"Mereka kabur?! Bagaimana bisa! Segera cari mereka!"

"M-maafkan kami, kapten! Tiba-tiba ada segerombolan orang, dan kami melihat lambang Varia…"

"Varia?! Bagaimana mungkin, kita sudah bergerak tanpa mengusik mereka!"

"Sial kalau begini jangan sampai Donna tau!"

"Aku sudah dengar."

"D-Donna—!"

"Maafkan kami! Tadi—"

"Tidak masalah. Mereka memang berhasil kabur selangkah, namun mereka hanya berhasil menarik prajurit biasa dari papan catur ini. Virce, lebih baik ganti posisi yang berjaga. Jika rencana ini gagal, aku sendiri yang akan turun tangan."

"B-baik, Donna!"

"Varia ya… huh. Mereka tak bisa menghalangiku."

"Cavallone… akan kubuat kau menyesal."

Mia Figlia e Dolce

By: Dee Cavallone

Story by Lala-chan ssu

Katekyo Hitman Reborn! Fanfiction

KHR © Amano Akira-sensei. Kalau punya kita bisa-bisa manganya baru tamat 5 abad kemudian

Rating: T

Genre: Romance/Family/Angst/Upcoming Action

Pair: D18 Forever Love

Setting: Seven Years Later (D: 29YO, 18: 23YO)

DLDR

Chapter 16: La Mission: Cominciare

Dino mengernyit sembari menggenggam tangan Hibari yang terbaring. Ia tahu tembakan berhasil mengenai dadanya, namun sudah dikatakan bahwa Hibari baik-baik saja. Lantas kenapa ia tak kunjung sadar? Biasanya ia akan segera sadar namun sudah dua hari berlalu dan ia sama sekali tak terbangun. Ini sungguh janggal.

Di sebelahnya, Feliciana ikut terbaring, seolah memeluk Hibari dalam tidurnya. Dino tersenyum getir, mengelus rambut hitam Feliciana lembut sampai suara ketukan terdengar dan sosok Tsuna muncul dari pintu.

"Dino-san, yang lain sudah siap untuk rapat."

"Ah, baiklah." Dino beranjak dan merapikan selimut yang menutupi tubuh Hibari dan Feliciana, lalu diam-diam pergi keluar ruangan.

Ia dan Tsuna berjalan dalam diam menuju sebuah ruangan tak jauh dari ruang rawat. Di dalam, sudah ada semua guardian Vongola ke-10 maupun guardian Varia. Dino duduk di salah satu kursi kosong dan membiarkan Tsuna berdehem.

"Jadi sebelumnya, terima kasih kepada Varia yang mengizinkan kami tinggal sementara, dan sekaligus memberikanku info yang akan kubagikan dengan kalian semua saat ini."

Tsuna menekan sebuah tombol box kecil yang menampakan hologram lambang sebuah famiglia. Yang lain mengernyit.

"Ini… lambang yang ditemukan tadi siang?" tanya Gokudera.

"Ini lambang Camorre famiglia." Tsuna melanjutkan. "Mungkin beberapa dari kalian sudah tidak asing."

"Tetapi bukankah Camorre famiglia harusnya sudah ditumpaskan? Kenapa—" Ryohei menggantungkan ucapannya.

"Sepertinya yang dimusnahkan saat itu hanya cabangnya." Squalo menjawab sambil mendecih. "Vraoi, mereka benar-benar memuakkan. Bahkan yang kita jarah kemarin hanya salah satu persembunyian kecil!"

"Anu, maaf sebelumnya tapi…" Dino mengangkat suara. "Apa yang sudah dilakukan oleh Camorre famiglia sampai Vongola dan Varia harus turun tangan?"

"Terakhir kali sih, karena mereka melakukan banyak penculikan~" jawab Lussuria dengan nada yang entah kenapa begitu santai dan mendayu untuk topik seperti ini. "Verde dan Mammon sempat bekerja sama dengan salah satu percobaan mereka, namun mereka memutuskan untuk berhenti membantu."

"Lalu, apa percobaan itu?" tanya Mukuro.

"Mereka ingin membuat kekuatan flame yang baru." Levi-A-Than menyela. "Sejauh ini, hanya itu yang kita ketahui."

"Hm, jadi mereka menculik Feliciana karena mereka butuh objek percobaan itu?" tanya Gokudera. Tsuna menggumam.

"Entahlah, Gokudera-kun. Aku merasa…ada lebih banyak hal yang disembunyikan oleh famiglia ini." Tsuna menatap lambang Camorre famiglia yang muncul dari hologram.

