SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
Characters : Kocho Shinobu dan chara lainnya
Disclaimer : Kimetsu no Yaiba © Gotouge Koyoharu
Warning : Abal, aneh, kayaknya ada typo, AU, AT, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf bila ada kesamaan ide.
A/N : Hola minasan! Ini fanfic pertama saya di fandom ini. Semoga suka ya 😊 Cerita ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan timeline KnY yang asli, hanya cerita yang bergema di pikiran saya 😊
Summary : Kocho Shinobu dan caranya untuk peduli pada yang lain/ Warning: AU-AT
Kocho Shinobu, seorang Pilar Serangga sekaligus ahli obat dan racun. Di sela-sela kesibukannya sebagai pembasmi iblis, dia membuka praktik di wilayah bagiannya dan tentunya merawat serta merehabilitasi para pembasmi iblis yang terluka setelah misi di Mansion Kupu-Kupu miliknya. Setelah kematian kakaknya, Kocho Kanae, gadis berusia tujuh belas tahun itu seolah mengambil kepribadian mendiang sang kakak. Tersenyum hangat, bertutur kata halus, dan berperilaku lembut. Meskipun sebenarnya, di dalam hatinya, ada kemarahan yang berkobar.
Ketika Shinobu merasa kesulitan menahan amarahnya, dia akan duduk berdoa sangat lama di depan altar Kanae dan kedua orang tuanya. Dia seolah berkomunikasi dengan mereka, meskipun dia tahu, mereka tidak akan menjawabnya. Shinobu hanya butuh waktu untuk mengendalikan dirinya kembali. Kegiatan ini diam-diam cukup rutin dia lakukan tanpa sepengetahuan siapa pun di Mansion Kupu-Kupu, kecuali Tsuyuri Kanao, adik angkat sekaligus tsuguko-nya.
Shinobu memang menyimpan dendam dan amarah yang membara. Namun, hal itu tidak membuatnya surut untuk terus membantu dan peduli kepada sesamanya. Gadis itu juga selalu memberikan pelatihan pada para kakushi untuk menangani Pemburu Iblis yang terluka. Pelatihannya itu cukup sering dilakukan dan dengan waktu yang intens. Shinobu juga turun tangan langsung dalam evaluasi pengobatan darurat yang dilakukan para kakushi di lapangan.
Shinobu juga selalu memiliki waktu untuk lima gadis yang ada di Mansion Kupu-Kupu. Ada waktu dimana dia akan menutup tempat praktiknya selama sehari penuh, melepas seragamnya, dan mengenakan kimono yang cantik. Waktu seharian dimana dia akan membawa seluruh penghuni Mansion Kupu-Kupu, caterpillar triplet, Aoi, dan Kanao, untuk berjalan-jalan. Mereka akan menghabiskan waktu dengan berbelanja, atau piknik, atau makan di restoran. Gajinya sebagai Pilar selalu disiapkan untuk waktu keluarga seperti ini, rutin setiap sebulan sekali jika sedang tidak ada misi.
Shinobu juga kerap kali memanggil mereka ke dalam ruangan pribadinya. Mereka akan menghabiskan malam dengan bercerita kegiatan sehari-hari mereka, saling menghias rambut, bahkan tidur bersama. Shinobu sungguh menyayangi penghuni Mansion Kupu-Kupu sepenuh hatinya. Anak-anak yang selalu dianggapnya sebagai keluarganya. Anak-anak yang selalu ingin dilindunginya. Walau tidak setiap hari, tetapi Shinobu sangat menyukai rutinitasnya ini.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
Tsuyuri Kanao adalah tsuguko yang dilatih langsung oleh Shinobu setelah kematian Kanae. Gadis itu memang tidak menguasai Pernapasan Serangga sepertinya, melaian Pernapasan Bunga seperti sang kakak. Hal itu tidak menjadi soal, baginya Kanao adalah keluarganya yang sangat berharga.
Malam ini, dia melihat Kanao yang tengah berlatih di halaman belakang. Gadis itu tidak berekspresi dan terus mengayunkan pedangnya dengan anggun. Shinobu sengaja tidak bersuara karena tidak ingin mengganggunya.
