"Dia adalah Hermione."

"Apa?" tanya Blaise tidak yakin. Ia berharap pendengarannya salah. Ia sampai harus meletakan sendok dan garpunya karena Draco tiba-tiba berbicara ketika mereka sedang makan. Mereka tidak pernah berbicara ketika sedang menyantap hindangan utama. Tadi adalah kali pertama dia berbicara dan kali pertama dia berbicara soal Mia Blanco setelah beberapa minggu terakhir dia menolak untuk membahasnya.

"Mia," jawab Draco. "Mia Blanco adalah Hermione."

"Jangan bercanda," balas Blaise acuh lalu kembali menyantap makan malamnya: daging stik terbaik di restoran muggle terkenal di Barcelona.

"Aku serius," ucap Draco penuh keyakinan.

Blaise menatap Draco tajam. Temannya itu ternyata belum menyentuh makan malamnya sama sekali. Draco menaikkan alis kanannya, memberi isyarat pada Blaise untuk meletakan garpu dan pisau. Meskipun enggan, Blaise pun mengesampingkan makan malamnya.

"Bagaimana bisa kau seyakin itu?"

Draco kembali menaikkan alisnya. "Bukankah kau ingin aku mendekati Mia dan mencari tahu segala macam hal tentangnya?"

"Dan kau sudah tahu segala macam hal tentangnya?"

"Bisa dibilang begitu," jawab Draco lalu mengambil garpu dan sendok dan mulai memotong daging stiknya.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Blaise cepat dan agak gusar.

Draco merapatkan kedua bibirnya lalu menarik napas panjang sebelum menjawab. "Aku menghabiskan waktu dengannya beberapa minggu terakhir. Makan malam di rumahnya, bermain dengan anaknya, bertemu dengannya di gereja, berpakaian seperti Muggle dan jalan-jalan menikmati indahnya kota Barcelona, dan," Draco berhenti sebentar untuk melihat ekspresi Blaise yang seakan-akan seolah-olah tidak percaya dengan cerita Draco.

"Dan?"

"Well, aku tidur dengannya," jawab Draco sembari menaikkan kedua bahunya dan menyantap potongan pertama daging stiknya.

Blaise mengerutkan dahi dan menatap temannya penuh dengan tampang heran. "Tidur dengannya dalam artian kalian berhubungan seks?"

"Apa kau pikir aku dan dia hanya tidur satu ranjang tanpa melakukan apa pun?"

"Holy shit, Malfoy!" seru Blaise. "Kau baru mengenalnya beberapa minggu dan kau sudah tidur dengannya? Kau menolak membahas Mia selama beberapa minggu terakhir karena ini? Karena kalian sudah menjalin hubungan sejauh ini?"

"Kau yang mengatakan aku harus mengenalnya lebih jauh."

"Tapi, bukan berarti kau tidur dengannya," seru Blaise frustrasi.

"Apa yang salah dengan hal itu?"

"Tidak ada yang salah tapi," Blaise diam sebentar, memikirkan kata-kata yang tepat agar percakapan ini tidak menjadi sia-sia atau menjadi percakapan terakhir dirinya dengan Draco. "Tapi, kurasa itu terlalu cepat."

"Terlalu cepat?" Draco mendecih. "Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk tidur dengan wanita yang kau kenal?"

"Itu berbeda," jawab Blaise. "Aku pria bujang dan bebas dan tidak memiliki keterikatan dengan wanita mana pun. Tapi kau? Kau tidak seperti itu, Draco."

Draco menutup wajahnya dan sedikit memijat kepalanya. Apa yang ia khawatirkan sebelum bertemu dengan Blaise kini terjadi. Seperti dugaannya, Blaise tidak setuju dengan hubungannya dengan Mia.

"Apa kau tertarik dengan Mia karena dia mirip dengan Hermione?"

"Tidak," jawab Draco cepat meskipun ia tidak begitu yakin. Ia ingat komitmennya ketika ia berkunjung ke flat Mia untuk pertama kali: ia akan mengesampingkan semua fakta yang berkaitan antara Mia dan Hermione. Namun, seiring berjalannya waktu, Draco merasa ada banyak persamaan antara Mia dan Hermione, dan itu membuatnya frustasi.

