Author's note: Terima kasih bagi kalian semua yang mau menyempatkan diri membaca fanfic ini! Jadi, tanpa banyak bacot, ini dia bagian terakhir permainan kurang kerjaan Frieda. Semoga kalian menyukainya.

.

.

Attack on Titan/Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime

LANTAI 13 APARTEMEN LOKE © La Maylani

Characters: Ada enam tokoh utama dalam fanfic kita kali ini. Pertama, sang Flower Boy alias Armin Arlert. Kedua, salah satu anggota trio Marley, sang Barbarian Girl alias Annie Leonhart. Ketiga, The Rock(?) versi kekurangan maskulin alias Connie Springer. Keempat, Luffy versi wanita (kalau soal makan) alias Sasha Blouse. Kelima, wanita paling narsis di dunia alias Hitch Dreyse. Terakhir, sang Nadeshiko-chan alias Frieda Reiss.

Karakter-karakter lain menjadi tokoh pembantu dalam menyempurnakan aksi gila keenam orang ini. Penulis tak bisa menyebutkan siapa saja mereka satu per satu karena Penulis malas ngetik.

Notes: Peringatan dari Penulis, para pembacaku tersayang. Beberapa tokoh punya sifat seperti di anime, tapi juga ada yang OOC (Out of Character). Katakanlah supaya tidak terpaku pada karya pengarang aslinya. Meski begitu, dilarang protes, ya. Jika ada yang protes, Penulis akan smackdown pelakunya. Kita hanya perlu bersenang-senang!

Jangan malu-malu berkomentar. Kenapa? Umm... lebih baik baca profil Penulis, deh. Biar langsung paham. Oh, Penulis akan senang sekali jika kalian meng-klik follow dan favorite.

Tidak boleh memposting ulang fanfic ini dan fanfic Penulis lainnya di media sosial manapun atau dengan cara apapun tanpa izin Penulis, La Maylani. Dulu nama pena Penulis itu Josephine Rose99. Kenapa diganti? Tak ada alasan. Ingin saja :D!

.

.

.

.

.

13TH FLOOR LOKE APARTMENT

HALAMAN TIGA

KESIMPULAN PERMAINAN KEJUJURAN

By La Maylani

.

.

.

.

Connie

Sasha: Hmmm... Pendapat jujurku soal Connie itu simple. Sobatku satu ini benar-benar tak populer di kalangan wanita. Aku benci mengatakan ini, tapi apapun yang dilakukan Connie tak pernah mampu mengundang kerumunan cewek-cewek seksi. Kalian bisa membayangkan perbedaan besar antara dirinya dengan Levi-senpai, salah satu senior paling keren di kampus PIT selain Erwin-senpai. Jika cewek-cewek sibuk ber-kyaaaa ria melihat Levi-senpai mengupil santai, sementara respon cewek-cewek pada Connie yang mengupil justru hoek-hoek tak jelas. Itulah kenapa aku merasa bersimpati padanya. Alasan itu jugalah kenapa aku mau bersahabat dekat dengannya. Habisnya tak ada yang mau merelakan waktu dan tenaga untuk berjalan bersamanya. Tak bisa disalahkan, bukan? Tak mungkin seseorang yang botak plontos begitu bakal digandrungi kaum Hawa. Jadi kalian bisa menakar kebaikan dalam diriku ini, kan? Tentu saja aku baik! Meskipun aku dicaci maki bersamanya sampai dijuluki Duo Bego, aku sih tetap santai. Connie pun juga begitu. Dia masih ceria, rajin menabung untuk beli majalah bokep edisi terbaru dan semangat mengejar gadis-gadis sambil menyanyi sumbang ala panci rombeng layaknya drama musikal. Walaupun akhirnya bisa ditebak, yakni rentetan penolakan sekaligus gamparan dari wanita-wanita yang dia kejar. Poor Connie.

Annie: Waktu Kak Frieda mengatakan kalau para penghuni Apartemen Loke memberi julukan 'Lantainya Para Preman' untuk lantai 13 ini, seketika aku berniat melakukan survey mata minus pada seluruh penghuni lantai karena aku merasa kemampuan melihat mereka sudah setara dengan nenek-nenek usia 70 tahun. Lantainya para preman? TIDAK COCOK! Harusnya 'Lantainya Mantan Penghuni Rumah Sakit Jiwa yang Masuk Daftar Wanted '. Why? Karena aku memang merasa penghuni di lantai ini adalah penghuni RS yang kabur (kecuali aku). Hanya saja, dari mereka berempat, yang paling norak itu Connie. Yah, Armin sebenarnya juga termasuk, tapi kali ini aku ingin membahas Connie dulu.

Connie itu selalu menjadi bahan tertawaan oleh kawanannya, tapi dia masih saja bisa tersenyum ceria. Freak sekali, 'kan? Seolah dia itu tahan hinaan. Mungkin itu jugalah yang membuatku salut padanya. Lalu dia juga suka menggunakan jurus menggombal garingnya yang sama sekali tak menarik. Sebagai contoh dia pernah membeli es buah di salah satu stand festival kampus, lalu dia berkata begini pada penjualnya; 'Paman, aku beli satu esnya. Tolong pisahkan buah musim semi dan buah musim gugur. Karena aku khawatir aku tak bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang modus,'. Seketika aku dan si penjual pasang muka flat seolah... what? Aku nyaris kehilangan harga diri di depan Paman penjual es dan ingin kabur saat itu juga. Malu sekali punya kenalan angkatan yang gombalannya—sumpah—garing dan tak punya harga diri.

Makanya akan jauh lebih bagus jika Connie minggat dari lantai ini. Ya, sebenarnya dia barusan bilang ingin pindah ke lantai lain karena tak ingin dicap jelek sejak tinggal di lantai 13. Tapi kalian tahu sendiri kalau Armin melarangnya di halaman sebelumnya, 'kan? Kecurigaanku ternyata terbukti. Aku yakin Armin melarangnya pergi karena dia tak mau predikat penghuni ternorak di lantai ini hanya ada padanya setelah Connie pergi. Karena supaya kalian tahu, Armin dan Connie itu cocok disebut 'Duo Orang Norak dari Lantai 13'. Maklum, mereka berdua sama-sama laki-laki freak yang mengalami evolusi mundur, sehingga dapat disamakan dengan manusia purba zaman Megalithikum.