Tanpa terasa, Kanao selesai dengan latihannya dan tampak kaget melihat Shinobu yang tersenyum dari arah rumah.
"Ah, aku tidak melihat Guru di sana," ucap Kanao.
Shinobu masih tersenyum, "Kanao, ingat apa yang pernah kukatakan?"
Kanao tersipu, "Memanggil guru dengan sebutan nee-san."
"Lalu, kenapa tidak dilakukan?"
"Maaf Gu –maksudnya, nee-san."
Shinobu kembali tersenyum, adik angkatnya itu mulai memanggilnya Guru setelah Kanae tiada dan hal itu membuat Shinobu risih. Kanao memang bukan adik kandungnya, tetapi rasa sayangnya pada Kanao melebihi itu semua. Maka dari itu, panggilan Guru sangat mengganggunya, dia hanya ingin dipanggil nee-san seperti dulu.
Kanao mendekat ke arah Shinobu lalu menerima botol air yang disodorkan padanya, "Nee-san, kau ada waktu?"
"Ada apa?" tanya Shinobu.
"Aku ingin berlatih pedang denganmu."
Shinobu tertawa, "Baiklah. Tunjukkan padaku seberapa besar kemampuanmu sekarang."
Kanao mengangguk bersemangat dan detik berikutnya mereka berlatih bersama-sama.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
"Hmmmm… masakanmu enak sekali, Aoi!" puji Shinobu pada suatu pagi.
Aoi yang dipuji menunjukkan gestur bahagia. Gadis penghuni Mansion Kupu-Kupu itu tersenyum gembira, "Terima kasih banyak, Shinobu-sama!"
Shinobu tersenyum dan kembali menyuap makanannya.
"Ano, Shinobu-sama," panggil Aoi dengan pelan, sehingga membuat Shinobu kembali mengangkat kepalanya, "makanlah yang banyak dan … segeralah kembali."
Shinobu merasakan ada getaran ketakutan pada suara Aoi. Gadis yang ditampungnya itu kehilangan keluarganya karena dibantai oleh iblis. Shinobu tahu, Aoi juga lulus dari seleksi akhir, bahkan menguasai Pernapasan Air. Sayangnya, Aoi tidak merasa bahwa dirinya layak menjadi anggota Pemburu Iblis dan menganggap kelulusannya hanyalah sebuah kebetulan semata sehingga, dia memutuskan tidak ingin bertarung untuk melawan iblis di lapangan. Gadis itu pada akhirnya dibawa oleh Shinobu dan dirawat olehnya. Aoi yang tidak mau mengangkat pedang ternyata punya bakat lain yang sama dengannya, pandai membuat obat dan mengurus rumah.
Shinobu tersenyum, menggeser posisi duduknya, kemudian memeluk erat gadis bermata biru itu. Shinobu paham, Aoi memiliki ketakutan akan kehilangan. Suara gadis itu selalu akan bergetar ketika Shinobu atau Kanao –dan Kanae dulu, akan pergi menjalankan misinya.
"Jangan khawatir Aoi," ucap Shinobu sambil mengelus punggungnya, "aku akan segera pulang dan bertemu dengan kalian lagi. Setelah itu, mari kita pergi jalan-jalan bersama."
Shinobu melepas pelukannya dan mengusap air mata Aoi. Ada desiran tak menyenangkan di dadanya setiap kali melihat gadis berpita dua itu menangis, "Aku akan baik-baik saja. Aku titip yang lainnya."
Setelahnya, Aoi akan tersenyum dan menganggukkan kepala.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
Shinobu memang selalu terlihat tenang, tetapi ketika ada yang berani menyentuh keluarganya, dia juga bisa naik pitam. Seperti malam ini, caterpillar triplet menceritakan kejadian nyaris diculiknya Aoi dan Naho oleh Uzui Tengen untuk misinya. Aura hitam yang menguar dari tubuhnya makin pekat tatkala mendengar pria tiga istri itu melempar Naho dari ketinggian tiga setengah meter.
