Matahari tengah menyising ke barat kala itu, menghasilkan cahaya senja hangat yang menerangi seluruh pemukiman Desa Konoha, tak terkecuali tempat tinggal Hatake Kakashi.
Kakashi terbaring lemah di kasur. Ia sedang susah bergerak di kediamannya. Seminggu lalu, ia terluka parah ketika menjalankan misi di Negeri Api , Hi no Kuni. Untung saja ia dibantu oleh salah satu anggota tim yang dikerahkan ke sana, Kiba, dan dibawa pulang ke Konoha. Dua hari yang lalu ia diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit umum.
Sambil berbaring, lelaki bermasker itu menghela panjang. Ia merasa bosan ketika sedang sakit. Karena tidak bisa kemana – mana.
Seorang perempuan berambut coklat panjang datang membawa secangkir gelas dan meletakkannya di atas meja kecil di dekat kasur.
"Bisakah kau mendudukkanku, Ayame?" kata Kakashi.
"Baiklah," Ayame memegangi tubuh Kakashi, lalu mendudukannya.
Sudah dua tahun sejak Kakashi menikahi Ayame, putri dari penjual ramen. Pernikahan antara mereka adalah hasil perjodohan. Orang – orang pasti mengira bahwa Kakashi dan Ayame tidak menyukai satu sama lain di awal karena penikahan hasil perjodohan atau ada berbagai macam drama. Akan tetapi, kehidupan Kakashi dengan ayame selama dua tahun ini terasa tenang karena Ayame juga tidak menuntut apapun darinya, karena sudah terlatih dengan kesederhanaan sebagai pedagang ramen.
Kakashi pun juga tidak menuntut banyak dari Ayame. Yang penting mereka berdua sudah menikah, dan sudah memenuhi permintaan tetua desa untuk menikah sesederhana itu.
"Kakashi-sensei," Ayame memberikan teh hangat kepada Kakashi. "Tehnya."
Kakashi mengangguk. Ia membuka maskernya, kemudian ia meminum the itu perlahan. Tidak ada yang tahu tentang wajah Kakashi, kecuali Ayame, istrinya.
Kakashi benar – benar merasakan kehangatan teh buatan Ayame. Ia menghabiskannya, walaupun perlahan. Setelah tandas, ia memberikan cangkir kosong tersebut kepada Istrinya, yang disambut dengan anggukan dan senyum.
--
--
Tidak lama kemudian, pintu kamar diketuk. Ayame menghampiri Pintu dan membukanya. Tampaklah Naruto, Shikamaru, dan Kiba.
"Silahkan masuk!" Kata Ayame.
"Terima kasih," Naruto, Shikamaru, dan Kiba masuk.
Kakashi memandang ketiga tamunya sesaat sambil memberikan senyum, walaupun tidak tampak karena tertutup masker. Naruto mengenakan baju oranye lengan panjang dengan Jas hokage putih dengan pinggiran desain membara kemerahan. Shikamaru, seperti dahulu tetap meggunakan rompi hijau hitam, Konoha Vest. Kiba sedang tersenyum sambil menggaruk pipi, jaket bulu abu – abu yang dikenakannya tampak berbulu seperti biasanya.
Ayame mengambil tiga kursi untuk diletakkan di samping kasur tempat Kakashi berbaring. "Silahkan…"
Kemudian, Naruto, Kiba, dan Shikamaru. Duduk di tiga kursi itu.
"Apa kau sudah baikan, Kakashi-sensei?" tannya Naruto.
"Terima kasih kalian sudah datang," kata Kakashi. "Dengan penampilanmu yang seperti itu, apakah kau Bunshin, Naruto?"
"Yah…" Naruto menggaruk kepala. "Sebenarnya aku ingin mengunjungimu secara langsung tapi bagaimana lagi…"
"Tubuh Naruto di sini memang cuma bunshin," kata Shikamaru. "Tidak usah khawatir Kakashi-sensei! yang asli masih di gedung hokage."
"Syukurlah kalau begitu," kata Kakashi. "Kau masih mementingkan pekerjaan utamamu."
Kiba memperhatikan Kakashi dengan rasa khawatir, masih mengingat kejadian yang menyebabkan dia seperti itu. "Semoga Kakashi-sensei tidak apa – apa."
"Terima kasih, Kiba," kata Kakashi. "Paling tidak kau sudah menyelamatku."
"Tenang saja," Kiba tersenyum. "Itu tidak masalah."
