Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto

Spy x Family: Tatsuya Endo

.

.

.

Pairing: Naruto x Yor

Genre: romance/fantasy/adventure

Rating: T

Setting: AU (Alternate Universe)

.

.

.

Snowland's Sunrise

By Hikayasa Hikari

.

.

.

Chapter 2. Partner

.

.

.

Wilayah yang diselimuti pepohonan hijau, telah diterangi sang mentari. Pagi yang segar dengan iringan awan-awan, bersatu dalam kehangatan matahari. Menyapa dua insan berbeda gender yang kini berdiam di suatu tempat di hutan.

Ada lapangan rumput yang terbuka dengan dikelilingi pepohonan bertubuh kurus. Di dekat salah satu pohon itu, seseorang duduk di batang pohon, sembari memperhatikan Naruto. Seseorang yang berpakaian serba hitam-merah.

"Dia sudah sadar," bisik seseorang menyadari tubuh Naruto yang bergerak.

Naruto yang tak sadarkan diri karena syok akibat jatuh dari jurang, membuka matanya lebar-lebar. Menyadari langit biru yang sangat cerah. Merasakan kehangatan yang menusuk kulitnya.

"Hah? Sudah pagi, ya?" tanya Naruto tersentak bangun dan terduduk. Celangak-celinguk. "Ayah, maafkan aku karena aku telat bangun lagi. Jangan hukum aku..."

Ucapan Naruto terputus saat pandangannya tertancap pada orang yang kini berlutut di hadapannya. Matanya melebar lagi karena menyadari ada seorang gadis cantik yang menghampirinya.

"Ha ... Hai, kau tidak apa-apa, 'kan?" tanya gadis yang membuka tudung mantelnya dari kepalanya. Sehingga Naruto bisa melihat rambut hitamnya yang diikat menyerupai konde.

Naruto sedikit membeliakkan matanya. "Uhm, aku tidak apa-apa."

"Semalam itu, aku kaget sekali saat melihatmu jatuh dari jurang. Karena itu, aku langsung menolongmu."

"Oh, ya, aku tidak sadar saat jatuh ke jurang karena mencari ayahku." Naruto spontan berdiri. "Ayah! Aku harus segera mencarinya sekarang!"

Langkah Naruto hendak terayun, tetapi karena perutnya tidak merasa nyaman, menghentikan niatnya itu. Kedua tangannya refleks memegang perutnya. Menundukkan kepala.

"Kau bisa memakan ini," tawar gadis itu, menampilkan senyum yang menawan. Menyodorkan kotak plastik yang berisikan makanan menyerupai sandwich.

"Ini makanan apa?" tanya Naruto menunjuk makanan itu.

"Ini namanya Hoddotte, makanan khas kerajaan Helios."

"Apa? Kerajaan Helios?"

"Ya, memangnya kenapa?"

"Kita berada di mana ini?"

"Hutan utara di kerajaan Helios."

Naruto membesarkan mata. Tercengang. Sementara gadis itu juga ternganga.

"Aku tersesat!" teriak Naruto menjambak rambutnya sendiri. Suaranya keras menggelegar, mengagetkan beberapa burung yang hendak hinggap ke dahan pepohonan.

"Memangnya kau mau kemana?" tanya gadis itu bermuka polos.

"Mau mencari ayahku. Dia sudah pergi meninggalkanku."

"Memangnya ayahmu pergi kemana?"

"Itu dia..."

Naruto ambruk. Terduduk di tanah berlapis rerumputan. Mencengkeram mantel milik ayahnya. Merasakan kehangatan yang semakin tidak menenangkan hatinya.

"Aku bisa saja membantumu mencari ayahmu. Itu kalau kau mau," tawar gadis itu sekali lagi, ikut duduk di samping Naruto. Tetap menyodorkan makanan ke arah Naruto. "Lebih penting lagi, kau harus mengisi perutmu itu dulu."

Naruto mengangguk. Langsung menyambar makanan itu tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Mengikuti apa yang diperintahkan ayahnya; diam selama makan.

Gadis itu tersenyum, memeluk kedua lututnya. "Namaku Yor Briar. Aku seorang pengembara. Kalau namamu..."

Naruto menempelkan telunjuk kirinya ke bibirnya. Mengisyaratkan Yor Briar agar tidak mengajaknya berbicara. Yor mengerti itu, langsung mengangguk.

Naruto makan tidak terlalu lama. Yor sudah menunggunya, tidak sabar ingin mengetahui siapa dirinya. Tidak lupa, Yor menyodorkan minuman air bening miliknya yang tersimpan di botol kulit, kemudian Naruto langsung meminum air itu.

"Namikaze Naruto," ujar Naruto usai minum, "Yor Briar ... Persis yang dikatakan ayah, orang-orang yang tinggal di kerajaan Helios, menggunakan nama yang berbeda dibanding kerajaan Selena. Tapi, mukamu lebih mirip dengan muka orang kerajaan Cellena."

"Kau juga. Wajahmu mirip dengan wajah orang-orang di kerajaan Helios. Tapi, namamu, nama orang kerajaan Cellena," balas Yor tetap bertampang polos.

"Mungkin keluargaku berasal dari kerajaan Helios."

"Berarti aku juga mungkin berasal dari kerajaan Cellena."

"Mungkin saja."

Naruto dan Yor tersenyum. Wajah mereka berseri-seri. Baru saja berkenalan, mereka seperti sahabat lama yang baru saja bertemu karena terpisah cukup lama.

