Author's note: Hapus! Pokoknya harus Penulis hapus! Cerita sebelumnya harus diganti dengan yang satu ini.

Omong-omong, pengumuman, teman-teman. Penulis kembali! GYAHAHAHAHA! Sudah lama sekali, ya? Ya, maklum. Persiapan daftar beasiswanya sudah kelar. Jadi hanya tinggal menunggu waktu ujian. Semoga lulus. Amin. Nah, sekarang kita masuk ke masalah utama.

Penulis terpaksa mengganti cerita ini karena Penulis merasa tidak menemukan chemistry(?) yang tepat untuk menyelesaikan kisah sebelumnya. GADIS IKON SEKOLAH saja filenya entah dimana. Belum ketemu juga T_T! Dimanakah diri kalian, SNK versi SMK? Aku merindukanmuuuu!

Karena itulah, selagi mencari file GIS, Penulis juga mengubah cerita ini. Kisah ini lebih ke humor. Yah, bakal diselingi romance juga. Tapi Penulis harus membangun masalahnya dulu. Jadi maaf jika kualitasnya menurun, ya. Penulis sudah lama tidak terjun ke dunia fanfiction. Penulis takut kemampuan Penulis melemah. Hiks.

Anyway, semoga kalian menyukainya. Cium jauh~~!

.

.

Attack on Titan/Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime

LANTAI 13 APARTEMEN LOKE © La Maylani

Characters: Ada enam tokoh utama dalam fanfic kita kali ini. Pertama, sang Flower Boy alias Armin Arlert. Kedua, salah satu anggota trio Marley, sang Barbarian Girl alias Annie Leonhart. Ketiga, The Rock(?) versi kekurangan maskulin alias Connie Springer. Keempat, Luffy versi wanita (kalau soal makan) alias Sasha Blouse. Kelima, wanita paling narsis di dunia alias Hitch Dreyse. Terakhir, sang Nadeshiko-chan alias Frieda Reiss.

Karakter-karakter lain menjadi tokoh pembantu dalam menyempurnakan aksi gila keenam orang ini. Penulis tak bisa menyebutkan siapa saja mereka satu per satu karena Penulis malas ngetik.

Notes: Peringatan dari Penulis, para pembacaku tersayang. Beberapa tokoh punya sifat seperti di anime, tapi juga ada yang OOC (Out of Character). Katakanlah supaya tidak terpaku pada karya pengarang aslinya. Meski begitu, dilarang protes, ya. Jika ada yang protes, Penulis akan smackdown pelakunya. Kita hanya perlu bersenang-senang!

Jangan malu-malu berkomentar. Kenapa? Umm... lebih baik baca profil Penulis, deh. Biar langsung paham. Oh, Penulis akan senang sekali jika kalian meng-klik follow dan favorite.

Tidak boleh memposting ulang fanfic ini dan fanfic Penulis lainnya di media sosial manapun atau dengan cara apapun tanpa izin Penulis, La Maylani. Dulu nama pena Penulis itu Josephine Rose99. Kenapa diganti? Tak ada alasan. Ingin saja :D!

.

.

Prolog

.

Ketika seseorang telah lulus sekolah menengah, sebagian dari mereka memutuskan untuk menempuh studi selanjutnya di jenjang perguruan tinggi, sementara sisanya melakukan hal beragam. Dari hal-hal bagus seperti bekerja di perusahaan atau di bisnis milik keluarga, mendaftar menjadi polisi, dan membangun bisnisnya sendiri. Atau hal-hal absurd seperti; mengganggur cantik di rumah, bergabung dengan geng motor sambil berharap mendapatkan jodoh (terlalu banyak menonton drama TV), bahkan sampai melakukan hal ekstrim; MENIKAH.

Oke, terlepas dari tujuan masing-masing siswa, namun ada satu hal pasti. Mereka yang bermimpi menjadi mahasiswa pasti tidak akan melepaskan nama salah satu universitas bergengsi di dunia dalam daftar kampus impian. Universitas ini bukanlah yang terbaik alias ranking satu, akan tetapi posisi keenam mereka menurut QS World University Rankings patut diperhitungkan. Banyak akademisi pemenang Nobel lulusan kampus ini yang terletak di Pulau Paradise, sekitar 500 km dari pantai timur Republik Marley. Karena lokasi universitas ini berada di Pulau yang diberi nama 'surga', maka namanya pun juga mewakili itu.

Paradise Institute of Technology (PIT).

Bukan hanya soal prestasi, lokasi strategisnya sekaligus menjadikan pulau ini tempat wisata. Kota pelabuhan, wilayah pegunungan, hutan pohon raksasa, tempat-tempat bersejarah merupakan beberapa spot bagus demi mendatangkan uang bagi Pemerintah.

Baiklah. Kembali ke laptop.

Kampus ternama ini berdiri di kota Shiganshina, sebuah kota kecil yang terkenal sebagai salah satu pusat perdagangan pulau. Karena inilah kota ini banyak menyediakan apartemen dan penginapan demi para pedagang, baik pedagang lokal atau pendatang baru. Tentu saja alasan paling utama berdirinya ratusan tempat tinggal itu adalah karena ribuan mahasiswa datang memenuhi kota ini.

