Ceritanya masih bersambung dengan sebelumnya bedanya aku bakal langsung melompat jauh biar cepat tamatnya.
Selamat menikmati, maaf karena telat update-nya mana keburu lagi sepi lagi...
Ketegangan politik meningkat drastis pasca konfrontasi yang dilakukan oleh Itachi terhadap Naruto sang presiden republik ini soal penolakannya atas pembantaian massal. Mulai tercipta beberapa faksi tak terlihat bermodalkan kekuatan uang oligarki mengadu dukungan yang mereka terhadap Naruto maupun Itachi. Bisa dikatakan hawa konflik politik mengguncang stabilitas republik rakyat satu - satunya di dunia shinobi.
Rakyat republik Ezo tak menunjukkan reaksi keberatan atas pembantaian yang dilakukan oleh tentara mereka hanya saja sedikit disayangkan harusnya jalan yang lebih baik diambil. Mereka sadar betul bagaimana posisi negara ini, jelas sekali ide menghancurkan ancaman dilakukan sedini mungkin sebelum benar - benar merugikan negeri damai yang mereka tinggal ini secara langsung.
Jika di sisi republik Ezo terjadi pemanasan situasi politik maka negara shinobi mulai menunjukkan rasa panik yang luar biasa ketika rumor bahwa republik kecil yang diremehkan oleh mereka sukses melakukan perjalanan luar angkasa pertama di dunia bahkan berhasil mengungkap fakta bahwa mereka hanya tinggal di sebuah pulau besar tak sesuai dengan peta dunia yang selama ini mereka gunakan dari generasi ke generasi.
Sekeras apapun usaha mereka untuk membantahnya, para pelaut mendapatkan akurasi yang lebih tinggi untuk menemukan republik Ezo di tengah lautan dalam yang jaraknya tidak terlalu jauh dari negeri shinobi bahkan mereka hanya perlu waktu beberapa jam saja pergi Suna melalui jalur laut dengan padahal selama ini butuh berhari - hari untuk sampai ke sana.
Karena hal ini, banyak daimyou yang mulai mencoba melakukan negosiasi dan mengirimkan lebih banyak taktik diplomasi kepada Naruto secara langsung. Gunung besar dokumen menyapa Naruto setiap harinya yang mendorongnya agar mendapatkan sekretaris dan juga asisten yang lebih banyak yang tugasnya memilah mana yang butuh keputusannya dan mana yang hanya perlu diurus oleh bawahannya.
Setidaknya masalah mulai sedikit teratasi dan bagian yang disukai Naruto adalah permintaan aneksasi yang datang dari negara Angin meliputi Suna di dalamnya. Rapat dewan segera dilakukan mengenai keharusan mereka menerima permintaan tersebut dan sebagian lainnya menolak dikarenakan akan menciptakan wilayah terputus yang terlalu bahkan mengurus dua provinisi terpisah saja sudah sangat sulit.
"Dengan bergabungnya Suna, persediaan minyak bumi yang diperlukan untuk teknologi modern akan terpenuhi" @Dewan sipil .
"Tidak, biar bagaimanapun membawa Suna ke dalam wilayah kita sangat keterlaluan jaraknya. Sulit menjamin kami bisa meratakan pembangunan dan separatisme di masa depan" @Menteri Dalam Negeri.
"Kami juga merasa itu sulit. Hanya saja kesempatan tidak datang dua kali. Keputusan terletak pada pemungutan suara kita" @Dewan sipil 2.
"Kami juga merasa mengeneksasi negara Angin terlalu berat" @Dewan sipil 3.
"Maaf, tapi bagi saya lebih bagus ambil untuk di sini" @Dewan sipil 4.
"Tuan daimyou kami merasakan potensi besar dengan wacana penyatuan ini. Ketimpangan peradaban begitu jauh, kami juga tidak bisa menyeimbangkan level kami karena itulah bantuan kalian dibutuhkan" @Duta Negera Angin.
"Trauma besar akibat wabah yang melanda dunia shinobi menyebabkan orang - orang mulai mendambakan teknologi republik ini" lanjutnya.