Armin: Aku masih ingat saat Sasha memperkenalkan Connie padaku pertama kali. Dan ketika aku melihat senyum lebar nan idiotnya, seketika aku berpikir bahwa Connie adalah kembaran Sasha. 'Orang bodoh bertambah satu lagi'. Yup, seperti itulah pikirku. Kenapa? Jujur, ini pertama kalinya aku bertemu orang yang sama bolotnya dengan Sasha! Apa sekarang Shasaism sedang berkembang akhir-akhir ini? Connie Springer, seorang mahasiswa arsitektur, bahkan masih salah menjawab pertanyaan 7 x 8, 4 x 9, atau 6 x 9! Terbayang tidak seorang arsitek salah menghitung saat membuat model bangunan? Resmi sudah Connie masuk ke dalam daftar arsitek yang tidak boleh diberikan proyek sedikit pun.

Khusus pertanyaan perkalian terakhir, si bodoh itu malah menjawab 69. Ya, 6 x 9 sama dengan 69! Saat aku shock berat mendengar jawabannya, Connie justru senyum-senyum cabul dengan pipi blush. Aku berani bertaruh maksud 69 dari jawabannya pasti tidak ada hubungannya dengan aritmatika. Aku masih ingat percakapan kami setelahnya;

Aku: 69? 6 x 9 sama dengan 69? Dari mana kau mendapatkan hasil itu?

Connie: Hehehehe... apakah kau ingin tahu, Arleeert~?

Aku: ...Ma-maksudmu?

Connie: Gaya ini cukup populer dan efisien, kau tahu? Ini biasanya dilakukan bagi pasangan yang ingin mencoba hal menantang. Tapi yaaah, ini tidak selamanya harus dilakukan dengan cara biasa. Banyak variasi tentunya. Kalau untuk variasi biasa, kau hanya perlu membuat pasanganmu terlentang. Kemudian kau naik di atas mereka dengan kepala menghadap kaki wanitamu. Setelah itu—

Percakapan kami berhenti sampai disana setelah Kak Frieda datang berlari dan menendang kepala Connie sampai dia terbang entah kemana.

Hitch: Pertama kali aku bertemu Connie, aku langsung berpikir 'pasti dialah penyebab pemanasan global', karena—sumpah—kepalanya itu botak banget! Memang sih masih ada 'pohon-pohon' tandus terlihat di atas kepalanya, tapi aku harus menyiapkan kacamata hitam kerenku supaya tidak silau. Omong-omong, sejujurnya aku tak yakin Connie bisa diterima di universitas elit begini mengingat kapasitas otaknya jauh di bawahku. Dan itu membuatku berpikir bahwa pihak kampus benar-benar tak bisa mencari mahasiswa normal sampai makhluk gaib sepertinya diterima. Untuk apa coba menerima serpihan kulit kuaci? Tak ada kualitasnya! Masih mending jika wajahnya setampan Taylor Lautner. Wajahnya justru mirip tomat diinjak-injakkucing lewat alias HANCUR!

Tapi menurutku Connie itu termasuk manusia baik karena dia punya sense of humor yang lumayan. Bentuk wajahnya saja sudah termasuk lelucon terlucu abad ini. Yaaaa, walau gombalannya itu benar-benar ingin membuatku kabur darinya saat itu juga karena... serius... hampir membuatku kehilangan harga diri. Apalagi ya kalau bicara soal Connie? Hmmmm... oh ya! Dia itu penggemar film porno nomor satu di jurusannya! Dia sering dikatai Bos AV. Satu species lah denganku. Bedanya, aku punya fans club, sementara jomblo perjaka selamanya seperti dirinya terdampar dalam realita ketidakpopuleran. GYAHAHAHAHAHA!

.


Connie membaca semua tulisan kurang ajar itu. Awalnya ekspresinya biasa saja seolah wajah flat merupakan karakteristiknya. Namun ketika urat-urat emosi timbul satu per satu di wajahnya, seketika amarahnya memuncak dan keluar dalam satu ledakan.

"APA MAKSUD KALIAN MENULIS INI, HAH!? CEPAT KATAKAN PADAKU! APA MAKSUD KALIAN!?" Connie langsung mengucek-kucek kertas-kertas laknat tersebut dan membantingnya ke lantai.

"Otakku tak bisa menemukan hal bagus tentangmu, jadi kutulis saja apa adanya," sahutan tanpa dosa Hitch ini sukses memancing Connie mengaktifkan aura membunuh.

"KAU BARUSAN MENGATAKAN APA, DUYUNG PURBA!?"

Hitch menghela napas berat. Rasanya dia perlu mengingatkan Connie akan aibnya sendiri, "Dengar ya, Connie. Di antara kita semua 'kan kamu dan Sasha yang paling abnormal."

"Memangnya kau sendiri bagaimana?! Dasar porno!" Connie malah menghina sambil lupa diri.

"Kau sendiri juga sama, 'kan?!" balas Hitch pamer gigi monster.

"Setidaknya aku bukan self-cest sepertimu!"

"Huh. Bilang saja kau sirik padaku yang punya fans club. Soalnya wajar saja. Mana mungkin orang berwajah makhluk purba seperti dirimu punya fans."

"What the f**k!? KUHAJAR JUGA KAU DISINI, HITCH!"

"AYO! MAJU SINI!"

BLETAK! BLETAK!

Tampolan sakti dari Frieda akhirnya ampuh meredam pre-pembantaian walau memakan dua korban.

Sedangkan Armin, Annie, dan Sasha hanya bisa pasang tampang sweatdrop.

"Adegan saling bunuh dilarang di permainanku ini," ucap Frieda kalem, "Dan aku capek mengatakan hal sama berkali-kali. Sudah kukatakan permainan ini menuntut kejujuran, tapi dari tadi kalian selalu protes pada apa yang teman-teman kalian tulis. Kalian ingin kukirim ke kamar mayat atau apa, huh?"

Connie tertatih mengangkat wajahnya. Tubuhnya gemetar seolah menahan rasa sakit yang belum hilang. Sepertinya dia tidak terima pada apa yang dikatakan Frieda ini, makanya sampai susah payah bangkit.

"N-Nee-san... ka-kau bisa mengatakan itu karena bukan dirimu yang dinilai disini. Bagaimana kau bisa mengerti perasaanku ketika diriku dihina sebagai cabul, norak, bodoh, punya gombalan tidak bermutu, dan tidak laku dalam percintaan oleh orang-orang berwajah budak ini!?" Connie menunjuk ketiga peserta-masih-aman-dari-serangan-pentungan yang dia katai berwajah budak.

