Disclaimer : Not my Own
OP! Harem! Inc! Lemon! Bashing! Gaje! Alur Berantakan!
"Hah" Helaan nafas terdengar dari bibir Naruto. Surai pirang pucat dengan aksen sedikit merah tertiup angin. Wajah tampannya terlihat menikmati belaian angin dengan mata tertutup dan senyum simpul.
Sudah 4 tahun semenjak ia dan keluarganya meninggalkan Konoha untuk berkelana dan mengenalkan dunia luar pada Naruto. Selain untuk berkelana dan mengenal dunia luar, keluarganya melakukan hal ini untuk melatih Naruto. Dan selama empat tahun ini pula kemampuannya berkembang cukup pesat. Ia ingin menjadi seperti kaa-sannya yang ahli dalam Iryojutsu. Mungkin pada awalnya ia sedikit kesulitan dalam kontrol chakranya karena kapasitasnya yang di atas normal anak anak usianya. Tapi dengan giat dan tekun, akhirnya ia menunjukkan perkembangan meskipun terbilang cukup lambat dibandingkan dengan jutsu lainnya.
Ia juga ingin menjadi seorang ahli Kenjutsu sama seperti bibinya. Ia merasa sangat senang ketika bibinya memutuskan untuk melatih dirinya secara langsung, terlebih ia diberikan sebuah katana pada ulang tahunnya yang ke 12, dua tahun sejak kepergian mereka dari Konoha.
Kapasitas chakra yang cukup besar membuatnya juga ingin ahli dalam ninjutsu. Beberapa ninjutsu dasar telah ia kuasai selama pelatihannya ini. Terlebih dengan bantuan Kage Bunshin yang membantu memangkas waktu pelatihan yang seharusnya 4 tahun menjadi 2 tahun. Ia sangat terbantu dengan jutsu itu, kontrol chakranya meningkat pesat meskipun belum mendekati kontrol seperti kaa-sannya.
"Nee, Naru-chan? apa yang sedang kau lakukan di situ?" Naruto yang mendengar seseorang bertanya padanya, membuka mata dan menoleh ke sumber suara.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, Shizu-nee" Naruto terlihat menggerutu dan tidak senang dengan panggilannya itu.
Shizune yang mendengar gerutuan Naruto hanya tertawa dan berjalan mendekat lalu duduk di samping Naruto. Naruto kembali memejamkan matanya menikmati semilir angin.
Shizune Kato, wanita yang sudah Naruto anggap seperti Nee-sannya ini selalu ada ketika ia membutuhkannya, terlebih ketika kaa-san dan bibinya sedang dalam misi. Maka Shizune yang menemaninya.
"Sebentar lagi, kita kembali ke Konoha, nee Naruto."
"Hai, nee-san. Aku sudah tak sabar untuk menjadi Shinobi kuat seperti kalian." Kata Naruto ringan, ia menoleh ke arah Shizune yang duduk di sampingnya. Saat ini ia mengenakan kimono hitam khasnya, surai hitamnya sedikit lebih panjang dan mencapai pundak. Kulit putihnya terlihat bersih dan sepatu ninjanya terlihat ia kenakan seperti biasanya. Shizune telah bersama dengan kaa-sannya semenjak ia kecil, ia menjadi murid sekaligus orang kepercayaannya. Di samping itu pula, ia menjadi penengah ketika kaa-san dan bibinya mulai bertengkar karena masalah sepele. Mereka berdua memang punya temperamen yang tinggi dan sulit untuk berada di satu ruangan yang sama dengan waktu lama. Kembali ke Shizune, Nee-sannya ini menjadi wanita yang menarik dan memiliki tubuh yang bisa dibilang diimpikan banyak wanita. Lekuk tubuhnya menjadi pemandangan bagi para pria ketika mereka berjalan. Terlebih kimono yang ia kenakan tak menutupi keindahan tubuhnya (Shizune Road to Ninja).
"Jadi, dimana Kaa-san, Shizu-nee?" Tanya Naruto.