"Uzui-sama sangat menakutkan!"
"Dia nyaris membawa paksa Aoi-chan dan Naho -chan!"
"Aku sangat takut, Shinobu-sama!"
Ketiga gadis kecil itu bercerita sambil menangis ketakutan. Sementara Aoi hanya menundukkan kepala dengan air mata menggantung. Kanao tidak mengucapkan apa-apa, tetapi Shinobu paham bahwa gadis itu juga sudah berusaha menahan Pilar Suara itu dan sekarang sedang merasa jengkel akibat perbuatan orang itu.
Shinobu menarik napas panjang lalu memberi gestur kepada kelima gadis itu untuk mendekat. Didekapnya mereka semua dengan sayang dan memberikan ketenangan setelah kejadian yang mengesalkan itu terjadi.
Uzui-san, kupastikan kau mati di tanganku.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
Shinobu memang marah pada Uzui Tengen, tetapi tidak membuatnya menolak pria itu ketika datang untuk melakukan pengobatan di Mansionnya. Shinobu tersenyum dengan sangat manis sambil mengobati pria nyentrik itu, membuatnya justru terlihat menakutkan.
"Uzui-san, aku sudah mendengar apa yang terjadi beberapa hari lalu," ucap Shinobu sambil membalut perban, "kuharap kau belajar dari kesalahanmu yang sudah berani menyentuh anak-anak di sini."
Sang Pilar Suara tidak berani berkata-kata. Shinobu yang sedang tersenyum di hadapannya tampak siap untuk membunuhnya kapan pun.
Shinobu menghela napas sebelum mengoleskan ramuan obat pada luka Uzui Tengen, "Lukamu cukup parah, kau beruntung karena racunnya sudah dinetralisir. Jadi, kita bisa tenang sekarang."
"Kudengan kau akan pensiun," Shinobu mengambil ramuan obat lainnya, "apa rencanamu kedepannya?"
Setidaknya, ruangan ini sudah tidak semenegangkan sebelumnya, "Hanya hidup tenang bersama istri-istriku."
Shinobu kembali mengoleskan ramuan obat, "Ide yang bagus. Sebenarnya, kurasa kau tetap bisa menjadi Pilar meski kehilangan satu pergelangan tangan. Yah, jika kau sudah memutuskan sesuatu, aku yakin Oyakata-sama juga akan setuju."
"Zaman sudah berubah, aku yakin bocah-bocah itu bisa tumbuh menjadi Pembasmi Iblis yang hebat," lelaki nyentrik memandang tiga kasur berisi Tanjiro, Zenitsu, dan Inosuke yang tidak sadarkan diri dan tengah diobservasi setelah menerima perawatan sebelumnya dari Shinobu, "dengan atau tanpa diriku, Kibutsuji Muzan pasti akan dikalahkan."
Shinobu mengulas senyum, "Kau benar."
Gadis itu menuju ke arah meja dan mengambil segelas obat, "Nah, sekarang minum ini."
Obat berwarna hitam pekat dengan bau menyengat disodorkan. Lelaki nyentrik itu kembali berkeringat dingin dan melirik Shinobu sekilas. Kembali gadis itu tersenyum dengan manis dan menakutkan.
"Racun ditubuhmu memang sudah dinetralisir. Berjaga-jaga tidak ada salahnya, bukan?" Shinobu terus menyodorkan gelas obat itu dengan paksa.
Sang Pilar Suara tahu dia bersalah dan sekarang dia sedang menerima hukuman.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
Shinobu sang ahli obat dan racun rutin mengunjungi kediaman Oyakata-sama untuk memeriksa keadaanya. Obat-obat yang diminum Oyakata-sama sebagian besar adalah buatannya. Meski tidak bisa menghentikan penyebaran penyakit akibat kutukannya, setidaknya obat buatan Shinobu bisa meringankan sakit yang diderita.
"Oyakata-sama, keadaan Anda hari ini sedikit menurun dari sebelumnya," ucap Shinobu setelah selesai memeriksa keadaan sang Oyakata-sama, "apakah Anda memaksakan diri lagi? Saya harap Anda lebih banyak istirahat."