"Apa yang kau bicarakan, Connie? Apa yang kutulis itu hanyalah hal terlintas di kepalaku begitu saja," Sasha menggerutu sebal karena tak terima pendapatnya dikomentari dengan cara tidak berakhlak. Kemudian, dia beralih pandangan, melempar sorot mata sinis pada Armin. Mengambil buku kamus tebal dari rak buku Annie, dia spontan melemparnya ke wajah Armin seenak jidat lalu berteriak, "Dan kau, ilmuwan gila sialan! Siapa yang kau sebut kembaranku itu, hah!? Berani-beraninya dirimu menghinaku di sesi Connie ini! Apa kau merasa belum cukup menghinaku di sesi awal tadi, Armin!?"

Armin nyaris mengumpat setelah wajah—ehem—manisnya harus sedikit ternoda berkat lemparan Sasha, "Kau sendiri juga menghinaku saat di sesiku sebelumnya..." detik selanjutnya Armin berganti target. Kali ini dia tidak membalas lemparan Sasha, melainkan melempar buku kamus tersebut pada pemiliknya sendiri alias Annie. Annie yang tidak sempat mengelak akhirnya harus merelakan kepalanya benjol tiga tingkat, "Kau juga kenapa ikut-ikutan, gadis barbar?! Kau tidak puas menurunkan harga diriku tadi!? Justru yang pantas disebut Duo Norak dari Lantai 13 itu adalah dirimu dan Connie sendiri!"

Annie yang tidak terima kemudian melempar balik kamus tersebut ke perut Armin sampai pemuda itu tertohok dan tumbang, "Jangan samakan aku dengannya, sialan!"

Walhasil, jadilah Sasha, Annie, dan Armin malah saling melempar buku satu sama lain. Ck ck ck ck.

Melihat 'perang' tak berkesudahan ini, Frieda pun memilih maju.

"HENTIKAAAAAAAAANNNN!" dan pentungan kembali beraksi.

BLETAK! BLETAK! BLETAK!

Detik berikutnya, terpampang sadis tiga sosok mahasiswa dengan kepala mereka berhiaskan benjolan disana-sini. Sebagian besar karena benjolannya belum hilang akibat sesi-sesi sebelumnya sehingga kepala mereka semakin 'ramai' saja.

But, wait. Ini kenapa jadi pembantaian? Bukankah tujuan permainan ini untuk menciptakan perdamaian di lantai 13, Frieda?

"Sudahlah, ayo kita lanjutkan!" kata Frieda. Sebentar lagi jam makan malam. Mana dia belum membeli bahan-bahannya pula. Cih. Thanks to anak-anak iblis ini.

"Memang siapa selanjutnya?" tanya Connie ogah-ogahan. Ya kali dia mau melanjutkan permainan nista ini. Soalnya dia yakin kalau pentungan Frieda itu bakal mengambil korban untuk the next round.

"Annie."

Oke, kali ini semua orang disana dapat merasakan semilir angin kematian jika harus menulis pendapat jujur tentang target mereka satu ini.

Tapi siapa peduli!? Permainan kejujuran ini mengharuskan mereka mengungkap tabir aib setiap dari mereka, 'kan? Ini saatnya melakukan 'kudeta' pada Annie.

Bring it on!

...

Annie

Connie: Katanya Annie itu adalah seorang panutan. Melihat Annie itu sama seperti melihat oasis di tengah-tengah gurun pasir. Begitu menyegarkan dan memanjakan mata. Ya. KATANYA. Tepatnya kata Hitch. Karena setelah aku mengenalnya, semua gambaran itu lenyap total. Itu semua hanya ilusi!

Aku tahu kalau dia itu punya tenaga seperti babon, tapi bisa tidak dia sadar diri? Sudah punya wajah sinis, punya sense of fashion yang norak abis, bodoh, cebol, jelek, gak laku, sok kecakepan, HIDUP pula! Heran kenapa orang seperti itu dipuja begitu tinggi oleh mahasiswa-mahasiswa jurusan seni dan desain. Memang sih kreativitasnya keren, tapi cuma itu! Selebihnya tidak ada satupun hal keren tentangnya. Aku jauh lebih keren! Lihat saja aku. Tinggi, kepalaku bersih kinclong persis The Rock(?), tampan nan rupawan, manis, punya senyum manja dan menggoda, dan karakteristik lainnya yang bahkan takkan cukup untuk ditulis di lembar ini. Bisa dikatakan Annie hanyalah serpihan kerikil tak berarti bagi eksistensi seorang Connie Springer yang cocok jadi peran visual utama majalah model.

Hitch: Aku jauh lebih mengenal Annie daripada siapapun di antara peserta game kampreto ini. Maklum, kami ini 'kan teman sejak masa kecil. Dan kalian tahu? Demi donat yang dijual kantin terujung di jurusanku, Annie adalah teman terbarbar yang pernah kukenal. Awalnya kupikir Mikasa adalah makhluk hidup yang pantas menyandang gelar 'Manusia Barbar', akan tetapi itu semua hilang setelah aku menyaksikannya membanting ekor mungil Armin(?) bolak-balik sampai bocah itu gelepar tak berdaya. Beruntung Kak Frieda segera datang dengan menendang wajah gadis itu sampai terbang ke kamarku. Sial. Pintu kamarku sampai hancur! Mana Kak Frieda tidak mau ganti rugi!

Selain kebarbaran, kurasa kreativitas juga menjadi salah satu karakter mencolok Annie. Sketsa, lukisan, ataupun desainnya benar-benar luar biasa. Kalau soal seni, dia itu sempurna! Makanya aku tak heran jika teman-teman se-Fakultasnya memujanya. Tapi yang membuatku heran adalah pemujaan terhadapnya sudah masuk ke kategori berlebihan. Aku sering mendengar kalimat-kalimat begini dari Adik tingkatnya; "Annie-senpai adalah wanita paling keren di antara wanita-wanita keren! Tubuhnya super seksi dan atletis! Sebagai sesama seniman, kami sangat iri pada apa yang dia miliki! Kyaaaaaa!"

Permisi. Mau muntah cantik dulu.

Sasha: Hmmmm... Mengingat permainan useless dan wasting times ini mengharuskan kami untuk jujur, maka aku akan katakan pada kalian seperti apa Annie di mataku. Satu; Annie itu barbar. Bisa dikatakan kebarbarannya selevel dengan Mikasa. Tapi berbeda dari Mikasa yang masih bisa berbaur, Annie itu lebih mirip introvert maniak game online yang minum 3 botol cola dan makan 5 bungkus kacang kulit di depan komputer. Terkadang aku heran kenapa Hitch mau berteman dengan makhluk begitu. Maksudku, manusia minim kata dan minim ekspresi begitu tak cocok dijadikan teman mengobrol. Aku yakin dengan sifat begitu, Annie pasti jadi langganan remedial sastra Eldia, khususnya praktik.