"Wah, semakin panas saja, ya?" Naruto melepaskan mantel yang menutupi badannya. Hanya tinggal pakaian sederhana yang dipakainya kemarin itu.

"Panas? Apakah cuacanya semakin panas?" Yor sedikit membulatkan mata. Memperhatikan wajah Naruto. Keringat sudah turun dari sela-sela rambut pirang Naruto.

"Ya."

"Bagaimana rasanya perasaan panas itu?"

"Eh? Kenapa kau menanyakan itu?"

"Itu ... Aku tidak bisa merasakan perasaan panas itu."

Yor mendekap dirinya sendiri. Mukanya sedikit memerah karena merasa tidak percaya diri. Kepalanya menunduk. Hanya merasakan dingin bagai es yang menyelimuti dirinya.

Naruto diam. Ternganga. Menyadari Yor juga memiliki keanehan seperti dirinya. Memegang bahu kanan Yor sehingga Yor menoleh ke arahnya.

"Aku juga tidak merasakan perasaan dingin itu ketika berada di lingkungan bersalju," ungkap Naruto melembutkan mata, "ternyata apa yang dikatakan ayah itu benar, bahwa aku bisa merasakan perasaan panas saat berada di lingkungan cerah."

Yor semakin membesarkan mata. "Kau ... mengalami kebalikan yang kualami. Justru aku merasa dingin seperti es di lingkungan seperti ini. Karena itu, aku mencari tahu apa yang menyebabkan keanehanku ini."

"Aku juga ingin mencari tahu apa yang menyebabkanku menjadi aneh begini."

"Kalau begitu, kau harus menjadi partner-ku!"

"Partner?"

Yor mengangguk. Mukanya yang semula suram, kembali bersinar. Mengharapkan Naruto menyetujui permintaannya.

Naruto tersenyum. "Ya. Aku mau saja menjadi partner-mu. Itu yang kau tawarkan sebelumnya, 'kan?"

Yor mengangguk, turut tersenyum. "Ya."

"Baiklah. Kita menjadi partner sekarang."

Naruto dan Yor berjabat tangan tanda dimulai hubungan partner di antara mereka. Diam-diam, sesuatu telah terjadi saat kedua tangan mereka terkait. Mereka merasakan gejolak listrik yang seolah menggetarkan tubuh masing-masing. Refleks tangan mereka menjauh.

Naruto merasakan tangan kanannya dingin bagai diterpa es. Sebaliknya, Yor merasakan panas seperti dibakar api. Mereka melihat antara satu sama lain. Syok sekali.

"Hei, tanganku jadi sakit begini!" seru Naruto merasakan tangan kanannya sedikit kaku, sulit digerakkan.

"Ta ... tanganku juga terluka," balas Yor mengelus tangan kanannya yang sedikit melepuh.

"Kau ... sebenarnya siapa?"

"Aku..."

Yor memutuskan perkataannya karena menyadari sesuatu yang meluncur ke arahnya. Instingnya yang sangat tajam, menariknya untuk memunculkan dua senjata pamungkasnya di dua tangan yaitu dua jarum emas berukuran melebihi telapak tangannya.

Yor berdiri, langsung menangkis dua panah dengan senjata-senjatanya. Kecepatan kedua tangannya tidak bisa terlihat oleh mata biasa. Namun, Naruto bisa melihat dua panah tadi membeku, kemudian terbakar hebat di udara.

Sesuatu yang tidak lazim terjadi di hadapan Naruto. Bagaimana es bisa berubah fungsi menjadi membakar? Bukan membekukan. Hal itu mengingatkan Naruto dengan dirinya.

"Seperti biasa, Thorn Princess tidak bisa dikalahkan," kata seorang pria bermantel hitam muncul dari balik pohon. Topeng yang berwarna senada dengan mantelnya menutupi wajahnya.

"Kau lagi ... Twilight!" pekik Yor melototkan mata, "jangan ikuti aku lagi!"

Yor tiba-tiba menghilang dari samping Naruto. Sehingga Naruto kehilangan dirinya, menyadari dirinya sudah menyerang orang yang disebut Twilight itu. Mata Naruto membulat sempurna saat melihat Yor melompat salto dan melakukan tendangan ke bawah. Tendangan itu tidak mengenai Twilight karena Twilight melompat ke belakang untuk menghindarinya. Kemudian kedua tangan Yor yang tetap menggenggam dua senjata, meluncur ke bawah.

Ujung dua senjata Yor yang runcing, menancap ke tanah. Menyebarkan manna biru yang menjadi es di permukaan tanah, meluas hingga beberapa meter. Sedetik kemudian, es itu meledak dan membakar habis pepohonan.

Twilight tadi berlari menjauhi Yor sebelum Yor melakukan serangan tadi. Kini dia berdiri di batang pohon, tak jauh dari lokasi pembakaran. Mukanya pucat pasi.

"Sial, aku tidak sanggup lagi menghadapi Yor," ucap Twilight membuka topeng dan tudung kepala mantelnya. Memperlihatkan muka tampan dan dingin. Hela napas berat terdengar dari hidungnya.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

A/N:

Hai, saya lanjutkan lagi ceritanya. Bagaimana pendapatmu tentang cerita ini? Terima kasih.

Dari Hikayasa Hikari.

Rabu, 12 September 2023