Lelaki kurus yang berbaring di atas futon itu tersenyum, "Aku masih merasa baik-baik saja, Shinobu. Tidak perlu terlalu mengkhawatirkan aku."
"Saya tidak bisa melakukannya, Oyakata-sama. Kelangsungan kehidupan Anda sangat berarti bagi kami semua," Shinobu mengepalkan tangannya.
Oyakata-sama atau Kagaya Ubuyashiki kembali tersenyum, "Aku memang tidak bisa melihatmu, tetapi aku bisa merasakan bahwa sekarang kau sedang menekuk wajahmu untukku."
Shinobu menaikkan wajahnya dan menatap lelaki buta akibat kutukan itu.
"Kehidupan kalian jauh lebih penting dariku, anak-anakku yang manis. Kalian adalah tonggak utama dalam pertempuran melawan para iblis dari masa ke masa. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku, tetapi aku harap kalian juga lebih memerhatikan diri kalian masing-masing," Oyakata-sama berujar dengan suara lembut menenangkan.
Tangan Kagaya Ubuyashiki terulur tinggi dan meraih kepala Shinobu, "Terima kasih sudah selalu memeriksaku, aku selalu merasa sehat berkat obatmu, anakku yang manis. Kuharap kau selalu bahagia."
Shinobu tidak pernah bisa membalas perkataan lelaki pemimpin Pasukan Pemburu Iblis tersebut. Tangan hangatnya selalu mengingatkan pada Ayahnya yang sudah tiada bertahun-tahun yang lalu. Ah, dia berharap bahwa ilmu pengobatan yang dimilikinya semakin meningkat. Meski hanya sehari, setidaknya Shinobu berharap Oyakata-sama bertahan hidup dan melihat keberhasilan demi keberhasilan yang dilakukan oleh Pasukan Pemburu Iblis.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
"Aku tidak tahu berapa kali harus memberitahumu, Genya-kun," ucap Shinobu sembari membebat luka pada punggung Shinazugawa Genya, "setiap kali kemari, lukamu bertambah makin banyak saja."
Anak yang ditanyai itu hanya diam saja, mungkin juga sudah lelah dimarahi setiap kali datang memeriksakan dirinya ke Mansion Kupu-Kupu.
"Pertumbuhanmu terlalu cepat, apa yang kau makan? Kuharap kau tidak sembarangan mengonsumsi obat-obatan atau apa pun itu. Tubuhmu tidak akan bisa terus menahannya," Shinobu mengambil senter kecil, "coba buka mulutmu. Ah, ada sedikit luka lagi di langit-langit mulutmu."
"Aku tahu kau pasti tidak akan mendengarkanku, kau tidak menguasai pernapasan apa pun, karena itu sebaiknya kau fokus melatih tubuhmu agar tidak terlalu sering mendapatkan luka," Shinobu memberikan secangkir kecil obat, "minumlah ini, jangan langsung ditelan agar luka di mulutmu bisa terobati."
Tanpa banyak komentar, Genya mengambil obat tersebut dan menenggaknya sesuai anjuran Shinobu. Anak itu juga tidak berkata apa-apa saat tangannya menyodorkan gelas kosong kepada Shinobu.
"Baiklah, sudah selesai. Sekarang kembalilah ke kamar dan beristirahat, kakushi di depan akan menggendongmu. Hati-hati dengan luka di kakimu. Aku akan kembali memeriksa dirimu tiga jam dari sekarang," Shinobu berucap sambil mengisi catatan pengobatan, "ah, jangan mengonsumsi obat lain sembarangan."
Shinobu masih belum tahu, bahwa Genya memakan iblis untuk mendapatkan kekuatan. Pertumbuhan, luka, atau pemulihannya yang tidak wajar disebabkan karena teknik darah dari iblis-iblis yang dimakannya. Biasanya, ketika dimarahi, Genya akan melawan dan menyebabkan perdebatan di antara mereka. Namun, hari ini dia hanya diam tanpa mengatakan apa pun.