"Kita harus menambahkan wilayah baru yang lebih dekat. Maksud saya semacam pangkalan yang memungkinkan kami bisa menyandarkan kapal sejenak sebelum lanjutkan perjalanan ke Kaze no kuni" saran Hinata.
tok tok
"Masuk" kata Naruto.
"Ada pesan dari Oni no kuni, Shion-sama" ujar sang pemecah kode telegram.
"Arigatou" kata Naruto.
"Apa isinya ?" Sakura mendekatkan wajahnya ke Naruto.
"Jauhkan wajah kotormu itu, Haruno" kata Karin sambil menginjak kakinya.
"Wanita gila itu !!!" Hinata kesal membaca isi suratnya.
"Aku tidak tahu kau bajingan, Naruto !!!" Sakura menarik leher kemeja Naruto sekuat tenaga.
"Mohon maaf atas kelancangan saya. Berkenankah bila tuan memberitahu kami ?" @Dewan sipil 1.
"Wanitaku sedang melahirkan, aku harus pergi" kata Naruto.
"Katakan keputusan anda, tuan. Tidak ada waktu bagi kami menunggu" pinta perwakilan negara Angin.
"Aneksasi disetujui, peta diganti" perintah Naruto.
Naruto segera berteleportasi langsung mendatangi negeri Iblis yang disambut oleh para dayang dan pengawal membimbingnya ke tempat Shion melahirkan. Ruangan bawah tanah dipilih agar bisa menjamin keamanan karena mereka telah belajar dari peristiwa dimana hari kelahiran Naruto justru kemasukan penyusup dan karena itulah dewan sipil menyewa beberapa ninja yang mana kebanyakan dari mereka berasal dari Suna.
Terlihat Temari dan Kankurou sedang mengawasi sekitar, pandangan mereka bertemu sesaat mendapati tatapan kecewa dari wanita kuncir ganda yang berdiri di samping laki - laki membawa boneka yang dibungkus perban di balik punggungnya. Naruto tahu betul Temari sepertinya menyukainya, hati wanita yang sedang jatuh cinta pasti hancur tahu ada wanita lain sedang melahirkan anak yang berhubungan dengan pujaan hatinya.
Temari mengalihkan pandangan saat Naruto mengarah padanya dengan rasa benci kepada Shion tapi hatinya di sisi lain juga merasa kasihan dan menyadari bahwa setiap wanita pasti akan melahirkan seperti ini. Rasa benci dan cemburu terkalahkan oleh empatinya membayangkan dirinya lahir ke dunia bersama rasa sakit yang dialami oleh mendiang ibunya.
Ibunya tidak lama hidup di dunia, tidak ada cukup waktu baginya hanya sekedar menunjukkan rasa berbaktinya.
"Naru-nii.. sakit !!!"
"Ada aku di sini, sayang. Kamu akan baik - baik saja"
Naruto mengalirkan chakra pada tangannya sambil mengelus kepala Shion yang menghasilkan sensasi menenangkan dan melegakan. Shion tersenyum mendapati orang yang dicintainya sekaligus bertanggungjawab atas dirinya kini mendampingi perjuangannya dan para perawat melihat kepala pirang yang keluar dari rahimnya.
"Akhhhhhh !!!"
"Oeeekk... oeeekkk... oeekkk..."
Shion memejamkan matanya dengan pasrah ketika akhirnya rasa sakit lenyap begitu saja bersama datangnya kepuasaan melihat anaknya yang telah lahir. Naruto langsung membersihkan anak itu dengan fuinjutsu yang dipelajarinya dari manuskrip kuno milik klan Uzumaki yaitu membersihkan dan menyucikan tubuh bayi tanpa membuatnya harus dimandukan. Anak yang begitu mungil membawa fitur mata birunya dan berhubung Shion juga pirang alhasil rambut bayi ini mewaris warna pirang keemasan yang indah.
Sejenak Temari terpana melihat betapa cantiknya anak itu, dia meminta kepada Naruto untuk menggendongnya dan Shion hanya tersenyum kepadanya begitu juga Naruto yang memberikan ciuman bertubi - tubi di setiap bagian wajahnya kemudian merangkulnya. Kankurou yang melihat situasi ini merasa dejavu kembali pada ingatan lamanya ketika ibunya melahirkan Gaara dengan sangat dramatis dan merasa bersalah karena membenci anak yang bahkan baru lahir ke dunia dahulu.