Dua; Annie itu punya mata setan. Apa kalian tahu rasanya bagaimana dipelototi seharian oleh Annie, huh? Serius, cewek satu itu tidak ada manis-manisnya! Masih lebih manis lagi diriku yang cantik, sekseh, imoet, dan selalu menjadi sosok idaman para pria ini. Mana mata setannya sudah mirip mata pembunuh bayaran! Aku bahkan tak kaget seandainya diluar sana ada poster wanted dirinya dengan satu penutup mata ala Jack Sparrow.

Tiga; Annie itu tolol. Makanya aku tidak terima dengan pandangan meremehkan yang dia berikan jika aku mendapat nilai merah! Maaf ya, Annie. Kita ini berasal dari kaum yang sama! Kita bukan Armin si cupu itu!

Sudahlah. Ini saja. Aku takut kalau terlalu banyak, bisa-bisa Annie menghajarku. Hiiiiiy! Seraaaaamm!

Armin: Serius? Kalian ingin aku membahas Annie? Baiklah, berhubung aku benci berbasa-basi maka biarkan aku berterus terang. DIA ITU GADIS PALING BARBAR DI DUNIA! Aku yakin semua orang setuju dengan pendapatku! Sudah barbar, tak berotak, penindas, sok suci, dingin pula! Tak ada baiknya! Keberadaannya di dunia ini benar-benar tak diperlukan! Masih mending jika dia cantik rupawan! Apa kalian tak bisa lihat hidung besarnya itu yang sanggup menjadi tempat landasan pesawat terbang!? Aku sungguh tak habis pikir jika ada orang yang mengatakan hal-hal baik seputar dirinya!

Aku benar-benar membenci Annie! Rasa benciku padanya bahkan melebihi benciku melihat skripsi yang ketinggalan titik koma! Gadis badak itu takkan peduli pada sekitarnya selama itu tidak mempengaruhi hidupnya! Pantas saja dia jomblo sampai sekarang! Lagipula pria bodoh mana yang mau jatuh cinta padanya!? Dan please, Annie! Bisa tidak hoodie putihmu itu diganti!? Hampir tiap hari dia selalu pakai model hoodie dengan warna yang sama! Dia tak pernah mandi atau apa!?

Lebih buruknya lagi, dia selalu membanggakan kemampuan bela dirinya itu! Halah! Tenaga godzilla saja bangga! Mikasa jauh lebih hebat! Mana tubuhnya sudah kerdil begitu! Mungkin dia bisa saja apply member Seven Dwarfs supaya ikut drama musikal Snow White yang bakal diadakan di teater kota di awal tahun depan! Dia cocok tuh memerankan Grumpy! Tak usah casting malah! Sifat egois, pemarah, dan sinisnya itu sudah 100% perfecto!

Tunggu dulu! Aku masih belum selesai! Aku sudah merangkai kalimat-kalimat makian di kepalaku ini dan sayang sekali jika tidak kutulis! Masih banyak alasan kenapa aku ingin Annie itu musnah saja dari muka bumi ini! Karena itu, jika kalian sedang membuka voting demi membuat daftar manusia yang perlu dibinasakan, bisakah kalian masukkan nama Annie di nomor pertama? Serius, aku tak masalah membuat akun-akun palsu demi memberi vote 100 kali!

Alasan selanjutnya yang membuatku membenci kehadiran Annie di dunia ini adalah

...

.

Sasha tidak sebodoh itu untuk menyadari hal aneh sedang terjadi pada diri Armin. Ketika semua orang telah selesai menulis pendapat mereka, pemuda itu masih fokus menulis sampai tidak menyadari bahwa kini semua orang di ruangan itu sedang menatapnya bingung.

Serius sekali. Sebenarnya apa sih yang jenius ini tulis?

"Kau serius sekali, Armin," Sasha mulai basa-basi sekaligus penasaran apa isinya. Tapi dia tak bisa melihatnya karena Armin buru-buru membelakanginya.

"Begitulah," balas Armin sekenanya sebelum dia menoleh ke Frieda, "Nee-san, aku minta kertas lagi, ya. Kakak kelebihan beberapa lembar, 'kan?"

Hah? Armin barusan mengatakan kekurangan kertas?

Frieda memicingkan mata. Bukan karena mata minus, melainkan mulai curiga pada pemuda berwajah mirip wanita tersebut. Tak dapat ditampik. Frieda sudah punya spekulasi buruk di kepalanya.

Kalau Armin adalah bagian dari Leonhart Fans Club, mungkin dia tak perlu memikirkan hal ini susah-susah. Masalahnya dia tahu betul bagaimana hubungan Armin dan Annie. Seperti kucing dan tikus! Tidak, malah lebih mirip megalodon vs tikus sawah mengingat Armin tak pernah menang telak kalau berkaitan dengan urusan tenaga. Jadi bisa dikatakan gadis cuek itu adalah musuh bebuyutannya. Lalu kenapa dia menulis pendapat jujurnya soal Annie sebanyak itu?

Frieda tak perlu berpikir terlalu jauh. Tebakannya ampuh dan akan mengenai sasaran.

Pasti budak feminim ini menulis daftar hal-hal nista terkait Annie sampai sedetail-detailnya yang mana akan memancing pecahnya perang lebih besar daripada sebelumnya.

Masalahnya, Armin masih kukuh, saudara-saudara. Dia mengulurkan tangan pada Frieda seolah memberi sinyal 'cepat berikan kertas itu padaku'.

"Maaf ya, Armin. Apa kau sebenarnya punya perasaan khusus pada sahabatku itu? Kau ini sedang menulis pendapatmu soal Annie atau menulis jurnal?" tukas Hitch ikut heran. Apa jangan-jangan Armin ini secret admirer sahabatnya, ya? Sampai segitunya menuangkan segala pendapatnya tentang karakter Annie sampai berbab-bab. Jangan-jangan sampai ada daftar pustaka segala.

Lain Hitch, lain pula Annie. Gadis ini punya pemikiran berbeda. Kalau meminjam quote karakter jenius lainnya dari fandom sebelah(?), Annie yakin 10 miliar persen pada apa yang ditulis bocah itu, so pasti akan membuatnya meminjam pentungan Frieda untuk sementara dan menggeplak kepalanya habis-habisan.

"Kalian sudah selesai?" Connie penasaran bagaimana situasi yang lain.

"Sudah dari tadi," jawab Sasha.

"Sama," Hitch menyusul.

Mendengar teman-temannya telah selesai menunaikan 'tugas', Armin seketika panik. Armin lalu mengambil keputusan licik, yakni merebut kertas dari tangan Frieda supaya bisa menulis tentang Annie lebih jauh lagi. Frieda yang baru saja menjadi korban 'pencopetan' akhirnya menampol tangan Armin supaya kertas curiannya dapat direbut, sembari melototi pemuda itu.