"Terima kasih, Kocho-san," ucap Genya, membungkukkan badannya kemudian berjalan pincang menuju pintu.
"Genya-kun," panggil Shinobu.
Genya meghentikan langkahnya dan berbalik menatap Shinobu. Tatapannya seolah mengatakan pada Shinobu ada apa?
"Kau tidak banyak bicara. Apa ada masalah? Kau mau bercerita?" tawar Shinobu.
Genya menggeleng, "Aku tidak apa-apa, terima kasih sudah mengkhawatirkanku."
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Genya keluar dari ruangan pemeriksaan. Anak itu menolak bantuan kakushi yang hendak membantunya, membuatnya berjalan perlahan dengan sang kakushi mendapinginya. Shinobu bingung, tidak biasanya Genya begitu.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
"Shinazugawa-san," panggil Shinobu pada Pilar Angin yang malam ini berkunjung sebelum misi untuk meminta persediaan obat, "adikmu datang tadi pagi dan sekarang sedang beristirahat di ruang rawat."
Setiap kali Shinobu merawat Genya, dia akan mengirimkan kabar pada kakak anak itu, Shinazugawa Sanemi yang juga seorang pilar seperti dirinya, melalui gagak dan bisa ditebak, Shinobu tidak akan mendapatkan balasan. Meski kadang kala Pilar Angin itu mengajaknya bicara tentang beberapa hal, sayangnya, tiap kali Shinobu mencoba menjelaskan keadaan Genya, lelaki itu tidak pernah peduli.
"Aku tidak punya saudara, Kocho. Sudah berapa kali kukatakan padamu," ucap Sanemi dengan wajah kesal, "jangan selalu melaporkan keadaan anak lemah itu padaku. Dia bukan adikku."
Shinobu sudah tahu reaksinya akan seperti itu. Entah apa yang sudah terjadi pada mereka sebelumnya. Shinobu merasa, ada ketegangan di antara dua bersaudara itu. Dia hanya berharap mereka bisa berbaikan. Melihat Shinazugawa Sanemi sebenarnya mengingatkannya pada Kanae. Meski sikap mereka berbeda 180 derajat, Shinobu tahu bahwa Pilar Angin itu sebenarnya ingin melindungi saudaranya.
"Lukanya bertambah lagi. Kali ini luka di punggungnya cukup parah, meski nyawanya tidak terancam, dia butuh istirahat total selama sekitar seminggu. Sepertinya misinya baru-baru ini lebih berat dari biasanya. Selain itu, meski sedikit, aku selalu menemukan luka di mulutnya setiap kali datang untuk pemeriksaan rutin," lapor Shinobu, "apakah dia memakan obat di luar sana atau semacamnya? Pertumbuhan dan penyembuhan anak itu tidak pernah normal, aku khawatir."
"Aku tidak tahu, jangan tanya aku. Terima kasih obatnya, aku pergi dulu."
Shinobu tidak berkata-kata lagi. Dia memang melihat Pilar Angin itu pergi menjauh, tetapi dia tahu, lelaki bermarga Shinazugawa itu akan mampir di kamar rawat dan berdiri diam di pintu hanya untuk memerhatikan Genya yang sedang tidur masih bernapas di dunia ini.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
"Ohayo, Tomioka-san!" ucap Shinobu pada Tomioka Giyuu yang baru saja membuka matanya, "sepertinya kau sudah terlihat lebih baik setelah istirahat semalaman. Bisa bangun? Aku membawakanmu sarapan."
Lelaki tanpa ekspresi itu mencoba bangun dengan tertatih yang kemudian dibantu Shinobu. Setelah menyelipkan bantal di antara punggung dan papan ranjang, Shinobu mengambilkan sarapan yang dibawanya, "Silakan! Menu spesial untuk pemulihan. Aku yakin kau sudah hapal menu ini karena semua pasien di sini memakannya!"
Tomioka Giyuu menerimanya tanpa berkomentar lalu mulai menyuap perlahan, "Apa yang kau lakukan di situ?"