"Tsunade-sama sedang berada di kota, entah apa yang ia lakukan." Jawab Shizune. "Mungkin sedang di tempat judi karena akan sulit ia lakukan ketika kita kembali ke Konoha nanti."
Naruto yang mendengar perkataan Shizune hanya menggelengkan kepala. Kebiasaan dari kaa-sannya tak pernah berubah, meskipun tak pernah menang. Pernah suatu ketika ia diajak oleh Tsunade ke tempat judi dan betapa terkejutnya Tsunade, keberuntungan Naruto sangat tinggi tak seperti dirinya. Di hari itu, Tsunade memenangkan semua permainan di tempat itu berkat Tsunade, membuatnya bisa membayar hutang yang selama ini ia punyai. Bibi Naruto yang mengetahui hal tersebut tak membenarkan kelakuan Tsunade dan terjadi keributan di antara keduanya. Beruntung Shizune melerai mereka berdua. Naruto yang saat itu masih polos dan tak mengerti apa - apa hanya diam melihat pertengkaran dan adu mulut antar keduanya.
"Lalu, dimana baa-san?" Tanya Naruto kembali.
"Entahlah, mungkin menjalankan misi yang Sandaime berikan."
Selain untuk melatih Naruto, mereka juga secara berkala menjalankan misi yang diberikan oleh Sandaime. Dengan demikian pula mereka mendapat pemasukan, meskipun menjadi keturunan Senju, harta bukanlah hal yang sulit bagi mereka.
"Jadi apakah kau sudah berkemas, Naruto?"
"Aku sudah berkemas dan menyegel semua di sini, Shizu-nee" Naruto menunjukkan gulungan kecil dan ia segel ke fuin di lengannya. Shizune menganggukkan kepalanya. Naruto sebagai keturunan Uzumaki juga dilatih oleh bibinya fuinjutsu. Beberapa fuin telah ia kuasai, dan juga ia tidak membutuhkan kantong ninja lagi untuk menyimpan peralatan ninjanya.
"Yosh, ku kira, kita harus menyusul Tsunade-sama dan segera berangkat." Shizune beranjak dari duduknya diikuti Naruto, mereka akan ke kota untuk menyusul Tsunade dan berharap tidak terjadi apa - apa padanya, yah mungkin tak kan terjadi apa apa juga, siapa juga yang berani melawan salah satu Sannin terkuat dengan temperamen tinggi sepertinya.
"Oink" Tonton yang sedari tadi diam menampakkan keberadaannya.
xXx
"Fuhh..." Sandaime menghisap pipa rokoknya perlahan. Tumpukan kertas terlihat di meja kerjanya. Raut wajahnya memperlihatkan ketenangan dan pengalaman bertahun tahun dalam melewati Perang Dunia Shinobi.
Tap
Tap
Tap
Langkah kaki terdengar di luar ruangan Hokage. Kemudian pintu terbuka memperlihatkan seseorang yang seumuran dengan Sandaime. Ia memegang tongkat dengan salah satu lengan terbungkus pada sebuah pakaian. Tanda luka dagu menyilang menjadi ciri khas orang ini dengan salah satu mata ditutupi perban.
"Setidaknya ketuklah pintu dahulu sebelum masuk, Danzo." Danzo tak mengindahkan perkataan Sandaime dan tetap masuk ke dalam.
Sandaime yang merasa pertanyaannya diabaikan hanya diam "Ada apa kau datang kemari?, untuk seseorang yang sangat senang di dalam kegelapan muncul dan menampakkan diri."
Kembali sindiran Sandaime kembali tak digubris oleh Danzo. Ia berjalan mendekat ke arah jendela dan memandangi desa Konoha yang ramai akan hiruk pikuk aktivitas.
"Fuhh..."
"Pohon yang kuat perlu akar yang kuat dalam menopangnya." Danzo berkata. "Mereka akan segera kembali." Danzo berbalik dan menoleh ke arah Sandaime.
