Chapter 2 : Pluie
"Aku curiga Neuvillette itu Hydro Dragon."
Satu pernyataan Traveller dari balik tembok mengguncang Freminet. Apa yang tadi dinyatakannya? Apa itu sungguhan?
"Eeh??!!! Kok bisa mikir gitu??" Paimon sama kagetnya dengan Freminet yang tak terlihat. Freminet mencoba menguping pembicaraan Traveller. Rasa bersalahnya kalah dengan rasa penasarannya.
"Coba pikirkan, Paimon. Setiap persidangan, selalu turun hujan."
"Ya?"
"Saat Navia melampiaskan kekecewaannya, Neuvillette terlihat bersalah. Dan saat kita keluar? Boom. Tadinya cerah jadi hujan."
"Tunggu-tungguー" Paimon mulai menyadari polanya.
"Saat kasus Tuan Callas terungkap, hujan tidak berhenti selama beberapa hari, dan kita bertemu Neuvillette sangat bersalah dan meminta maaf di depan kuburan Tuan Callas." Traveller menarik nafas, "Setelah kita datang dan Neuvillette berbaikan dengan Navia, hujan reda. Mungkinkah Neuvillette sudah tidak sedih??" tambah Traveller tak sabar.
"HAH? JANGAN-JANGANー!!" Paimon histeris seperti biasa. "SSSSTTTT!!" Traveller membekap mulut Paimon, "jangan bilang-bilang dulu, ini cuma hipotesaku."
Freminet menyender dinding dibelakangnya, terduduk lemas sambil menyender. Informasi apa yang barusaja ia dengar? Ini gila. Entah mengapa, walau gila, Freminet tetap tak bisa menahan senyumnya. Dunia dongeng yang ia idam-idamkan kini salah satunya menjadi nyata.
Freminet pikir, ini langkah awal untuk membawa dunia dongeng ke kehidupan realitanya. Sesaat itu juga, perasaan kagum, penasaran, dan keren membucah dari dada pemuda yang sempat akan membunuh perasaannya itu.
Ia tertawa kecil, sangat jarang tawa itu lepas. Dalam benaknya, semua kehidupan dongeng yang penuh sihir dan kebahagiaan itu terasa begitu dekat. Ia tak pernah rasakan hal yang hampir mirip seperti "mimpi menjadi kenyataan" sejernih ini. Segala fantasi dongengnya berlarian kemana-mana, mengitari otak dan hatinya riang gembira.
]
Tidak tahu kena angin apa, Freminet kini tergerakkan oleh rasa penasaran, jatuh dalam lubang menguntit pria dewasa dengan segala jabatan tertingginya. Rasa takut ditangkap Garde, digunjingkan orang, dan sebagainya membuat pemuda tertutup itu melangkah dengan sangat hati-hati. Dalam beberapa hari ini, ia hanya fokus melihat apa saja yang dilakukan Hakim Agung di luar Opera Epiclese. Sungguh bukan seperti kebiasaannya yang bergerak tanpa perintah.
"Akhir-akhir ini cuaca tidak bersahabat, ya."
Celetukan orang di sekitarnya membuat dirinya kembali tertarik ke realita. Langit luas di atasnya kini mendung, menyisakan sedikit berkas cahaya matahari. Freminet tidak bodoh, ia bisa tebak, Neuvillette menyadari kehadirannya dan merasa tidak nyaman. Freminet memejamkan matanya, ia mencoba membulatkan tekad untuk tidak terlalu agresif dalam mencari tahu tentang Hydro Dragon.
Neuvillette memasuki Opera Epiclese, dan saat itu juga Freminet menyudahi hal tidak baiknya itu. Ia berbalik badan, berjalan pelan sambil memikirkan apa yang selanjutnya ia lakukan? Menyelam? Pulang? Balik ke bengkel?
Baiklah, bengkel. Ia jadi merasa bersalah karena mengganggu hari-hari sibuk Hakim Agung. Ia berencana membuat sesuatu sebagai permintaan maafnya.