"Maaf, Gaara" gumam Kankurou dengan wajah sendu.
"Kenapa ?" tanya Temari keheranan dibalas gelengan.
"Tuan harus memberinya nama" saran bidan itu.
Naruto dengan muka datar membuka selimut yang menutupi tubuh anaknya dan membolak - balikannya seperti sedang mengamati isi toples yang membuat semua orang menepuk jidat. Segera teridentifikasi secara fisik bahwa anaknya memiliki jenis kelamin laki - laki dan dia memanggil Hinata yang dia bawa secara tidak sengaja untuk memberikan nama pada anak itu.
"Naruto-kun, kau sudah menyakitiku dan menyuruhku memberi nama pada anak itu" tolak Hinata.
"Setidaknya ini bisa jadi simbol hubungan baik di antara kita bertiga" saran Shion.
"Harusnya kau yang marah padaku. Aku selalu mendekati suamimu" kata Hinata.
"Kami bahkan belum menikah. Reputasiku sedikit rusak karena hamil di luar nikah" bantah Shion.
"Kau yakin ini hasil perbuatanmu ?" tanya Hinata ragu.
"Aku bisa menjamin dia anakku. Chakra yang ada padanya memiliki kesamaan denganku" kata Naruto.
"Aku merasakan hawa keberadaan bocah tolol ini di tubuh bayi itu. Sebaiknya kau berhenti mengejarnya dan biarkan wadahku hidup tenang" ujar Kurama yang sekilas mengendalikan tubuh Naruto.
"Sudahlah Kurama, tidak apa - apa" kata Naruto.
Semuanya baik - baik saja tapi itu tidak bertahan lama, Naruto merasakan detak jantung Shion melemah dan matanya mulai terpejam dengan perlahan.
"Oh tidak..." Naruto mendekat dan memperlihatkan anak mereka kepada Shion.
"Cantik sekali, dia sepertinya punya wajah sepertimu. Bisakah kau menjaganya, nii-san ?" pinta Shion.
"Harusnya kau tidak secepat ini... aku belum sempat menemukan cara agar kau bisa hidup lebih lama" kata Naruto.
"Tujuan hidupku sudah terpenuhi dan kau memberikan impian memiliki anak darimu meskipun lebih banyak kesepian karena kesibukanmu" ujar Shion.
"Shion, jangan tinggalkan aku dan anak ini" pinta Naruto yang meneteskan air mata.
"Hinata-san.." Shion menatap Hinata dengan senyuman lembutnya.
"Aku memberinya nama Boruto Murasaki. Maaf hanya ini yang terlintas di pikiranku" kata Hinata.
"Seleramu cukup bagus" komentar Shion yang mengalihkan matanya pada Temari.
"Kesempatanmu sudah dekat, Temari-san. Hidupku akan segera berakhir. Seperti inilah nasib wanita yang menjadi seorang Miko" kata Shion.
"Ibuku meninggal hanya berselang beberapa tahun setelah ritual penyegalan Mouryou" jelas Shion.
"Hinata-san, aku tidak tahu itu cinta atau obsesi. Intinta kau harus membuatnya tidak memikirkanku. Aku hanya sekilas di hidup orang itu" kata Shion.
"Hubungan kami sangat terlarang, jalinan keturunan darah mencegah kami menikah tapi bodohnya aku tetap menuruti nafsu ini dan tidak menjamin anakku cacat atau tidaknya... aku bukan wanita Miko yang suci. Aku hanyalah wanita bodoh yang temakan nafsunya" Shion menangis menyesali tindakannya.
"Jangan berkata seperti itu, Shion. Aku juga bersalah karena terlalu mendekatimu" kata Naruto sambil mendekatkan keningnya pada Shion.
"Hanya neraka tempat yang pantas pelaku incest sepertiku" kata Shion.
"Aku tidak mau anak ini besar tanpa pernah bisa bertemu ibunya. Kumohon bertahanlah meski hanya beberapa tahun" pinta Naruto.
"Maaf... setidaknya terakhir... cium.. aku" Shion mulai terbata - bata mengucapkan kalimatnya. karena nafasnya sudah di ujung hela.
