Pernahkah kau merasa sangat bersalah hingga kau ingin merenung seharian? Atau mungkin saking banyaknya rasa bersalah itu muncul hingga kau sendiri tidak tahu bagaimana harus mengekspresikannya? Hal itulah yang kulihat dari sosok pria yang kini termenung di kursi tahtanya.
Kursi itu terletak di ujung aula dari sebuah gedung yang panjang. Aula itu sendiri berisikan banyak sekali meja-meja panjang yang sering digunakan untuk jamuan. Di ujung lain aula itu, beberapa rak berisikan tombak, kapak ataupun perisai tampak berjejer dengan gagahnya.
Pria itu termenung sambil menyenderkan dagunya di atas kepalan tangan kirinya. Matanya menatap kosong puluhan meja panjang di hadapannya. Semilir angin dingin yang berembus dari pintu yang terbuka juga tidak menggentarkan dirinya, padahal ia hanya mengenakan pakaian kulit rusa yang tipis beserta pelindung dada yang terbuat dari besi yang sangat tipis.
Aku memandang pria itu dengan pandangan sedikit kasihan. Aku berjalan ke arah gudang, mengambil dua buah gelas besar dari kayu, dan mengisinya dengan Rum yang berhasil kami jarah beberapa bulan sebelumnya. Kemudian, aku berjalan kembali ke dalam aula.
"Termenung sendirian lagi eh, Naruto." Pria yang termenung tampak terkejut mendengar suaraku. Ia menoleh ke arahku dengan raut keheranan.
"Sejak kapan kau di sini, Sas?" tanyanya.
"Tidak lama." Aku berdiri di dekatnya sambil menyodorkan segelas penuh Rum yang kubawa. "Minumlah dulu. Mungkin bisa sedikit menyenangkan hatimu," kataku yang kemudian duduk di ujung meja di depannya.
Pria itu mengangguk dan mengambil gelas itu dari tanganku. "Terima kasih."
Setelah itu, kami terdiam. Tidak ada yang kami bicarakan selama beberapa saat. Aku memandang datar ke arah pria di depanku yang hanya memandang kosong ke depan sambil sesekali menyesap Rum di gelas yang ia bawa. Setelah ia menyesap minuman beralkohol itu, ia akan kembali menatap kosong sambil menggosok gelas kayu itu dengan kedua tangannya. Matanya yang berwarna biru itu tampak kusam tanpa cahaya.
Aku merasa sedikit jengah dengan suasana ini. Pria di depanku ini seharusnya adalah seorang pria dengan ambisi tinggi, berani, optimis dan ceria. Dengan keberaniannya, ia membawa kami ke tanah yang belum pernah kami ketahui dan berhasil menaklukkannya, namun semuanya berubah karena suatu kejadian. Kejadian yang tidak hanya menggentarkan kami, namun juga seluruh dunia.
Mau tidak mau, aku yang memulai pembicaraan, "Masih memikirkan tentang 'dia'?"
Pria berambut pirang cepak itu menoleh ke arahku. "Tidak biasanya kau begini."
"Itu semua karena kau. Kau tahu itu 'kan?" Pria yang kupanggil Naruto itu hanya terdiam setelah mendengar perkataanku. Ia kembali termenung.
Aku menghela nafas lelah. "Sampai kapan kau mau seperti ini terus, Naruto? Desa dan klan kita sekarang membutuhkanmu untuk memimpin kami. Apakah kau tidak mau memikirkan kami?" kataku panjang lebar.
Ia tidak menjawabku. Matanya hanya menatap kosong ke arah depan. Tak lama kemudian, ia berdiri dari kursinya dan meletakkan gelas Rum yang masih setengah terisi itu di meja yang kududuki. Aku melihatnya dengan keheranan.
"Kau mau ke mana?" tanyaku.
"Hanya ingin keluar sebentar melihat desa. Kenapa?"
"Aku akan menemanimu." Aku pun menaruh gelasku di meja dan pergi mengikutinya. Ia hanya tidak peduli dan melangkah keluar dari aula itu.
.
MAELSTROM SAGA : DAWN AND TWILIGHT
There are times that sun rises. But after it rises, it will fall
.
Naruto by Masashi Kishimoto
Other characters originally mine except Kadoya Tsukasa and his buddies. They belong to Toei Production
.
.