"Sudahlah! Kamu terlalu banyak buang waktu! Kemarikan kertasmu! Kalian juga! Supaya bisa dibaca Annie secepatnya," sabda Frieda lagi.

"Tapi—"

"Bawel! Berikan kertasmu sekarang!"

.

Kira-kira 3 menit setelah kertas-kertas laknat tersebut dikumpulkan...

.

Mungkin sudah saatnya Frieda berganti profesi menjadi peramal karena tebakannya benar-benar jitu. Oh, ayolah! Siapa yang tidak berpikir begitu!? Lihat saja reaksi Annie sekarang.

Saat gadis itu membaca pendapat Sasha, Hitch, dan Connie tentang dirinya, dahinya hanya mengkerut dan sudut bibirnya sedikit terangkat. Memang empat persimpangan merah di dahi juga tak lepas dari pengawasan. Namun, setelah Annie membaca pendapat Armin, semua itu berevolusi. Aura-aura membunuh dahsyat berkobar pada diri gadis itu sampai-sampai kamarnya yang dingin karena AC tak berguna dalam mendinginkan amarahnya. Tolong jangan salahkan dia. Tentu saja seniman kita akan bersikap begini.

Armin kurang ajar itu! Dia ingin Annie mati!?

Jika itu keinginannya, maka sebelum dibunuh, Annie akan membunuhnya lebih dulu!

Annie pun bangkit berdiri. Api amarahnya benar-benar berkobar. Frieda yang biasanya cekatan menangani situasi ini saja sampai mematung saking takutnya. Dia juga bahkan tak bergerak ketika Annie mengambil perlahan pentungan dari tangannya. Pikiran Frieda kosong. Dia dan yang lainnya hanya terpaku shock melihat kegaharan Annie.

Pada detik selanjutnya, shock itu berganti menjadi horor tatkala Annie siap menghantamkan pentungan pada wajah Armin.

Armin, disisi lain, spontan jawdrop tiga meter! Dia memang tahu Annie tipikal wanita sensitif, tapi dia tak tahu kalau akan sesensitif ini!

"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" jeritnya ala sinetron.

Jeritan nestapa Armin tidak menghalangi niatnya! Annie akan membunuhnya sekarang!

"PERGILAH KAU KE NERAKA, ILMUWAN BAJINGAN!"

"MAAATTEEEEEEEEEEEEEEEEE !"

GREPP !

Sebelum pembantaian berdarah benar-benar terjadi, Connie, Hitch, Sasha, dan Frieda mati-matian berdiri menahan Annie. Connie dan Frieda memegang kedua lengannya, sementara Sasha dan Hitch bergelantungan di pinggangnya. Dalam situasi itu, bukan berarti Annie langsung menyerah. Dia masih memberontak supaya—demi apapun—bisa melepaskan diri dan menghajar pemuda di depannya sampai babak belur.

"APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN!? LEPASKAN AKU!" teriaknya menyemburkan lahar panas(?) sembari menarik tangan kanannya yang kini sedang ditahan Connie.

"Kamilah yang harusnya mengatakan itu, Annie! Kau ingin Kak Frieda berurusan dengan polisi juga!?" sahut Connie nyaris semaput menahan tenaga godzilla gadis itu. Serius, dia sekarang merasa bahwa dia sedang menahan seekor babon yang siap menghabisi penangkarnya! Apa orang ini benar-benar perempuan tulen?

"Benar! Sudah cukup Kak Frieda menyimpan nomor rumah sakit karena kita! Jangan nomor polisi lagi!" tumben sekali Hitch memperhatikan kondisi mental Frieda. Frieda disisi lain hanya bisa menangis terharu di waktu yang sangat tidak tepat sekali.

"Lagipula kamu aneh, Annie! Kami semua menghinamu, tapi kenapa reaksimu pada pendapat Armin berlebihan begini!?" ini sih Sasha yang malah menggali kuburnya lebih dalam.

Kenapa berlebihan, katanya? Serius Sasha bertanya begitu?

Tentu Annie langsung senewen tingkat tinggi, "Kenapa katamu!? Ilmuwan gila ini barusan menginginkan kematianku! Jadi sebelum dia membunuhku, aku akan menghabisinya sekarang juga! Setelah itu aku akan kirim kalian semua menyusulnya!"

"Jadi maksudmu kau ingin membunuh Kakakmu ini, Leonhart keparat!?" Frieda, sabar. Sabar. Jangan pamer gigi monyet rabiesmu itu. Tolong.

Dan apakah setelah mendengar makian dari Frieda akan menenangkan seorang Annie Leonhart? Tidak. Justru nihil. Tidak punya pengaruh sama sekali. Annie masih memberontak sambil melototi Armin. Armin yang dipelototi langsung lari terbirit-birit dan bersembunyi di balik ranjang Annie. Dia meringkuk ketakutan sampai gemetar. Ya, ilmuwan muda kita ini sedang siap siaga. Kali-kali saja keempat orang itu tidak bisa menahannya lagi sehingga Annie menghambur ke arahnya untuk membunuhnya.

Pemikiran ini tidak salah. Frieda dan yang lain sudah mulai pegal. Tangan mereka mulai mati rasa. Bagaimana ini!?

Tidak ada jalan lain! Terpaksa Frieda menggunakan jurus pamungkas kedua! "Armin! Ambil cadangan pentungan lipat dari tasku ini! Cepat!"

Armin spontan melongo.

Apa barusan Frieda mengatakan 'cadangan'?

"Ke-kenapa kau bisa punya benda seperti itu di tasmu, Nee-san?!" wajar saja Armin bertanya begini. Kenapa bisa mahasiswa psikologi menyimpan benda berbahaya begitu?

Armin tolol itu! Apa dia tak bisa melihat kalau mereka berempat sudah berekspresi non elit gara-gara menahan si godzilla betina? "Bukan saatnya untuk interogasi tak bergunamu, Arlert! Cepatlah! Kau ingin Annie menghabisi kalian semua, huh!? Pokoknya ambil saja! Kau tahu apa yang harus kau lakukan selanjutnya, 'kan!?"

"A-APA-APAAN KAU, NEE-SAN!? KAU INGIN MEMBUNUHKU!?"

"Tutup mulutmu! Itu lebih baik daripada tewasnya empat orang di apartemenku ini!"

"KURANG AJAR! MINGGIR KALIAN SEKARANG JUGA!"

"TAHAN DIAAAAAA!"

BLETAKK!

BRUGH!