'Jika Varia bahkan tak bisa menumpas mereka, maka ada sesuatu di balik semua ini. Tapi…apa?'

"Kenapa tidak tanya pada Verde dan Mammon saja? Mungkin mereka tahu sesuatu?" tanya Yamamoto dengan polos.

"Tidak, tidak. Mammon-senpai tidak bisa diajak bicara jika tidak ada uang." Fran mengibaskan tangannya dan menyanggah dengan nada datar.

"Hmm, inginnya juga begitu sih sayangnya Verde agak sulit dihubungi belakangan ini, mungkin melakukan percobaan baru?" Lussuria menaruh tangannya di satu sisi wajahnya. Yang lain memutar otak.

"Apa tidak ada yang bisa mendapatkan informasi mengenai mereka?" tanya Gokudera. Xanxus kemudian mengangkat wajahnya.

"Ada satu orang." Ia bangkit dan segera keluar ruangan. Yang lain saling menatap lalu mengikuti sang pemimpin Varia.

Mereka berjalan semakin dalam ke markas Varia. Perlahan lampu semakin redup ke dalam. Tsuna kemudian mendengar Levi-A-Than berbisik pada Lussuria.

"Oi, apa benar boss akan meminta 'orang itu'?"

"Maa, maa, Levi. Memangnya untuk urusan informasi siapa lagi yang bisa diandalkan selain 'dia'? Kau sendiri tahu itu~"

Seluruh guardian Vongola semakin penasaran. Mereka tak banyak mengetahui anggota Varia yang lain sehingga mereka tak memiliki gambaran siapa yang dimaskud Xanxus. Mereka berhenti di depan sebuah pintu besi dengan sensor di pintu. Xanxus menekannya sesaat sebelum pintu terbuka. Saat mereka masuk, sontak para guardian Vongola dan Dino membelalak.

Di dalam ruangan yang jauh tersembunyi, terdapat sebuah ruang kontrol sistem. Hanya ada beberapa orang di sana, dan sebuah kursi di depan monitor yang besar. Xanxus segera mendekat dan menendang kursi itu membuat semua sontak bergidik, ditambah kursi itu—bukan, orang yang duduk di kursi itu memekik.

"ADUH! Sialan kau, Xanxus! Bisa gak sih masuk lebih damai gitu?!" suara dengan logat yang cukup unik protes kepada sang bos Varia yang hanya disapa cibiran dan tangan yang dilipat. "Kau punya pegunjung."

"Hah? Jam segini?" sosok itu menoleh. Ia langsung membulatkan mata dan berdiri. Jujur saja, semua guardian Vongola dan Dino siap akan kemungkinan apapun namun mereka jelas tidak berekspektasi bahwa di balik kursi itu adalah sosok anak perempuan yang bahkan tak lebih tinggi dari Fran dengan rambut pirang platina dikepang dua dan dibentuk melingkar. Senyuman cerah menggantikan wajah protesnya.

"Welcome to Varia Central System: Shoko's Lab! Jarang sekali ada pengunjung kemari. Wah, wah, bukankah ini Vongola ke-10 dan guardiannya? Ah, ada Don Cavallone juga~ mimpi apa aku semalam mendapat tamu sehebat ini?"

"Ini Shoko." Xanxus menunjuk perempuan itu. "Dia yang bertanggung jawab atas semua sistem keamanan Varia, dan orang yang bisa kau suruh membuntuti siapapun."

"Ucapanmu itu membuatku terdengar kayak stalker, tahu gak?" Shoko mencibir. Dino mengerjap sebelum ia mengingat sesuatu.

"Benar, kau Shoko Sievonne!"

"Ah, no no, Don Cavallone." Dalam sekejap mata, gadis itu sudah berdiri di depan Dino dan menaruh telunjuk di bibir Dino, menyunggingkan senyuman.

"Kita tak menyebutkan nama itu di sini." Tatapan mata hazel beradu, iris hazel dingin milik Shoko seolah menembus pertahanan Dino, membuatnya menelan ludah.

"Eh uh…baik." Dino terbata. Mendengar perkataan Dino, gadis itu tersenyum dan mundur, lalu berjalan kembali menuju mejanya.

"Terus? Kenapa mereka mencariku? Gak mungkin kalian datang karena tahu siapa aku, jadi ini pasti ulah Squ dan Xanxus." Gadis itu duduk kembali. Sejenak, Tsuna dan yang lain agak terkejut betapa santainya gadis ini pada Xanxus.