Dari sekian banyak apartemen, ada sebuah apartemen yang cukup dikenal di kalangan para pengembara muda kita. Apartemen Loke.

Apartemen Loke bukanlah apartemen mewah. Bisa dikatakan ini adalah apartemen kelas menengah. Cukup ramah bagi dompet. Apartemen yang terdiri dari 15 lantai ini menyediakan transportasi untuk mengakses ke berbagai tempat. Selain transportasi, fasilitasnya pun cukup bagus. Setiap lantai terdiri dari 8 kamar. Setiap kamar diberikan satu tempat tidur double bed, satu lemari pakaian, satu meja belajar, kamar mandi shower, toilet, akses wifi gratis, dan satu lemari kecil untuk menyimpan sepatu atau sandal. Apartemen ini juga menyediakan lift dan kedai makanan di lantai dasar.

Err... benarkah ini kelah menengah? Yah, terserah. Singkatnya, apartemen ini telah berhasil membangun nama baiknya di kota Shiganshina. Aduh, Penulis mulai subjektif, nih.

Namun, nama baik apartemen Loke sedikit terganggu gugat berkat sekumpulan manusia yang tinggal di lantai 13. Karena ulah mereka setiap hari, banyak penghuni menjauh dari lantai ini. Padahal lantai 13 masih menyediakan 2 kamar kosong, sementara lantai lainnya sudah penuh. Inilah yang membuat sang pemilik Loke saat ini, Frieda Reiss menjadi pusing. Soalnya tak ada satupun orang mau ditawari tinggal di lantai itu.

Sebenarnya ini bukan kali pertama. Dulu sang Ayah, Rod Reiss, yang menjalankan bisnis ini. Tapi tak lama kemudian dia menyerah dalam menyikapi ulah gila 5 mahasiswa penghuni lantai 13. Karena itu, pada akhirnya Frieda menjadi prajurit terakhir, ditugaskan harus mengembalikan 'kedamaian' apartemen Loke seutuhnya. Tadinya gadis ini menganggap bahwa ini adalah tugas enteng. Ternyata oh ternyata, setelah menghadapi kenyataan, rasanya dia ingin terjun dari lantai 15 saat itu juga.

Kenapa? Biar Penulis perkenalkan kelima mahasiswa tidak waras ini. Kelima mahasiswa yang mampu membuat seorang Nadeshiko seperti Frieda Reiss hanya bisa tersenyum pasrah sembari meneteskan mainly tears.

Pertama adalah seorang mahasiswa tahun ketiga dari jurusan Fisika, ARMIN ARLERT. Dia diterima melalui jalur rekomendasi dari Profesor nyentrik di jurusan tersebut, Profesor Hange Zoe, sehingga dia diberikan beasiswa penuh. Dikenal sebagai manusia terjenius di PIT. IPK selalu sempurna! Sering mengikuti perlombaan tingkat nasional dan internasional. Tidak jarang dirinya melibatkan diri dalam penelitian Profesor Hange atau yang lain. Karena itulah nama Armin tidak hanya dikenal di lingkungan PIT, namun universitas-universitas terkenal lainnya. Sasuga, Armin-sama!

Wajahnya kawai. Saking kawainya, jika kalian memberikan wig cewek, maka Penulis takkan terkejut jika kalian meragukan gendernya. Tapi percayalah Armin itu cowok tulen. Walau begitu, setiap orang tetap memiliki kelemahan. Pemuda ini sering menjadi target bully dan tertawaan karena sifatnya yang girly serta fisiknya yang lemah. Mungkin karena itulah Eren dan Mikasa, teman baiknya dari jurusan teknik mesin, mengajarinya bela diri setiap akhir pekan.

Lalu kenapa bisa pria yang otaknya oh-so-damn-perfect ini berulah di Loke? Orang ini meminta pihak universitas untuk meminta biaya lebih demi menyewa satu kamar kosong lagi di lantai 13 sebagai laboratorium pribadinya. Tapi tampaknya suara ledakan, alat laboratorium, atau suara mesin aneh membuat polusi suara di apartemen tersebut. Mendengar suara ledakan ini berkali-kali menjadi senam jantung alami bagi penghuni lain.

Lalu siapa makhluk gaib kedua yang mengusik hari-hari damai Frieda? Sudah pasti dia adalah ANNIE LEONHART! Seorang mahasiswi tahun ketiga dari jurusan Seni Rupa dan Desain. Berkat kemenangannya dalam lomba pameran seni di Paris, dia diterima di universitas ini lewat jalur prestasi. Sama seperti Armin, gadis ini juga mendapat beasiswa penuh. Gadis ini cenderung tertutup, bersifat sinis, berwajah stoic, dan punya sense of fashion yang buruk. Dia benar-benar tak peduli pada penampilan. Tapi setiap orang memang punya kelemahan. Berbeda dari Armin yang ahli dalam teori dan praktik, Annie cukup kesulitan memahami teori daripada praktik. Tipikal seseorang yang mengerti teori jika sambil dipraktikkan. Inilah yang membuatnya sering tidur di kelas karena tidak mengerti dan bosan pada apa yang dikatakan dosen.