Tampolan dahsyat dari Armin sukses membuat Annie ambruk dalam sepersekian detik. Dengan kepala berasap, Annie harus merasakan kue pernikahan(?) tiga tingkat bertengger di kepalanya. Disisi lain, sang pemukul sendiri alias Armin bernapas tersengal-sengal seolah baru saja melakukan kejahatan kelas kakap yang tak mungkin dilakukan oleh seorang Armin Arlert. Sementara ketiga orang lainnya hanya mampu sweatdrop massal sembari menghela napas lega.

Sungguh tragedi tak terduga. Ck ck ck ck.

...

...

10 menit setelah Annie bangkit dari kubur berkat gamparan bolak-balik Sasha, permainan dilanjutkan kembali.

...

..

"Berarti selanjutnya... Hitch, 'kan?" ujar Connie dalam keheningan karena Sasha dan Hitch sibuk mengelap wajah Annie yang semakin rusak sejak permainan ini dimulai.

Frieda mendengus kasar, kemudian membalas, "Iya. Dia target terakhir."

"Be-berarti... aku tak perlu lagi... dihajar habis-habisan oleh... pentunganmu lagi 'kan? Nee-san..." ini sih Annie yang kesulitan bicara berkat wajahnya bengkak disana-sini. Sialan. Apa tak ada hari lebih buruk dari ini? Mana Frieda bersikap seolah tak bersalah pula! Heran kenapa wanita seperti itu bisa terkenal di kalangan kaum Adam. Pasti mata mereka rabun semua.

Sasha meletakkan saputangannya di lantai. Lantas dia mengambil kertas dan pena jahanamnya kembali untuk menyelesaikan game keramat ini sekarang dan selamanya.

"Bisa kita mulai, teman-teman? Aku sudah melihat gerbang kemerdekaan di depan mataku."

Mendengar kalimat sok cool Sasha, mau tak mau Armin melempar pelototan penuh aura-aura tidak menyenangkan, "Gerbang kemerdekaan apanya? Aku justru melihat gerbang neraka menarik kita semakin dekat jika kita menulis pendapat soal Hitch."

Hitch segera memicingkan mata curiga, "Apa maksudmu berkata begitu, Armin? Memangnya kau akan menulis apa?"

"Baca saja sendiri nanti."

"Hentikan bacot kalian dan gerakkan tangan kalian saja. Sekarang, tulis pendapat kalian sejujurnya tentang gadis mesum itu," sahut Frieda menepuk tangan keras-keras.

.

Hitch

Sasha: Saat aku tahu Hitch punya fans club, kupikir dia itu orang populer. Pergaulannya pun bukan dengan orang-orang sembarangan. Sebagai contoh adalah dengan Marlo yang kini telah menjadi kekasihnya, si kelebihan vitamin D yang menjadi nomor satu dalam tes masuk polisi. Lalu dengan Floch yang dulu jadi wakil ketua angkatan jurusan ilmu komunikasi. Dan yang paling mencolok adalah berteman dengan Annie. Intinya aku benar-benar salut dia bisa bergaul dengan orang-orang macam itu. Tapi ketika aku melihatnya molor di kelas dan mengorok bak suara babi hingga ditampol dosen, perasaan salut dan segan itu harus di-blacklist.

Itu semakin diperparah ketika aku menemukan majalah-majalah model pria naked dan DVD-DVD porno di dalam tasnya. Selama ini aku berpikir bahwa Connie lah makhluk paling cabul plus porno yang kukenal, tapi tampaknya dia harus bersaing dengan Hitch untuk mencapai nomor satu di Pornboard (?). Kadang ada sesuatu yang terlintas di kepalaku setelah kenal mereka berdua, bahwa rasanya aku telah terkontaminasi virus anggota komunitas pecinta bokep. Yaaaa, meski Hitch termasuk perempuan nista melebihiku, setahuku dia itu sangat menjunjung nilai-nilai persahabatan. Tak pernah sekalipun dia mengkhianati teman-temannya. Hanya itu sih nilai plus dari dirinya. Selain itu justru minus semua.

Armin: Mengingat Hitch adalah teman Annie, aku tak terkejut melihat betapa hancurnya dia. Memang di awal dia terlihat begitu minim harga diri sehingga aku mau tak mau menunjukkan sikap mencoba mengasihani, namun ini pertama kalinya aku mengenal wanita yang suka mengoleksi majalah yang isinya sekumpulan cowok yang hanya pakai celana dalam. Benar-benar pejuang porno nomor satu. Yang membuat dirinya semakin menjijikkan adalah dia malah bangga dipanggil begitu. Dia pernah bilang; "Suatu saat nanti, aku akan melengkapi seluruh koleksiku, yakni DVD porno dengan views di atas 1 juta dari seluruh dunia! Aku tidak akan menyerah! Karena menjadi porno adalah jalan ninjaku!'. Bagaimana aku tidak mau muntah saat itu juga?

Masalahnya, sebelum koleksi itu lengkap, koleksi DVD-DVD porno yang dia miliki sekarang sudah mampu membuat mataku tak sanggup menontonnya. Sudah begitu dia menyimpannya di sembarang tempat! Dia pernah menyimpannya di kotak P3K (?), di lemari pakaiannya (?), di laci meja dosen (aku masih ingat gamparan bolak-balik dosen itu pada wajah Hitch), sampai di tas Connie. Oke, yang terakhir itu dipastikan karena mereka berbagi hobi yang sama. Tapi sekali lagi, biar kuingatkan dia adalah teman Annie. Jadi aku sama sekali tak kaget.

Annie: Memang benar Hitch adalah salah satu sahabat baikku, tapi terkadang aku berpikir kenapa bisa aku berteman dengannya. Bagaimana, ya? Dia itu ternyata lebih norak dari bayanganku. Sering sekali dia membaca majalah-majalah laknat sambil teriak-teriak kagum(?) dengan mesumnya. Rasanya aku ingin kabur saat itu juga. Yang benar saja aku membiarkan diriku di dekatnya lama-lama! Habisnya karena dia lah aku sering dituding pecinta porno sepertinya hanya karena aku temannya. Padahal aku tak pernah membaca majalah rate X sekalipun! Karena itu kusarankan kalian jangan membicarakan soal edukasi seks bersamanya. Meskipun kalian mencoba mempertahankan gaya pembicaraan lebih ilmiah, percayalah wanita itu akan memutar haluan sehingga gaya pembicaraan menjadi hentai dan disertai darah mimisan. Isi kamarnya juga sangat mendeskripsikan dirinya. Ya, aku tak sengaja mengetahuinya saat berkunjung. Kalian tahu kenapa aku mengatakan begini?

