gaara tertuju ke arah hidung Ino, kedua mata pemuda itu sedikit menyipit. Gaara melihat ada bekas tinta hitam di hidung Ino. Noda itu begitu kentara sebab kulit Ino sangatlah putih. Tak banyak memang, tetapi di mata Gaara, noda tinta itu cukup mengganggu.

Gaara mengulurkan tangannya dengan spontan saat melihat noda tinta itu. Tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya, pemuda itu mengusap pelan noda tersebut dengan jari telunjuknya.

"!"

Ino terkejut saat ia merasakan sesuatu mengusap hidungnya dengan pelan. Gadis itu langsung membelalakkan kedua matanya dan refleks hendak mengambil kunai yang sengaja ia letakkan di atas meja. Namun, saat menyadari orang yang berada di dekatnya itu adalah Gaara, Ino langsung mengurungkan niatnya. Yang ada di dekatnya sekarang bukan orang jahat, jadi ia tidak perlu menyerang.

"K-Kazekage-sama... Okaeri," ucap pelan Ino.

Buru-buru Ino memperbaiki posisinya. Ia duduk tegap dengan kedua tangan yang diletakkan di atas paha sambil menghadap ke arah Gaara.

"Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Ino salah tingkah. Gadis itu mengusap tengkuknya dengan ragu-ragu.

Niat Gaara hanya ingin menghilangkan noda tinta di wajah Ino, tetapi gadis itu malah terbangun. Pemuda itu juga sempat ikut terkejut. Namun, Gaara bisa dengan cepat menormalkan sikapnya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Maaf, aku tidak bermaksud membangunkanmu. Ada tinta di hidungmu," ucap Gaara berterus-terang.

Ino langsung mengusap hidungnya menggunakan punggung tangan dengan kasar. Ia tidak sadar jika ada noda tinta di wajahnya. Pasti ini gara-gara ia terlalu asyik menulis surat. Gaara memang tidak mengatakan apapun yang manis, tetapi pemuda itu berhasil membuat Ino merona.

"Sudah hilang," kata Gaara sambil menahan tangan Ino yang tadi digunakan untuk mengusap hidupnya sendiri dengan kasar.

Wajah Ino kembali memanas saat Gaara menyentuh dan menahan tangannya cukup lama. Setelah mencegah Ino untuk tidak mengusap wajahnya sendiri dengan kasar, pemuda itu malah menggenggam tangannya.

"K-Ka-Kazekage-sama."

Ino menjadi salah tingkah. Ia menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Gaara. Bukannya ia tidak mau, hanya saja untuk saat ini ia tidak bisa karena tiba-tiba saja jantungnya berdegup dengan sangat cepat.

"Bagaimana jika lusa kita mengunjungi Konoha? Aku ingin bertemu dengan ibumu," tanya Gaara.

Pertanyaan itu sontak membuat Ino terkejut. Wajahnya memerah padam hingga ke telinga. Tiba-tiba saja ia teringat dengan surat yang tadi ia tulis. Mata Ino langsung mencari keberadaan suratnya itu. Saat melihat posisinya masih terlipat dengan rapi, Ino menghela napasnya dengan lega.

Ino kira alasan Gaara mengajaknya pulang ke Konoha karena pemuda itu telah membaca suratnya dengan lancang. Bisa gawat jika semua isi suratnya diketahui oleh Gaara –pikirnya. Ino percaya jika Gaara tidak mungkin membaca suratnya tanpa izin. Lain cerita jika Ino yang menemukan surat Gaara, pasti diam-diam ia ingin mencari tahu isinya.

"Kenapa tiba-tiba mengajakku pulang? M-Maksudku... kau tadi tidak membaca suratku, 'kan?"

Meskipun sempat percaya, Ino memilih untuk menanyakannya secara langsung kepada Gaara agar ia semakin yakin jika pemuda itu tidak mungkin membaca suratnya.

"Tidak," jawab Gaara berbohong.

"Menurutku akan lebih baik jika aku meminta izin juga dengan ibumu," lanjut Gaara.

Sebelum Ino merespons perkataan itu, Gaara kembali berucap. Ia menanyakan soal kunai milik gadis itu.

"Aku penasaran, mengapa ada kunai di dekatmu?" tanya Gaara sambil melirik ke arah kunai yang ada di atas meja.