Wait, wait, wait! Tahan dulu! Belum selesai. Karena kalau kita bicara soal Annie, maka ada satu hal yang akan terlintas di kepala penghuni Loke dan mahasiswa PIT. Yup, tak lain dan tak bukan adalah KEBARBARANNYA. Pemegang sabuk hitam karate, kendo, dan muay thai ini mampu mengirimmu ke rumah sakit tercepat kurang dari 10 detik. Jadi jangan coba-coba mencari masalah dengannya!

Ulahnya di apartemen? Sederhana. Kalau ulah berhubungan dengan profesinya, jelas tidak ada. Paling cuma menghiasi dinding lantai 13 dengan 'seni'-nya. Tadinya Frieda mau protes, namun mengingat lukisannya bagus, mulutnya hanya bisa kicep. Tak apa. Sesekali ada lantai yang unik di apartemen ini. Tapi masalahnya, gadis pecinta bela diri ini sering mempratikkan bela dirinya yang barbar di dalam kamarnya. Suara berisiknya sampai terdengar ke kamar tetangga di lantai bawah. Entah jurus apa yang dia praktikkan, namun tetangga tersebut sampai harus membeli earphone demi melindungi telinganya dari suara-suara laknat.

Makhluk hidup ketiga di lantai 13 berikutnya adalah CONNIE SPRINGER! Pemuda yang ceria dan mudah bergaul. Tidak punya rasa malu dan minim harga diri. Bocah botak plontos tanpa punya jiwa maskulin demi mampu menjerat wanita-wanita seksi. Ingin digandrungi wanita, namun yang datang malah waria(?). Entahlah. Memikirkan itu semua membuat Connie sedih dan hampir meneteskan air mata. Hiks.

Oh, ya. Mahasiswa tahun ketiga jurusan Arsitektur ini hampir tidak lolos ujian masuk universitas karena nilainya hanya berbeda 1 angka dari nilai minimal yang telah ditetapkan. Kemampuan berpikirnya pun menyedihkan. Entah bagaimana bisa jurusan Arsitektur menerima makhluk seperti ini. Meskipun begitu, tolong jangan langsung menghakimi seorang Connie. Memang tidak sekuat Annie, tapi kemampuan fisik Connie termasuk lumayan. Dia tak masalah menghadang debu dan sinar terik mentari demi mendapat ide soal model bangunan pada setiap tugas kuliahnya. Sangat jauh berbeda dari Armin.

Dan jika kalian tanya soal ulah meresahkannya di apartemen, itu adalah karena hobi pemuda plontos ini. Kesukaannya pada atraksi skateboard dan BMX menjadi urutan pertama dalam daftar hitam penghuni Loke. Bocah ini selalu turun-naik lantai dengan skateboard atau sepeda BMX-nya. Belum lagi terkadang membunyikan klakson noraknya yang lagi-lagi ingin membuat Frieda melemparnya dari apartemen saat itu juga.

Kemudian keempat adalah... beri tepuk tangan meriah pada SASHA BLOUSE! Prok prok prok! Mahasiswi tahun ketiga Culinary Institute of Paradise. Ya, dia satu-satunya penghuni lantai 13 yang tidak berasal dari PIT, melainkan kampus yang bergelut dalam bidang kuliner. Kampus ini jaraknya cukup dekat dari PIT. Tidak sampai 10 menit dengan motor.

Gadis ceria, murah senyum, bodoh, tolol, idiot, rakus, miskin dignity, serta sifat-sifat yang pasti bakal buat kalian geleng-geleng kepala. Mengingat jurusannya, bisa dipastikan Sasha jago memasak. Tapi segera singkirkan pikiran itu setelah kalian melihat hasil masakan barunya. Sasha memang jago jika meniru resep. Bahkan punya cita rasa yang sama dengan chef terkenal sekalipun! Masalahnya, dia payah kalau diminta membuat masakan originalnya sendiri. Setiap kali diminta menciptakan resep buatannya, warna makannya itu tak jauh dari warna ungu kehitaman, merah membara, atau kuning kehijauan. Mana kadang ada gelembung-gelembung aneh pula. Meletup-letup siap meledak. Lebih parahnya lagi, Sasha sering menawarkan makanan ini ke penghuni lain, bahkan ke apartemen tetangga. Gara-gara itu, pihak rumah sakit sampai menyimpan nomor Frieda secara khusus karena gadis itu selalu memesan ambulans secara berkala berkat ulah Sasha. Ck ck ck ck.

Omong-omong, sekadar informasi, Armin pernah menjadi korban keganasan masakan Sasha. Bocah itu dengan polosnya mau ditipu ketika Sasha menawarkan 'produk' barunya, mengatakan bahwa masakan itu dijamin aman seratus persen. Tapi yang terjadi justru datangnya ambulans berkat Frieda parno melihat Armin sudah kejang-kejang tak berdaya di lantai tepat 5 detik setelah memakannya. Tampaknya Sasha lebih ahli dalam membuat masakan original beracun.