"Aku? Menungguimu tentu saja. Siapa tahu kau butuh bantuan untuk makan," jawab Shinobu.
"Aku bisa sendiri, terima kasih. Kau sendiri? Apa kau sudah makan?" tanya Tomioka Giyuu.
Shinobu melejitkan alisnya, "Huh? Tidak biasanya kau bertanya seperti itu, Tomioka-san."
Sang Pilar Air menyuap makanannya, "Tak apa, aku hanya mencoba berbasa-basi denganmu."
Sejujurnya Shinobu terkejut dengan pernyataan itu, "Uwah, aku tidak menyangka. Sepertinya kau sendang berusaha agar bisa disukai orang ya, Tomioka-san."
"Orang lain tidak benci padaku."
Ah, kalimat yang selalu didengar Shinobu ketika mengejek sang Pilar Air. Shinobu sebenarnya tidak paham kenapa lelaki itu tidak pernah berbaur dengan lainnya. Pemikirannya selalu berbeda sendiri. Anehnya, ahli obat dan ramuan itu malah cukup sering berkomunikasi dengannya. Walaupun Shinobu sering merasa obrolan mereka hanya berupa monolog.
"Baiklah-baiklah. Sekarang habiskan sarapanmu dan minumlah obatnya. Orang sakit harus banyak istirahat, Tomioka-san. Kalau kau sudah sembuh akan kubuatkan salmon daikon untukmu," balas Shinobu.
Shinobu tahu, hanya dengan menyebutkan makanan favorit Tomioka Giyuu, lelaki tanpa ekspresi itu bisa mengulas senyum sangat singkat. Salah satu bagian favoritnya ketika merawat rekan-rekannya yang sakit adalah melihat senyuman mereka dan senyuman Tomioka Giyuu juga menjadi salah satu favoritnya.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
Salah satu kegiatan favorit Shinobu adalah berbincang-bincang dengan Sang Pilar Cinta, Kanroji Mitsuri. Gadis berambut pink itu akan bercerita dengan semangat apa saja yang sudah dilakukannya atau bagaimana enaknya makanan di kedai yang baru buka.
"Terus ya, Iguro-san berjanji akan membawaku makan siang di kedai tempura dekat Gunung Natagumo. Katanya, dia akan mentraktirku, kyaaaa!" seru Kanroji Mitsuri, "Katanya mereka juga menyediakan banyak camilan manis yang lezat, kyaaaa!"
Shinobu tersenyum mendengarnya, "Syukurlah. Kudengar kedai itu menyajikan udon yang lezat. Ceritakan padaku kalau kau sudah mencicipinya. Rekomendasi kedai darimu selalu memuaskan."
Kanroji Mitsuri mengangguk bersemangat, "Tentu! Aku akan membawakanmu oleh-oleh manisan yang banyak. Aku takut udonnya basi di jalan, jadi, sebaiknya kau dan lainnya makan langsung di sana!"
Lainnya yang dimaksud oleh Kanroji adalah penghuni Mansion Kupu-Kupu. Pilar Cinta itu tahu bahwa Shinobu sering membawa kelima gadis Kupu-Kupu pergi jalan-jalan rutin. Mereka juga sering mengunjungi restoran atau kedai rekomendasi darinya.
"Nee nee, Shinobu-san! Aku selalu merasa saaaaaaaaaaaangat senang jika bisa makan bersama Iguro-san, kira-kira kenapa ya?" tanya Kanroji, "rasanya waktu selalu cepat berlalu jika kami bersama dan makanan terasa lebih enak!"
"Hmmmm, itu karena hormon endofrin dalam tubuhmu bekerja. Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh kelenjar pituitari atau hipofisis yang berada di dalam otak. Kelenjar ini merupakan bagian dari sistem endokrin, berbentuk oval dan berukuran kecil seperti kacang polong, namun memengaruhi berbagai macam fungsi tubuh, salah satunya adalah melepaskan hormon endorfin melalui sistem saraf. Hormon ini berperan dalam mengurangi rasa sakit dan memberikan perasaan senang atau euforia," jelas Shinobu, "itulah kenapa kau merasa sangat bahagia saat makan."
