Disclaimer : Gege Akutami

A Fanfiction by Noisseggra

Pair : Gojo Satoru X Fushiguro Megumi

Genre : Drama, Supernatural, Romance

Warning : OOC (Out of Character), iya di fanfic ini sengaja OOC, nggak terlalu mirip sama Manga/Anime, demi plot.

YAOI, BL, RATED M, Semi Canon, maybe typo (s)

You have been warned !

This fic inspired from manhwa The Ordinary Lifestyle Of A Universal Guide by Kang Yoonwoo

A/N : Fanfic ini ditulis untuk kepuasan pribadi, jadi serah aing mau nulis apa :"V

.

.

Kiseki no Hiiraa

.

.

"Hmm, begitu," ucap Shoko saat mendengar penjelasan Megumi setelah mereka pulang misi.

"Iya, jadi aku harus menyesuaikan output energy ku dengan jujutsushi tersebut," tambah Megumi.

"Berarti mungkin tergantung level jujutsushi nya juga ya. Apa ada kemungkinan jika jujutsushi level tinggi alirannya tidak akan terhenti meski kau melakukan heal?"

Megumi mengangguk. "Kurasa ada kemungkinan demikian."

"Yang artinya ada resiko juga kalau kau lah yang akan terseret aliran energy jujutsushi nya."

"Itu…" Megumi tak dapat membantah.

"Yeah, semua masih percobaan. Masih perlu banyak sample. Tapi jangan memaksakan diri, Fushiguro-Sensei. Kalau ada waktu di mana kau merasa kau yang akan terseret energy mereka, jangan lakukan."

Megumi mengangguk.

Shoko melihat tab nya. "Hm, tapi hari ini kau sudah ikut dua misi level E ya. Jadwal selanjutnya adalah misi kelas D."

"Ah, soal itu," ujar Megumi. "Apa boleh kalau besok kugunakan untuk hal lain? Aku sengaja melakukan dua misi dalam sehari karena hal ini."

"Tidak masalah. HQ hanya menentukan waktu nya saja yaitu di hari Kamis dan Jumat. Untuk pelaksanaan misi nya kau bisa bebas memilih. Lagipula beberapa misi juga tidak selesai dalam satu hari, anggap saja ini case semacam itu," balas Shoko. "Tapi ngomong-ngomong, hal penting apa yang mau kau lakukan? Kau sampai laporan dulu padaku berarti masih ada kaitannya dengan heal dan jujutsushi kan. Tidak mungkin kalau hanya mau ke karaoke atau ke game center."

"Itu…aku berniat melakukan heal dengan Gojo-san," Megumi tertunduk dengan wajah sedikit memerah. "Kami ingin mencoba metode baru."

"..." Shoko sempat terbelalak tapi lalu tersenyum. "Souka, ganbatte," hanya itu komentarnya. Setelah itu pun ia mengizinkan Megumi pergi.

Saat Megumi meninggalkan ruangan Shoko, ia melihat Gojo sudah menunggu di depan. Pria itu pun bangkit dan ikut berjalan bersama Megumi meninggalkan tempat itu.

"Diizinkan?" tanya Gojo.

"He?" Megumi kaget. "Bagaimana kau bisa tahu aku minta izin dulu?"

"Pfftt, soalnya kau masih anak baru, masih kaku begitu. Mau memakai satu hari kerja untuk kegiatan yang lain saja sampai segitu tidak enaknya ekspresimu tadi."

Megumi hanya bisa merengut. "Memangnya sejelas itu ya."

"Yeah," tawa kecil Gojo. Mereka memasuki lift. "Jadi besok di mana?"

"He?" Megumi sempat loading. Oh, maksudnya sesi heal mereka kan. "Etto…bukannya di kantor…?"

Gojo hanya tersenyum. "Yeah, kupikir karena ini pertama bagimu, mau pilih tempat lain yang lebih tenang. Di kamarku atau di kamarmu, begitu."

"..." Megumi sempat terdiam. Benar juga ya. Dia tidak tahu besok akan bagaimana, bagaimana kalau Megumi sampai collapse seperti waktu itu, akan repot kalau di kantor. Apalagi setelah selesai heal dan keluar kantor, dia akan bertemu banyak orang di jalan, ia tidak yakin seperti apa nanti.

"Ja…bagaimana kalau di tempatku," ucap Megumi kemudian.

"Baiklah~ " balas Gojo.

.

~OoooOoooO~

.

Gara-gara hari esok, Megumi jadi merasa berdebar. Ia grogi memikirkan kalau besok akan melakukan itu dengan Gojo.

"Ugh…ini hanya heal, anggap ini heal biasa," ucap Megumi sambil menepuk pipinya yang tak mau berhenti memerah. Malam sudah agak larut, tapi Megumi baru baru saja selesai mandi, ia keringkan rambutnya dengan handuk lalu menggantung handuk itu di belakang, di tempat jemuran. Setelahnya ia masuk ke kamar untuk menyalakan hairdryer dan mengeringkan rambutnya.

Megumi sambil menatap sekeliling. Apa ia harus beres-beres? Besok Gojo akan datang ke tempatnya. Tapi Megumi bingung juga harus beres-beres apa. Ia sudah terbiasa rapi, jadi unit nya sudah dalam keadaan rapi meski tak ia rapikan.

"Ah, sudahlah. Apa sih sampai segitunya. Pas aku sakit dia juga sudah ke sini, sudah tahu seperti apa tempatku," gumam Megumi pada diri sendiri.

Setelah mengeringkan rambut ia naik ke ranjang, bersiap istirahat. Tapi ia belum bisa tidur. Ia membuka mata kembali, menatap ranjangnya. Besok…ia dan Gojo di ranjang itu akan…

"Uwaagh…" Megumi langsung meraih ponselnya untuk mengalihkan perhatian. Meski pada akhirnya ia bingung mau melakukan apa di ponselnya. Ia mencoba membuka social media, tapi tak menemukan hal menarik. Pada akhirnya…ia menuju browser dan mencari info mengenai heal dengan cara itu.

Ia menemukan banyak artikel dan jurnal, menjelaskan bagaimana heal tersebut sangat efektif. Tapi bukan itu info yang Megumi maksudkan untuk ia ingin ketahui.

'Bagaimana sesama cowok melakukannya.'

'Enak atau sakit saat dimasuki.'

Wajah Megumi memerah selama mencari info itu. Dia menemukan banyak sumber dan setiap sumber berbeda-beda isinya. Ada yang mengatakan sakit saat pertama, ada yang mengatakan enak karena cowok juga punya G-spot di sana, ada yang memberikan review jujur kalau sebenarnya sex dengan cowok tidak senikmat itu, bahwa tingkat kenikmatan maksimal hanya 70%, pokoknya macam-macam.

Pada akhirnya Megumi menyerah. Ia pun mematikan layar ponselnya.

"Sudahlah, lihat besok saja," gumamnya lalu mulai memejamkan mata.

Kling…

Tapi ia kembali membuka mata saat denting pelan terdengar dari ponselnya.

'Oyasumi, Sensei. Sweet dream,' chat dari Gojo.

Megumi tersenyum membaca itu. 'Oyasumi,' balasnya lalu kali ini tertidur dengan senyuman tipis tergambar di bibir.

.

~OoooOoooO~

.

'Aku akan datang sekitar jam 9 Sensei, ada sedikit urusan di pagi hari,' chat Gojo keesokan harinya saat Megumi menyiapkan sarapan di dapur.

'Oke,' balas Megumi. Ia pun melanjutkan masak. Malah nyaman Gojo datang jam segitu, masih ada waktu untuk sarapan, mandi, dan bersiap-siap.

Megumi pun menyelesaikan masak, ia lalu makan sambil chattingan dengan ayahnya. Hanya rutin memberi kabar seperti biasa. Setelah itu Megumi mandi, menggosok gigi, dan…berdiri di depan lemari pakaian karena bingung menentukan pakai baju apa.

Ini hanya di rumah kan, kenapa pula ia harus bingung pakai baju apa.

"Ugh…" pada akhirnya Megumi memutuskan memakai kaos oblong dan celana longgar selutut, seperti baju santai saja. "Ayolah Megumi, ini hanya heal," gumamnya. Setelah itu ia mempersiapkan tempat, ia juga membuka tablet berisi data Gojo. Saat ini level energy Gojo ada di angka 81%, Megumi lalu mengenakan input device di lengannya untuk melihat level energy nya sendiri. Ada di angka 100%, baguslah.

Ia mengecek beberapa data lain sampai tak terasa bel unit nya dibunyikan. Megumi pun mendongak dan beranjak menuju pintu depan setelah meninggalkan device nya di kamar.

"Selamat dat–..." ucapan Megumi terhenti saat melihat Gojo. Ya. Yang datang memang Gojo, tapi ia rapi sekali. Ia memakai outer abu-abu yang pas dengan postur tubuhnya, celana warna senada, ia juga membawa seikat bunga di tangan.