Selanjutnya! Siapakah makhluk gaib terakhir perusak kedamaian Loke? Jawabannya adalah HITCH DREYSE! Jika kalian tanya siapa gadis tercabul seantero PIT, maka seluruh mahasiswa akan menunjuk Hitch. Jika kalian bertanya siapa gadis tercabul yang punya fans club, maka dengan berat hati dan sakit hati tiada tara, seluruh mahasiswa PIT kembali menunjuk Hitch. Yup, Hitch Dreyse memang terkenal akan kemesumannya. Sudah sama dengan Kakek-Kakek ninja beruban dari fandom sebelah. Selain itu, mahasiswi jurusan Informatika tahun ketiga ini punya sifat narsis yang tak mungkin lagi terobati. Namun kenapa bisa dia punya fans club!? Entah orang tolol mana yang mau mengidolakan makhluk hidup satu ini.

Masalahnya, saudara-saudara sebangsa dan setanah air, gadis ini tidak se-wow yang kalian bayangkan. Meskipun punya tampang manis menipu, Hitch itu penggemar porno paling wahid! Segala macam jenis produk porno! Dari majalah porno, doujin porno, film porno, game porno, komik porno, ataupun produk-produk 'berkualitas' lainnya(?). Dia bahkan punya buku khusus berisikan daftar film-film x-rate yang wajib tidak boleh dilewatkan. Benar-benar perempuan nista, kawan-kawan. Untuk itulah, melalui paragraf ini, Penulis menganjurkan supaya kalian tidak terlalu dekat dengannya. Dijamin, kalian yang berpikiran straight to the heaven akan banting setir straight to the bokep.

Karena 'hobi' jiwa raganya inilah yang membuat penghuni Loke gerah. Soalnya gadis ini suka sekali memesan buku-buku porno, tapi sering lupa membawanya! Sehabis membaca sambil berteriak 'sugooooii!' di ruang tamu setiap lantai, bocah itu malah pikun mendadak dan seenak jidat meninggalkan buku-buku laknat tersebut di meja tamu. Selanjutnya bisa ditebak. Entah berapa kali para penghuni Loke melotot horor tatkala memergoki anak-anak mereka membaca buku sensor tersebut karena ditinggal 'tak berdaya' oleh sang pemilik. Sudah begitu, pertanyaan-pertanyaan dari anak mereka justru menggiring niat mereka untuk melempar Hitch ke jurang, yaitu sebagai berikut;

"Kaa-san, ini kenapa mereka buka pakaian?"

"Tou-san, kenapa Kakak-Kakak ini telanjang di buku ini?"

"Tou-san, kenapa lidah onee-san ini melet-melet?"

"Kaa-san, gaya d****e style itu apa?"

Dan pertanyaan-pertanyaan mengguncang iman lainnya yang tak bisa Penulis deskripsikan disini.

Nah, sekarang kalian bisa membayangkan, bukan? Seperti apa penderitaan Frieda menghadapi lima makhluk buluk itu? Lama-lama dia bisa tutup usia kalau begini!

Untuk itu dia harus cepat membuat rencana. Entah harus menyingkirkan kelima orang itu dari apartemen atau mengubah mereka sendiri secara langsung!

Pertanyaannya sekarang adalah...

BAGAIMANA!?

.

.

.

LANTAI 13 APARTEMEN LOKE

HALAMAN SATU

KUTUKAN LANTAI TIGA BELAS

By La Maylani

.

.

.

Jika manusia mati, akankah dia dapat bertemu malaikat di surga?

Jika manusia mati, apakah itu menjadi pilihan terbaiknya daripada menghadapi masalah silih berganti?

Baiklah. Otak Frieda mulai melayang kemana-mana sampai mulai berpikir ekstrim.

Lihatlah kedua matanya. Jam sudah menunjukkan pukul 12.11 dini hari, namun matanya masih terbelalak. Urat-urat timbul di permukaan matanya yang memerah. Lebih merah dibandingkan mahasiswa-mahasiswa begadang mengejar deadline skripsi. Namun apakah gerangan pada diri seorang anak sulung keluarga Reiss sampai tidak bisa tidur begitu?

KRIIIING! KRIIIIING! KRIIIING!

Lagi?

Serius. Ini sudah kelima kalinya. Apa mereka tidak lihat jam sekarang?

Hiraukan, Frieda. Hiraukan saja. Tarik selimutmu dan—

KRRIIING! KRIIIIING! KRIIIIING! Ckrek!

"FRIIIIIEDAAA! APA TELINGAMU TERSUMBAT BATU ATAU APA!? ANGKAT TELEPONNYA! BOCAH-BOCAH SIALAN DI LANTAI 13 BERULAH LAGI, TAHU! CEPAT HENTIKAN MEREKA!"

Mesin penerima pesannya sampai aktif. Shit.

Sejujurnya Frieda mengerti alasan dibalik tindakan penghuni yang menghubunginya barusan, tapi sekarang dia hanya ingin tidur! Besok, jam 8 pagi, dia harus mengikuti kelas konseling psikolog. Dia tidak boleh terlambat! Dosen killernya takkan mentoleransi keterlambatan bahkan satu menit pun! Jadi ini bukan saatnya mengurusi lima bocah sialan di lantai atas.