Naruto mengabulkan permintaan terakhir Shion yang memintanya untuk mencium wanita yang melahirkan anaknya tanpa terikat hubungan apapun dan merasakan hawa nafasnya yang sangat lemah. Bibir Shion yang sulit digerakkan dan perasaan kasih sayang yang hanya bisa disalurkan olehnya sebelum akhirnya merasakan sentuhan ataupun kehangatan bahkan ia mulai tak merasakan tubuhnya sendiri.
Hinata langsung memejamkan matanya tak sanggup melihat keadaan ini, Shion tak lagi bernyawa ketika Naruto melepas ciumannya dan dengan tabah menyentuh nadinya yang tak lagi berdenyut. Pria itu terdiam sambil memeluk erat bayi kecil yang baru lahir langsung kehilangan ibunya di waktu yang sangat berdekatan, dia bangkit berdiri dan menutup mata Shion yang terbuka sedikit.
Dalam diam, Naruto membuka lengan bajunya dan menekan segel yang terlukis di dalam kepalanya lalu tubuh Shion yang belum lama mati itu tersimpan di dalamnya. Semua orang ingin bertanya untuk apa jasad pemimpin mereka dibawa dan tidak dimakamkan tapi mereka tak berani mengajukan pertanyaan tersebut. Pria itu berbalik dengan wajah datar kepada semua penghuni Oni no kuni yang ada di sana.
"Tuan, bagaimana nasib kami ? Kami tidak memiliki pemimpin dan keturunan Shion-sama belum dewasa" kata satu - satunya anggota dewan negara yang ada di sana.
"Kami hanya ingin dipimpin oleh orang yang dipercaya oleh nyonya" kata salah satu prajurit yang ikut mengawal.
"Tolong selamat negeri ini, Naruto-sama" pinta ajudan Shion yang Naruto kenali tahun lalu.
"Permintaan kalian diterima. Mulai besok kibarkan bendera dan wilayah masuk dalam kendali kami" kata Naruto yang mengundang kebingungan pada Hinata.
"Gila, dia berekspansi" kata Temari.
"Wilayahnya semakin bertambah luas" kata Kankurou.
"Aku memutuskan untuk menyimpan jasad Miko-sama. Dia adalah adikku yang memiliki hubungan darah dan hanya aku satu - satunya yang bisa bertanggung jawab atas dirinya" kata Naruto.
"Naruto-sama hampir setiap hari mengunjungi Shion-sama" kata sang ajudan.
"APA !?" reaksi para ninja Suna dan Hinata yang terkejut.
"Gila... menghamili adik sendiri sampai meninggal melahirkan. Aku tidak tahu harus berkata apa padamu" lirih Temari yang merasa prihatin kepada Shion.
"Naruto-kun..." Hinata kehabisan kata - kata.
"Temari, Hinata. Pikirkan kembali jika kalian mencintai orang sepertiku" pinta Naruto sebelum menghilang.
Danzo dan para tetua menggeram marah begitu kabar bahwa republik Ezo menambahkan wilayah Kaze no kuni beserta Sunagakure di dalamnya dan Oni no kuni ke dalam petanya. Negara besar shinobi menolak kedaulatan Republik Ezo atas kedua wilayah tersebut apalagi pemimpin Oni no kuni belum lama meninggal. Reaksi yang sama juga muncul di negara shinobi lainnya, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan pertemuan tiga kage.
Suna resmi keluar dari lima desa shinobi terbesar di dunia tepat setelah sistem Kaze no kuni mengalami perombakan dalam skala besar terutama hirarki desa ninja yang diubah menjadi kota mandiri sepenuhnya dan wilayahnya diperbesar atas perintah Naruto yang disambut oleh Gaara selaku Kazekage. Gelar Kazekage akan tetap dipertahankan meskipun status wilayah desa mereka telah dinaikkan dan teknologi khas republik tak lama segera masuk.
Bahkan Naruto telah memprakasai sistem pembayaran jarak jauh yang hanya mengandalkan kekuatan sinyal radio dan pengirim pesan teks digital yaitu telepon kabel yang merangkap fitur Fax di dalamnya. Nasabah bank hanya perlu mengirim permintaan teks kepada operator jaringan yang nantinya menghubungkan pihak bank dan memperbaharui jumlah uang di rekening penerima yang mana pihak bank nantinya akan saling menyerahkan aset yang menjadi basis uang mereka setiap 3 bulan sekali berdasarkan total transfer keseluruhan yang telah berlangsung.