"Ohayou Sensei," sapanya dengan senyuman manis.

"Oha…you…" balas Megumi kikuk. "Umm, kau mau pergi kah?" bingung nya, karena Gojo tampak seperti orang mau pergi kencan.

"Iya, ke tempat Sensei. Ini," Gojo melangkah mendekat dan memberikan bunga di tangannya untuk Megumi. Dari dekat Megumi bisa mencium aroma Gojo yang begitu wangi. Ya biasanya Gojo juga wangi sih, tapi yang sekarang vibe nya terasa berbeda.

"Arigatou…" balas Megumi. "Ah, masuklah," ia pun mempersilahkan Gojo masuk. "Tunggulah di kamar, aku ambil vas dulu untuk ini," ucap Megumi.

Gojo pun mengangguk dan menuju kamar Megumi. Megumi ke kamar mandi utama, dia ingat di sana ada vas tak terpakai. Sambil mengisi air di vas, Megumi pundung dengan kepala tertunduk.

Mana dia tahu Gojo akan serapi itu. Sekarang dia merasa bodoh sekali tidak berpakaian rapi sama sekali, jangankan pakaian rapi, memakai jaz healer saja tidak.

"Aaaaahhh," Megumi mengacak rambut sendiri.

Ia mematikan keran yang airnya sudah meluber, membuatnya harus membuang lagi airnya setengah. Setelahnya ia taruh bunga dari Gojo di sana, dan membawanya ke kamar. Gojo duduk di sofa kamar saat Megumi masuk.

"Kau sudah sarapan?" tanya Megumi basa-basi sambil meletakkan vas di meja.

"Sudah, Sensei sendiri?" balas Gojo.

"Mm," Megumi mengangguk. "..." ia bingung harus bicara apa. "Mau langsung mulai?" tanyanya. Ia memang tidak jago berbasa-basi.

"Boleh," balas Gojo. "Biar kau bisa istirahat lebih lama kalau selesai cepat."

"Haha, tapi besok masih Sabtu. Aku punya banyak waktu untuk istirahat," Megumi berjalan ke arah ranjang untuk mengambil alat-alatnya, tapi tak disangka Gojo bangkit dan mengikuti.

Gulp…

Wajah Megumi sedikit bersemu. Ya di ranjang saja sekalian kan. Toh mereka memang mau pakai metode itu, pikirnya. Ia pun naik ke ranjang sekalian dan duduk di atasnya, lalu kembali mengenakan input device di lengan atas. "Naiklah," perintahnya pada Gojo. Gojo pun duduk di hadapan Megumi. Megumi memperlihatkan isi tab nya.

"Level energy mu 81%," ia menunjukkan data Gojo. "Level energy ku 100%, input device bekerja dengan baik," Megumi menyecroll tab ke data berikutnya. "Kondisi fisikmu normal, lalu heart rate–..." ucapan Megumi terhenti saat melihat heart rate Gojo yang cukup tinggi. "Gojo-san, kau sakit atau semacamnya? Ada perasaan tak enak? Mungkin perlu ke medis dulu?"

Gojo tersenyum mendengar itu, ia lalu meraih tangan Megumi dan dengan lembut mengecupnya, menuntunnya ke bagian jantung Gojo. "Kurasa aku terlalu nervous untuk heal kali ini."

"..." Megumi terdiam, lalu perlahan wajahnya memerah. Jantungnya juga berdegup kencang. Sepertinya bukan ia saja yang nervous dengan heal kali ini bahkan sampai kepikiran semalaman.

"J-ja…ayo kita mulai," ucap Megumi dengan gugup.

Gojo mengangguk. Ia melepas outer nya, menyisakan T-shirt hitam yang melekat di badan, menampakkan bentuk tubuh yang sempurna. Megumi semakin merasa bodoh, ia tak mengenakan pakaian yang pantas. Ia jadi sedikit khawatir Gojo tak tertarik padanya. Mau dibilang heal pun, ini adalah sex. Hal itu tidak akan terjadi kalau salah satu pihak nya tidak berminat pada pihak lainnya.

"Sensei…" panggil Gojo lembut. Tubuhnya mendekat, ia menarik tubuh Megumi–sedikit mengangkatnya–dan menaikkan paha Megumi ke pahanya. Satu tangan Gojo melingkar ke pinggang Megumi, seolah memeganginya supaya teguh. "Apa posisi ini nyaman?" tanya Gojo. Megumi mengangguk.

Gojo mendekatkan wajahnya ke wajah Megumi, ia bisa merasakan pergerakan Megumi di posisi itu, juga ekspresinya yang kaku. Gojo sengaja menghentikan wajahnya tepat saat bibir mereka nyaris bersentuhan.

"Sensei, apa ini ciuman pertamamu?" tanya Gojo lembut.

Megumi mengangguk pelan. "Souka, aku dapat ciuman pertama Megumi-Sensei," tangan Gojo meraih pipi Megumi, mengusapnya lembut, lalu berganti mengusap bibirnya. Setelah itu barulah Gojo kembali memajukan wajahnya hingga bibir mereka bersentuhan. Rasanya hangat dan kenyal.

Megumi sedikit terkesiap saat jari Gojo menarik dagu Megumi sehingga bibirnya terbuka. Ia bisa rasakan bibir hangat dan basah Gojo menyentuh bibirnya, meraup bibir Megumi. Bibir itu memagut pelan, seperti melahap bibir Megumi. Megumi sedikit mencium aroma dan rasa jeruk dari bibir Gojo, apa Gojo memakai semacam lipgloss rasa buah? Pikir Megumi, dan tanpa sengaja ia ikut mengulum bibir Gojo, menikmati aroma jeruk itu.

Gojo tersenyum tipis mendapat respon balik dari Megumi, sepertinya Megumi juga menikmati ini. Mungkin ia bisa sedikit lebih berani.

Megumi berjengit saat lidah Gojo menyusup masuk karena bibirnya yang sedikit terbuka, lidah mereka bersentuhan, lalu saling menaut. Perlahan lidah Megumi merespon pergerakan lidah Gojo. Ini pertama kalinya Megumi merasakan ciuman lidah, rasanya hangat dan basah, menggelitik, macam-macam sekali. Tapi satu yang Megumi tahu, ia merasa nikmat.

Ah, tapi Megumi segera menyadarkan diri. Apa ini saatnya ia melakukan heal? Megumi tak tahu.

Tapi akhirnya Megumi memejamkan mata, lalu mulai memfokuskan energy nya untuk menemukan energy Gojo. Ia terkejut saat mendapati begitu mudahnya kali ini, tak perlu menyelam begitu dalam ke realm heal nya, ia bisa menemukan energy Gojo, menyentuhnya, lalu mulai mengalirkan energy heal nya ke sana.

Tapi baru beberapa detik, heal mereka terputus saat Gojo melepaskan ciuman mereka.

"Hng?" Megumi membuka mata, menatap Gojo heran. "Ada apa?"

"Sensei," panggil Gojo, ia mengecup pipi Megumi lalu beralih ke telinganya. "Kau bilang ini ciuman pertamamu kan? Bagaimana kalau kau nikmati dulu. Bukankah ini ciuman yang berharga? Nanti kalau kau sudah terbiasa, kau bisa melakukan heal nya."

Wajah Megumi memerah, tapi ia lalu mengangguk. Gojo tersenyum lalu kembali menyatukan bibir mereka. Megumi juga memejamkan mata, tapi kali ini ia tak melakukan heal, ia hanya ingin menikmati ciumannya.

Ia bisa merasakan lidah Gojo yang basah, mengajak lidahnya menari. Bibir mereka saling mengunci, menimbulkan decak basah yang seksi terdengar di telinga Megumi. Mereka kembali melepas ciuman setelah pagutan yang cukup lama.

"Apa kau pakai lipgloss jeruk?" tanya Megumi lirih.

Gojo tertawa kecil, lalu menggeleng. Ia kembali menyatukan bibir mereka. "Jadi itu aroma yang kau cium Sensei?" ucap Gojo, kembali memagut Megumi. "Kalau aku, aku mencium aroma citrus dan mint. Apa kau juga memakai lipgloss rasa itu?"

Megumi menggeleng, ia kembali membalas ciuman Gojo. Tanpa sadar tangannya sudah melingkar ke punggung Gojo, memeluknya. Satu tangan Gojo menekan punggung Megumi, satu tangan lagi menekan belakang kepala Megumi untuk memperdalam ciuman.

Megumi menikmati deep kiss itu, rasanya nikmat sekali. Dan ia ingin kembali mencoba melakukan heal. Baru kali ini ia bisa melakukan heal pada Gojo semudah ini, ia ingin merasakannya lagi.

Ia pun masuk ke realm heal nya. Benar saja, ia dengan mudah menemukan energy Gojo, lalu dengan tenang ia bisa melakukan heal pada pria itu. Perasaan sejuk dan nyaman ia rasakan, bercampur aroma jeruk yang bagi Megumi sangat menyegarkan.