Ya, awalnya dia sempat berpikir begini.

KRRIIING! KRIIIIING! KRIIIIING!

KRRIIING! KRIIIIING! KRIIIIING!

Ckrek!

"Frieda! Apa sekarang apartemen Ayahmu ini menampung teroris!? Kamarku sampai bergetar karena ada ledakan dari lab pribadi Arlert! INI SUDAH LEWAT JAM 12 MALAM! Cepat bungkam bocah itu sebelum aku melemparnya dari balkon apartemen iniiiii!"

Tes... tes...

Bukan check sound sebelum konser, saudara-saudara. Melainkan suara dari jatuhnya tetesan air mata darah dari seorang gadis manis keluarga Reiss dari program studi S2 Psikolog. Ternyata sampai akhir pun memang mustahil untuk tidur nyenyak jika tidak segera ke lantai tinggalnya para setan, huh?

Tanpa semangat jiwa raga Frieda bangkit dari ranjang. Kemudian dia mengambil pedang katana yang dia beli secara online demi mempersiapkan diri dalam hal ini. Dengan langkah gontai dia keluar dari kamarnya sembari melepaskan aura-aura membunuh dahsyat.

.


Mari kita beralih ke lantai 13.


.

Detik-detik sebelum Frieda melancarkan 'serangan' ke lantai nomor terkutuk, beberapa penghuni terlihat santai dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tidak menyadari bahwa angin topan segera melanda. Mereka fokus pada kartu yang mereka lemparkan tepat di depan mereka. Sebut saja mereka Sasha, Hitch, dan Connie. Tiga makhluk ini sedang seru-serunya bermain kartu di dalam kamar Sasha sambil diiringi musik rock dengan volume lebih dari 100 persen.

Kenapa Penulis menyebut mereka 'makhluk'? Karena mereka tidak bisa terang-terangan disebut homo sapiens. Walau homo sapiens termasuk 'makhluk hidup', namun ketiga makhluk tersebut terkadang tingkahnya tidak bisa dikatakan manusia.

Kembali ke laptop.

Sebelum 'angin topan' datang, terlebih dulu mereka mematikan musik berkat suara ledakan dari suatu tempat di dekat mereka. Bahkan bermain kartunya juga ikut berhenti. Mereka menatap satu sama lain seolah ingin memastikan bahwa mereka memiliki pemikiran yang sama.

"Hei, kalian dengar suara ledakan barusan?" Hitch bertanya mode serius. Dia sudah mengorek telinganya supaya menjamin bahwa tidak ada kotoran laknat, namun nihil. Telinganya terlalu bersih sampai bisa mengetahui barusan terjadi ledakan bom.

Connie menghela napas pasrah. Tak perlu berpikir lama, teman-teman. Dia tahu siapa dalang suara berisik itu, "Jelas, 'kan? Itu pasti ulah Armin lagi."

Armin? Dia lagi?

Hitch swetadrop. Kenapa orang itu selalu melakukan uji coba yang so pasti berkaitan dengan ledakan? Sudah mirip dengan tokoh blondie dari fandom sebelah yang hobi berkata 'seni adalah ledakan!'. Masa' sih mereka saudara kembar beda creator?

"Sebenarnya eksperimen apa yang dilakukan bocah itu sampai terjadi gempa mendadak begini?" Hitch langsung waspada. Jangan-jangan Armin terlibat dalam organisasi teroris dan sekarang sedang merakit dinamit? Perlukah dia menghubungi pihak berwajib sekarang juga?

Sebelum Hitch benar-benar berniat melaporkan Armin ke kantor polisi, Sasha berceletuk, "Kemarin aku juga menanyakan itu padanya. Katanya sih dia mau melakukan uji ular api skala besar."

Alis Hitch dan Connie bertaut.

Ular api? Apa itu? Pertama kali mereka mendengar nama eksperimen semacam itu. Yah, mari anggap maklum. Tidak mungkin otak ketiga orang ini yang bahkan tidak sampai dua digit akan memahami eksperimen Armin, 'kan?

"Ular api?" tanya Hitch sembari bernostalgia akan pengalaman praktik sainsnya semasa sekolah. Percuma. Semua kenangan itu dia singkirkan sejak ujian masuk kampus. Tidak ada data tersimpan di otaknya walau hanya 10 kb.

Sedangkan Connie justru memberi kesimpulan yang sangat mendeskripsikan kemampuan berpikirnya yang lebih menyedihkan daripada kalkun, "Jadi maksudmu dia sedang memanggang ular untuk cemilan tengah malamnya, begitu?

"Kenapa kalian menanyakan soal sains pada orang bego sepertiku, huh? Tanyakan saja padanya kalau kalian penasaran," sungguh balasan paling logis, saudari Sasha.

DUKK! DUKK! DUKK!

Kali ini suara berisik berganti. Bukan ledakan tentunya. Terdengar suara pintu digedor dengan barbar dari luar. Ketiga tokoh utama kita ini langsung menyadari bahwa suara itu berasal dari pintu kamar Armin. Saat mereka menerka siapa pelakunya, teriakan seorang wanita muncul menjadi jawabannya.