"Umm… sebelumnya maaf bila ini tidak relevan dengan apa yang kita butuhkan tapi, Dino-san. Kau tahu orang ini?" tanya Tsuna.

"Dia pernah masuk ke sekolah mafia. Sejak mungkin usia SD? Dia dekat dengan Xanxus sejak dulu, begitupula dengan Squalo."

"Hah?! Maksudmu mereka teman masa kecil?!" Gokudera menjerit kaget yang disapa tawa dari gadis mungil itu.

"Astaga, kata-kata itu kayak sentimentil banget! Gimana, Xanxus? Apa kita teman masa kecil?" Shoko bertanya pada Xanxus yang langsung mendecak.

"Kalau diminta aku tidak akan mau bertemu denganmu dulu."

"Cih, gak seru." Shoko berbalik ke arah Tsuna. "Tapi, ucapannya benar. Aku murid di sekolah mafia hingga lulus."

"B-begitu…lalu kenapa kami baru tahu mengenai dirimu?" tanya Tsuna.

"Tentu saja karena tugasku ada di balik layar!" Shoko memamerkan giginya. "Memperhatikan dan memperbaiki semua sistem keamanan markas, mencari informasi akan target kami selanjutnya, semua pekerjaanku!" mendengar penjelasan itu, yang lain ber-oohh ria.

"Oke, cukup tentangku. Apa yang kalian butuhkan?"

"Emm… apa…kami harus menjelaskan dari awal?" tanya Tsuna. Shoko menggumam.

"Katakan saja apa yang kalian butuhkan, informasi lain bisa didapat seiring waktu."

"Baik kalau begitu, apa yang kau ketahui tentang Camorre famiglia?"

"Hmm… hampir semua." Shoko berbalik dan memainkan komputer di mejanya. Ia kemudian menunjukan banyak file mulai dari dokumen hingga rekaman video. "Aku baru saja ingin memberitahu ini padamu, Xanxus. Tapi karena sudah larut kupikir kau gak mau diganggu." Xanxus hanya berdecih.

"Camorre famiglia, seharusnya sudah dihabisi atas tuduhan penculikan dan percobaan ilegal mengenai penciptaan flame yang baru. Awalnya aku gak tertarik melihat lagi, tapi kemudian aku lihat ada notifikasi pergerakan aneh di daerah Timur, markas lama Camorre famiglia yang harusnya ditinggalkan 30 tahun lalu setelah bos ke-8nya meninggal."

"Jadi begitu, mereka beroperasi di sana dan markas utama dijadikan pengecoh." Komentar Bel. "Shishishi, pangeran tidak suka cara main makhluk jelata pengecut itu."

"Tapi senpai sendiri tak banyak melakukan apa-apa di misi ini." Dan satu pisau menancap di topi kodok besar milik Fran.

"Pergerakan dimulai baru 5 hari lalu, sehingga aku tak bisa memastikan. Tetapi radar terbaru mereka adalah mereka sempat tiba di hutan dekat headquarter Vongola. Dan karena kalian ada di sini, berarti mereka benar bergerak lagi." Shoko memutar kursinya menghadap yang lain. "Jika kalian tanya itu, maka sejauh ini hanya segitu informasi yang ada."

"Tetapi kau bilang kau tahu hampir semua, berarti kau tahu seperti apa kondisi internalnya?" tanya Dino. Shoko memundurkan posisi tubuhnya dan menggumam.

"Kalau aku bilang aku dan Donna Camorre dulu teman dekat, termasuk tidak?"

"Donna Camorre?" tanya Dino. Shoko kembali ke komputernya dan membuka file biodata. Terlihat sosok wanita cantik berambut emas dengan mata hijau.

"Bos ke-9 Camorre famiglia, Sheila Camorre." Shoko melanjutkan. "Setelah bos ke-8 meninggal, ia mengambil alih seluruh Camorre famiglia."

"Jadi, apa dia yang memulai percobaan flame aneh itu?" tanya Yamamoto.

"Sayangnya tidak." Ujar Shoko. "Percobaan ini sudah dilakukan sejak jaman bos ke-6 mereka. Tetapi kalau penculikan memang baru-baru ini."

"Umm… lalu, karena kau dulu teman dekatnya jadi kau tahu kenapa dia melakukan itu kan?" tanya Dino. Shoko hanya menggeleng.

"Bukannya nyinggung, tapi kayaknya menjelaskan perasaan perempuan ke Don Cavallone terlalu rumit." JDERR kalimat itu langsung menusuk hati Dino.