Ino mengikuti arah pandangan Gaara. Ia sengaja meletakkan kunai di sana untuk berjaga-jaga. Barangkali alasan Gaara melarangnya untuk berinteraksi dengan shinobi Suna karena ada ancaman bahaya yang mengincarnya.

"Hanya berjaga-jaga saja. Kau tadi melarangku untuk bergaul dengan orang-orang di sini, jadi aku pikir ada orang jahat yang ingin melukaiku," ujar Ino jujur.

Entah kenapa Ino menjadi sedikit kesal dengan Gaara. Ia tidak suka dengan sifat Gaara yang melarangnya untuk berinteraksi dengan orang-orang di Suna. Terlebih lagi karena Gaara tidak berterus-terang dan membiarkan Ino hampir mati karena penasaran. Ia tampak seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Semua tampak samar di mata Ino, tetapi Gaara tidak mau memberinya sedikit petunjuk.

Puk!

Tepukan pelan mendarat tepat di puncak kepala Ino. Gadis itu sangat terkejut hingga kedua matanya sedikit melebar ketika tangan besar Gaara menepuk pelan kepalanya. Tak hanya sekedar menepuk, tetapi tangan Gaara bertengger sebentar di kepala Ino. Setelah itu, ia mengusap pelan rambut pirang Ino.

Oksigen seolah-olah lenyap di ruangan itu, Ino jadi lupa caranya bernapas ketika salah tingkah seperti ini. Seluruh wajah hingga telinganya memerah hebat –mirip seperti tomat. Ia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu sebelumnya, jadi tak heran jika Ino salah tingkah.

"Tidak akan ada yang berani menyentuhmu selagi aku masih hidup. Akan kupastikan kau aman di sini, Ino," kata Gaara sesaat setelah pemuda itu menyingkirkan tangannya dari kepala Ino.

Bohong! Tidak ada yang seperti itu. Pada kenyataannya nyawa Ino menjadi incaran shinobi Suna atas perintah tetua. Jika Gaara membatalkan pernikahan itu, maka habislah Ino. Sayangnya Ino tidak tahu rencana busuk itu. Yang Ino tahu, seorang kazekage melamarnya karena ia kagum dengannya seusai perang.

Semua kalimat yang keluar dari mulut Gaara hanyalah akal-akalan pemuda itu. Gaara tidak ingin Ino mencurigainya. Selama Hakuto masih dalam bahaya, Gaara tidak akan berterus-terang. Ia berencana akan mengatakan semuanya setelah ia mengamankan Hakuto. Gaara tahu risikonya jika ia memberitahu Ino soal rencana licik ini. Jelas gadis itu akan membencinya. Namun, bagaimanapun Gaara tidak tega membiarkan Ino menanggung semua kepalsuan ini lebih lama lagi.

"L-Lalu… kenapa aku harus menjauhi laki-laki yang ada di sini?" tanya Ino.

"Itu sangat bukan aku. Kau baru saja membatasiku, Kazekage-sama," lanjut gadis itu sambil menggembungkan pipinya sebentar.

Ino melakukan itu tanpa sadar. Setiap kali Ino kesal, ia akan menggembungkan pipinya. Shikamaru sering melihat ekspresi itu.

"Kau pasti tahu alasannya kenapa seorang laki-laki menyuruh pasangannya untuk tidak mendekati laki-laki lain," jawab Gaara.

Setelah tepukan pelan di kepalanya, kini kata-kata Gaara membuat pipinya kembali memanas. Ino menangkupkan kedua tangannya di pipi lalu menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah. Lama-lama ia menjadi mirip seperti Hinata yang sering merona setiap kali beradadi dekat Naruto.

Ini gawat! Bagaimana jika Ino benar-benar jatuh hati dengan pemuda berambut auburn itu? Bahkan saat ini Gaara sudah menganggapnya pasangan. Bagaimana bisa Ino tidak luluh?

"Tunggu, kenapa laki-laki ini menjadi semakin manis?" batin Ino.

Saat Ino sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Gaara kembali berbicara.

"Kau sudah memikirkan jawabannya?" tanya Gaara.

Ino tersentak dan gadis itu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Sejenak ia mencoba untuk mengingat maksud dari pertanyaan itu. Hingga beberapa detik kemudian, Ino tahu maksud Gaara menanyakan itu. Rupanya Gaara menagih jawaban dari pertanyaan yang telah pemuda itu ajukan tadi pagi.