"ARMIN! BUKA PINTUNYA, SIALAN! CEPAT BUKA!"

Oke, kalau begini tak perlu berpikir jauh lagi. Sasha dan yang lainnya tahu pemilik suara tersebut.

"...Annie?" gumam Connie menaikkan sebelah alisnya.

"Uh-huh. Itu suara si gadis barbar," ujar Hitch santai, "Sersan Connie, Sersan Sasha, ikuti Kapten. Kita bergerak untuk memantau target," lanjutnya penuh semangat gempur.

"Laksanakan," jiah. Kenapa mereka malah terbawa suasana?

Baiklah. Lupakan sesaat kekonyolan ketiga mahasiswa tingkat tiga ini. Karena sekarang mereka mengendap-endap mendekati pintu kamar, membukanya, lalu melongok ke luar dari celah yang sedikit itu. Mereka kemudian bisa melihat sosok Annie dengan jelas yang sekarang sedang berdiri dalam mode preman di depan kamar Armin.

"LAKUKAN EKSPERIMEN SIALMU BESOK, BANCI PIRANG! AKU TIDAK BISA FOKUS LATIHAN KARENA AKSIMU! KAU DENGAR AKU!?" Annie Leonhart yang biasanya tampak gahar, kali ini lebih gahar dari biasanya.

Ini memang rutinitas harian Armin dan Annie. Ah, tepatnya rutinitas mereka berlima. Namun pertikaian antara duo jenius dalam bidang sains dan seni itu tidak pernah ada henti-hentinya jika dibandingkan ketiga lainnya.

Connie yang mengintip dari kamar hanya bisa geleng-geleng kepala, "Wah wah. Sepertinya akan ada perang lagi malam ini."

"Ayo taruhan. Siapa yang akan menang adu mulut di antara mereka," ini sih Sasha yang malah mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Hitch langsung memasang nilai nominal dengan yakin, "Aku pilih sahabatku, dong! 10 dollar!"

"Kalau begitu, aku Armin. Dua kali lipat!" sambung Connie tidak mau kalah.

"Aku pilih Frieda nee-san. 15 dollar," Sasha malah memasang taruhan pada peserta yang tidak ada sangkut pautnya.

Mendengar ucapannya tersebut, spontan Hitch dan Connie menoleh padanya.

"Hah?"

"Kenapa kau memasang taruhan pada nenek-nenek muda itu? Dia 'kan tak ada disini sekarang," sungguh kurang ajar sekali kata-katamu ini, wahai Springer. Namun tak apa. Selagi orang yang disinggung tak ada disini, maka jiwa-raganya takkan kena masalah.

Sasha unjuk gigi optimis. Entah kenapa dia terlihat lebih cerdas sekarang. Padahal biasanya juga dia paling tak mampu kalau soal berpikir mengingat level otaknya sangat menyedihkan. Sayangnya kali ini berbeda. Kalau soal taruhan, seorang Sasha sekalipun akan mengerahkan seluruh sel otaknya untuk mencari jawaban tepat. Uh-huh, seolah yakin bahwa dia yang akan memenangkan taruhan ini.

"Nantikan dan lihat saja," begini katanya percaya diri. Angkuh sekali, saudara-saudara.

Hitch nyaris muntah.

"Apa maumu, Annie?"

Karena terlalu sibuk membicarakan taruhan, mereka baru sadar bahwa Armin kini telah membuka pintu kamarnya dan berdiri di depan Annie.

Ah, bicara soal Armin, pemuda itu benar-benar berantakan dari atas ke bawah. Seragam labnya sudah bermetamorfosis menjadi warna panda. Jangan lupakan wajah manisnya juga ikut-ikutan. Rambut pirang yang biasanya disisir rapi, sekarang berubah persis afro punk (?). Tidak diragukan lagi. Itu pasti berkat efek ledakan nista beberapa menit sebelumnya. Heran kenapa bocah itu belum mati juga sampai saat ini. Dan heran kenapa pasukan anti bom belum dipanggil Frieda untuk menghentikan eksperimennya.

Ketika sudut bibir Hitch, Sasha, dan Connie berkedut-kedut melihat pemandangan itu, reaksi Annie lain lagi. Empat persimpangan merah muncul di dahinya.

Armin sialan ini. Dia baru saja meledakkan bom atau benda apapun di dalam labnya, tapi dia tak tertarik sedikitpun untuk minta maaf? Oke, emosi Annie memuncak. Dia tak bisa menahan diri lagi! Segera dia menarik kerah jas lab Armin dan mendelik ke wajah pemuda itu yang sekarang berkeringat dingin layaknya sedang dipelototi setan.

"Kau benar-benar cari mati ya, Arlert? Hentikan uji coba sains gilamu itu sekarang sebelum aku benar-benar membunuhmu!"

"Haaahh? Ka-kau sendiri juga berisik, 'kan? Kau pikir aku tidak merasakan lantai bergetar karena kau mempraktikkan jurus-jurus tak bermutumu itu?"