Entah sejak kapan, Megumi tak begitu paham, perlahan tubuhnya berbaring ke ranjang ditindih oleh Gojo. Kakinya menyilang di antara kaki Gojo yang lututnya menumpu ke kasur.

"Mngh…" Megumi mendesah saat lutut Gojo semakin maju dan menekan daerah bawah tubuhnya. "Mmn, Gojo-san…ahh," ciuman Megumi terlepas saat tangan Gojo menelusup masuk ke balik kaos dan memilin nipple nya. Bibir Gojo beralih ke leher Megumi, membuat healer muda itu mendongak penuh merasakan ciuman basah di lehernya.

"Hngh…ahh, mmnn…" Megumi tak bisa berhenti mendesah, kakinya bergerak tak nyaman. Apalagi saat Gojo menurunkan tubuhnya secara penuh, membuat tubuhnya menekan tubuh Megumi, termasuk daerah selatannya.

Tangan Gojo yang satu lagi menyusup lewat bagian bawah celana longgar Megumi, karena itu celana selutut, mudah saja celana itu tergulung sampai pangkal paha apalagi karena itu celana longgar. Ia meraba paha Megumi, meremasnya, lalu meremas selangkangan Megumi yang sudah tegak.

"Aahh, nn…hhaah," Megumi semakin mendesah nikmat.

"Sensei…" panggil Gojo dengan nafas memburu. Ia menegakkan tubuhnya lalu melepaskan baju Megumi, lalu baju nya sendiri. Tubuh bawahnya ia majukan hingga penisnya yang menggunduk di balik celana, menggesek permukaan lubang Megumi yang juga masih tertutup celana.

"Aahh," tapi Megumi mendesah saat merasakan pergesekan itu, membuat Gojo tersenyum karenanya.

Megumi menatap ke bagian bawah tubuhnya, kakinya dalam keadaan terbuka. Ia juga melihat selangkangan Gojo yang menggunduk, menekan bagian bawah tubuhnya. Megumi takjub menatap itu. Gojo ereksi, iya kan? Tadi ia sempat takut Gojo tak tertarik dengan tubuhnya, bagaimana kalau sampai Gojo tak bisa melakukan sex karena tak berminat padanya. Tapi kini kekhawatirannya lenyap saat melihat kalau Gojo juga ereksi.

"Sensei, jangan menatap panas begitu, aku jadi tidak tahan," protes Gojo.

Wajah Megumi memanas saat baru sadar apa yang barusan dilakukannya, apalagi saat merasakan kejantanan Gojo yang berdenyut kini. "Go-gomen…" Megumi menutup mulutnya dengan punggung tangan, matanya melirik ke samping membuang pandangan. "Aku hanya senang kau bisa ereksi melakukannya denganku."

Gojo terkejut mendengar itu, matanya sedikit memicing.

"Kalau saja kau tahu seberapa inginnya aku melakukan ini padamu sejak lama, kau tak akan mengatakan itu, Sensei," gumam Gojo.

"Ng? Kau mengatakan sesuatu?" tanya Megumi yang tak mendengar jelas ucapan Gojo.

"Bukan apa-apa," Gojo kembali mencium pipi Megumi, lalu menjilat telinganya. "Aku juga senang kau ereksi, Megumi-Sensei. Aku senang bukan hanya aku yang menikmati ini."

"Nn…yeah…" balas Megumi.

Gojo kembali menciumi leher Megumi, tangannya memilin nipplenya. Megumi mendesah menikmati perlakuan Gojo. Gojo menurunkan kepalanya ke dada Megumi, menjilat nipple nya.

"Uwaah, Gojo-san…" ucap Megumi tersentak.

"Nikmati saja," ujar Gojo lalu meraup nipple Megumi ke dalam mulutnya. Menghisap nipple itu, mengulumnya, satu nipple lagi Gojo mainkan dengan tangan

"Mngg…mmm…" Megumi menutup mulutnya dengan tangan.

Gojo menarik lepas tangan Megumi, membuat desahan Megumi bebas.

"Nghh…aahh, Go-Gojo-san…" tubuh Megumi menggeliat. Tangannya beralih memeluk kepala Gojo dan meremas belakang kepalanya. "Aaahhh…aahn, aahh…"

Gojo menurunkan lidahnya ke perut Megumi, lalu semakin ke bawah. Ia menurunkan celana Megumi, melepasnya. Ia menarik boxer Megumi turun sehingga kejantanan Megumi tegak ke atas. "Aahh…umm…" Megumi merasa malu. Bukankah ini pertama kalinya ia memperlihatkan benda itu pada Gojo? Meski ini bukan kali pertama mereka melakukan hal mendekati ecchi.

"Gojo-san!" Megumi terbelalak saat melihat Gojo membuka mulut lalu memasukkan penis Megumi ke mulutnya. "Apa yang kau lakukan, itu ko–...aahhh," Megumi mendesah saat merasakan penisnya di dalam rongga mulut Gojo. Nikmat sekali. Ini pertama kalinya Megumi merasa senikmat ini, bahkan saat dia onani rasanya tidak begini.

Megumi tak berkutik lagi, ia hanya bisa berbaring di bantal, tangannya mencengkeram erat bantal dan sprei, tubuhnya melengkung nikmat merasakan penisnya di mulut Gojo.

"Ooughh…aahhh, hnn, aaaahhh," Megumi mendesah heboh. Lututnya menekuk ke atas sehingga kakinya menekan begitu dalam ke ranjang, mencoba menahan sensasi nikmat yang baru pertama kali ia rasakan.

"Go-Gojo-san…stop…a-aku rasa aku…hampir keluar…aahhh," satu tangan Megumi meremas kepala Gojo. "Mmn…nn," ia menggigit bibir bawahnya mencoba menahan diri, tapi Gojo tak kunjung melepaskan penisnya dari mulut.

"Go-Gojo-san, onegai…ahhh, su-sudah di ujung…" kedua tangan Megumi meremas kepala Gojo. "Aaahh, p-pleasee…a-aku tidak kuat lagi…ahh, a-aku…mau kelu–...aaaahhhhh," Megumi mendesah panjang saat Gojo menghisap kuat penisnya. Megumi tak bisa menahan diri, sperma nya pun keluar tak tertahan di dalam mulut Gojo. Enak sekali. Secara insting ia bahkan sedikit menggerakkan pinggulnya maju mundur untuk menyelesaikan hasrat.

"Hosh…hosh…" Megumi terengah, tubuhnya lemas. Barulah Gojo menegakkan tubuh, menampakkan bibirnya yang belepotan sperma, cairan putih itu bertumpahan dan ia tampung dengan satu tangan.

"Gomen…" lirih Megumi parau, ia merasa bersalah. Tapi ia justru melihat Gojo tersenyum setelahnya.

Gojo melepaskan boxer Megumi dengan satu tangan, menjaga satu tangannya lagi tetap tertengadah, tangan yang belepotan sperma.

"Megumi-Sensei, buka kakimu," ucap Gojo.

Masih setengah tak sadar karena lemas baru klimaks, Megumi menurut saja. Ia kembali menaikkan lutut lalu membuka kakinya lebih lebar.

"Pegangi dan angkat sedikit paha mu," pinta Gojo.

"Begini?" lagi, Megumi menurut saja, ia memegang pahanya sendiri dan mengangkatnya naik.

"Ya, begitu," dan Gojo menurunkan tangannya yang belepotan sperma tadi, menyentuh lubang Megumi, melumurinya dengan sperma yang licin.

"Uwaahh…" Megumi tersentak merasakan lubangnya disentuh.

"Rileks Sensei. Kalau kau rileks akan lebih mudah," ucap Gojo.

"Ung…" Megumi pun berusaha rileks. Bisa ia rasakan jemari Gojo memasuki lubangnya, bergerak di dalam sana. Rasanya geli dan aneh. Ia pernah memasuki sendiri lubangnya dengan jari sih, tapi itu hanya satu jari, dan tidak sampai pangkal juga, hanya masuk sedikit. Ini pertama kalinya lubangnya dimasuki lebih dalam, dan ia tak tahu harus merasa apa.

Megumi jadi mengingat kembali artikel yang dibacanya semalam. Ada yang bilang enak, ada yang bilang kalau pertama pasti sakit, ada yang bilang tidak mungkin bisa puas kalau dimasuki, ia tidak tahu ia akan mengalami yang mana.

Tapi saat Megumi mulai rileks, tangan Gojo mulai menambah jumlah jari di sana, dan juga masuk semakin dalam ke lubang Megumi, mencari titik kenikmatannya.

"Aahh," Megumi tersentak saat merasakan jemari Gojo menyentuh sebuah titik. Ia menoleh ke bawah, melihat apa yang terjadi.

"Di sinikah?" tanya Gojo dan kembali menyentuh titik itu.

"Aahh," Megumi kembali mendesah. "Mmn, mmm, Go-Gojo-san…" panggil Megumi.