"Lalu, kenapa kau sekarang mengatakan kalau dia adalah Hermione?"

Draco tidak langsung menjawab. Kepalanya penuh dengan tingkah laku Mia akhir-akhir ini dan juga apa yang ia rasakan ketika sedang bersama Mia.

Sejak kenal dengan Hermione, ia tidak pernah tidur dengan wanita lain. Semenjak Hermione tidak ada, untuk memenuhi kebutuhan seksualnya, ia melakukannya sendiri. Sangat menyedihkan baginya tapi ia tidak punya pilihan. Tidur dengan wanita lain meskipun saat itu ia sekarang duda terasa seperti pengkhianatan.

Namun, Mia adalah cerita lain.

"Jika kau menjawab pertanyaanku hanya berdasarkan perasaanmu saja, maka, jangan jawab. Aku bersedia menunggu sampai kau mendapatkan jawaban yang rasional."

"Apa perasaanku tidak rasional bagimu?"

"Perasaanmu terlalu bias, Malfoy," jawab Blaise. "Kau tidur dengan wanita yang wajahnya mirip dengan mendiang Hermione. Aku sangsi jika kau sama sekali tidak membayangkan kalau Mia adalah Hermione ketika kalian bercinta. Aku yakin ada meskipun hanya satu kali."

Blaise benar batin Draco. Tidak hanya satu kali tapi bukan berarti ia selalu menganggap Mia adalah Hermione. Sebanyak alasan yang ia berikan kepada Blaise, temannya itu tidak akan puas.

"Aku tidak akan berbohong padamu," ucap Draco. "Munafik sekali jika Aku tidak pernah membayangkan hal itu tapi bukan berarti Aku selalu membayangkannya. Beberapa tingkah laku Mia memang terkadang membuatku yakin kalau dia bukan Hermione, tapi hal-hal kecil yang dia lakukan kerap kali membuatku yakin, Mia adalah Hermione."

"Lalu," kata Blaise setelah ia diam cukup lama sebelum akhirnya menemukan respon yang tepat. "Apa yang akan kau lakukan setelah ini? Memberi tahu Mia kalau dia adalah Hermione?"

"Aku akan melakukan itu tapi tidak dalam waktu dekat," jawab Draco jujur. "Mia mungkin tidak memberikan respon baik jika Aku terburu-buru dan juga, Aku tidak ingin kehilangannya dalam waktu dekat."

Blaise berdehem mengejek sambil memutar kedua bola katanya. Draco yang sedang jatuh cinta adalah sosok yang menjijikan yang pernah ia temui. "Bagaimana dengan Scorpius? Apa yang merasakan sesuatu?"

Draco berpikir sebentar. Ia tidak banyak menghabiskan waktu dengan Scorpius. Jika Draco datang ke apartemen mereka, Scorpius hanya bersikap sopan seakan Draco hanya tamu biasa dan dia akan berdiam di kamarnya dan tidak akan keluar jika tidak ada sesuatu yang penting.

Jika memang anak itu adalah kembaran Carina, maka mereka mempunyai sifat yang berbeda meskipun ketika mereka bersama, keduanya sangat akrab dan cocok satu sama lain. Carina adalah anak yang ceria dan suka bercerita. Dia akan menjadi pusat perhatian setiap orang jika gadis kecil mulai membuka mulutnya. Lain halnya dengan Scorpius yang sebisa mungkin menghindari dirinya menjadi pusat perhatian. Namun, beberapa kali Draco perhatikan, jika sedang bersama Carina, Scorpius sangat suka bercerita dan Carina dengan seksama mendengarkannya.

"Aku tidak yakin," jawab Draco. "Aku tidak merasakan ikatan atau apa pun itu tapi kurasa jika kau bertanya pada Carina, anakku akan memberikan jawaban."

"Apa mereka sedekat itu?"

"Tidak juga tapi mereka melengkapi satu sama lain," jawab Draco. "Mungkin memang ada hubungan dengan kemungkinan mereka benar anak kembar dan keduanya anakku tapi mungkin juga karena mereka hanya anak-anak."