Aku: Hitch, ini apa?

Hitch: Novel mesum.

Aku: Ini?

Hitch: Doujin mesum.

Aku: Kalau yang ini?

Hitch: Game mesum.

Aku: Dan ini?

Hitch: Majalah mesum.

Kalian mengerti sekarang? SEMUA BENDA TOLOL DI DALAM KAMARNYA HANYA TENTANG MESUM!

Connie: Bisa dikatakan Hitch adalah teman seperjuanganku. Kami menganut jalan seni yang sama; seni bokep. Setidaknya aku bisa menyalurkan hasratku mencari teman mengobrol sampai akhirnya kutemukan Hitch. Meski begitu aku tidak sama 100% dengannya. Kenapa? Itu karena aku pencari cinta sejati sehingga sesekali aku berniat mengencani wanita. Yup, baru niat. Karena sampai detik ini, tak ada gadis yang mau berkencan denganku. Hiks. Sementara Hitch justru terlalu tenggelam dengan dunia ilusinya sampai lupa ini kenyataan. Selalu membandingkan laki-laki di acara kencan butanya dengan model-model pria pujaannya. Ku tebak, dia pasti self-cest atau satu kaum dengan Armin. Terserahlah, dasarnya dia memang freak. Untung saja wajahnya termasuk kategori lumayan. Ya, memang tak bisa dibandingkan dengan bebeb Lindsay. Begini, ya. Kalau bebeb Lindsay adalah permata yang dapat bercahaya di kubangan lumpur sekalipun, Hitch itu hanya remah-remah roti jamuran.

Meski begitu Hitch juga punya fans club, lho! Fakta ini yang paling sulit kuterima! Ada apa sih dengan taste of love para romeo zaman sekarang? Apa kepala mereka terbentur ratusan kali? Seorang Hitch punya fans club, tapi aku tidak?! Ada apa dengan dunia ini!? Ini tidak adil! Dengar, ya! Kalian itu hanya tidak tahu pesona visualku, tahu! Aku jamin mereka pasti tertipu dengan wajah kalem Hitch tanpa mengetahui kebokepan di baliknya. Pokoknya setelah permainan nista ini berakhir, aku harus mencari tahu kenapa Hitch bisa memiliki klub penggemar. Karena aku yakin mereka bukan menggemarinya dari wajah atau prestasi mengingat dirinya juga minus akan hal ini. Pasti ada hal terselubung. Hmmmm...

.

.

Sebenarnya Hitch sudah bisa menebak ini akan terjadi. Oh, ayolah. Keempat korban sebelumnya juga tak bisa menghindar dari rentetan hinaan, ejekan, atau aktivitas penurunan harga diri lainnya. Jadi, Hitch sama sekali tidak kaget. Namun, meskipun dia mencoba bersikap cool, tampaknya itu tak semudah kenyataan karena Hitch bisa mendengar suara imajiner 'JLEBB' menancap telak di dada.

Gadis porno. Itulah kesimpulan dari pendapat teman-temannya akan dirinya. Ini jelas membuat Hitch bertanya-tanya.

Apa dia memang seporno itu, ya?

Tunggu! Jangan dulu menetes, wahai mainly tears! Belum saatnya! Mati-matian Hitch menahan air mata yang ingin meluncur sedari tadi. Kepalanya menengadah, mulai masuk mode protagonis yang ternistakan oleh pemeran antagonis dalam drama. Seperti biasa, gadis ini lagi-lagi bersikap alay, lebay, dan mengandung unsur-unsur jablay (?).

But wait. Ada yang aneh dari pendapat mereka berempat.

"Armin. Maaf kalau aku salah sangka, tapi apa kau ini stalkerku, ya? Sampai tahu dimana saja aku menyimpan koleksiku," tolong anggap wajar, saudara-saudara. Karena setahu Hitch, dia tak pernah membeberkan dimana saja dia 'menyembunyikan' buku-buku kesayangannya pada siapapun, terutama Armin yang notabene berwajah malaikat. Lantas kenapa pemuda banci ini bisa tahu? Masa' sih dia menguntit Hitch kemana-mana? Itu 'kan sangat bukan Armin Arlert sekali! Atau jangan-jangan Armin adalah bagian dari fans club-nya?

Namun bukan Armin namanya jika tidak menyediakan jawaban paling masuk akal, "Tentu saja aku tahu! Itu karena kau menyimpannya dimanapun kau suka, tahu! Aku tahu kalau kau juga selipkan buku-buku laknat itu di lemari bukuku!"

Angin menyapa.

Frieda, Sasha, Annie dan Connie langsung bengong.

"...Eh?"

Sampai lemari berisikan buku-buku 'horor' Armin ganti lapak menjadi database Hitch? Apa wanita itu sudah gila?

Tapi ternyata fakta yang dibeberkan Armin selanjutnya malah lebih parah.

"Dan kau pikir aku tidak tahu ini? Kau pernah menyimpannya si balik kasur kamar Annie!"

Annie spontan melotot.

Demi cheese burger yang dijual di ujung kantin fakultas seni, dia barusan bilang apa?!

"Apa?!" sembur Annie shock berat. Buru-buru dia bergerak mendekati ranjangnya, memastikan apakah buku haram itu bersemayam disana. Namun sebelum dia membalikkan ranjangnya, Armin lebih dulu melanjutkan kata-katanya lagi.

"Di dalam tas kuliah Frieda nee-san!"

Kali ini bola mata Frieda nyaris keluar dari tempatnya.

"HAAAH!?"

"Atau di dalam lemari pakaian dalam Sasha!"

BRRUUUSSHH!

Sasha menyemburkan air liur tersedak sampai kejang-kejang di lantai. Tak menyangka dirinya masuk dalam daftar korban.

Dan apakah Armin selesai sampai disana? Hell no!

"Dan kau save dalam bentuk flashdisk yang kemudian kau sembunyikan di dalam sepatu Connie! Ya, 'kan!?"

Reaksi Connie lain lagi. Jika ketiga gadis hampir semaput di ujung sana, bocah mesum ini justru menunjukkan mata berbinar-binar seolah menang lotre 1 miliar.

"Hitch, boleh untukku?" begini tanyanya tanpa tahu malu. Ck ck ck ck.

Sementara itu, Hitch terdiam. Dia hanya pasang wajah datar, sedatar ketika main character dari fandom sebelah melihat nilai nol pada lembar ujian 'Elegan-sensei'. Dugaannya benar. Bocah kutu buku di hadapannya hapal betul tempat penyimpanan maksiatnya.

Sial. Kalau begini, Frieda bakal melakukan inspeksi dadakan. Dasar Armin mulut ember.