"Apa di sini terasa nikmat, Sensei?"

Megumi tak menjawab karena malu, ia hanya bisa mengangguk. Ia masih terus menatap ke bawah, ia terbelalak saat melihat penisnya kembali tegak. Seenak itu kah sampai ia ereksi kembali?

'Kuso…' batin Megumi malu.

Gojo tersenyum melihat kelakuan Megumi. Ia lalu mencium pipi Megumi, dan kembali menjilat cuping telinganya. Tangannya masih bermain di lubang Megumi.

"Baguslah kalau enak," bisik Gojo. Nafas hangatnya menyentuh leher Megumi.

Megumi melepas pegangannya di kaki, lalu ganti memeluk Gojo. "Cium," pintanya, ia ingin merasakan bibir Gojo lagi.

"Kau suka ciuman?" Gojo mendekatkan bibirnya ke bibir Megumi.

Megumi mengangguk. "Ciuman enak," ucap Megumi dan kali ini ia duluan yang mencium Gojo, membawanya dalam ciuman basah yang memabukkan. Ditambah rasa nikmat dari jemari Gojo di lubangnya, Megumi benar-benar merasa nikmat.

Hingga ia baru sadar kalau Gojo tadi juga ereksi, dan ia belum klimaks. Bahkan ia masih memakai celana, pasti menyakitkan.

Megumi melepas ciuman, tangannya turun ke bawah, meraba selangkangan Gojo yang menggunduk.

"Sssshh…" Gojo mendesis mendapat sentuhan itu.

Ah, benar kan. Gojo juga pasti sudah ingin, pikir Megumi. "Kau harus mengeluarkan ini," ucap Megumi.

Gojo tertawa kecil. "Yeah," ucapnya. Ia kembali menegakkan tubuh, menarik tangannya dari lubang Megumi. Dengan berdebar Megumi menatap ke arah Gojo, ini pertama kalinya ia akan melihat milik Gojo. Selama ini Gojo selalu melakukan di belakang tubuh Megumi sehingga Megumi tak melihat.

Gojo membuka resleting celana lalu menurunkan boxernya. Megumi seketika terkesiap dan menahan nafas melihat milik Gojo. Padahal Megumi percaya diri dengan ukuran miliknya yang ia dapatkan dari gen Toji, tapi ia tak menyangka Gojo jauh di atas itu.

Seketika wajah Megumi membiru saat baru mengingat kalau benda itu akan memasuki lubangnya nanti.

"I-i-i-itu tidak akan muat kan…" ucapnya gugup.

"Pffttt…" Gojo tertawa kecil, ia kembali mencondongkan tubuh dan menumpunya dengan kedua tangan supaya bisa mengecup dahi Megumi. "Tidak apa-apa. Aku juga belum pernah memasukkan semuanya selama aku melakukan sex."

"Hah?!" Megumi terkejut dibuatnya.

"Iya, aku belum pernah bisa masuk seluruhnya dengan siapapun partner yang melakukan sex denganku," Gojo kembali menciumi leher Megumi. "Jadi tidak apa-apa, tidak masuk sekalipun," di bagian bawah tubuh mereka, Gojo menggesekkan penisnya yang tegak ke penis Megumi.

"Mmnn," Megumi kembali berjengit merasakan sensasi itu. Tunggu, ia rasa ia pernah merasakan ini. Tapi kapan, di mana? "Hngh…ahh," tanpa sadar Megumi ikut menggerakkan pinggulnya supaya gesekan di penis mereka kian terasa.

Gojo tersenyum karena itu. Tangannya lalu bergerak ke bawah, menyatukan penis mereka lalu mengocoknya bersama.

"Hngghh…nnn," Megumi kembali mendesah. Matanya terpejam dan terbuka menikmati itu. Ya, ia yakin pernah merasakan sensasi yang sama, tapi di mana dan kapan ia tak ingat.

Gojo mencium bibir Megumi tanpa menghentikan gerakan mereka di bawah sana.

"Mmnn…mnn," Megumi mengerang di dalam ciuman, tangannya bergerak memeluk punggung Gojo, mencengkeramnya kuat. Kenikmatan itu kian intens, penis Megumi berdenyut kuat saat hasratnya kembali memuncak, tapi Gojo tak melepaskan ciumannya.

"Hngmn…mmmnn," Megumi mengerang kuat saat akhirnya tak tahan lagi, kukunya menghujam punggung Gojo, dan tanpa sadar ia juga menggigit bibir Gojo saat mencapai puncak. Cairan sperma membasahi tubuhnya dan tangan Gojo, sebagian kecil mengenai perut Gojo juga.

"Hosh…hosh…" Gojo melepas ciuman membiarkan Megumi bernafas lebih leluasa. Gojo lalu menegakkan tubuh, sepertinya ia juga ingin klimaks. Gojo kembali mengocok kejantanannya sendiri dengan cepat sambil menatap ke arah Megumi.

Posisi mereka masih seperti tadi, Megumi berbaring dengan kaki bertopang di atas paha Gojo, dan Gojo semakin menekan ke depan saat merasakan intens ia hampir ejakulasi. Ia menatap sayu wajah Megumi yang manis, pipinya yang memerah dan nafasnya yang masih memburu setelah klimaks. Sebenarnya ingin sekali Gojo memajukan tubuhnya dan klimaks di wajah Megumi, membanjiri wajah cantik itu dengan cairan miliknya. Tapi ia rasa itu masih terlalu berlebihan untuk sekarang.

"Ugh, nn…" Gojo mendesah kecil saat merasakan hasratnya kian memuncak. Matanya terpejam merasakan kenikmatan, dan entah mengapa Megumi tak bisa lepas dari pemandangan itu.

Ini pertama kalinya Megumi melihat Gojo dengan ekspresi demikian. Gojo yang biasanya selalu tenang dan cool di hadapannya, kini memiliki ekspresi lain saat merasakan kenikmatan. Megumi sama sekali tak bisa mengalihkan pandangan dari wajah Gojo.

"Hng, ahh…" gigi Gojo beradu seolah menahan kenikmatan, dan itu membuat darah Megumi berdesir kuat. Ah, ya, Megumi ingat sekarang. Ia rasa ia pernah mengalami ini di mimpi, tapi ia melupakannya. Dan ia juga tak melihat ekspresi wajah Gojo saat itu. Ia hanya merasakan kenikmatan kedua penis mereka bersatu, tapi tak melihat bagaimana ekspresi Gojo. Jadi ternyata seperti ini ya, manis sekali.

"Nn…nn, aahhh," Gojo akhirnya klimaks, cairannya tumpah ke perut Megumi, sebagian lagi tertahan oleh tangan Gojo sendiri yang berada di bagian depan penis seolah sengaja untuk menampungnya. "Ugh…ahh…" Gojo masih bergerak pelan sampai klimaks nya selesai. Barulah ia bernafas terengah dan lututnya rileks turun ke ranjang karena kelelahan. Ia menatap spermanya yang banjir di perut Megumi, lalu menyentuh tempat itu dengan jemarinya.

"Gomen, akan kubantu kau membersihkan tubuhmu," ucap Gojo.

"Kenapa minta maaf, aku juga…di badanmu…" Megumi tak bisa berkata-kata, wajahnya sudah memerah lagi.

"Hahaha," Gojo tertawa kecil lalu beralih dari posisinya. Ia meraih tissue di meja lalu membersihkan perut Megumi dari sperma miliknya.

"..." Megumi terdiam, dari vibe nya apakah mereka sudah selesai? Hanya sampai sini?

Setelah membersihkan perut Megumi, Gojo juga mengelap penis Megumi, membersihkannya dari cairan lengket, lalu turun ke lubang Megumi.

"Nn…" lubang Megumi berkedut karena geli saat disentuh. Gojo hanya tersenyum dan lanjut membersihkan tempat itu. "Gojo-san," Megumi akhirnya memberanikan diri. "Apa ini sudah selesai?"

"Ya, untuk sekarang sampai sini saja," balas Gojo. Ia selesai membersihkan Megumi lalu beralih membersihkan miliknya sendiri. "Sudah kubilang kan, aku tidak selalu harus memasukkannya saat sex, kalaupun masuk juga tidak bisa sepenuhnya, jadi sama saja."

"Ya, tapi kalau tidak masuk apa bisa disebut sex?"

"Haha, entahlah. Tapi yang tadi sudah skinship jauh sekali kan. Bagaimana Sensei, apa kau sudah melakukan heal padaku?"

Glek…!

Wajah Megumi membiru. Ia lupa sama sekali soal itu, ia bahkan tak melakukan heal lagi sejak ciuman di awal tadi. "I-itu…gomen…aku…"

"Pffttt…hahahaha ii no ii no," tawa Gojo. Ia membuang tissue-tissue itu ke tempat sampah lalu kembali naik ke ranjang dan berbaring di samping Megumi. "Kubilang juga nikmati saja. Ini yang pertama bagimu, sebaiknya kau nikmati saja ini."