"Bisa kau ceritakan apa yang terjadi sampai Kakashi-sensei menjadi seperti ini, Kiba?" kata Naruto. "Aku tidak bisa memantau semua misi yang sedang dilaksanakan."
Kiba menjelaskan. "Ia terkena ledakan Bakuhatsu Ningen, manusia ledakan, ketika kami mengunjungi Hi no Kuni. Ketika itu, Kakashi sedang bersamaku, Sasuke, dan Rock Lee. Sekarang, Sasuke dan Rock Lee sedang mengatasi Bakuhatsu Ningen itu," kata Kiba. "Kakashi-sensei aku bawa ke sini."
"Kenapa Kakashi-sensei bisa sampai kena?" Naruto terheran. "Kau kuat dan sebagainya."
"Aku tidak tahu pastinya," Kiba bersedekap. "Ketika itu, Kakashi ditipu oleh seorang Daimyo yang menjadikannya wakil Konoha yang menandatangani surat - surat dari warga lain. Ketika itu, Kakashi dan para warga dikumpulkan di satu ruangan. Akhirnya, mereka meledak. Ini tidak akan terjadi kalau Kakashi tidak menaruh kepercayaan penuh kepada Daimyo penipu itu, tapi kami semua, bahkan Sasuke, tertipu. Kami berempat terlalu mempercayai transaksi antaara perwakilan Hi no Kuni saat itu dengan Tsunade-sama karena janji kesepakatannya dengan Tsunade-sama."
"Kau bisa menyudahi cerita itu sampai disitu, Kiba," kata Kakashi. "Untung saja kau bisa melacaknya."
"Ini juga berkat Akamaru. Dia sedang tertidur sekarang. " Kiba tersenyum "Tsunade-sama tidak menugasiku secara cuma – Cuma, bukan?"
"Aku tidak menyangka bahwa kau masih mau menjalankan misi, Kakashi-sensei," kata Naruto.
"Seperti yang kau tahu," kata Kakashi. "Misi ini bukan darimu, tapi dari para tetua penasehat, termasuk Tsunade. Lagipula, aku bisa bosan kalau tidak melakukan apa – apa setelah status hokageku sudah turun. Apalagi, setelah aku turun dan digantikan olehmu, aku tidak mau ikut asosiasi tetua penasehat."
"Aku juga tahu bagaimana Asosiasi Tetua Konoha itu," kata Shikamaru. "perkumpula tersebut tampak merepotkan."
Sudah beberapa saat Ayame juga memperhatikan perbincangan antara Kakashi dan ketiga tamunya. Wanita itu menawarkan. "Apakah kalian bertiga ingin teh?"
"Tidak usah, Ayame-san," kata Shikamaru. "Kami di sini cuma sebentar."
"Yah, Ayame-san," kata Naruto. "Di sini kami cuma sebentar supaya kau sebagai istri kakashi-sensei bisa merawat lagi."
"Baiklah," Ayame tersenyum.
"Tentu saja, Kakashi-san," Ayame tersenyum.
"Aku mungkin bisa tahu kalau Shikamaru dan aku bisa pulang setelah ini," kata Kiba. "Aku tidak tahu soal Naruto. Soalnya Naruto di sini cuma Bunshin. Apa yang asli sudah pulang?"
"Bagaimana, ya?" Naruto menggaruk kepala. "Aku tidak bisa melacak tubuh asliku sendiri"
Shikamaru melihat jendela dan menyadari bahwa hari sudah gelap. Sudah waktunya untuk meyudahi pertemuan ini.
"Jadi, sampai di sini ya?" kata Shikamaru. "Semoga cepat sembuh, Kakashi-sensei!"
"Maaf kami tidak membawa apa – apa," kata Kiba.
"Tidak apa – apa," kata Kakashi. "Kehadiran kalian saja sudah membuatku cukup lega."
"Terima kasih,"
Naruto, Kiba, dan Shikamaru beranjak pergi. Meninggalkan Kakashi dan Ayame yang berperasaan lega setelah kunjungan orang – orang itu.
--
--
"Kakashi-san," Ayame berujar sesaat kemudian, "kau punya murid – murid yang perhatian."
"Kau benar. Aku beruntung karena mempunyai murid – murid yang perhatian seperti mereka," Kakashi tersenyum. "Aku tidak menyangka bahwa dulunya mereka masih ingusan, tapi sekarang mereka sudah memiliki kehidupan mereka masing- masing."