"Carina adalah perpaduanmu dengan Hermione," ucap Blaise yang tanpa sadar sudah kehilangan selera makannya "Dia adalah anak perempuan yang manis, baik hati, dan selalu bersemangat tapi juga suka menggurui dan keras kepala."

.

.

Tubuhnya menggigil.

Giginya bergemeretak.

Buku-buku kukunya putih dan pucat.

Ia membuka matanya lebar-lebar, menarik selimut yang ada di kakinya, dan membungkus tubuhnya.

Kantuknya menghilang.

Apa yang terjadi?

Kepalanya sakit, seakan seseorang baru saja memukulnya sangat dengan benda tumpul.

Sangat sakit sampai rasanya ia ingin berteriak tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya yang kering.

Demi Tuhan!

Apa yang harus ia lakukan?

Kemudian, pintu kamarnya terbuka.

Anak laki-laki kecil berambut pirang platina dengan piama merah polos, menatapnya horor penuh ketakutan.

"Mum, apa yang terjadi?"

Ia menatapnya bingung. Apa yang anak itu katakan? Siapa yang dipanggilnya mum? Dan mengapa anak itu mengingatkan dirinya dengan Draco Malfoy?

"Mum?"

Ia bingung.

Matanya melotot.

Merlin! Apa yang terjadi?

Anak itu memanggilnya mum?

Ia masih berusia 17 tahun, belum pernah berhubungan seks, bagaimana mungkin ia mempunyai seorang anak?

"Apa Aku harus menghubungi Mr. Malfoy?"

Malfoy?

Apa hubungannya dengan Malfoy?

Malfoy yang mana?

Draco? atau ayahnya?

Tidak mungkin ia memiliki hubungan dengan mereka.

Dingin yang ia rasakan sebelumnya menghilang, diganti dengan rasa panas dan takut yang amat sangat.

Ia melepas selimut yang membungkus tubuhnya dan duduk di pinggir tempat tidur. Anak laki-laki itu langsung mendekatinya, memeluknya, dan mengusap punggungnya pelan.

"Maafkan Aku karena masuk ke dalam kamar mum," ucap si anak sedih. "Aku tidak bisa tidur. Aku mendengar Mum merintih kesakitan dan langsung ke sini."

Belum sempat ia mengatakan sesuatu, kepalanya kembali sakit. Ia melepaskan pelukannya dan memegang kepalanya, menutup mata berharap rasa sakitnya akan segera sakit sekali, seakan mau meledak. Sakit yang belum pernah ia rasakan. Lebih sakit daripada ukiran yang dilakukan Bellatrix Lestrange di tangannya.

Tunggu dulu.

Ia kembali merasakan sakit.

Dan satu per satu memori bermunculan, yang tidak beraturan, berantakan yang membuat kepalanya semakin sakit.

Ia, Harry, dan Ron tiba di Grimmauld Place.

Mereka menyamar untuk masuk ke Kementerian.

Ron pergi meninggalkan mereka.

Ia mematahkan tingkah Harry.

Mereka berada di Malfoy Manor.

Dobby tewas.

Lupis tewas.

Tonks tewas.

Fred tewas.

Voldemort tewas.

"Mum?"

Kepalanya sakit dan memori lain bermunculan.

Ia bukan gadis berusia 17 tahun.

Ia seorang ibu dari satu anak laki-laki.

Scorpius mengucapkan kata pertamanya.

Scorpius berjalan untuk pertama kalinya.

Scorpius demam selama 3 hari karena gigi pertamanya tumbuh.

Scorpius bisa berlari, melompat, dan berenang.

"Mum?"

Merlin!

Ia bercinta dengan Draco Malfoy.

Draco Malfoy mencium bibirnya.

Draco Malfoy memeluk tubuhnya dari belakang, mencium setiap jengkal lehernya.

Draco Malfoy menyentuhnya, membuatnya terbakar, dan mencair di waktu yang sama.

Draco Malfoy memanggil namanya. Bukan. Bukan namanya. Nama itu bukan namanya tapi ia harus menggunakan nama itu.

Merlin!

"Mum?!"

Ia melepaskan pelukannya.

"Ada apa, Mum?" tatapan Scorpius penuh ketakutan.