Perubahan gila dan ekspansi republik Ezo mengundang rasa khawatir, negara yang didominasi penghuninya warga sipil kini menjadi negara adidaya dunia sekaligus pemilik wilayah terluas di dunia shinobi. Raikage, Hokage, dan Tsuchikage bertemu di Tetsu no kuni demi memutuskan cara yang bisa digunakan untuk meredam agar kekuatan republik bisa berkurang.
"Selamat datang tuan - tuan dan nyonya sekalian. Saya atas nama Mifune selaku pemimpin bersumpah atas netralitas kami selama rapat berlangsung.
Rapat dimulai oleh sambutan Mifune disusul perkenalkan tiga kage yang meletakkan topi mereka sendiri di atas meja. Terlihat pria kekar berkulit gelap dalam ekspresi marah, kakek tua berbadan mungil yang terlihat sangat sepuh, dan pria yang memakai perban di wajahnya lengkap dengan seragam standar jonin khas Konoha. Mereka duduk berhadapan satu sama lain dan setiap orang yang hadir di sana saling mengintimidasi.
"Kalian semua pasti mengerti alasan kita semua berada di sini" kata Danzo.
"Negara itu memunculkan paham republikan yang menentang para pemimpin feodal dan monarki" kata Tsuchikage.
"Hal itu juga terjadi di negara kami. Semuanya berawal semenjak Republik Ezo-Hokkaido mulai terkenal bertepatan dengan wabah hitam" ujar Hokage.
"Kami awalnya tidak menganggap mereka sebagai ancaman tapi keadaan berubah saat para ninja kami melarikan diri demi mendapatkan suaka dari mereka" kata Raikage.
"Kami seperti itu juga, banyak makam yang dibongkar dan jasad menghilang di Konoha" kata Danzo.
"Menurut pihak penyelidik kami, sangat mencurigakan melihat Republik Ezo-Hokkaido dalam keadaan baik saat negeri lainnya berjatuhan" ujar Tsuchikage.
"Sudah pasti mereka dalang di balik itu semua" tuding Danzo.
"Kita semua tahu, pengetahuan di negeri kita masing - masing tidak berkembang. Kami pernah obat dari agen mereka yang tersebar di seluruh dunia" ungkap Raikage.
"Obatnya sangat ampuh, jinchuriki kami selamat karena itu" lanjutnya.
"Apa artinya ini, Raikage-dono ? Anda mencoba bermain dua kaki pada kami" tuding Danzo.
Negara petir sedang kesulitan jadi mereka menjalin kerja sama tapi semua berakhir ketika rakyat di negeri ini menuntut pelengseran monarki demi menjadi negara republik dan daimyou memerintahkan Kumo agar memutuskan hubungan dengan mereka setidaknya ada beberapa teknologi minor yang sempat mereka serap dari Republik Ezo-Hokkaido sebelum menjadikannya sebagai musuh.
"Berterimakasihlah kepada tabib di negeri kami meskipun sangat terlambat" kata Danzo.
"Kami mendengar Tsunade-hime meninggal dunia jadi kami ragu untuk nasib Konoha ke depannya" sindir Raikage.
"Suna paling cepat pulih di antara yang lainnya" ungkap Tsuchikage.
"Mereka kolaboratornya sudah jelas, bahkan sampai menjilat kepada republik" sindir Sasuke yang menjadi ajudan Danzo.
"Jangan berbicara dulu, Sasuke" perintah Danzo.
"Saudara anda di sana bahkan menjadi kepala pemerintahannya. Sungguh gila, sarangnya penjahat" kata Raikage.
"Kurasa saya tidak mau basa - basi ini berlanjut. Saat kita mengadakan perang dunia shinobi keempat... tidak, melainkan perang dunia untuk memusnahkan Republik Ezo-Hokkaido" saran Danzo.
"Siapa sangka anda yang lebih dulu memulainya. Kami setuju, apalagi putra Minato Namikaze ada di sana" kata Tsuchikage.