Summary : Menjelang akhir dari Pohon Dunia, Sang Cahaya akan menjelma. Imbas perbuatan yang tak bijaksana. Dua saudara melebarkan sayapnya, hingga mencapai pusat dari sembilan dunia. Janganlah kalian ke barat, Wahai Dua Saudara. Sang Ular telah mengintai membawa petaka. Yang terkecil memadamkan cahaya, bawa dunia ke dalam salju abadi. -THE BERSERKER.
.
.
Prologue
.
.
Kami keluar dari gedung pertemuan dan hanya warna putih yang menyambut kami. Segala hal yang berada dalam jarak pandang kami terlihat berwarna putih. Rumah-rumah, pondok kerajinan dan bengkel peralatan, tenda-tenda penjual, pohon-pohon di sepanjang jalan, kapal-kapal yang tertambat di bantaran sungai, semuanya telah tertutup oleh salju dan es.
Tidak ada langit biru cerah yang menghangatkan, yang ada hanyalah langit kelam tanpa cahaya. Angin dingin terus berembus dengan kuat dari cakrawala. Beberapa orang tengah mencoba membuat api unggun untuk menghangatkan diri di dekat alun-alun. Setelah mereka berhasil memasang api arang, mereka pun duduk berdiang di situ.
"Bagaimana pendapatmu, Sasuke?" Tiba-tiba, Naruto berceletuk demikian kepadaku.
Aku yang tidak tahu harus menjawab apa hanya berkata demikian, "Pemandangan yang indah namun menyedihkan di saat bersamaan."
Pria itu hanya terkekeh lemah mendengar jawabanku. "Indah namun menyedihkan, huh?" Ia hanya menatap kosong sekumpulan orang yang berdiri berdiang di alun-alun. "Kenapa kau berpikiran seperti itu?"
Aku menghela nafas sejenak. "Jika kita lihat dari pemandangan alamnya saja, maka kita bisa melihat hamparan putih yang indah dan sunyi, namun kesengsaraan manusia yang menyedihkan tersembunyi di balik keindahan itu," jawabku.
"Kau benar." Naruto mendongak ke langit dan menatap kosong ke sana. "Dan ini semua terjadi karena kesalahanku."
Pria itu mengingat semuanya. Segala hal yang telah ia perbuat di masa lalu. Mungkin ada jarak sekitar lima tahun dari masa sekarang. Entah mengapa ia bisa mengingatnya layaknya hal itu baru saja terjadi kemarin. Ia menduga karena itu merupakan karma yang ia dapatkan serta hukuman dari para dewa.
Ia bisa mengingatnya dengan jelas, bahkan sangat jelas. Ingatannya akan kejadian itu selalu membanjirinya saat tidur layaknya arus dari Laut Ular ketika kami berlayar untuk menemukan Kuil Pohon Dunia.
"Itu semua bukan salahmu, Naruto." Aku mencoba menghiburnya dengan kata-kataku. "Kita tidak pernah tahu bahwa ekspedisi itu akan menimbulkan kekacauan 'kan? Terlebih adanya pengkhianat di antara kita."
"Sang Pelihat telah memperingatiku, Sas! Memperingati kita!" serunya dengan putus asa. Orang-orang yang berdiri berdiang di alun-alun sampai melihat ke arah kami dengan pandangan keheranan. "Beliau telah meramalkannya ketika kita masih berada di tempat kita berasal hingga kita sampai di benua ini. Tapi aku menghiraukan ramalannya tanpa mengetahui bahwa para Norn yang telah berbisik di telinganya."
Perkataan pria itu tidak bisa kutampik. Memang benar kalau kami mendengarkan ramalan dari Sang Pelihat, namun tidak ada satu pun di antara kami yang memahami makna ramalan tersebut. Siapa yang mengira malapetaka besar akan terjadi ketika kita menghiraukan ramalan tersebut?
Pria itu kini terjatuh dengan lutut menghantam tumpukan salju di bawah kami. Kepalanya tertunduk lesu dengan mata terpejam mencoba menahan tangisannya. Aku bisa membayangkan apa yang kini sedang ada di dalam pikirannya.