"Kau menguntitku, Armin? Ayo, mengaku saja!"

"Menguntit? Kau menyembunyikannya tepat di depan mataku!" ini lebih membuat Hitch terkejut. Siapa sangka dia tidak menyadari keberadaan Armin di dekatnya ketika menyembunyikan koleksi kesayangannya di setiap kamar di lantai 13?

Disisi lain, korban buku laknat Hitch lainnya telah selesai dari aktivitas 'olah TKP' dari kamar masing-masing. Perlukah Penulis menjabarkan satu-satu?

Saat membalikkan kasurnya, raga Annie hampir raib tatkala menemukan setumpuk majalah playgirl bersampul pria-pria pamer otot, nyaris terlanjang.

Sasha berdiri di ambang pintu, menunduk sambil mengeluarkan aura berserk. Di tangannya bertengger(?) empat majalah model pria telanjang dada sambil berpose seksi.

Frieda membawa tas kuliahnya, namun dia sudah mengeluarkan dan memegang isi kantung bagian depan tasnya yang tak pernah dia periksa selama beberapa hari ini, yakni dua DVD film 21+, 1 majalah porno, dan 1 poster model pria (lagi-lagi hampir naked).

Lalu Connie? Tak usah ditanya. Dia justru senyum-senyum mesum sembari menggenggam flashdisk yang dikatakan Armin sebelumnya. Tertawa setan sambil betapa menyenangkan harinya ketika malam datang. Tampaknya aplikasi sensor perlu dipasang di otak pemuda ini.

Mendadak angin kencang datang entah dari mana mengingat mereka di gedung lantai 13. Daun-daun(?) beterbangan. Pre-battle scene sepertinya akan dimulai tatkala Annie telah berdiri beberapa langkah dari Hitch. Kepalanya menunduk. Tak terlihat seperti apa ekspresinya sekarang, namun yang pasti semua orang (kecuali Hitch) tahu bahwa gadis itu tidak akan bisa dihentikan kali ini.

"Hitch..." Annie mulai berujar. So sexy as hell.

Hitch membalas ogah-ogahan, "Apa? Kalau kau mau buku-buku itu, tak masalah bagiku. Aku masih punya banyak."

Sungguh kata-kata mengundang maut, saudara-saudara. Gadis ini benar-benar tidak peka sama sekali. Tak bisakah dia merasakan aura-aura busuk sudah menyelimuti ruangan?

Hicth memicingkan mata. Heran kenapa sang sahabat masih betah memelototinya, "Oi, Annie. Ada apa denganmu? Kau kerasukan atau apa?"

Dua detik kemudian, Hitch baru menyadari efek kata-katanya barusan. Melihat ketiga peserta lainnya ikut bergabung, berdiri di samping Annie, akhirnya Hitch bisa merasakan perubahan suasana semakin mencekam!

"Se-sebentar... Ka-kalian mau apa?"

"Annie, tidak masalah kita gencatan senjata hari ini?" ucap Armin menawarkan aliansi.

"Tanpa kau minta pun, aku juga berniat begitu, jenius," kaki Hitch semakin mengeper. Seorang Annie berbaikan dengan Armin dalam situasi begini!?

Sasha juga tak mau kalah. Dia sibuk membunyikan jari-jarinya seolah sedang berada dalam adegan aksi klimaks, "Ah. Aku juga ikut. Aku pinjamkan kekuatanku pada kalian hari ini."

"Aku sebenarnya berterima kasih akan flashdisk ini, tapi tak apa aku ikut? Aku ingin memeriahkan suasana saja," sungguh jawaban paling tidak logis, saudara Connie.

Sementara Frieda?

Hanya mampu menatap datar pada aksi pembantaian di depan matanya. Ck ck ck ck.

Lain Frieda, lain pula Hitch.

Tahu bahwa dirinya semakin mendekat pada garis kematian, Hitch langsung parno. Sontak dia berdiri. Berniat kabur. Tapi kakinya tidak bisa bergerak berkat aura membunuh plus pelototan setan dari empat orang tersebut.

"Tu-tunggu dulu. Ki-kita bisa bicarakan ini baik-baik, teman-teman. Maksudku... a-aku hanya ingin membagikan ko-koleksiku saja. Se-serius!"

Tak mempan. Tak ada yang bergeming.

"Hajar dia," akhirnya Annie mengeluarkan titah pembunuhan di hari indah ini.

INI DIA!

PANGGILAN RESMI DEWA KEMATIAN!

"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

BUAGH! BUAGH!

BUGH! BUGH! DUAKK!

PLETAKK! PLETAKK!

BUAGH!

BSYUUUUNGGG... GUBRAAKKH!

...

...

Menetes.

Air mata Frieda menetes.

Dinding beton kamar Annie hampir jebol berkat serangan barbar dari penghuni kamar lantai 13. Belum ditambah jatuhnya 'korban jiwa' dengan kondisi menggelepar layaknya ikan koi kekurangan air. Megap-megap tanda bahwa sebentar lagi nyawanya akan hilang. Tapi bukan itu yang membuat Frieda menangis. Bukan itu alasan Frieda meneteskan air mata nestapa. Melainkan bahwa lagi-lagi dia akan menghubungi ambulans, tukang bangunan, dan orangtuanya untuk kesekian kalinya bulan ini.

Sambil tersenyum pasrah, Frieda mencari nomor kontak ambulans rumah sakit langganannya di ponselnya. Setelah ketemu, segera dia menekan tombol 'panggil'.

Tuuuut... tuuuutt... tuuuut...

Ckrek.

"...Siapa kali ini korbannya, Frieda-chan?"

"...Maaf. Bisakah kali ini aku minta dua ambulans?"

"Dua?"

"Satu untuk penghuni apartemenku dan satu lagi untukku. Karena mungkin sebentar lagi aku akan loncat dari atap apartemen ini, Paman. Jadi tolong maafkan kesalahanku selama ini."

"...Apa yang terjadi disana?"

"...Aku hanya telah mengetahui kesimpulan dari game-ku, Paman."

Uh-huh. Benar sekali.

Kesimpulan dari garis besar pertarungan berdarah permainan kejujuran ini. Bahwa kelima bocah dedemit ini tidak akan pernah bisa akur untuk selama-lamanya.

Singkatnya?

Singkatnya Frieda hanya buang-buang waktu. Ck ck ck ck.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.


Author's note: Kasihan sekali dirimu, nak Frieda. Penulis mengirim duka cita mendalam ini untukmu. Tapi jangan khawatir. Penulis akan mengirim bala bantuan di halaman selanjutnya.

THANKS A LOT, MINNA-SAN ^_^!