'Dobe itu jadi presiden ? Cih... akan kurebut negaranya dan menjadikannya sarang Uchiha. Konoha tidak bisa diharapkan' pikir Sasuke.
"Dunia ini memang sempit" kata Raikage.
"Mereka akan bernasib sama seperti Uzushiogakure terlebih mereka mendirikan negara di bekas wilayah itu" kata Tsuchikage.
"Baiklah, pihak mana yang berkenan membentuk aliansi shinobi ?" Mifune mengangkat tangan sekilas sambil memberikan instruksi.
"Setuju"
"Setuju"
"Setuju"
Ketiga desa yaitu Konoha, Kumo, dan Iwa setuju membentuk aliansi sementara di saat yang sama Republik Ezo-Hokkaido merombak sistem pemerintahan di negeri iblis sekaligus membuat upacara kematian Shion meskipun Naruto tidak mengeluarkan jasad wanita itu dari ruangan segel penyimpanannya. Mereka menjadikannya tempat singgah kapal dan belum lama ini daimyou Hi no kuni menjual sebagian pulau serta wilayahnya demi menutupi kerugian yang disebabkan oleh Konoha.
Naruto mengadakan pembukaan hutan sekaligus menemukan perbatasan dan membuat peta bantuan dengan kekuatan Rinnegan miliknya yang telah diperbaharui. Jiraiya yang berhasil selamat ketika melawan Akatsuki juga ditemukan tinggal di sana dan segera membantunya melakukan proyek pembangunan kota besar yang nantinya di masa depan akan direncanakan menjadi ibukota masa depan saat penyatuan dunia berhasil dilakukannya.
"Itachi, aku tahu kau benci padaku. Setidaknya bekerjalah dengan profesional" ucap Naruto.
"Tenang saja, akan kubuatkan kota terbesar di dunia untukmu" kata Itachi.
Mereka membangun kota di bekas lahan yang mereka buka sekaligus mengusir penghuni yang ada di sana dan mengundang orang kaya agar melakukan investasi sekaligus membawa pekerjanya ke wilayah itu. Kota itu diberi nama Tokyo yang membentang dari hutan perbatasan hingga ujung pantai dan sebagian wilayah selat pulau yang mengarah ke laut diberi nama keresidenan (sejenis kabupaten) Chiba yang wilayahnya memanjang sehingga terlibat unik di peta.
Tak butuh waktu lama, pembangunan kota Tokyo berlangung cepat bahkan teknologinya hampir mengalahkan wilayah utama Hokkaido. Naruto kini menguasai hampir separuh pulau Honshu yang panjang dengan wilayah di barat, sebagian di tengah, beberapa pulau di selatan, sebagian wilayah tepi di timur laut, dan wilayah kota Tokyo sekaligus keresidenan Chiba yang berada di tengah pulau.
Keuntungan mereka terus bertambah dan semakin kuat negara ini, hanya tinggal masalah waktu sampai rencana perang dunianya dimulai tapi sepertinya tiga negara shinobi ingin perang dimulai lebih awal. Belum lama ini, Kirigakure mendapatkan perintah dari pemerintahan pusat Mizu no kuni agar mengirim permintaan aneksasi dan Mei Terumi dikirim ke Tokyo agar menjalin hubungan dengan presiden republik itu.
Awal pertama kali Mei datang ke Tokyo, dia melihat dunia yang sangat berbeda mulai dari gaya bangunan mereka yang sangat maju dan gaya hidup masyarakat sekitar membuatnya seperti perantau desa yang baru datang ke kota. Dia dijemput oleh Kakashi yang hampir membuatnya jatuh cinta dan hampir melupakan tujuannya yang ingin mendekati Naruto.
Sayangnya ketika dia membaca buku panduan pemberian pemandu tamu yang berisi aturan dan undang - undang yang melarang pernikahan berbeda umur. Misinya sudah menunjukkan kegagalan di awal untuk mendekati Naruto tapi setidaknya dia masih bisa memperjuangkan aneksasi negara asalnya agar kekecewaan daimyou yang memberikan perintah langsung kepadanya bisa sedikit mereda.
