"Cincin yang kau berikan padaku,masih kukenakan di jariku."

"Ini adalah saksi terakhir dari ikatan kita."

Malam itu di markas Akatsuki hanya ada mereka berdua saja, yang lain sibuk dengan misi pemberian ketua. Posisi Sasori dan Deidara lumayan jauh seperti orang pacaran yang lagi marahan, mereka juga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sasori dengan bonekanya, Deidara dengn tanah liatnya.

Mereka sedang siap-siap dengan kedatangan 'tamu' dari Konoha nanti.

Tiba-tiba saja Sasori bangkit dari duduknya, tangan kanannya mengepal seperti menggenggam sesuatu, dia berjalan dengan santai menghampiri Deidara, lalu duduk di sebelah kanan Deidara. Deidara masih sibuk dengan kegiatannya tidak memperdulikan Sasori yang sudah duduk berdekatan dengannya.

Mata birunya melirk dikit ke Sasori, lalu kembali fokus ke tanah liatnya lagi.

"Oi bocah."

"Hmm?" Deidara menyahut dengan malas. "Aku ingin memberikan sesuatu padamu."

Deidara berhenti dari kegiatannya, lalu melihat ke Sasori aneh, bingung, soalnya Deidara tidak pernah kepikiran Sasori akan memberikan sesuatu padanya, dia udah bertahun-tahun dengan Sasori, dan dia tahu betul Sasori bukan orang yang akan memberikan sesuatu secara cuma-cuma tanpa ada tujuan.

"Apaan? Un."

"Ini." Tangan kiri Sasori menarik tangan kanan Deidara secara paksa, lalu dia menaruh sebuah cincin berhiaskan permata zircon kuning dan di dalam cincinnya ada nama Deidara ke tangan Deidara.

Sebelah alis Deidara naik, tatapan penuh kecurigaan ke cincin pemberian Sasori, takut mengandung santet. Deidara melihat ke Sasori, Sasori melihat Deidara balik, dari tatapannya dia seakan ingin Deidara mengambil cincin itu dan memakainya.

"Buat aku? Un."

"Iya, aku yang membuat cincin ini, ada chakra-ku juga di dalamnya, jadi aku bisa mengetahui keberadaanmu."

Mulut Deidara terbuka sedikit, otak jeniusnya mendadak macet setelah mendengar perkataan Sasori. Apakah kepala Sasori terrbentur sesuatu sampai kepikiran ngomong begitu?

"Ha?"

"Aku ingin kamu pake cincin ini."

"Untuk?"

"Biar aku bisa tau keberadanmu."

"Gamau, ngapain? Danna aja yang pake, un."

Tatapan Sasori menajam, seperti mengancam Deidara. Deidara sendiri akhrnya mengikuti keingnan Sasori untuk memakai cincin itu di jari manis tangan kanan dan saat memakainya Deidara terkejut, dia beneran merasakan chakraSasori di dalam cincin itu dan ... ya, dia seperti terhubung dengan Sasori. Deidara melihat cincin itu di jari manisnya sesaat rona merah muncul di pipinya, dia jadi merasa sudah dilamar Sasori. Padahal pasti ada maksud lain Sasori menyuruhnya pakai ini, seperti katanya tadi, untuk apa Sasori tahu keberadaannya?

Oh apakah biar Deidara tidak berbohong kalau berpisah dengan Sasori karena sudah membuat Sasori menunggu lama? Perasaan Deidara mulai tidak enak.

"Suka?"

"Lumayan ...," katanya sembari memalingkan pandangan, berusaha fokus kembali ke tanah liatnya.

"Syukurlah kalau begitu."

Sasori beranjak dari tempat Deidara, hendak kembali ke spot miliknya, namun baru saja Sasori berdiri Deidara memanggilnya.

"Danna!"

Dalam dadanya muncul perasaan gelisah, ini bukan tanda perpisahan kan? "Apa? Cepat ngomong, aku masih harus mengecek ekor Hiruko."

Deidara membuka mulut, sayangnya tak ada satu kata pun yang terucap, kalimat yang ingin diutarakannya berhenti di tenggorokan dan pada akhirnya dia menggeleng pelan, meminta maaf kalau dia lupa dengan apa yang ingin dia ucapkan, pura-pura lupa.

"Hmph, dasar bocah, yaudahlah, jangan ganggu aku, ga peduli kamu sudah ingat atau tidak. "I ... iya, un." Deidara memperhatikan Sasori, rasa gelish dalam dadnya semakin mennjadi,

Deidara berusaha kera untuk menepis perasaan itu, walaupun mereka harus melawan para ninja

Konoha yang sedang menuju kemari, mereka tidak akan kalah. Salah satu dari mereka tidak akan ada yang mati.

Ya, Sasori tidak akan mati, ataupun dirinya.

Deidara memejamkan kedua matanya, sat matanya kembali terbuka, dia sedang bersembunyi di dalam semak-semak melihat perempuan berambut merah uda dan seorang nenek berhailkumpul dengan regu ninja Konoha di tempat ini. Decihan kecil keluar dari mulut Deidara.

Sasori berhasil dikalahkan nenek tua dan gadis kecil.

Deidara menggerakkan tangan kanannya, ah ya, dia lupa tangan kanannya juga lepas. Dia tidak percaya kalau Sasori bisa dikalahkan dengan mudah.

Deidara berkedip, sekarang dia sudah berhasil mengelabui para ninja Konoha. Deidara keluar dari persembunyian, dan langsung berjalan mencari tangan kanannya.

Deidara melihat ke sekeliling hutan sembar begumam, "Cincin danna, cincin, buatan danna, tangan kananku mana? Un". Kepalanya menengok kanan dan kiri, sampai dia bela-belain untuk memanjat phon. Selama mencari Deidara menggerutu, kesal, dia sudah menghilangkan barang pemberian Sasori.

"Oh, aku ketemu juga akhirnya, un."

Deidara berlutut satu kaki dan tersenyum. "Untungnya masih ada cincinnya, un."


Saat kedua tangannya sudah kembali terhubung, Deidara memilih untuk menghabiskan waktu sendiri sementara waktu. Cincin yang terbuat dari perak berhiaskan pemata zircon terus dilihat tanpa henti oleh Deidara.

"Jadi ... danna beneran mati ya? Un."

"Jadi kemarin itu beneran ucapan pepisahan ya? Un."

"Aku bisa merasakan chakradanna, tapi ... rasanya beda dari pertama kali aku memakainya, un." "Cincin ini seakan teputus dari pembuatnya "

Masihkah kamu mengenakan cincinmu?

Ujung bibir Deidara melengkung, air mata mulai mengalir dar matanya. "Aku akan selalu memakai cincin ini, Sasori no danna."

"Terima kasih, un."