"Eh? Endofrin? Hipofisis?"
Shinobu mengangguk, "Ya, semua perasaan yang kau rasakan berasal dari senyawa kimia dalam tubuhmu yang bereaksi."
"Heeee, sou ka!"
Shinobu tahu bahwa Kanroji tidak sepenuhnya paham. Dia hanya menjelaskan apa yang terjadi dalam tubuh manusia saat merasakan kesenangan yang amat sangat. Meski begitu, Shinobu merasa bahwa waktu yang dihabiskannya bersama Pilar Cinta itu terasa menyenangkan, walapun ada kalanya mereka berdua saling bingung dengan pernyataan satu sama lain. Satu sisi karena Shinobu terlalu ilmiah sementara Kanroji terlalu berperasaan.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
Ada kalanya, Shinobu akan duduk menunggui rekannya yang sakit semalaman suntuk tanpa beristirahat. Seperti malam ini, ketika dia duduk menunggui Tokito Muichiro yang terserang demam tinggi akibat racun. Ahli obat dan racun itu menyeka keringat Sang Pilar Kabut dengan lembut menggunakan handuk kecil.
Tokito Muichiro tumbang kembali segera setelah sampai Mansion Kupu-Kupu. Entah sudah berapa lama pilar paling muda itu menahan rasa sakit sampai akhirnya dia tidak sanggup lagi. Tokito Muichirp adalah pilar dengan masalah pada ingatannya. Ingatannya yang hilang-timbul sering membuat Shinobu khawatir.
Termometer berbunyi dan di saat bersamaan Pilar Kabut itu membuka matanya. Shinobu tersenyum, "Selamat malam, Tokito-kun. Kau terbangun?"
Pilar Kabut itu tidak menjawab matanya melirik sekilas pada termometer di tangan Shinobu yang dengan cepat disembunyikannya. Meski dia tahu angka di situ menunjukkan suhu 39 derajat celcius.
Tangan Shinobu menyentuh kepala Tokito Muichiro dengan lembut dan tidak lama kemudian, Pilar Kabut itu kembali tertidur. Shinobu merasa miris, saat anak seusia Tokito Muichiro dirawat oleh ibu mereka masing-masing, pilar berusia empat belas tahun itu harus berjuang sendirian di tengah sengsaranya demam dan mual.
"Ibu … ayah …" suara lemah Tokito Muichiro membuat hati Shinobu teriris, "nii-san …"
Shinobu mendengar kabar bahwa ingatan pilar kecil itu sudah kembali dan mungkin sekarang di tengah igauannya dia memimpikan keluarganya yang sudah tiada. Sang Pilar Kabut menggeliat tidak nyaman dan dengan sabar Shinobu menenangkannya.
"Tidurlah Tokito-kun, aku ada di sini," ucap Shinobu dengan lembut, "kau tidak sendirian. Segeralah sembuh."
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
Kocho Shinobu adalah seorang Pilar Serangga. Meski tidak sekuat teman-temannya, dia berhasil menjadi seorang Pilar menggantikan posisi saudarinya. Selain membasmi iblis, dia juga mengembangkan obat-obatan dan membantu penyembuhan seluruh Pasukan Pembasmi Iblis. Memang bukan bakat untuk berada di garis depan pertempuran, tetapi dia adalah kunci untuk keselamatan rekannya yang lain.
Sebagai seseorang yang mendalami obat dan racun serta kesehatan dan penyakit, gadis itu selalu memiliki caranya sendiri untuk peduli pada lainnya. Dengan caranya sendiri pula, dia menempa kekuatannya. Dengan caranya sendiri pula, dia selalu berhasil mendapatkan kembali senyum rekan-rekannya.
SHINOBU AND HER WAY OF CARING FOR EVERYONE
TAMAT
A/N :
Hehehehehe, Alhamdulillah, akhirnya ceritanya selesai. Ini adalah sepenggal kisah yang terpikirkan oleh saya tentang Shinobu. Semoga semuanya suka ya.
Salam
Adnida Kia Rahid