Tak perlu dijelaskan, Sandaime paham akan maksud perkataan Danzo. Awalnya ia merasa keberatan karena harus mengizinkan mereka pergi, namun akhirnya ia izinkan dengan syarat mereka harus kembali ketika Ujian Chunnin yang diadakan di Konoha dan harus menjalankan misi yang ia berikan sekaligus mengirimkan informasi tentang perkembangan dan dunia luar tembok Konoha.
"Ku rasa akan menarik melihat perkembangan anak itu nantinya." Danzo kembali berbicara. Dahulu ia menyarankan untuk Naruto berada dalam bimbingannya dan ia latih namun dengan ancaman dari Tsunade dan hunusan pedang bibinya, membuatnya mundur. "Sebagai seorang keturunan klan yang hampir punah, ia harus menopang pohon Konoha agar menjadi lebih kuat."
"Untuk kesekian kalinya, hentikan filosofimu itu Danzo." Sanggah Sarutobi. "Mereka yang bertarung demi desa membawa Semangat Api pada tiap diri mereka." Sandaime melirik ke arah Danzo.
Danzo hanya mendengus, Ia segera berbalik dan keluar dari ruangan hokage. Entah apa yang di pikiran dan jalan pemikirannya, selama ia bersama dan menjadi rekan satu tim nya dulu ia tidak menjadi sosok yang dingin dan misterius seperti sekarang ini.
"Bersiaplah Hiruzen, sesuatu yang besar akan terjadi sebentar lagi." Gumam Danzo yang tak begitu dipedulikan oleh Sandaime.
Semua berubah ketika saat itu mereka disergap oleh pasukan musuh dan Nidaime mengorbankan dirinya, terlebih sebelum itu, Nidaime menunjuknya sebagai Sandaime. Ambisi Danzo untuk posisi Hokage makin terlihat seiring berjalannya waktu. Ia memegang filosofi dimana Konoha harus menjadi desa ninja terkuat di Daratan Shinobi dan segala cara dihalalkan untuk dapat mencapai hal tersebut. Ia menggelengkan kepalanya, ia kembali menghisap pipa rokoknya. Ia sudah terlalu tua untuk mengisi posisi ini, dan harus segera mencari pengganti dirinya.
Entah bagaimana dirinya mengisi posisi hokage kembali ketika Yondaime mengalahkan Kyuubi dan mengorbankan nyawanya untuk melindungi desa. Ia merasa harus kembali mengambil tanggung jawab ini sebelum menemukan pengganti yang pantas untuk memimpin desa. Tak mungkin pula ia menyerahkan posisinya ini pada orang seperti Danzo. Ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekat ke arah jendela ruangan, memandangi keriuhan di desa Konoha. Terlihat beberapa wajah asing dari desa yang menjadi peserta ujian Chuunin tahun ini.
Ujian Chuunin kali ini diikuti oleh beberapa desa seperti Suna, Oto, Konoha dan beberapa desa kecil lain. Hal yang mengejutkan, desa Kiri mengirim perwakilannya yang pada saat ini mereka baru saja keluar dari Perang Saudara. Akan sangat menarik dan dinanti ujian Chuunin kali ini.
Tok
Tok
"Masuk"
"Maaf mengganggu waktunya Sandaime-sama. Ada surat dari Tsunade-sama." Seorang chuunin membawa masuk gulungan surat yang ia terima dari burung pembawa pesan Konoha dari Tsunade.
"Letakkan di atas meja."
"Hai." Chuunin itu meletakkan surat dan bergegas keluar dari ruangan hokage.
Sandaime berjalan ke arah meja dan membuka gulungan surat itu. Ia membaca surat itu dengan seksama dan matanya sedikit melebar mengetahui informasi yang ada di dalam surat itu.
"Fuhh, aku sudah terlalu tua untuk pekerjaan ini."
xXx
"Jadi kau dan Kisame harus ke Konoha. Pastikan bahwa Jinchuriki Kyuubi berada di sana dan awasi pergerakannya"
"Wah wah, mungkin akan menjadi kunjungan antara kakak dan adik."
"Diamlah, Kisame."