Tapi Megumi tetap merasa tak puas, bagaimana bisa ia malah lupa padahal harusnya ini sesi heal. Ia malah hanya keenakan diperlakukan begitu oleh Gojo. Entah kenapa ia merasa malu dan tak terima pada diri sendiri.

Megumi pun bergeser mendekat lalu melingkarkan tangannya ke leher Gojo.

"Sensei…?" bingung Gojo.

"Cium," pinta Megumi.

Gojo tersenyum dan dengan senang hati mencium bibir Megumi, memagutnya.

"Dengan lidah," perintah Megumi, dan Gojo menurut saja. Bagaimana bisa ia menolak permintaan ciuman dari Megumi. Lalu saat ciuman lidah itulah, Megumi mulai melakukan heal kembali pada Gojo.

"Nn," Gojo sempat berjengit merasakan heal dari Megumi, tapi pada akhirnya ia menerima saja. Kalau ia melepas heal itu pasti Megumi lah yang marah kini.

Setelah agak lama, Megumi pun melepas koneksi mereka dan menyelesaikan heal nya. Ia mendesah lelah, tubuhnya lemas berbaring di pelukan Gojo.

"Otsukare," ujar Gojo dan mengecup puncak kepala Megumi, diusapnya belakang kepala Megumi dengan sayang.

Setelah mengumpulkan sedikit energi, Megumi bergeser untuk meraih tab nya, melihat level energy Gojo. "Woah," ia memperlihatkan tab itu ke Gojo. "Dari 81% ke 43%."

Gojo tersenyum. "Arigatou," ucapnya.

"Karada wa?" Megumi duduk sambil masih menatap tab nya.

"Sangat baik. Rasanya ringan sekali. Sudah berapa lama ya aku tidak merasakan ini," balas Gojo.

Megumi tersenyum. "Syukurlah," ucapnya. Ia memperhatikan tubuh Gojo dari atas ke bawah, ia baru menaikkan boxer tapi belum menyletingkan celananya. "Gojo-san," panggil Megumi.

"Ya?"

"Waktu itu saat bersama Ieiri-san dan Yaga-san, kau seperti menolak untuk melakukan heal dengan metode sex bersamaku," Megumi menekuk satu lututnya ke atas untuk tumpuan siku dan menyangga wajahnya dengan telapak tangan menatap Gojo. "Apa karena ini alasannya? Karena tahu kau tidak bisa melakukan sex dengan siapapun dan masuk secara penuh?" tunjuk Megumi ke arah selangkangan Gojo.

"Tidak tidak, bukan begitu," Gojo ikutan duduk menghadap Megumi. "Itu…karena…"

"Mm hm?" Megumi menunggu.

Gojo tampak kesulitan mengatakan, ia mengacak rambutnya sendiri. "Karena kalau bisa…aku ingin melakukan sex denganmu kalau kau ada rasa kepadaku. Apalagi waktu itu kau bilang ini sex pertamamu."

"..." Megumi terdiam tapi lalu terbelalak dengan wajah memerah. "H-huhh…? Ra-rasa…?"

Wajah Gojo tertunduk sedikit meski tatapannya terarah kepada Megumi, pipinya juga bersemu. "Ano sa, Megumi-Sensei. Kurasa…aku menyukaimu," kedua tangan Gojo bertaut dan tampak nervous. "Makanya kupikir aku akan mendekatimu dulu, dan berusaha membuat kau menyukaiku. Aku ingin sex pertama kita karena kita sama-sama punya perasaan. Tapi kalau itu perintah dari HQ…maka sex kita, bagimu hanyalah sesi heal biasa. Bukan bercinta dengan seseorang yang kau sukai. Aku…tidak mau itu."

Megumi speechless, ia tak tahu harus menjawab apa.

"Ah, mouuu…padahal aku ingin menyatakan perasaan tidak dengan cara seperti ini. Tapi kenapa malah jadi begini," Gojo menutup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangan. "Dan sekarang kita juga sudah melakukan sejauh ini, meski belum sex. Padahal kubilang tak ingin melakukan ini kalau hanya perintah HQ dan sesi heal biasa, tapi saat Megumi-Sensei yang mengajakku, aku tidak bisa menolak. Logika ku seperti menghilang entah kemana," Gojo masih meracau tak jelas.

Megumi hanya bisa bungkam. Jadi itu kah alasannya Gojo berpakaian rapi begitu, membawa bunga pula, dia juga selama ini selalu berperilaku baik di hadapan Megumi saja. Gojo sedang PDKT padanya?

"Sensei…" panggil Gojo, ia mengintip dari celah jemarinya, wajahnya yang putih memerah total. Ia lalu melepas telapak tangannya dari wajah, ia raih tangan Megumi dan menggenggamnya erat. "Aku tidak memintamu memberikan jawaban, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku ada rasa terhadapmu. Aku tidak akan meminta banyak, tapi…kalau kau sedikit saja mau memikirkan tentangku, dan sedikit saja berpikir ingin hubungan lebih denganku…aku akan senang sekali."

Gojo menundukkan kepalanya di pundak Megumi. "Megumi Sensei…" panggil Gojo lembut. "Aku mencintaimu."

Megumi tak mampu membalas apapun, tapi melihat Gojo yang tertunduk di pundaknya…tangan Megumi bergerak untuk memeluk Gojo, mengusap pelan kepalanya.

"Ya, akan kupikirkan," balas Megumi.

Gojo sempat terbelalak, tapi lalu tersenyum. "Arigatou, Sensei…" balasnya.

.

~OoooOoooO~

.

"...souka, 43% ya. Ternyata sulit juga," ucap Shoko sambil melihat tab Megumi. Ia menghisap rokok lalu menghembuskan asapnya ke udara. Mereka sedang ada di sebuah gazebo sore itu, Shoko memakai turtle neck hitam tanpa lengan, Megumi mengenakan jacket yang agak kebesaran, rambutnya masih sedikit lembab sehabis mandi. Di hadapan mereka masing-masing terdapat sebuah cangkir kopi, dan kepala Megumi sedang tergeletak ke meja.

"Yeah, itu dari metode ciuman saja, bukan dari sex nya. Kami tidak melakukan sejauh itu," ucap Megumi.

"Berarti benar apa kata Yaga-Sensei, mungkin satu-satunya cara adalah dengan sex kalau mau persentasenya di bawah 20%."

"Sore wa muri desu yo," protes Megumi. Ia mengubah posisi kepalanya, masih di meja tapi tegak menatap Shoko. "Benda sebesar itu tidak mungkin masuk. Kau harus melihatnya sendiri Ieiri-san."

"Shitteiru yo," balas Shoko. "Aku juga pernah melakukan sex dengan Satoru."

"HUUHH?!" Megumi terkejut sampai akhirnya menegakkan tubuh.

"Ya, kau tahu sendiri kan dulu dia susah sekali mendapat heal. Ini bukan kali pertama kami mencoba metode lain, kupikir kalau sex dengannya bisa mempermudah heal nya. Tapi ternyata sama saja, turun juga paling cuma satu dua persen, dan yang ada vagina ku sakit gara-gara dia terlalu besar. Cuma ya waktunya jadi lebih singkat saja. Kalau heal biasa, bisa sampai 6 jam, dengan sex aku hanya kuat sekitar 15 menit," Shoko kembali menghembuskan asap rokoknya.

"S…ou…ka," ucap Megumi. Entah kenapa ada sedikit perasaan aneh di dadanya, padahal ia juga tak begitu terkejut dengan fakta itu. Wajar Gojo sudah melakukan itu mengingat betapa sulitnya ia mendapat heal, pasti semua metode sudah ia coba. Saat bersama Megumi juga Gojo bilang ia sudah melakukan sex dengan orang lain, tapi kenapa yang sekarang baru terasa ya sesuatu yang aneh itu di dada Megumi. Apa karena itu Shoko?

"Yo, boleh bergabung," Geto menghampiri membawa secangkir kopi dan rokok di tangan, Yuuji berjalan di sampingnya.

"Yoho," sapa Yuuji sambil mengangkat sebelah tangan, tangan satu nya memegang pop corn.

"Douzo~" ucap Shoko santai.

Megumi sedikit menggeser duduknya. Gazebo itu berbentuk melingkar dengan meja melingkari sekeliling tiang di tengah meja, jadi ia bergeser supaya muat untuk dua orang.

"Sedang membahas apa? Serius sekali," Geto melongok ke tab di hadapan Shoko.

"Waah kalian semua pecinta kopi hitam atau apa," komentar Yuuji. "Ah, aku mau pesan minum juga deh," ia pun mengeluarkan ponselnya.

"Wooaah, 43%. Ini persentase barunya Satoru kah?" tanya Geto melihat data di depan Shoko. "Sugoi ne, bisa serendah ini. Selama ini dia selalu di atas 90."