"Permasalahannya begini, Shoko-san." Tsuna maju untuk menjelaskan. "Baru-baru ini, anggota kami ada yang diculik. Dan dugaannya adalah, dikarenakan pelaku memiliki dendam pada Dino-san."

"Anggota kalian?" Shoko memperhatikan semua guardian yang ada. "Semuanya ada, kecuali bocah sapi yang harusnya sudah tidur jam segini, dan kepala mangkok. Oh, Hibari Kyouya? HAH, makhluk macam apa yang bisa menculik manusia spek tanker begitu?!"

"Uumm, aku anggap itu pujian untuk Hibari-san tetapi begitulah kenyataannya. Ceritanya jauh lebih rumit, tetapi singkatnya Hibari-san bersama dengan anak kecil dan untuk melindunginya ia juga turut terseret masalah ini." Jelas Tsuna. Shoko menggumam.

"Hm hm, aku sudah dengar hubungan Don Cavallone dengan cloud guardianmu. Kalau begitu, sederhana saja. Dia melakukan itu karena hubungan kalian." Tukas Shoko.

"Tetapi, apa hubungannya dengan dia? Kenapa dia harus melakukan hal ini?!" Dino berteriak frustrasi. Shoko mengangkat alis.

"Eh lho? Don Cavallone, memang kau sudah lupa?"

"A-apa…?"

"Bukannya kau pernah menolak lamaran pernikahan dari Camorre famiglia?"

~~oo00oo~~

"Bagaimana aku bisa lupa…" Dino mengacak rambutnya sementara yang lain menatapnya antara prihatin atau bingung.

"Tapi, bukannya Dino-san sering menolak lamaran dari famiglia lain? Kenapa yang ini sampai sebegitunya?" tanya Yamamoto.

"Hmm, kalau dilihat dari dokumen ini sih mereka sengaja datang melamar saat pesta tapi kau menolaknya di depan umum." Gokudera membaca print file yang diberikan oleh Shoko. "Dan oi! Dari mana kau dapat dokumen selengkap ini?!"

"Tentu saja dengan caraku. Meretas sistem kamera dan komputer pusat manapun itu hal yang gampang. Aku tahu kalian lagi di mana, bersama siapa, pernah melakukan apa di tanggal spesifik, begitulah~" Shoko terkekeh. Mendengar itu, segenap guardian Vongola membuat catatan dalam hati untuk meminta Spanner dan Shoichi meningkatkan keamanan perangkat mereka.

"Tetapi khusus untuk ini, sebetulnya aku sendiri hadir di pesta itu. Itu pesta perjamuan Cavallone, benar?" tanya Shoko. Dino mengangguk.

"Saat itu aku sudah bersama dengan Kyouya. Aku tak spesifik menyebutnya, tetapi kurasa ia bisa mencari tahu seberapa sering aku bertemu dengannya." Dino menghela napas. "Sial… sial sial sial!"

"VOOI! Tenangkan dirimu, kuda bodoh!" Squalo membentak. "Tidak ada gunanya meratapi itu sekarang!"

"Kufufu, lalu? Kau bilang kau dekat dengan Donna Camorre, apa dia memberitahukan sesuatu?"

"Sejak aku resmi menjadi bagian Varia hubungan kami merenggang." Shoko mengangkat bahu. "Tetapi, sebagai sesama perempuan, aku mengerti perasaannya yang ingin menghancurkanmu begitu."

"Tung-tunggu, kenapa begitu?!" Dino protes dan membuat Shoko tergelak.

"Habisnya ditolak di depan umum begitu siapa sih yang gak malu? Ah, tapi tenang aku bukan tipe yang saking sakit jiwanya langsung memburu orang begitu kok." Ujarnya yang entah menenangkan siapa.

"Masih ada satu hal," Gokudera menaruh kembali dokumen ke atas meja. "Apa hubungan dendam wanita sinting itu dengan percobaan flame mereka?"

"Hmmm… entah?" Shoko berputar-putar di kursinya. "Siapa tahu itu Cuma melanjutkan proyek lama saja? Kan sudah kubilang, mereka sudah membuat proyek itu sejak generasi ke-6 mereka. Untuk kenapa ia sampai menculik cloud guardianmu, aku tidak tahu keadaan ketika mereka diculik sehingga perkiraanku hanya mengaitkannya dengan dendam yang ia miliki. Meski jujur saja, cara itu terlalu terang-terangan untuknya."

"Tapi… Felicia bilang tadi bahwa pelaku hanya ingin menculiknya." Ryohei mengingat-ingat.