"Kita akan memulai sedikit lebih awal rencana kita. Jika kalian memiliki kesempatan, tangkap dia."
"Pekerjaan ini semakin merepotkan saja."
"Diamlah, Hidan. Kau menggangguku saat menghitung uang."
"Cih."
"Kita akhiri pertemuan kita saat ini, semuanya bubar."
Hologram mereka menghilang dan hanya meninggalkan dua orang sosok yang berdiri di kegelapan tempat itu.
"Kau bertindak terlalu cepat, Nagato." Pusaran angin muncul di belakang sosok bernama Nagato dan menampilkan sosok lain berpakaian hitam dengan topeng yang memiliki satu lubang, menampilkan mata sharingan.
"Lebih cepat dunia akan merasakan rasa sakit yang sesungguhnya."
"Jangan gegabah, jika rencana ini gagal. Kau akan mendapatkan akibatnya." Mata sharingan itu berputar perlahan, menatap tajam ke arah Pain.
"Kau tak perlu risau, Madara. Tidak ada yang bisa menghentikan dewa." Lawan bicara Madara membuka matanya dan menampilkan mata Rinnegan berwarna ungu dengan enam gelombang. Mata legendaris yang hanya legenda Rikudou Sennin miliki.
"Aku mengharapkan hasil bagus, Pain." Orang yang bernama Madara itu kemudian menghilang kembali ke dalam pusaran angin.
"Kita pergi, Konan."
Sosok lain yang sedari tadi diam dan mengamati hanya menganggukan kepala dan mengikuti Pain pergi.
"Pfffttty, betapa bodohnya mereka. Kali ini pasti tidak akan gagal seperti sebelumnya."
"Saaaaaaaa... ini akan menarik untuk di tunggu, apalagi tak disangka garis keturunan Senju masih berlanjut."
"Diamlah."
"Ne, jangan kasar begitu, Kuro."
"Kau berisik, Shirou."
"Kita tak perlu tergesa - gesa untuk pergi, Shizune." Ucap Tsunade. "Dan kau Naru-chan. Cepatlah ke sini, bantu Kaa-san mu memenangkan permainan ini."
"Ugghhh" Naruto hanya mengeluh pada Tsunade.
"Tapi, Tsunade-sama, kita perlu kembali untuk Ujian Chuunin untuk Naruto."
"Tak perlu kau risaukan itu. Aku sudah berbicara dengan Sensei, jika Naruto akan mendapatkan promosi Chuunin meskipun tak ikut ujian. Rahhhh Sialan..." Tsunade masih bermain dan mengalami kekalahan. "Terlebih Naruto membangkitkan itu."
Shizune menggelengkan kepalanya, Sensei-nya ini terkadang meremehkan hal sepele. "Dan berhentilah bermain, Tsunade - sama."
"Hei anak kecil dilarang masuk di sini."
"Diamlah, sialan. Mereka bersamaku."
"Kaa-san, sebaiknya kau berhenti bermain. Kita juga harus mencari Baa-san."
"Ckkk" Tsunade mendecih kesal. Tsunade yang sedari tadi bermain dan kalah akhirnya berhenti. "Kenapa aku tak punya keberuntungan milikmu, Naru-chan. Semua keberuntunganku kau ambil." Tsunade terus mengoceh dan keluar dari rumah permainan itu diikuti Shizune, Naruto dan Tonton.
"Yah itu benar. Aku lah keberuntunganmu, Kaa-san."
Tsunade yang mendengar perkataan Naruto berhenti mengoceh dan tersenyum simpul ke arah Naruto.
"Dan sungguh beruntungnya aku, punya seorang anak sepertimu, Nee... " Ucap Tsunade.
Naruto yang mendengar perkataan Kaa-san nya tersipu malu dan berjalan lebih cepat meninggalkan mereka berdua. Shizune hanya tertawa melihat interaksi keduanya. Sudah menjadi tontonan biasa baginya perilaku mereka berdua. Terlebih melihat Tsunade-sama yang lebih bergairah dan bersemangat, tak seperti kejadian ketika ia ditinggal oleh pamannya, Dan Katou.