"Selamat siang, Mizukage-dono" sapa Naruto sambil membawa Boruto yang digendongnya dengan gantungan yang terpasang di badannya.
"Selamat siang, Naruto-sama" sapa Mei.
Naruto dengan anggun meletakkan gelas dan beberapa mangkuk berisi makanan khas Republik Ezo-Hokkaido yang merupakan hasil asimilasi budaya dari para imigran alhasil Mei mengenal beberapa makanan tersebut. Dia menerima tuangan anggur merah dari Naruto, matanya terpaku pada ketampanan pemuda tersebut yang mana menggodanya untuk menciumnya tapi dia menahan diri agar dia melanggar aturan apapun di tempat ini.
"Ada keperluan apa, anda datang ke sini ?" tanya Naruto langsung.
"Silahkan dibaca, Naruto-sama" jawab Mei.
Mei memberikan surat yang menjelaskan bahwa Mizu no kuni beserta Kirigakure di dalamnya meminta aneksasi wilayah kepada Republik Ezo-Hokkaido karena kepercayaan masyarakat yang begitu terutama sejak dimulai hubungan diplomatik kedua negeri tersebut. Naruto sedikit kesal pada paragraf yang menyatakan bahwa Mei Terumi dikirim daimyou untuk pernikahan politik padahal Shion belum lama ini meninggal.
"Kami tidak keberatan soal aneksasi tapi wanita saya belum lama meninggal saat melahirkan jadi..." kata Naruto yang langsung dipotong Mei.
"Saya minta maaf yang sebesar - besarnya" Mei menundukan kepalanya bahkan sampai terbentur.
"Tidak apa - apa, Mizukage-dono" Naruto memegang kedua bahu Mei mengangkatnya agar tidak menunduk kepadanya.
"Daimyou anda mengharuskan saya menerima dua permintaan itu. Anda yakin ingin dinikahi oleh saya ?" Naruto mengamati reaksi Mei.
"Sejujurnya... saya kurang yakin apalagi kita belum mengenal dengan benar" jawab Mei tapi Naruto bisa melihat ekspresi malunya.
"Pernikahan politik bukanlah sesuatu yang saya sukai bahkan saya memilih republik saat membangun negara ini karena memahami realita monarki" ujar Naruto.
"Naruto.. wanita itu tersinggung saat membahas pernikahan dan sepertinya dia kelamaan melajang sepertiku" bisik Kakashi.
"Bunuh... bunuh... bunuh..." Mei menusuk - nusuk roti di mangkuk supnya dengan brutal.
"Aku juga tidak mau anakku punya ibu tiri jahat" balas Naruto dengan pelan.
"Tenanglah, Mizukage-dono. Maaf saya sedikit lancang" Kakashi mengambil garpu dan meletakkan tangan Mei kembali ke meja.
Mizukage ditawari oleh Naruto untuk bawa pria ini dan jadikan pengantinnya. Orang ini kekurangan bakat bahkan tak sanggup beradaptasi di sini tapi setidaknya bisa membantu wanita itu menjalankan pemerintahan. Para pengawal dan pelayan yang mendengar ucapan kurang Naruto bahkan sampai wajah mereka memerah tak karuan, Kakashi yang merasa dirinya di jual untuk kepentingan politik juga merasa jengkel.
"Sial..." umpat Kakashi pelan yang bisa didengar ileh Naruto.
"Buruan nikah, nanti burungmu bisa karatan" ejek Naruto yang akhirnya membuat tawa para pengawal dan pelayanan tak bisa ditahan lagi.
"Saya yakin umur anda tidak jauh beda. Aku masih terlalu muda walaupun saya sudah punya anak" tebak Naruto.
"Oeee.. oeeeee... ooeee..." Bayi Boruto menangis meminta ASI tapi ibunya sudah meninggal.
"Aduh... nangis dianya" gumam Naruto.
"Maaf Mei-san saya izin pergi sebentar. Sensei, jangan biarkan wanita sendiri" pinta Naruto.
Naruto menggunakan jurus klan Uzumaki yang memungkinan siapapun bisa menyusui meskipun agak menjijikan membayangkan pria bisa menyusui. Tidak ada niatan bagi Naruto untuk menikahi wanita baru lagipula Shion juga belum lama meninggal dan menghormati wanita itu tapi setidaknya dia tak ingin menunjukkan ini di depan umum.