"Tapi menurutku, kehidupan yang paling mencolok itu adalah Naruto," kata Ayame. "Dialah yang terus aku ingat. Dia sering makan di Ichiraku Ramen dari dulu sampai sekarang. Tidak disangka dia sudah menjadi Hokage sekarang."
"Itu benar," kata Kakashi. "Hokage ketujuh yang sekarang ini dulunya muridku, dulunya masih lugu dan tidak bisa apa – apa. Benar menurutmu, dia sangat mencolok bagi kita – kita yang menjadi warga desa, dia sekarang sudah menjadi Hokage."
"Tidak disangka anak ingusan yang suka makan ramen dulu sekarang menjadi pimpinan desa kita." kata Ayame.
"Paling tidak aku sudah juga sudah hidup dengan tenang setelah masa Hokage ku sudah selesai dan bisa mengisi kehidupanku denganmu sebagai istriku, Ayame-chan."
"Terima kasih sudah memilihku untuk perjodohan itu, Kakashi-sensei," Ayame tersenyum.
"Sama – sama," Kakashi membalas senyum Ayame. "Semakin lama, aku semakin tahu bahwa aku beruntung karena tidak salah pilih pendamping pada perjodohan itu."
Kakashi terbatuk dan memegang dadanya. Ia menghela panjang, lalu membuka kembali maskernya.
"Sebaiknya kau istirahat kembali, Kakashi-sensei," kata Ayame.
Ayame merasa tenang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Kakashi tentang perjodohan. Ia sendiri juga bersyukur dan sebenarnya ingin membicarakan lebih banyak tentang perjodohan tersebut. Akan tetapi, ia tahu bahwa Kakashi masih sakit.
"Sebaiknya kau istirahat dulu, Kakashi-sensei," kata Ayame.
"Baiklah," Kakashi membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
Ayame menutup tubuh suami nya dengan selimut.
--
--
--
"Jadi, kita sudah selesai menjenguk Kakashi-sensei," kata Kiba. "Naruto, ini sudah malam. Apa tubuh aslimu masih bekerja di gedung Hokage?"
"Kalau sudah sore begini pastinya sudah pulang, kan?" kata Shikamaru.
"Kalau menurutku, tidak ada lagi yang pekerjaan penting," kata Naruto. "Jadi, kita bisa berpisah sekarang?"
"Maksudmu?" Kiba menggaruk kening.
"Aku Cuma Bunshin," Naruto mengangkat bahu. "Bahkan aku tidak tahu apakah acara di kantor sudah selesai atau belum, jadi…"
"Yah!" kata Kiba. "Berarti kita sudahi saja pertemuan ini. Pulanglah, Naruto!"
"Baiklah!" Naruto membentuk segel tangan dan berubah menjadi asap.
"Tunggu!" kata Shikamaru. "Terlambat, sial!"
"Ada apa, Shikamaru?" Kiba terheran.
"Aku lupa lapor kepada Naruto kalau Sasuke tadi memberi gulungan laporan tugas ke Hi no Kuni ke aku."
"Kau besok bertemu Naruto lagi, kan?" kata Kiba.
"Naruto yang asli bilang kepadaku tadi kalau besok dia akan langsung pergi dengan para Jounin sampai sore," kata Shikamaru. "Untuk latihan segel Bijuu Dama"
"Kau tidak ikut?"
"Aku juga ada acara sambutan di akademi pagi hari, diundang khusus oleh Iruka sensei."
"Begitu, ya? Padahal besok hari Minggu," Kiba mengangkat bahu. "Namanya juga orang penting. Jadi, apa yang kita lakukan sekarang?"
"Bagaimana kalau kita mengunjungi rumah Naruto," kata Shikamaru. "Kau ada waktu?"
Kiba menatap langit dan memandangi langit sore yang kian menggelap. Ia ingin memandangi bintang – bintang bersama Akamaru di atap nanti malam. Jadi, ini waktu yang tepat untuk mengisi kekosongan.
"Baiklah," kata Kiba. "Memangnya kau tidak khawatir dengan Temari yang menunggu di rumah?"
"Apa kau tidak buat Temari khawatir?"
"Temari…" Shikamaru memegang dagu sambil berpikir sejenak. "Akan aku bilang aku ada alasan penting, urusan Hokage."
"Baiklah," kata Kiba. "Ayo."
Kiba dan Shikamaru segera berjalan bersama menuju rumah Naruto.
To be Continued…