"Heii, Naruto. Kenapa kau meninggalkan kami?"
Yah, hari - hari biasa untuk rombongan Senju.
"Kemungkinan kita akan pergi duluan, Tsunade-sama. Dia akan menyusul."
"Biarlah. Si sialan itu suka berkeliaran dan tak pernah bisa untuk diam." Shizune hanya menggelengkan kepalanya. Keduanya memang jarang sekali akur.
Beberapa saat kemudian mereka telah berjalan keluar dari kota tempat mereka singgah. Jalanan di sekitar mereka ditumbuhi pohon pohon besar. Memang mereka hanya akan melakukan perjalanan santai dan tak terburu-buru, jadi tak ada salahnya berjalan kaki dan tidak lari melompati pohon seperti yang para ninja lain lakukan.
"Jadi, Naruto. Bagaimana perkembangan kontrol chakramu?"
"Lebih baik, Kaa-san. Aku sudah bisa merasakan kalau aku tak mengeluarkan begitu banyak chakra ketika menggunakan jutsu."
Tsunade menganggukkan kepalanya. Tsunade bukanlah tipe seorang pengajar yang harus mengawasi anaknya ini setiap saat. Dia hanya akan memberikan petunjuk awal saja, selebihnya Naruto yang akan melanjutkannya sendiri. Meskipun demikian ia juga sangat heran bagaimana bisa Naruto menerima dan bahkan mengerti langkah - langkah selanjutnya. Bisa dibilang anaknya ini seorang jenius, meskipun jenius juga bisa dibilang tidaklah sempurna. Ia juga akan memberikan tugas mengawasi pada Shizune, dan tiap harinya akan bertanya pada Shizune tentang perkembangan latihan Naruto.
"Baguslah kalau begitu, lanjutkan saja latihanmu. Jika ada yang ingin kau tanyakan dan menemui jalan buntu. Jangan segan bertanya pada Kaa-sanmu ini." Naruto menganggukan kepalanya.
"Oh, iya Kaa-san"
"Hmm"
"Apakah kau yakin aku pantas menjadi Chuunin?, terlebih aku tidak menjadi Genin dan ikut ujian."
"Itu hanya formalitas belaka, Naruto. Melihat kapasitasmu sekarang, kau pantas mendapatkannya. Terlebih seorang Sannin langsung merekomendasikanmu." Jawab Tsunade. "Terlebih jika Sensei menolak permintaanku, akan ku bakar semua koleksi buku mesumnya."
Naruto hanya tertawa mendengar jawaban Tsunade. Kaa-sannya ini terkadang akan sangat mengerikan dan galak, namun juga akan sangat halus dan lembut jika dekat dengan keluarganya. Ia juga bercerita bahwa, Naruto ini mirip sekali dengan pamannya Nawaki. Naruto melirikkan matanya ke arah Tsunade. Ia tahu bahwa kaa-sannya ini menggunakan genjutsu (Pengakuan Tsunade) untuk menutupi penampilannya. Meskipun demikian, bisa dikatakan bahwa Tsunade masih terlihat sangat muda dan menggairahkan. Kimono abu abu dengan haori hijau bertuliskan 'Judi' menjadi pakaian yang selalu ia kenakan. Celana ninja biru dengan sepatu ninja ber hak tinggi menjadi pakaian kesehariannya. Tanda dahi berwarna biru terlihat serasi dengan mata coklat dan bibir merahnya, tak lupa surai pirang pucat yang Naruto dapatkan dari Tsunade. Dan yang pasti aset besarnya itu, yang membuat pria normal akan teralihkan, yah meskipun kedua anggota keluarganya yang lain juga memiliki aset besar di atas kunoichi pada umumnya. Naruto menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran kotor dari kepalanya.