"Tidak juga. Persentase ini sudah dengan metode ciuman. Kalau mau lebih rendah lagi ya dengan sex," balas Shoko.

"Bwahaha muri darou," ucap Geto. "Tidak dengan ukuran Satoru," Geto menghisap rokoknya. "Yaga-Sensei apa tidak keterlaluan memberikan angka 20%?"

"Yeah, aku juga baru kepikiran itu sekarang, aku sama sekali lupa dengan masalah utamanya," Shoko juga menghisap rokoknya.

"Geto-san, kau juga tahu soal ini?" Megumi kembali terkejut. "Soal…ukuran…"

"Hahahah ya kira-kira begitulah. Itu sudah lama sekali, jaman aku masih biasa pergi misi bersama Satoru," tawa Geto. "Kami sama-sama pent-up dan stress gara-gara misi, dan terlalu merepotkan harus cari partner dulu. Jadi kami memutuskan untuk melakukannya berdua. Tapi yeah, dia tidak bisa masuk secara penuh, akhirnya kami hanya onani bersama saja."

"Naruhodo…" Megumi bahkan tak punya energy lagi untuk terkejut.

"Suguru-san, memangnya Gojo-san sebesar itu? Lebih besar dari punyamu?" tanya Yuuji.

"Rasanya menyakitkan mengatakan ini, tapi iya, dia lebih besar dariku," balas Geto sweatdrop.

"Uwaaah, muri deshou. Aku menerimamu saja sudah batas maksimalku, aku tidak tahu kalau lebih besar dari itu bisa atau tidak."

"Deshou? Yaga-Sensei sepertinya agak keterlaluan kalau mengharuskan Satoru melakukan sex dengan healer nya."

Megumi hanya bisa menarik bibirnya sebelah. Ia tidak tahu lagi harus bereaksi bagaimana, apa pembicaraan tentang sex dan ukuran penis sudah sangat biasa di lingkungan ini? Sampai-sampai mereka bisa membicarakannya di hadapan orang lain semudah itu.

"Terus, sekarang Gojo-san kemana?" tanya Yuuji.

"Misi, katanya dia akan berada di luar negeri selama beberapa hari," jawab Megumi.

"Souka," minuman pesanan Yuuji datang dan ia menerima minuman itu. "Ngomong-ngomong, kalau persentase nya bisa segitu karena dari ciuman, kenapa tidak melakukannya lagi saja. Misal hari ini segitu, besok melakukannya lagi. Begitu terus."

"Muri darou, sesi heal hari ini saja sudah menguras energy ku banyak sekali. Aku bahkan tidak yakin besok energy ku sudah penuh atau belum," balas Megumi, ia memutar-mutar cangkir kopi nya.

"Ya paling kalau libur misi begitu. Kalian libur total selama beberapa hari hanya demi heal."

"Mana bisa begitu, misi untuk jujutsushi padat sekali loh Yuuji," balas Geto. "Kau tahu sendiri bagaimana jadwal misi ku."

"Iya sih, tapi maksudku hanya kali ini, khusus mencapai 20% nya."

"Tidak bisa juga. Yaga-Sensei mengharuskan minimal 6 bulan dia berada di bawah angka 20%, dan Satoru tetap harus mengerjakan misi," ucap Shoko.

"Ugh…sulit juga ya," balas Yuuji.

Megumi hanya bisa menghela nafas lelah memikirkan itu.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Berada di angka ini saja sudah bagus kan. Lagipula dia sudah lama hidup dengan chip itu di tubuhnya, kurasa ia tak seingin itu chip nya segera dilepas," ucap Shoko.

"Yeah, itu juga bukan tujuan utamaku sih. Aku hanya ingin dia seperti jujutsushi pada umumnya. Dia bilang rasanya berat sekali saat persentasenya tinggi. Aku hanya ingin dia terbebas dari hal itu."

"Naruhodo, kau benar-benar healer yang bertanggungjawab dengan pasien mu ya, Megumi-Sensei," ucap Geto

"Itu…" Megumi tak bisa menjawab. Ia sendiri tak tahu ia merasa demikian. Apa benar hanya karena Gojo pasiennya? Benarkah ia hanya ingin Gojo terbebas dari tumpukan energy negatif yang memberatkan karena Gojo pasien Megumi? Entahlah, Megumi belum tahu jawabannya.

.

~OoooOoooO~

.

Megumi mengecek level energy nya di keesokan pagi dengan input device. Dan benar saja, energy Megumi belum kembali sepenuhnya. Saat ini bahkan hanya berada di angka 56%.

"Fuuh, aku mungkin harus olahraga," Megumi meraih jaket olahraganya. Ia tengah menyletingkan jaket itu saat melihat melihat jendela kamar Yuuji yang tadinya mati kini menyala lampunya. "Itadori," panggil Megumi.

Tak lama kemudian tirai terbuka dan Yuuji muncul di sana menenteng jaket olahraga. "Yo. Mau ke gym atau jogging?" tanya Yuuji melihat Megumi memakai jaket sejenis.

"Kau sendiri?" Megumi balik bertanya.

"Aku niatnya mau ke gym sih. Mau ikut?"

"Boleh. Aku belum pernah ke gym di sini."

Yuuji mengangguk lalu kembali menutup tirai. Megumi juga keluar kamar dan menuju depan, Yuuji juga sudah keluar paviliun. Mereka berlari kecil menuju gerbang kompleks paviliun sambil ngobrol kecil.

"Kau biasanya olahraga di unit?" tanya Yuuji.

"Iya. Kau?"

"Kalau tidak lari ya ke gym. Di sini banyak fasilitas loh. Coba saja fasilitasnya."

"Yeah," balas Megumi.

Mereka terus berlari dengan pace yang sama, Yuuji membawa mereka ke gedung jujutsushi.

"Eh? Gym nya di sini?" tanya Megumi.

"Iya. Tempat latihan, gym, utamanya disediakan untuk para jujutsushi. Meski yang lain juga boleh pakai sih. Ya sekalian saja kau ketemu dengan jujutsushi lain di luar jam kerja mu, ya kan."

Megumi mengangguk. Ia pun mengikuti langkah Yuuji menuju gym. Saat mereka memasuki gym, tak menyangka banyak sekali yang menyapa menatap ke arah mereka.

"Fushiguro-Sensei," seseorang menghampiri. "Lama tak bertemu. Sekarang Sensei jarang praktek ya?"

"Ah, ya, sekarang aku hanya kerja di kantor 3 hari dalam seminggu. 2 hari lainnya kerjaan di luar kantor," jelas Megumi.

"Souka, boleh minta jadwalmu Sensei? Biar aku bisa mendapatkan heal saat–..."

"Heu, curang. Aku juga mau. Sensei, boleh tahu jadwalmu."

Dan akhirnya Megumi dikerubuti banyak orang yang minta jadwal heal nya.

"Gomen, ada beberapa hal yang tidak bisa kubicarakan jadi tolong pengertiannya," Megumi hanya bisa sweatdrop.

"Woy bubar bubar, kalian menghalangi jalan. Kenapa berkerumun di sini?" suara omelan seorang cewek terdengar.

Akhirnya mereka pun bubar karena memang merasa membuat kerumunan. Megumi menoleh ke arah sumber suara tadi dan melihat seorang cewek berkamata dengan rambut dikuncir kuda berdiri dengan bertolak pinggang dan muka yang merengut.

"Mattaku, pagi-pagi sudah bikin ribut saja," kesal cewek itu.

"Ah, Maki-san. Ohayou," sapa Yuuji.

"Hoi, Itadori. Padahal kau di sini kenapa juga tidak membubarkan kerumunan tadi."

"Ya bagaimana ya, mereka ada perlu dengan temanku ini," Yuuji memegang pundak Megumi. "Perkenalkan, Fushiguro Megumi-Sensei. Healer desu."

Megumi mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Oh, souka. Healer baru yang jadi banyak perbincangan itu," balas Maki tapi berlalu begitu saja tanpa menjabat tangan Megumi.

"Yeah begitulah, makanya mereka berkerumun meminta jadwal praktik Sensei," Yuuji merangkul Megumi untuk melangkah. "Jangan terlalu dihiraukan, dia sifatnya memang begitu," bisik Yuuji pada Megumi.

Mereka menuju treadmill dan memulai aktivitas gym mereka dengan berlarian di treadmill. Biasanya Megumi akan memakai headset sih, tapi kali itu karena ada Yuuji dia jadi merasa tak enak, soalnya sesekali Yuuji mengajak ngobrol.

"Nah, kau sekarang tahu kan kalau kau terkenal," ucap Yuuji.

"Yeah, aku tak menyangka," balas Megumi.

"Aah, kapan-kapan kalau kau senggang aku ingin mencoba heal darimu juga."

"He? Tapi bukannya kau bukan jujutsushi?"

"Iya sih, tapi aku kan healer fisik, aku bisa menggunakan energy kutukan untuk melakukan reverse technique, jadi bisa dikatakan aku bisa di heal oleh healer energy kalau mau."