Ia mengingat masa mudanya. Masa yang penuh akan semangat dan ambisi. Tinggal di dataran utara yang berbatasan langsung dengan tempat tinggal para Jotnar serta penuh dengan konflik membuat kehidupan yang keras harus dijalani. Ia mengingat akan saudaranya, orang yang sama seperti dirinya, namun lebih bijak dan lebih pintar darinya. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama. Berburu, berlatih, bahkan hal-hal lain selalu mereka kerjakan bersama, seakan-akan tidak ada yang dapat memisahkan mereka.
Ia mengingat ketika ia baru saja menginjak usia dewasa, desa tempat tinggal kami diserang oleh desa tetangga yang sudah lama mengincar desa. Kami semua harus bahu-membahu untuk menyelamatkan mereka yang bisa kami selamatkan dan berlayar menuju benua baru. Ia mengingat bau darah dan warna merah yang bercampur putih dalam pandangannya. Sosok yang ia hormati harus mati di dalam pangkuannya, membawa amanah terakhir yang harus dia emban bersama saudaranya.
Ia mengingat semuanya. Petualangan dari orang-orang yang selamat menuju dunia baru. Bagaimana ia dan saudaranya memimpin warga lainnya untuk mendapat tempat di benua baru ini. Bagaimana ia menjarah dan menggempur wilayah lain, guna mendapatkan pasokan bagi warga yang ia selamatkan.
Hingga pada akhirnya malapetaka mulai datang, ketika ia merencanakan ekspedisi yang telah dilarang dalam ramalan. Ia harus melihat kembali orang yang ia sayangi meregang nyawa. Darah yang berwarna merah keemasan membasahi tubuhnya. Sebuah anak panah yang terbuat dari bahan yang tidak disangka-sangka telah menghunjam jantung saudaranya. Kata-kata terakhir saudaranya membuat ia menangis pilu hingga terdengar ke telinga seluruh makhluk.
Kematian saudaranya tidak hanya membawa kesedihan di hatinya, namun ke seluruh dunia. Langit biru yang cerah digantikan kegelapan. Salju-salju abadi berguguran layaknya menangisi kematian saudaranya. Hawa dingin mulai melingkupi seluruh dunia sampai sekarang ini.
Aku melihat pria itu kini menangis dalam diam. Tidak ada kata-kata yang bisa aku gunakan untuk menghiburnya. Tangisannya yang begitu dalam bukan hanya karena menangisi saudaranya, tapi mungkin juga menangisi dirinya sendiri.
Pria itu hanya berlutut dan menangis dalam diam di dekatku. Ditemani oleh angin dingin yang menggetarkan kulit, ia bergelut dalam memori kelamnya.
.
To be Continued
.
Halo semuanya, kembali lagi bersama saya FI.Antonio no Emperor. Sudah sekian lama saya mengambil vakum (lagi) karena writer block dan kebetulan ada urusan skripsi di RL, akhirnya saya bisa berkarya lagi di FFN.
Kali ini saya membuat karya baru yang masih berhubungan dengan Grand Project buatan saya. Seperti yang ditulis di dalam summary, varian Naruto kali ini adalah seorang Berserker. Kisah ini menggabungkan dua buah konsep cerita dari God of War Norse Edition dengan Assassin Creed's Valhalla. Oleh karena itu, cerita ini akan sangat kental dengan suasana dan nuansa Norse maupun Viking.
Selain itu, cerita ini akan dibagi dalam 3 arc yang dikemas dalam 3 judul yang berbeda. Semuanya mengambil referensi dari kisah asli di mitologi aslinya, yaitu kematian dari Baldr atau Baldur, Sang Dewa Cahaya, Fimbulwinter atau The Eternal Winter, dan tentu saja Ragnarok. Namun, Tsukasa nantinya hanya akan muncul di Dawn and Twilight ini serta judul kedua, Fimbulwinter.
Prolog ini sebenarnya sudah menggambarkan apa yang akan terjadi di dalam keseluruhan kisah Dawn and Twilight ini. Namun penjelasan detail akan muncul seiring berjalan cerita. Selain itu, prolog ini juga jadi ajang uji coba saya untuk menggunakan gaya penulisan baru, di mana orang kedua yang akan banyak mengisahkan cerita dari Tokoh Utama dan kebetulan dalam cerita ini, Sasuke lah yang akan memerankan peran tersebut.
Mungkin itu saja dari saya, saya mengharapkan saran dari para pembaca sekalian terkait hasil karya saya yang terbaru.
Akhir kata, sampai jumpa di fic atau chapter selanjutnya.