Selama yang dia ingat, Naruto selalu dengan Tsunade, Shizune dan Baa-sannya. Sedari kecil ia juga jarang berinteraksi dengan dunia luar selama ia di desa Konoha dulu. Tsunade membatasi interaksi dengan dunia luar dan teman seusianya karena ia berpikir bahwa akan membawa pengaruh buruk baginya. Namun hal itu di sanggah oleh Shizune dan Bibinya. Naruto perlu berinteraksi dengan anak seusianya dan tidak di kurung dalam Komplek Senju.
Komplek Senju sendiri merupakan komplek klan Senju yang ada di bagian pojok desa. Komplek yang sepi karena hanya mereka berempat yang tinggal di sana. Karena hanya mereka jugalah keturunan terakhir dari klan Senju. Naruto akhirnya diperbolehkan untuk bermain keluar dari komplek setelah keributan panjang, yah meskipun tidak sampai menimbulkan pertumpahan darah.
Saat itu pertama kalinya ia keluar dari komplek dan ditemani oleh Shizune. Betapa senangnya dia bisa keluar dari komplek. Ia berlarian dan bersemangat mengelilingi desa, sampai akhirnya tiba di taman bermain. Banyak anak seusianya bermain di sana, sehingga ia memutuskan untuk bergabung. Sebelum ia keluar bermain, Tsunade berpesan padanya untuk tidak mengenalkan namanya secara lengkap. Hal ini ia lakukan untuk menjaga keamanan Naruto. Terlebih yang mengetahui keberadaan Naruto hanyalah beberapa orang terpilih dan menjadi informasi Tingkat S. Naruto hanya menganggukkan kepala, mengikuti permintaan Tsunade. Tsunade juga memerintahkan Shizune untuk mengawasi Naruto.
Hari itu Naruto bermain dengan sangat puas, ia mendapatkan teman baru dari berbagai klan Konoha. Nara, Akimichi, Yamanaka, Aburame, Inuzuka, Hyuuga dan yang terakhir Uchiha. Menyebutkan namanya saja membuat Naruto malas, entah memang gen Senju yang ada pada dirinya ketika berdampingan dengan seorang Uchiha. Menurut cerita Kaa-sannya, Senju dan Uchiha memang yang mendirikan desa Konoha, namun tak pernah benar benar damai di antara keduanya. Mereka dikenal merupakan musuh bebuyutan pada saat sebelum desa Ninja didirikan. Pertempuran demi pertempuran akan membuat mereka saling beradu di medan perang. Namun karena inisiatif dari kakek buyutnya, Hashirama Senju yang lelah dengan pertempuran tanpa akhir, ia mengajak pimpinan klan Uchiha saat itu, Uchiha Madara untuk membentuk sebuah desa Ninja dan menyatukan klan keduanya. Dan akhirnya Madara menerima. Penyatuan itu hanyalah politik belaka, apalagi masih banyak dari anggota klan yang belum setuju, terutama dari klan Uchiha. Meskipun demikian itu bukan masalah bagi Naruto, untuknya saat ini ia mendapatkan teman baru entah itu dari klan apapun. Dan tak lupa pula, ia hanya mengenalkan nama saja tanpa menyebutkan dari klan mana dia berasal.
Meskipun telah diperbolehkan untuk keluar bermain, Tsunade masih membatasi waktunya. Tsunade lebih memilih untuk Naruto berlatih dan bermain di dalam kompleks, karena ia masih takut akan kejadian yang hampir membuat Naruto di culik. Informasi ini memang Tingkat S namun masih ada kebocoran yang membuatnya waspada. Dan beberapa tahun berikutnya, dengan segala pertimbangan akhirnya mereka memutuskan untuk pergi keluar desa. Meskipun resiko informasi ini bocor semakin tinggi dan makin banyak orang mengetahui keberadaan Naruto. Tapi hal ini juga dilakukan untuk melindungi dan melatihnya. Terlebih para keparat itu akan berpikir dua kali untuk berhadapan dengan seorang Sannin dan Ahli Kenjutsu.
"Fuuhhhh, lihat siapa yang kita dapat di sini?"