"Souka…aku baru menyadari itu. Jadi para healer fisik seharusnya bisa mendapat heal energy ya."

"Hahaha iya bisa, tapi ya memang tidak perlu sih. Habisnya output energy kami tidak sebesar itu sampai-sampai butuh heal, makanya kau tidak pernah kan melihat healer fisik di heal oleh healer energy. Hanya saja itu memang bisa dilakukan," jelas Yuuji. "Aku pernah satu kali di heal ayahku saat aku kecapekan gara-gara misi. Rasanya…seperti apa ya, aku tidak bisa menjelaskan dengan baik. Pokoknya menjadi rileks dan rasa pegal serta lelah ku hilang, oh mungkin seperti pijat kali ya, tapi pijat energy, bwahahaha."

"..." Megumi terdiam. Ia jadi kepikiran soal ayahnya. Apa seharusnya dia bisa heal ayahnya itu? "Hey, kalau heal ke orang normal apa bisa? Maksudku, orang normal kan meski sedikit pasti punya energy kutukan kan dalam tubuh mereka."

"Oh, kalau yang itu kurasa tidak bisa. Energy kutukan milik orang normal terlalu rendah kadarnya untuk bisa menghasilkan output energy, jadi mendapat heal pun tidak bisa," jelas Megumi. "Jujutsushi yang tidak bisa menggunakan energy kutukan juga tidak bisa mendapat heal kan, ya semacam itu. Ya kan, Maki-san?"

"Hmh," hanya itu jawaban Maki dan tetap berlari di treadmill nya.

"He? Maki-san jujutsushi non-CE?" tanya Megumi terkejut.

"Iya. Kenapa sekaget itu?" tanya Yuuji

Megumi terkejut karena ia pikir jujutsushi non-CE itu hanya untuk pria-pria berbadan besar. Maklum lah lawan mereka kan kutukan, dan mereka menggunakan tubuh mereka yang manusia biasa untuk melawan. Jadi Megumi pikir semua yang menjadi jujutsushi non-CE adalah orang-orang berbadan kekar seperti ayahnya. Sedangkan Maki adalah seorang cewek, meski Megumi bisa lihat kalau badan Maki berotot sih.

"Umm…karena seperti Tou-san ku," balas Megumi pada akhirnya. Ia rasa tak sopan kalau mengutarakan apa yang ada dipikirannya tadi.

"Woooh, souka souka. Jadi ayahmu jujutsushi juga, Fushigur–...eh ? Fushiguro?"

"Fushiguro?"

Seketika Yuuji menghentikan treadmill dan menatap Megumi, begitu juga Maki. Ia melakukan hal yang sama.

"Hah? Apa?" Megumi jadi ikut menghentikan treadmill untuk melihat ke arah mereka.

Yuuji menunjuk Megumi dengan gemetar. "Nama marga mu Fushiguro kan ya? Fushiguro?"

"Iya, kenapa?" bingung Megumi.

"Tenang Itadori. Mungkin nama Fushiguro itu nama yang umum, bukan nama satu keluarga saja kan. Mungkin banyak Fushiguro," balas Maki.

"Seriusan, kalian kenapa?" Megumi semakin sweatdrop dibuatnya.

"Na, apa kebetulan kau juga punya ayah bernama Toji. Toji Fushiguro?" tanya Yuuji.

Megumi menelengkan kepalanya. "Iya, itu nama ayahku. Bagaimana kau tahu?"

Maki langsung terbelalak dan jawdrop, Yuuji juga sama saja. Mereka tampak sangat shock. "Tunggu tunggu, mungkin masih kebetulan nama yang sama saja, Maki-san," Yuuji jadi ikut kelimpungan.

Megumi menghela nafas lelah lalu meraih ponselnya di saku jacket. Ia mencari foto dirinya dengan Toji, lalu menunjukkan layar ponselnya ke mereka berdua. "Kalian kenal ayahku atau apa? Ya, dia memang sudah lama jadi jujutsushi non-CE, jadi mungkin kalian kenal dia? Tapi kenapa harus sekaget itu."

Yuuji dan Maki menatap layar ponsel itu dan semakin terbelalak.

"Aaakkk," Yuuji bahkan jawdrop semakin parah. "Seriusan, beneran Toji Fushiguro loh, Toji Fushigurooo."

"K-kau…betulan anaknya?" Maki ikutan berucap. Megumi mengangguk. "Kapan dia ke HQ, mungkin menjengukmu atau menemui mu atau apa," ucap Maki dengan tatapan tajam.

Megumi semakin sweatdrop. Dan sekarang tiba-tiba mereka ingin bertemu Toji atau bagaimana?

"Seriusan, kalian ini kenapa sih," kesal Megumi. "Itadori!" Megumi beralih ke Yuuji meminta penjelasan.

"Ano sa, kau tahu kan menjadi jujutsushi non-CE itu sulit?" ucap Yuuji. "Harus punya fisik dan mental kuat, melawan kutukan dengan fisik manusia biasa, begitu."

"Hm hm," Megumi mengangguk.

"Apalagi saingannya dengan jujutsushi murni yang punya banyak kekuatan super ya kan?"

"Hm hm."

"Nah karena itulah naik rank untuk jujutsushi non-CE itu sangat sulit. Kebanyakan mereka hanya stay di level 4, naik maksimal ke level 3 atau semi-grade 2 maksimal, naik level 2 saja sangat susah, apalagi lebih ke atas lagi."

"Souka, jadi Tou-san ku terkenal karena dia bisa naik ke level 2 kah? Terakhir dia bilang padaku kalau dia level 2."

"Apanya yang level 2!" Yuuji memegang erat pegangan treadmill. "Toji Fushiguro itu satu-satu nya jujutsushi non-CE yang berada di level 1."

"..." Megumi terdiam. Ia masih loading. "Hah…?" ucapnya kemudian.

"Iya, jujutsushi non-CE lain bahkan tidak ada yang level 2. Maki-san juga semi-grade 2, susah sekali naik ke level 2. Tapi Toji Fushiguro itu di level 1. Level 1. Itu seperti…ettoo…mungkin seperti special-grade kalau di jujutsushi yang memiliki CE, seperti Suguru-san, dan Gojo-san juga."

"Hhaaahhh?!" Sepertinya shock baru sampai ke Megumi.

"Dan beliau adalah idola Maki-san," Yuuji menggerakkan tangannya seolah meng highlight Maki. "Dia sangat ingin seperti Toji-san, dan ingin bertemu dengannya suatu saat nanti."

"Maji ka yo," ucap Megumi masih setengah tidak percaya.

"Aku tidak sadar sejak pertama kita kenalan karena kupikir yaa…biasa saja. Aku baru sadar tadi saat menyebut namamu dan ada Maki-san. Kurasa, di awal Maki-san juga tidak sadar karena tadi habis ribut dengan hal lain," ucap Yuuji.

"..." Megumi tak menjawab, ia sibuk dengan ponselnya, menscroll kontak lalu menekan tombol call. Tak berapa lama sambungan diangkat, dan Megumi sengaja menekan tombol loudspeaker.

"Yo, Megumi. Tumben menelfon, bukan lewat chat. Ada apa?" tanya Toji di ujung telefon.

"Tou-san, kau level berapa?" tanya Megumi tanpa basa-basi.

"Hah? Level apa? Game yang kau tanyakan kemarin?"

"Level mu sebagai jujutsushi!" omel Megumi.

"Oooh itu. Level 2, kan Tou-san sudah pernah bilang. Kutukan untuk misi level 2 tidak sekuat itu kok, jadi aman saja. Tou-san pastikan aman dan tidak akan terluka, jadi kau tenang saja."

Krekk…!

Habis sudah kesabaran Megumi. "Kuberi kau satu kesempatan terakhir untuk menjawab pertanyaanku," ucap Megumi penuh penekanan. "Kau-level-berapa?"

"..." Toji tak langsung menjawab. "Me-Megumi…apa yang kau…bicarakan, kan…sudah Tou-san jawab…" kali ini nada suara Toji terdengar ketakutan.

"Level berapa?!" ulang Megumi.

"..." tak ada jawaban. Cukup lama. Tapi masih terdengar nada static yang artinya sambungan belum ditutup.

"...satu…" akhirnya Toji menjawab dengan ragu.

Kreekk!

Habis sudah kesabaran Megumi.

"Lalu selama ini kau bilang level 2 padaku untuk apa? Biar aku tetap mengizinkamu menjadi jujutsushi? Kau pikir kau bisa menyembunyikannya dariku selamanya? Aah, pantas saja saat aku dapat tawaran dari HQ kau langsung setuju saja aku pergi ke HQ, dengan begitu kau jadi lebih bebas kan ya? Hm? Jadi semaumu saja mencari perkara sulit dengan para kutukan itu hm? Jadi tidak peduli kau pulang dengan kondisi seperti apa karena aku sudah tidak ada di rumah ya? Jangan-jangan selama ini kau memberikan foto rumah yang tertata rapi, semua itu kau lakukan karena tak mau memfoto dirimu sendiri yang mungkin dalam kondisi kaki yang patah atau semacamnya? Atau isi perutmu yang sedang berhamburan begitu?" omel Megumi panjang lebar, Yuuji mengkerut melihat ekspresi ngamuk Megumi, sementara Maki malah tampak terpesona karena bisa mendengar suara Toji.