Ia kembali ke bengkel, membuat boneka penguin yang mirip dengan Pers, namun memiliki garis-garis biru yang ikonik. Setelah semua jadi, pikiran Freminet kembali keruh.
"Hhh... bagaimana caranya aku memberikan pada beliau?"
]
Esok hari, kembali Freminet ambil Jurusan Erinnyes. Kali ini dia tidak mengawasi siapa-siapa, hanya terduduk di salah satu bangku dekat stasiun sambil memperhatikan penguin yang baru ia buat kemarin, masih belum memutuskan sebenarnya apa yang akan dia lakukan. Akhirnya ia putuskan untuk menenangkan diri di dekat Air Mancur Lucine yang dikatakan sakral itu. Ada hal lain yang membuat Freminet penasaran namun belum ia pedulikan, kini rasa penasaran lain itu menyenggolnya. Hal itu berkaitan dengan resonasi Hydro yang kuat sehingga bisa mendengar "suara-suara air".
Tik. Tik. Tik.
Tiba-tiba langit menangis, ada hati yang meringis. Freminet segera tersadar dari kegiatan mencari suara air menjadi mencari keberadaan Hakim Agung. Bisa dilihat ada pria yang digiring oleh empat Garde keluar dari Opera Epiclese, menandakan pria itu sangat berbahaya.
"Akhirnya kasus pembunuh berantai, Si Vampir Tengah Malam bisa diringkus." desis-desis pelan memberikan informasi yang Freminet butuhkan. Tidak heran kali ini hujan, barusaja diadakan pengadilan ternyata. Freminet dan semua orang mencari atap berteduh sementara di serambi Opera Epiclese.
Bersama orang-orang yang berteduh, Freminet terdiam masih memikirkan apa yang sedang ia lakukan. Ia mengutuk dirinya yang bergerak bukan karena misi, "beginilah akhirnya." ratap Freminet. Dari ujung matanya, ia melihat Hakim Agung keluar dari Opera Epiclese, melihat langit yang masih menumpahkan rintik hujannya.
Freminet mengeratkan pegangannya pada boneka penguin besi yang ia bawa. Walau ia tidak akan mengaku jika saat itu ia berpikir "sekarang atau tidak selamanya", ia berlari mendekati Hakim Agung dengan spontan dan menyodorkan penguin besi itu dengan tangan yang menjulur serta badan yang menunduk. Ia tidak berani menatap Hakim Agung yang terhormat, apalagi dalam benaknya, dia adalah Hydro Dragon.
Terdiam beberapa detik, Freminet akhirnya angkat suara, "Jaー jangan sedih, Ha- hakim Agung!" setelah terbata-bata berbicara, ia menengadahkan wajah, menatap Neuvillette takut-takut karena sambil membayangkan reaksi Hakim Agung itu.
Neuvillette menaikkan alisnya tinggi-tinggi, "Ah, maaf telah membuatmu khawatir..." ia melihat penguin besi yang disodorkan olehnya, "... tidak usah repot-repot..." ucapnya sama sekali tidak menaikkan jari untuk mengambil penguin besi itu.
Namun, Freminet tidak menarik penguin besi tersebut, badannya seakan-akan beku memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan.
Entah kenapa, akhirnya Neuvillette menerimanya, dan sesaat itulah badan Freminet mampu bergerak lagi karena telah menerima status "misi selesai". Ia segera berlari meninggalkan Neuvillette tanpa sepatah katapun. Tanpa ia sadari, ujung bibirnya naik sedikit.
Di tengah pelariannya menuju Stasiun Marcotte, ia menyadari jika titik-titik air sudah menghilang. Ia tengadahkan tangannya untuk memastikan. Satu gerakan, ia melihat langit yang baru saja cerah. Setelah sekian lama, akhirnya Freminet tertawa lebar lagi. Ia merasa sudah melakukan hal yang sangat keren.
"Hydro Dragon, Hydro Dragon, Jangan Nangis!!" desisnya sambil tersenyum lebar, kembali berlari dengan semangat menuju Stasiun Marcotte.
Jadi gitu lah ya. jdjssvskskyahss