Suara itu menyadarkan Naruto dari pikirannya. Ia menoleh ke sumber suara dan melihat beberapa orang bandit dan pemimpinnya seorang Ninja Buronan menghalangi jalannya. Naruto menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari keberadaan Tsunade dan Shizune, tapi nihil. Mungkin mereka tertinggal atau sedang melakukan sesuatu.
"Hmmm, Hei bocah, serahkan barang berhargamu."
"Dalam mimpimu." Naruto berkata datar. Ia sungguh malas menghadapi mereka - mereka ini. Situasi seperti ini, menghadapi seorang bandit merupakan hal yang wajar bagi Naruto. Ia mengingatkan beberapa tahun yang lalu, ketika ia harus membunuh untuk pertama kali, sungguh memori yang tidak bisa ia lupakan. Perlu beberapa hari baginya untuk kembali dari trauma itu, dan dengan bantuan keluarganya akhirnya ia bisa bangkit. Terlebih Tsunade memberikan alasan bahwa beginilah menjadi seorang Shinobi. Sejak saat itu Naruto sering diajak untuk menjalankan misi sekaligus melatih dirinya dalam menjalani dunia Shinobi.
"Menyingkirlah kalian. Aku tidak punya waktu untuk mengurusi kalian."
"Cih, jangan sombong bocah." Salah satu dari mereka merasa jengkel dengan nada bicara Naruto langsung berlari ke depan untuk menyerang Naruto.
Naruto dengan cepat mengeluarkan kunai dari fuin nya dan menangkis hunusan pedang bandit yang menyerangnya.
Trink...
Naruto berhasil menangkis lalu dengan cepat menendang bagian samping bandit dan membuat terlempar ke samping serta menabrak pohon.
Brak...
"Guhh" bandit itu langsung pingsan tak sadarkan diri.
"Mah... kurasa aku harus mengontrol kekuatan tendanganku."
"Cih. Serang dia!!" Pimpinan dari gerombolan itu memerintahkan anah buahnya untuk menyerang Naruto.
Naruto kembali bersiap dan memasang kuda kuda bertarung.
Trink...
Naruto menahan hunusan pedang salah satu bandit, belum sempat Naruto membalas, bandit lainnya datang dari samping dan bersiap menendang Naruto. Mengetahui hal itu, dengan sedikit dorongan, Naruto melompat mundur menghindari serangannya.
"Jangan lari bocah."
Tiba tiba dari arah atas, gumpalan api datang dengan cepat ke arah Naruto yang masih dalam posisi menghindar. Dengan cepat ia merapalkan Jutsu.
"Suiton : Mizu no Katamari" gumpalan air muncul dari Naruto dan kedua jutsu itu beradu mengakibatkan uap kabut muncul di medan pertempuran.
Dua bandit yang menyerang Naruto tadi bersiap dan mencari keberadaan Naruto yang memanfaatkan kabut ini sebagai kamuflase.
Trink...
Tak...
Bruk...
Dengan cepat Naruto menyerang kedua bandit yang tak bisa melihat dalam kabut, dan berhasil ia kalahkan.
"Katon : Goukakyu no Justu" Gumpalan api kembali datang ke arah Naruto. Mengetahui hal itu, ia melompat menjauh dan mengeluarkan shuriken dari fuinnya, kemudian ia lempar ke arah penyerangnya.
"Shuriken Kagebunshin no Jutsu" Shuriken yang mulanya hanya satu bertambah jumlah dan terbang ke arah musuhnya dengan cepat.
Trink
Trink
Trink
Lawannya berhasil menghentikan beberapa shuriken yang menyerangnya, namun ada beberapa juga yang berhasil mengenai tubuhnya.
"Cih, dua jutsu api tadi menguras tenaga dan chakraku." Decih kesal lawannya. "Tak kusangka bocah ini juga seorang shinobi."
"Para bandit sialan ini juga tak berguna, sangat mudah dikalahkan oleh seorang bocah."
Masih berusaha untuk bangkit dan menegakkan tubuhnya, penyerang Naruto dikejutkan dengan tendangan yang mengarah ke lehernya.