Wah, wah. Big mistake, baby boy.

"Kau segitunya ingin dibunuh, huh? Dengan senang hati."

Dasar Arlert tolol itu. Apa dia lupa bagaimana sensitifnya Annie ketika seni bela dirinya dihina? Lihat saja sekarang. Gadis ini telah mengangkat tinjunya, siap menghantamnya ke wajah si mahasiswa cupu berkali-kali.

Nyali Armin seketika ciut. Kakinya bergetar hebat bak mendapat reaksi gempa yang telat.

Hei, itu bukan masalahnya disini!

Dia baru saja selamat dari 'bom' eksperimennya, lalu dia harus tahan banting terhadap tinju sakti gadis barbar di depannya? Hell no!

"Tu-tunggu dulu! Ini tidak adil! Kenapa kau—"

TING!

Di tengah-tengah adegan siap bunuh, tiba-tiba terdengar suara lift telah berhenti di tempat kejadian perkara. Pintu lift kemudian terbuka, menampilkan sesosok... manusia? Hhh. Entahlah. Tidak jelas dari kingdom mana dia berasal. Yang penting dia hidup dan bergerak!

Baiklah, siapa itu? Siapa gerangan yang keluar dari lift sembari menebarkan aura-aura membunuh ke sepanjang lorong lantai 13?

Sasha menjadi orang pertama menyadari identitas sang penganggu dalam taruhan mereka. Matanya melotot horor layaknya mendapat kokoro attack akibat shock mengetahui bunga utang dari rentenir naik 15 persen. Yang benar saja! Dia datang secepat ini!? Walau Sasha tahu gadis itu akan naik ke lantai ini, tapi bukan berarti dalam 5 menit. Ini di luar dugaan.

Sial! Ini pasti karena eksperimen Armin konyol tadi! Ide mendadak dalam menciptakan lantai 13 kedap suara memang harus diwujudkan.

"...Tutup pintunya, Connie."

Connie merasakan aura ancaman dari sekitar. Ditambah sikap Sasha berganti seperti ayam yang siap dijagal, Connie pun melempar pandangan bingung, "...Hah?"

"Tutup pintunya, tolol! Sadako gua batu itu sudah datang!"

"Sadako?"

Beginilah jika orang idiot berkomunikasi dengan sesama idiot. Bagaimana mungkin Connie tidak tahu salah satu julukan pemilik apartemen ini? Sasha tidak mau buang waktu. Segera dia memegang wajah Connie lalu mengarahkannya pada sosok yang siap menghabisi mereka semua malam ini. Hitch yang disampingnya juga ikut menoleh ke arah yang sama.

Reaksi mereka? Jawdrop tiga meter. Mulut-mulut bau itu menganga lebar dan memberikan undangan resmi pada lalat-lalat untuk hinggap disana. Setelahnya bisa ditebak. Tanpa komando, Sasha langsung menarik masuk lengan Hitch dan Connie, diikuti aksi menutup pintu—lebih tepatnya dibanting—dari mahasiswa jurusan Arsitektur tersebut. Walhasil, tinggal lah Annie dan Armin beserta 'pendatang baru' di lorong.

Bicara soal pendatang baru, kedua sejoli itu benar-benar tidak sadar bahwa sosok menyeramkan sudah berdiri di dekat mereka. Annie yang sibuk mengguncang leher Armin sampai leher pemuda itu encok, mungkin akan meneruskan aksinya jika bahunya tidak ditepuk dari belakang. Tahu bahwa 'aktivitas'-nya diganggu gugat, Annie langsung menoleh, berniat menghajar sang pengganggu. Yup, setidaknya begitulah pikirnya sebelum menyadari bahwa sosok itu adalah Frieda.

"...Nee-san?" tadi mata Annie menebar horor, namun sekarang itu berputar 180 derajat menjadi penerima tebaran. Bahkan aksinya mencekek Armin berhenti pula.

Disisi lain, Armin bersyukur lehernya selamat kali ini. Sayangnya dia segera menahan napas tatkala melihat Frieda telah berdiri di belakang Annie. Memberikan tatapan datar nan mematikan. Mungkin istilah keluar dari mulut singa, lalu masuk ke mulut buaya berlaku dalam situasi ini, para pembaca.

"Fri...Frieda nee-san?" mampus. Sekarang apa?

Angin canggung berhembus.

Awkward moment.

"Astaga! Kamu terlihat kotor sekali, Armin! Sini, biar kusingkirkan debu-debu hitam laknat ini dari pakaianmu," benar-benar akting mahakarya, saudara-saudara. Dia tidak cukup bodoh untuk menyadari tujuan apa Frieda susah payah datang ke lantai 13 di tengah malam. Sebelum dia hanya tinggal nama, buru-buru Annie berpura-pura menepuk-nepuk jas lab Armin seolah berperan sebagai istri yang baik(?) dalam drama musikal. Ck ck ck ck.