"Maukah kau menikah denganku, Yamanaka Ino?" Gaara kembali mengulang pertanyaannya.

Untuk kedua kalinya Gaara melamar Ino secara langsung. Situasi seperti ini benar-benar membuat Ino salah tingkah. Ia langsung menutupi wajahnya dengan telapak tangan sambil menunduk dalam-dalam.

Bukankah seharusnya Ino meminta Gaara menemuinya agar ia bisa menanyakan beberapa hal yang sempat mengganjal di pikirannya? Akan tetapi, mengapa Ino yang harus menjawab.

"Aku tak akan menyakitimu, Ino. Kau percaya padaku, 'kan?" tanya Gaara lagi sambil melihat Ino yang salah tingkah.

Gaara tak punya banyak waktu. Ia tidak tahu sampai kapan para tetua itu bisa menahan diri untuk tidak melukai Hakuto. Pemuda itu tidak mau mengambil risiko yang besar. Ia ingin menyelamatkan nyawa Hakuto, sekaligus Ino yang tidak bersalah meskipun ia harus mengorbankan perasaan gadis bunga itu.

"Ino," panggil Gaara.

Gaara mengulurkan tangan kirinya. Ia meraih tangan Ino dan menyingkirkannya dari wajah gadis itu agar ia bisa melihat parasnya lagi. Untung saja Ino tidak menolak, jadi ia bisa melihat wajahnya lagi. Wajah gadis itu memerah hebat. Ino juga mengalihkan pandangannya dari Gaara.

"Apa kau ingin memberiku syarat? Jika iya, aku akan melakukannya? Apa yang kau minta? Rumah baru? Atau kau ingin aku membuatkanmu sesuatu di Suna? Aku akan melakukannya," tanya Gaara terus-menerus.

"Jika rumah ini terlalu kuno, kita bisa membangun rumah baru yang mirip gayanya dengan rumah orang tuamu di Konoha agar kau tidak merasa jauh dari kampung halamanmu itu. Kita—"

Sangat bukan Gaara saat pemuda banyak bicara, jadi Ino langsung mengangkat tangan kanannya dan mengarahkan telapak tangannya di depan wajah Gaara. Isyarat itu langsung membuat Gaara mengatupkan mulutnya lagi. Hanya Ino yang berani menyetop seorang kazekage.

"Bukan itu. Aku tidak mempermasalahkan rumah ini. Aku sudah pernah memberitahumu, 'kan, jika aku tidak mau menikah bukan berarti aku tidak mau, tapi... aku takut," kata Ino.

"Aku janji tidak akan menyakitimu. Jika aku mengingkarinya, kau bebas menghukumku," balas Gaara.

Gaara meraih tangan Ino dan menuntun gadis itu untuk berdiri. Kini keduanya sama-sama berdiri dan saling berhadapan.

"Bukan kau saja yang akan menghukumku, tetapi Temari dan Kankurou juga. Bahkan tak hanya itu, pasti Shikamaru akan melakukan hal yang sama," lanjut Gaara.

Gaara tahu dengan jelas jika ia pasti akan mendapatkan amukan dari Shikamaru suatu saat nanti ketika kebenaran ini terbongkar. Ia sudah siap dan memang harus siap untuk segala risiko yang akan ia hadapi ke depannya.

Hening. Tidak ada yang berbicara setelah itu. Gaara hanya diam sambil menatap wajah Ino, sedangkan gadis itu masih mengalihkan pandangannya.

"Atau kau belum bisa melupakan pemuda Uchiha itu?" Tiba-tiba Gaara menyinggung soal Sasuke.

Ino langsung menatap Gaara tak percaya. Ini tidak ada hubungannya dengan Sasuke meskipun ia masih sedikit mengharapkan pemuda itu. Ini semua tentang ketakutan dirinya untuk memulai kehidupan baru bersama dengan Gaara.

"Ini tidak ada hubungannya dengan Sasuke-kun! Aku tidak menyukainya lagi!" bantah Ino tak terima.

"Lalu siapa yang kau sukai sekarang? Apa kau sudah menyukaiku?" tanya Gaara.

Ino sempat melotot kaget setelah mendengar pertanyaan itu. Pipi Ino kembali memerah.