"Apa mungkin… Hibari-san hanya berada di tempat dan waktu yang salah?" Tsuna berbisik ragu

"Jadi target mereka sesungguhnya Felicia?" Dino semakin kebingungan. Kenapa semua ini jadi sangat rumit.

"Kalian semua terlalu banyak berpikir, sampah." Xanxus mendengus. "Justru aku memberitahu kalian akses informasi rahasia supaya kalian tidak usah berspekulasi tak perlu."

Yang lain mengerjap, lalu menatap Shoko. Shoko sendiri hanya tersenyum.

"Jadi, apa perintah untukku bos?"

"Masuki sistem Camorre famiglia. Cari semuanya. Simpan buktinya. Karena kita akan menghabiskannya kali ini."

"Roger that."

Shoko segera bangun dari posisinya dan meregangkan bahunya.

"Nah, aku sudah mendapat perintah kerja. Mohon maaf, kalian tidak bisa terus di sini. Tetapi jika pekerjaanku selesai akan kuberitahu lagi kok~" Shoko melambaikan tangannya.

"Terima kasih banyak, Shoko-san. Mohon bantuannya." Tsuna mengangguk lalu ia dan para guardiannya segera meninggalkan ruangan. Tepat setelah mereka melangkahkan kaki ke luar pintu, pintu terkunci dari dalam.

"Terima kasih banyak, Xanxus." Tsuna melanjutkan dan hanya disapa delikan mata.

"Kalau sampai Vongola dan Cavallone hancur hanya karena satu perempuan sampah menaruh dendam, maka aku sudah salah membiarkan Vongola jatuh ke tanganmu." Xanxus kemudian melangkah menjauh.

"TEME! Apa maksudnya itu?!" Gokudera mendecih kesal.

"Ahahaha maa, maa. Gokudera…"

"Nah, sudah larut jadi semuanya segera kembali ke ruangan masing-masing yaa~ ayo ayo~" Lussuria menginstruksikan mereka untuk kembali ke ruangan mereka. Satu per satu mereka berpisah ke ruangan masing-masing tanpa ada kata yang tertukar.

Dino tidak kembali ke ruangannya. Ia memasuki ruang rawat Hibari dan menemukan kedua sosok yang ia cintai masih terlelap. Dino kembali duduk di kursi kecil di sisi ranjang dan mengelus rambut Hibari sebelum mengecup keningnya.

"Jika memang aku harus membakar dunia ini untukmu, untuk kalian… maka akan kulakukan."

~~~TO BE CONTINUED~~~

Lala: Hewwooo readers… etto… Dee, lu aja yang ngomong

Dee: E-eeeeehhh? Dee yang ngomong? Dee harus ngomong apa ssu? Lala-chan aja deh...

Lala: Gue gamau ngomong ssu apa yang harus gua bilang setelah sekian tahun lamanya?!

Dee: Eetttoooo, nyapa reader dan kasih hint ending fic ini?

Lala: Lo nyadar kan ni fanfic juga belom ada hilal endingnya

Dee: Ha-habisnya...ceritanya semakin bertambah seru dan ide-ide baru terus bermunculan sih...

Lala: Ttaku yaudah deh. Okeh readers begitulah chap kali ini!

Dee: Semoga suka ssu...

Lala: Makin puyeng aja ya plotnya. Authornya aja juga bingung dan lupa lho

Dee: Tehehehe... Btw lala-chan, itu ada oc baru nyempil...

Lala: Shoko ya? Dia OC iseng-iseng dari project gue yang lain Cuma keknya seru aja kalo ditambah ke sini juga XD Kalo gak kebayang mungkin mukanya paling deket itu kayak Nanakusa Nazuna dari Yofukashi no Uta

Dee: ...itu... Siapa lagi? Dee mulai introvert ssu...

Lala: Ohiya bales review gils udah lama ga maen FFn okeh here we go

Rei030: Ha? Pengumuman apa? Pengumuman kita udah gak gila lagi kah? Itu sih masih lama

Dee: Dee gak gila ssu!

Lala: Gausah denial lu tambah gila. Oke, tenang aja kita usahain update kok, Rei-san

Dee: Semoga menikmati chapter ini Rei-san... Eh ini cuma Rei-san aja yang perlu dibales review nya?

Lala: Kita kelamaan update sih keknya author KHR juga mulai punah ssu

Dee: Pu-pu-punah? Eeeeehhhhhh? Iyadaaaa ssu! Huweeeehhh...

Lala: Eh? Punah ato pindah ke AO3 ya? Gatau deh ya tapi ya segitu dulu readers-tachi semoga puas!

Akhir kata, review kudasai!