"Maaf boleh saya bertanya ?" ucap Mei.
"Silahkan" kata Kakashi.
"Kenapa Naruto-sama mengarahkan anak itu ke dadanya dan tidak menangis lagi ?" tanya Mei.
"Dia bisa menyusui anak itu" jawab Kakashi yang membuat Naruto yang bisa mendengar dari jauh jadi kesal.
'Sialan, mulutnya ember sekali' ucap Naruto dalam hati.
"Ti-tidak mungkin !?" Mei sedikit terkejut.
"Benar - benar bisa, ini juga karena terdesak" kata Kakashi.
"Tunggu dulu.. presiden di sini pria atau wanita ?" tanya Mei. Dia sedikit merasa aneh karena wajah Naruto juga terlihat feminim dibandingkan foto yang terbesar beberapa waktu sebelumnya.
"Saya menjamin presiden kami seorang pria. Dulunya beliau muridku sebelum membelot dan membangun negaranya sendiri" jawab Kakashi.
"Saya membandingkan fotonya, wajahnya seperti wanita tapi tubuhnya cukup kekar" Mei mengeluarkan foto yang diberikan oleh daimyou.
"Ini memang foto beliau sebelum memakai jurus terlarang yang menaikkan hormon feminim" jelas Kakashi.
"Jika saja jurus itu sudah ada, pasti tidak akan banyak yang meninggal di perang dunia ketiga" ungkap Mei yang teringat bayi meninggal karena malnutrisi.
"Itu semua tidak akan terjadi apabila kalian tidak pernah menyerang tanah air klan Uzumaki. Mereka bahkan akan membagikan jurus itu kepada kalian jika mau berniat baik" kata Kakashi.
"Kalau begitu, beliau seorang Uzumaki" tebak Mei.
"Istri mantan atasan saya seorang Uzumaki dan juga ibu dari presiden kami" ungkap Kakashi.
"Namanya ?" tanya Mei.
"Uzumaki Kushina, beliau meninggal saat melahirkan Naruto-sama akibat serangan musuh dan Kyuubi yang dilepaskan" jawab Kakashi
"Kushina..." Mei bergetar hebat mendengar kabar bahwa sahabatnya telah meninggal.
"Maaf, saya cukup lama" kata Naruto sambil menggendong Boruto yang sudah tenang.
"Kakashi, kau menyakiti perempuan ini ?" bisik Naruto.
"Tidak, aku tidak melakukan apapun" jawab Kakashi yang mengundang tatapan ragu dari Naruto.
"Kushina... orang sebaik dia..." Mei masih menangis dan Naruto memberikan kode mata kepada Kakashi.
"Aku salah tebak, dia sepertinya seumuran Mikoto-san jika masih hidup" kata Naruto kepada Kakashi.
"Sial kau, Naruto. Aku tidak punya pilihan lain" balas Kakashi pelan kemudian memeluk Mei yang terkejut mendapatkan perlakuan itu.
Beberapa menit kemudian, Mei tenang dalam kondisi tertidur di dalam pelukan Kakashi sementara Naruto menggodanya dengan isyarat yang dibalas delikan tatapan bagaikan busuh panah kepadanya. Naruto mengejek Kakashi yang tidak jantan karena tidak tahu cara memperlakukan wanita dan membuatnya semakin tertantang karena merasa harga dirinya sedang dipermainkan.
"Buat aku satu keponakan, sensei" Naruto menyuruh Kakashi layaknya sedang memesan di restoran.
"Awas kau nanti !!!" ancam Kakashi sambil menggendong Mei menuju kamar tamu.
"Jangan pasang pengamanan biar cepat menikah dan punya anak !!!!!!!" teriak Naruto sekeras mungkin.
"Suaraku kayak perempuan" ucap Naruto yang mendengar suaranya barusan.
"Anda baru menyadarinya, tuan" ucap sang pelayan.
"Sampaikan kepada semua lembaga pemerintahan agar mempersiapkan antisipasi perang dan invasi" perintah Naruto kepada panglimanya lewat telepon di meja kerjanya.
"Ha'i !!!" jawab Tsukasa.
To be continued