Suka? Tentu, siapa yang tidak suka dengan seorang pemimpin tampan dan bijaksana seperti Gaara? Begitu pikir Ino. Ino bahkan memiliki keinginan untuk memberikan kebahagiaan bagi Gaara seperti yang ia tulis di dalam surat. Namun, tidak salah, 'kan, jika ia sedikit takut dan merasa gelisah untuk segala kemungkinan yang terjadi?

"Aku menyukaimu, Ino. Kehebatan dan kebaikan hatimu itu, membuatku terkesan. Apa kau ingin aku menyebutkan semua alasan kenapa aku memilihmu sebagai istriku?" Gaara mengulurkan tangan kirinya dan ia menyentuh pipi Ino dengan lembut.

Ino diam bukan berarti ia tidak mendengarkan. Gadis itu sedang sibuk menormalkan kembali detak jantungnya yang terus memburu dengan tak karuan. Sebenarnya ia ingin mendengar semua alasannya, tetapi jantungnya tidak bisa diajak berkompromi.

"I-Itu tidak perlu, tapi terima kasih," ucap Ino sambil malu-malu.

"Kau berjanji tidak akan meninggalkanku, 'kan? Dan semua perkataanmu itu... apa benar?" tanya Ino sebelum ia memutuskan pilihannya.

Gaara mengelus pipi Ino dengan ibu jarinya sekilas. Lalu, pemuda itu tersenyum tipis.

"Ya. Kita akan terus bersama sampai maut menjemput terlebih dahulu sebelum dirimu," jawab Gaara.

Gaara telah memasuki level laki-laki paling brengsek di dunia ini. Bualan itu semuanya bohong! Sampai detik ini yang ia sukai hanyalah Hakuto dan ia mencoba menerima pernikahan itu demi Hakuto juga. Ia ingin kedua gadis itu selamat dari ancaman. Hanya dengan pernikahan itu, Hakuto dan Ino bisa menikmati hidupnya dengan bebas.

"Jadi, apa kau bersedia menikah denganku, Yamanaka Ino?" tanya Gaara sekali lagi.

Ino tidak bisa membuang mukanya saat ini karena Gaara masih menyentuh pipinya. Ia hanya bisa melirik ke samping untuk menghindari tatapan Gaara.

"Y-Ya, aku bersedia," jawab Ino.

-to be continued-

Halo, hai! Sebelumnya aku mau minta maaf. Sebenarnya kemarin sudah siap update, tapi aku malah sok-sokan nambahin jumlah kata. So... sekarang jadi telat update dari jadwal seharusnya. Maaf banget! Tolong maafkan aku TwT.

Sebelum aku lanjut ke chapter selanjutnya aku mau tanya pendapat kalian. Kalian keberatan tidak semisal aku mengganti rate T jadi M? Kalau tidak keberatan, aku mau sedikit memperjelas setiap scene romance-nya gitu *aduh malu banget jelasinnya TwT. Selain karena itu, aku juga mempertimbangkan karena konfliknya juga semakin berat kalau dipikir-pikir lagi. Aku agak miss soal ini. Kelupaan padahal sudah aku pikirkan sejak awal terbit. Itu saja, sih. Selanjutnya aku mau berterima kasih lagi. Terima kasih sudah mau menunggu dan menemaniku sampai sejauh ini. Enggak kerasa sudah 14 chapter. Terima kasih, ya! Selamat membaca! Semoga tulisanku menghibur hari Minggu kalian~

~Sesi Ngobrol~

Mikalunachan: Aku bakalan spill tipis-tipis sekarang ya lewat twitter aku xD. Tapi tipis banget biar penasaran*peace. Buaya semakin di depan nih, omongannya udah semanis madu aja xD.

Azzura yamanaka: Mentok sampai 3k kata aja, ya xD. Terima kasih kembali!

Nobita: Pasti menikmati dong, ceweknya secantik dan sekelas Ino, sih xD. Si Panda udah muali berani... berani jadi brengsek TwT.

Inmy: Aduh, Kak, kalau semuanya langsung enggak bisa xD. Maaf, ya~

Elv3: Hi, thank you!

Ai Moriuchi: Siapa sih yang enggak baper digituin cowok ganteng seperti Gaara? TwT. Terima kasih, Kak!

Guest: Semoga ya. Terima kasih, Kak!

See you next chapter~