"A…cho…Me…Megumi…" Toji terbata, berusaha memotong ucapan putera tercintanya itu. "Ti-tidak kok, serius, Tou-san baik-baik saja. Misi untuk jujutsushi non-CE itu sudah dibedakan dengan level jujutsushi CE, jadi untuk yang non-CE itu levelnya lebih mudah, lebih rendah begitu," alasan Toji.

Megumi menoleh murka ke arah Yuuji dan Maki mencari kebenaran, dan keduanya menggeleng.

"Mana ada level lebih rendah, mereka disama ratakan levelnya untuk jujutsushi CE maupun non-CE," bisik Yuuji sambil mengibaskan tangannya.

"Jangan mencoba berbohong lagi," Megumi kembali kepada Toji. "Temanku bilang tidak ada yang seperti itu."

"Hee souka, temanmu ya. Siapa namanya? Aku jadi ingin bertemu, kita harus membicarakan sesuatu," nada suara Toji berubah menjadi ancaman.

"Hiiiiik," Yuuji bertambah mengkeret dibuatnya.

"Demo hontou da, Tou-san baik-baik saja. Tou-san sudah janji kan tidak akan pulang dalam keadaan terluka lagi. Hanya luka kecil saja seperti lecet, itu tidak bisa dihindari kan," Toji mencoba menjelaskan.

"Ha, pergi misi ke level 1 dan tidak terluka sama sekali. Kau ingin naik ke semi-special grade atau apa?!" omel Megumi.

Ghakk…!

"Me-Megumi…b-bukan begitu… Tou-san hanya ingin menepati janji padamu. Tou-san tidak akan ceroboh lagi sampai terluka, mengerti?"

Entah kenapa Megumi malah bertambah kesal mendengar itu. "Switch ke video call sekarang!" perintahnya.

"Eh? Hah? Untuk ap–..."

"Kiiiiikkkkkzzk…" terdengar auman sesuatu yang aneh di belakang suara Toji.

"Bangsat, diamlah," bisik Toji.

Megumi kian terbelalak. "Kau sedang dalam pertarungan?! Dan kau sempat-sempatnya mengangkat telefonku?!"

"T-tidak, bukan kok. Ini aku habis belanja ke supermarket, kebetulan ada kutukan lewat dan kuhajar saja. Ya kan, hahaha."

Jleb…! Crraassshhh…!

Terdengar suara pertempuran sesaat lalu suara lengkingan kutukan yang begitu keras. Megumi tak melihat, tapi kalau didengar dari suaranya, itu mirip kutukan yang Megumi temui saat ikut misi kelas S dengan Gojo, kutukan yang mengerumuni mereka selama perjalanan. Jadi Megumi rasa levelnya pasti semi-grade 1 ke atas.

"Sssshhh…!" Megumi menekan dahi saking kesalnya. "Oke cukup. Aku akan menemui Yaga-san dan meminta menurunkan levelmu sekarang."

"Chotto–...Megu–…!" panggil Toji tapi Megumi mematikan telefon.

Megumi mendengus kesal sambil mematikan telefonnya. Yuuji masih pundung ketakutan, sementara Maki merengut menatap Megumi.

"Memangnya kenapa dia level 1. Bukankah itu bagus. Seharusnya bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan," ucap Maki sambil bertolak pinggang.

Megumi balas merengut menatap Maki. "Katakan itu kalau satu-satunya anggota keluarga yang kau punya juga seorang jujutsushi non-CE level 1," ucap Megumi ketus dan langsung meninggalkan tempat tanpa berpamitan.

"Uwaah, aku baru kali ini melihat Fushiguro semarah ini," ucap Yuuji. Karena tak ada respon, ia melirik Maki. Cewek itu tampak semakin merengut saja, tapi Yuuji hanya bisa tersenyum. "Sepertinya seseorang lebih paham dari itu," gumam Yuuji lirih.

.

.

Megumi ingin segera menemui Yaga, tapi ia baru ingat itu hari Minggu, jadi ia tak yakin Yaga ada di kantor. Ia pun beralih menghubungi Ijichi, menanyakan soal Yaga.

'Kebetulan kami sedang minum teh di taman B7, beliau bilang datang saja kalau mau,' begitu balas Ijichi.

Mendapat persetujuan, Megumi pun segera mendatangi tempat itu. Di sebuah taman, di gazebo nya, tampak Yaga dengan Ijichi dan seorang kakek tua botak berjenggot panjang tampak tengah minum teh. Megumi pun menghampiri.

"Fushiguro-Sensei, duduklah. Kau suka teh?" Yaga membalik satu gelas yang belum terpakai lalu menuang teh dari teko ke gelas itu dan disodorkan ke Megumi.

Megumi pun duduk karena sudah terlanjur ditawari, apalagi sudah dituang juga. Ia menikmati teh hangat itu, ternyata ada manfaatnya juga, ia jadi sedikit lebih tenang daripada beberapa menit yang lalu.

"Apa ada yang perlu kau bicarakan? Mengenai Satoru?" tanya Yaga.

"Tidak, sebenarnya ini mengenai hal lain," jawab Megumi.

"Apa perlu kita bicara empat mata? Kalau iya kita bisa menyingkir sebentar," Yaga pun bangkit dari tempat duduknya. Mereka menuju gazebo lain yang kosong.

"Ano, apa Anda tahu mengenai ayah saya, Toji Fushiguro?" tanya Megumi setelah mereka duduk berdua saja di sebuah gazebo.

"Tentu saja tahu. Beliau jujutsushi yang sangat hebat, satu-satu nya jujutsushi non-CE yang bisa mencapai level 1," balas Yaga. "Ada apa? Kau ingin dia bergabung di HQ juga? Sebenarnya kami sudah mengundang beliau sejak lama, sudah beberapa tahun lalu. Tapi beliau bilang dia punya putera di sana jadi tidak bisa tinggal di HQ. Sekarang karena kau sudah di sini mungkin dia akan berubah pikiran."

Alis Megumi kembali mengkerut. Oke, satu lagi hal yang ayahnya tak bilang padanya.

"Soal itu, sebenarnya saya ingin meminta, apa bisa dia turun level ke level 2 saja? Dia itu hanya manusia biasa, sama sekali tidak punya CE. Dia bahkan tidak bisa melihat kutukan," ucap Megumi.

"Hm?" Yaga tampak heran. "Tapi kemampuannya tidak diragukan lagi. Dia juga punya sense kuat meskipun tak bisa melihat kutukan. Lagipula jika itu yang kau khawatirkan, sekarang sudah banyak alat yang bisa membuatnya bisa melihat kutukan, kacamata khusus misalnya."

"Tapi saya tetap keberatan," tegas Megumi. "Saya membaca mengenai kutukan level 1, bahwa kemampuan mereka bahkan terlalu kuat sampai senjata setara tank mungkin tidak mempan pada mereka. Lalu di sini kita membicarakan soal manusia biasa yang tidak punya CE sama sekali, hanya mengandalkan kekuatan fisik saja. Saya melihat itu sebagai sesuatu yang mustahil, karena itulah saya ingin level Tou-san diturunkan ke level 2."

"..." Yaga terdiam mendengar penuturan Megumi. Cukup lama. "Apa kau sudah pernah melihat ayahmu dalam misi?"

Megumi terkesiap mendengar jawaban Yaga. "Tidak ada hubungannya. Saya hanya ingin dia tidak berada dalam bahaya," omel Megumi.

"Kalau dilihat dari situasinya, permintaan ini atas kemauanmu, bukan ayahmu. Apa itu benar?" ucap Yaga, Megumi tak dapat menjawab. "Terlepas dari itu, kami memang tidak bisa menaikkan atau menurunkan level seseorang kalau bukan dari persetujuan orang itu sendiri."

Yaga bangkit dari kursinya. "Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah kembali mengiriminya undangan untuk bergabung dengan HQ, lalu kalian bisa bicara dan menentukan akan bagaimana nantinya. Tapi itu kalau dia menerima undangan kali ini sih. Mungkin yang bisa kau lakukan adalah meyakinkannya untuk menerima undangan tersebut, itupun kalau kau memang berniat bicara padanya secara langsung," Yaga melangkah pergi. "Akan kukirimkan undangannya besok pagi. Selebihnya terserah padamu."

Megumi hanya terdiam setelah kepergian Yaga. Ia masih belum memutuskan apa yang mau dia lakukan.

.

.

.

~ To be Continue ~

.

Support me on Trakteer : Noisseggra