Meski begitu, Annie tak pelak merasakan cucuran keringat dingin membasahi dahi. Tapi tidak ada cara lain! Annie segera melototi Armin, memberinya kode untuk ikut pada rencana dadakan miliknya. Beruntung Armin jenius. Dia juga sadar kalau dia tidak ikut bersandiwara, maka pedang Frieda dipastikan akan menancap di kepalanya. Itu jauh lebih buruk dari cekikan Annie!

"O-oooh! Te-terima kasih, Annie. Tak kusangka kamu perhatian begini. Hahaha..." maklumi kemampuan berakting mereka, para pembaca. Mana mungkin bocah-bocah ini bisa menandingi akting Hitch yang disebut-sebut bisa menandingi aktris pemenang Oscar. Tak apa. Akting ala kadarnya sepertinya cukup untuk menurunkan emosi Frieda.

Ya, seharusnya sih begitu.

"...Apa kalian pikir aku sebodoh itu?"

Oke, that's a no.

Gagal. Gagal total. Rencana dadakan Annie memang absurd. Bagaimana mungkin Frieda percaya semudah itu setelah dia menyaksikan aksi cekek sebelumnya? Jadi apa selanjutnya? Kabur? Percuma! Kaki mereka terlalu berat untuk bergerak!

Harus Penulis akui bahwa suasana semakin berat. Sangat terasa aura membunuh menjalar keluar dari tubuh Frieda. Berhubung Annie sudah lama menekuni bela diri, dia punya kepekaan terhadap hal itu. Seketika dia bergidik ngeri. Dan itu semakin diperburuk saat Frieda mengacungkan pedangnya ke wajah mereka berdua.

"AKAN KUBUNUH KALIAN SEMUAAAAA!" teriak Frieda gahar sambil menyemburkan 'hujan lokal'.

"GYAAAAAAAA!" Armin dan Annie kompak paduan suara dan kabur saat itu juga. Waktunya menyelamatkan diri!

Annie melepaskan tangannya dari leher Armin, berlari pontang-panting menuju kamarnya. Sementara Armin langsung menutup pintu cepat-cepat sebelum Frieda menghunuskan sang katana jahanam. Dia belum ingin dibantai! Biarkan dia menyelesaian studinya, bekerja, merit, dan mati tua. Jangan biarkan seorang Armin berakhir di tangan buaya rawa ganas ini!

Kemudian? Kemudian Frieda kehilangan dua target sekaligus dalam waktu singkat.

Gagal menyalurkan hasrat membunuhnya, gadis ini pun mencoba menahan deru napasnya yang menggebu-gebu. Sialan. Dirinya dipaksa senam jantung malam-malam begini oleh junior-junior brengsek. Keinginan tidurnya malah sudah menghilang sekarang. Dia hanya ingin membunuh kelima bocah itu. Namun terlintas wajah dosen di kelasnya besok di pikirannya. Membuat Frieda harus menahan diri setidaknya untuk malam ini saja.

Maka sebelum dia meninggalkan lorong, gadis ini berkoar-koar layaknya Ibu-Ibu kos galak pada penghuni kos yang telat bayar uang sewa, yaitu sebagai berikut;

"KALAU AKU MENDENGAR KELUHAN PENGHUNI LAIN LAGI MALAM INI, AKU BENAR-BENAR AKAN MENENDANG BOKONG KALIAN SATU PER SATU! KALIAN DENGAR ITU!?"

Hening. Tidak ada sahutan.

Frieda tahu apa artinya. Ini artinya kelima bocah perusuh itu akan menghentikan ulahnya demi menciptakan suasana tentram nan damai sampai pagi datang. Baiklah. Saatnya dia kembali tidur.

"DAN JANGAN MEMUTAR MUSIK LAYAKNYA SEDANG KONSER DI JAM SEGINI, KORAAA!" ternyata Frieda belum lupa soal musik nista yang diputar ketiga manusia jahanam. Haha! Dia sampai menendang pintu kamar Sasha secara barbar, menyebabkan pintu tak bersalah bergetar. Memang kalau bicara soal kebarbaran, dia takkan kalah dari Annie. Malah mungkin dia jauh lebih barbar.

Sasha, Hitch, dan Connie yang di dalam kamar langsung ngeper. Ck ck ck.

Selesai memberi ancaman, Frieda kemudian berlalu. Kembali masuk ke lift dan turun ke lantai satu.

Ada jeda beberapa menit setelah kepergiannya. Sampai akhirnya keluar sahutan penuh derita dari kamar Sasha.

"Brengsek! 10 dollarku!"

"Huwaaaaa! 20 dollarku!"

"Hahahaha! Apa kubilang? Nenek muda itu pasti datang! Sini, sini! Mana uangnya?"

Ternyata tidak ada penyesalan timbul di hati anak-anak buluk ini, para pembaca. Poor you, Frieda Reiss.

Tidak apa. Bersabarlah, Frieda. Anak sabar pantatnya le—ah, salah. Anak sabar, rezekinya panjang. Katanya. Ya, katanya. Walau sepertinya malah nasib sial yang datang menghampiri dalam kasus satu ini.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.


Author's note : Beda jauh, 'kan? HAHAHAHAHA! Baiklah. Sampai jumpa di halaman selanjutnya!

THANKS A LOT, MINNA-SAN ^_^!