Ia menutup mata untuk menenangkan diri sebelum akhirnya tersenyum pada anak laki-laki di depannya, anaknya, anak kandungnya.

"Maafkan mum, sayang," ucapnya lalu mengajak Scorpius untuk naik ke kasur.

"Apa mum baik-baik saja?" tanya Scorpius khawatir.

Tidak. Ia tidak baik-baik saja tapi ia harus berbohong untuk saat ini. Scorpius masih terlalu kecil untuk mengerti dan, saat ini sudah malam, sudah waktunya bagi Scorpius untuk beristirahat. Tersenyum manis pada anaknya, Ia pun mengangguk lalu memberi isyarat untuk Scorpius tidur di sampingnya.

"Aku boleh tidur di sini?" tanya Scorpius senang dan langsung memeluk ibunya.

"Tentu saja," jawabnya. "Akan lebih baik jika kau tidur bersama Mum malam ini."

Hanya butuh beberapa menit saja sebelum akhirnya Scorpius terlelap di sampingnya.

Begitu ia yakin kalau Scorpius tidak akan terbangun, ia turun dari tempat tidur dan keluar kamar. Ia duduk di sofa di ruang tamu untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.

Untuk beberapa saat tadi, ia yakin sekali kalau ia adalah gadis berusia 17 tahun yang sedang menghadapi kenyataan kalau mungkin dunianya akan hancur. Namun, dengan cepat hal itu terbantahkan. Dunianya tidak hancur malah ia mempunyai dunia baru. Scorpius adalah dunianya. Scorpius adalah segalanya.

Apa yang terjadi barusan membuat perasaannya saat ini campur aduk. Ia bingung dan berharap bisa menemukan jawaban secepatnya. Bagaimana mungkin ini terjadi?

Enam tahun ia hidup dalam kebingungan, ketidaktahuan akan masa lakunya, kesusahan dalam segi materi dan non-materi, kekurangan sumber daya dalam merawat dan membesarkan Scorpius, dan sekarang? Semua terjadi secara tiba-tiba.

Ia tahu siapa dirinya.

Tapi ia tidak bisa melakukan apa pun.

Sialan!

Ia ingat segala hal tentang dirinya, siapa dirinya yang sebenarnya. Rasanya baru kemarin ia mendapatkan surat dari Hogwarts yang menyatakan kalau ia adalah penyihir. Perasaan bahagia setiap kembali ke sekolah bersama Harry dan Ron meskipun kehidupan sekolahnya bisa dibilang jauh dari kata normal. Perasaan kesal pada Draco Malfoy dan teman-temannya setiap kali mereka mengejek Harry, Ron, dan juga dirinya yang seorang penyihir kelahiran-muggle. Ia tahu ingat apa yang terjadi di malam ketika Dumbledore tewas di Menara Astronomi. Wasiat Dumbledore dan informasi yang diberikan untuk mengalahkan Voldemort. Ia ingat setiap detail kejadian selama mereka pergi dalam pencarian horcrux Voldemort. Ia ingat bagaimana Voldemort dikalahkan dan semua dinasti yang dibangun oleh penyihir jahat tersebut hancur dalam satu malam.

Hanya satu yang aneh.

Bukan satu, tapi banyak hal yang ia yakin merupakan hal penting. Sebuah jembatan masa lalunya dengan kehidupannya saat ini.

Hal terakhir yang ia ingat dari masa lalunya adalah ia menggandeng tangan Harry dan Ron berada di halaman Hogwarts setelah semuanya selesai. Ia ingat sekali apa yang ia rasakan saat itu, lega, seakan semua beban hilang dari punggungnya. Ia tidak sabar untuk menanti hari esok, hari di mana ia tidak lagi khawatir akan kehidupannya sebagai penyihir. Tidak akan ada yang ingin membunuhnya. Dunia sihir akan menjadi tempat yang aman untuk dirinya.

Dan ingatannya untuk kehidupannya saat ini adalah ketika ia bangun dari ketidaksadaran dirinya yang terluka dan tidak berdaya, menemukan sebuah kertas yang membawanya ke dirinya yang sekarang. Kehidupan di Spanyol bersama Scorpius anaknya dan identitas barunya, Mia Blanco.

Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Ia bukan Mia Blanco.

Dan Scorpius?

Bahkan, dengan ingatannya baru saja kembali, ia masih tidak tahu siapa ayah dari anaknya. Namun, saat tadi ia membuka mata, rasa takut menyelubungi dirinya. Anaknya, Scorpius, seakan membawa dirinya kembali ke Hogwarts tempat di mana ia bertemu anak laki-laki kaya raya dan sombong yang merundungnya bertahun-tahun hanya karena ia seorang penyihir kelahiran-muggle. Scorpius sangat mirip dengan Draco Malfoy. Terlalu mirip bahkan ia sendiri tadi yakin kalau Scorpius mungkin adalah anak pria itu.

Ia pun tertawa pelan. Tidak mungkin ia memiliki hubungan dengan Draco Malfoy setelah perang selesai.

Namun, ia memang mempunyai hubungan dengan Draco Malfoy. Saat ini.

Merlin, apa yang terjadi padanya? Mia Blanco sangat menyukai Draco Malfoy. Tidak hanya karena pria itu tampan, tapi juga karena perhatian yang dia berikan, sikapnya yang jantan dan lembut, dia juga baik pada Scorpius. Draco Malfoy adalah sosok suami idamannya setiap kali ia berpikir untuk menikah atau mencari sosok pria untuk hidupnya.

Dan yang lebih lucu adalah Draco Malfoy juga menyukainya. Ia hanya bersikap sopan tapi pria itu membuka diri, memberikan dirinya, menawarkan tempat yang aman untuk berlindung.

Damn it!

Bodoh sekali.

Sangat bodoh.

Ia pun tertawa hambar dan merasa kasihan pada hidupnya.

Tunggu sebentar.

Ia melupakan sesuatu. Sesuatu yang penting.

Draco Malfoy seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya, yang dibunuh oleh entah siapa dan, nama istrinya adalah Hermione Granger.

Damt it.

Ia adalah Hermione Granger.

Draco Malfoy adalah suaminya.

Ia adalah Hermione Granger.

Dan, seseorang di luar sana sudah membunuhnya.


hai. apa kabar kalian semua?

udah lama banget ya aku ga update di sini sampe rasanya aku bingung gimana mau lanjutinnya.

2021 dan sekarang udah 2023. aku bukannya ga mau update tapi selama 2 tahun ini ada banyak banget hal-hal yang bikin aku sulit banget untuk buka laptop lanjutin cerita semua ff aku. yang paling sulit adalah aku hamil anak kedua di tahun 2022 dan bukan kehamilan yang lancar jayaaa. awal tahun ini aku melahirkan dan anak kedua untungnya bukan anak yang sulit ketika lahir but wkwk sudah 2 bulan terakhir anakku ini mulai mpasi dan rasanya dkjfbsjblskjvbsflkjgflkgjlkjgrebgkjnpqqwkor wkwk sungguh syulit padahal pas anak pertama ga kayak gini.

tapi, selama ini aku terus mantau dunia ff dramione mostly ff bahasa inggris di ffn juga di ao3.

untuk chapter ini memang lebih pendek dari chapter2 sebelumnya karena jujur aja aku lupa sama sudut pandang yang aku gunakan di ff ini. jadi, mohon dimaklumi dan mungkin untuk chapter selanjutnya aku akan gunakan sudut pandang orang kedua tunggal wkwk bener ga tuh wkwk masih mungkin sih dan bisa berubah juga.

but, anw, aku mau ucapin makasihhhh banyak sebanyak2nya untuk kamu-kamu semua yang masih baca ff ini. apalagi untuk reviewnya yang bikin aku terharu banget sampe ngerasa dihhh kok kalian suka siihhh padahal kalo dibandingkan sama ff dramione lain apalagi yang english, ff aku mah apa atuh yaaaa. aku sungguh sangat senang kalian suka cerita iniiii. makasih banyak ya.

semoga kalian suka ya sama chapter ini. review yang kalian tuh bikin aku semangat banget dan mungkin di chapter selanjutnya aku akan balas review yang udah kalian tulis selama ini.

makasih semuanya.