Duaghh
Tendangan Naruto berhasil ditangkis, memanfaatkan momentum, lawan Naruto menangkap kaki Naruto dan melemparnya ke arah pohon.
Duak...
"Ugh" Naruto melenguh sakit, punggungnya mengenai pohon. "Cih" Ia mendecih kesal dan segera bangkit.
"Tak semudah itu kau mengalahkan ku bocah." Kabut asap hasil benturan jutsu mereka berdua mulai menghilang dan menampakkan sosok penyerang Naruto. Pakaian khas dari Tsuchi no Kuni dikenakan oleh penyerang itu, ikat kepala lambang Tsuchi no kuni yang dicoret menandakan bahwa shinobi ini adalah buronan.
"Ku rasa wajahmu tidak asing." Ucap Shinobi itu. "Oh ya, kau adalah bocah yang selalu bersama dengan Senju itu."
"Bukan urusanmu." Naruto menarik nafas untuk menenangkan diri. Ia kembali bersiap untuk menyerang.
Poff...
Naruto mengeluarkan dua kunainya lagi dan menggenggamnya pada kedua tangan. Lalu merangsek maju menyerang shinobi Tsuchi itu.
Trankk...
Dua besi saling berbenturan, shinobi itu berhasil menangkis serangan Naruto. Tak tinggal dia serangannya berhasil di tahan, ia menendang ke arah musuhnya.
Dugg
"Guh" Tendangan Naruto berhasil mengenai sang shinobi. Memanfaatkan ketidaksiapan sang musuh, Naruto kembali menyerangnya.
Poff
"Cih, Kawarimi" Naruto mendecih, namun belum sempat ia siap, ia melihat kertas peledak di kawarimi nya dan
Boommmm
Ledakan itu mengenai Naruto dan membuatnya terdorong ke belakang serta kembali menabrak ke pohon.
"Guhhhh" Naruto meringis kesakitan. Ia terduduk di bawah pohon tempatnya menabrak. Matanya mencari keberadaan shinobi yang menyerangnya namun tidak berhasil ia temukan.
Syutt...
Tsunade dan Shizune tiba tiba datang setelah mendengar ledakan tadi.
"Apa yang terjadi padamu, Naruto?" Tanya Tsunade, dan segera memeriksa keadaan Naruto.
"Aku dihadang gerombolan bandit dan seorang shinobi Kaa-san" Jawab Naruto. "Ughhhh" Naruto meringis kesakitan.
Tsunade mengobati luka yang di derita Naruto. Pendar chakra hijau keluar dari tangan Tsunade dan menyembuhkan beberapa luka yang diderita Naruto.
"Ia berhasil kabur, Tsunade-sama." Kata Shizune yang ketika datang tadi langsung memeriksa keadaan sekitar. "Kemungkinan ia merasakan keberadaan kita ketika mendekat dan memutuskan untuk kabur."
"Biarkan saja." Tsunade masih mengobati luka Naruto. "Meskipun kau sudah dilatih dan bisa menjadi seorang Shinobi bukan berarti kau tak bisa dikalahkan, Naruto." Kata Tsunade. Dia juga bersyukur karena anaknya tak mengalami luka yang fatal.
"Hai"
Naruto hanya menundukkan kepalanya, selama ini ketika menjalankan misi melawan bandit dan shinobi ada mereka yang membantunya. Namun setelah kejadian ini, ia sadar bahwa ia masih begitu lemah, untuk melindungi diri sendiri saja masih belum bisa, bagaimana ia pantas disebut Shinobi dan menjadi Chuunin nantinya.
"Ku rasa, shinobi yang kau lawan berada di level High Chuunin, sehingga membuatmu kalah, Naruto."
"Lebih baik kita kembali melanjutkkan perjalanan." Titah Tsunade "Terlebih lukamu belum pulih"
"Hai, Kaa-san."
Dengan kejadian ini, Naruto termotivasi untuk kembali berlatih dan menjadi lebih kuat. Ia harus melindungi keluarganya ini.
Yuppppssssss... Thanks for reading.
