Disclaimer : Gege Akutami

A Fanfiction by Noisseggra

Pair : Gojo Satoru X Fushiguro Megumi

Genre : Drama, Supernatural, Romance

Warning : OOC (Out of Character), iya di fanfic ini sengaja OOC, nggak terlalu mirip sama Manga/Anime, demi plot.

YAOI, BL, RATED M, Semi Canon, maybe typo (s)

You have been warned !

This fic inspired from manhwa The Ordinary Lifestyle Of A Universal Guide by Kang Yoonwoo

A/N : Fanfic ini ditulis untuk kepuasan pribadi, jadi serah aing mau nulis apa :"V

.

.

Kiseki no Hiiraa

.

.

Megumi masih belum memutuskan apa yang mau ia lakukan. Ia ingin bicara dengan ayahnya, tapi kalau bertemu secara langsung dan ia harus pulang, waktunya susah dicari untuk saat ini, apalagi karena rumahnya jauh. Butuh minimal 2 hari untuk pulang, bicara, lalu kembali ke HQ. Sementara ia belum tahu akhir pekannya akan seperti apa mengingat ia masih harus pergi misi.

Megumi meraih ponselnya, ada chat dari Toji yang belum ia baca, hanya ia lihat dari tab notifikasi.

'Aku dapat undangan dari HQ untuk bergabung. Ini kau yang lakukan kah? Kau mau aku ke HQ?' begitu isinya.

Megumi belum menjawab karena masih ragu. Kalau Toji ke HQ, artinya ayahnya itu justru akan lanjut bekerja sebagai jujutsushi. Ya kalau permintaan turun level dari Megumi dipenuhi, kalau tidak? Toji akan lanjut bekerja di level 1, padahal Megumi ingin Toji pensiun saja. Nikmati masa tuanya dengan bersantai. Gaji Megumi sudah cukup untuk mereka berdua kini. Kalau Toji ingin membuka usaha untuk mengisi hari-hari nya, Megumi yakin bisa memberikan modal. Pekerjaan normal, yang tak berbahaya.

Tapi kalau Toji tidak ke HQ, mereka belum bisa berbicara. Kalau lewat telefon mereka pasti akan bertengkar lagi, tak ada penyelesaian.

"Doushiyo…" keluh Megumi sambil mengusap wajahnya sampai ke rambut.

Ia pun akhirnya meraih tabletnya dan mengubah status on hold menjadi online, menandakan ia sudah siap menerima request heal dari para jujutsushi.

.

~OoooOoooO~

.

Megumi menutup laptopnya dan memandang keluar jendela di mana langit sudah berwarna jingga. Ia menelengkan lehernya yang kaku hingga bunyi gemeretak kecil terdengar. Megumi ganti mengecek ponselnya, chat dari Toji belum juga ia buka. Kini bertambah satu chat lagi dari Gojo.

'Otsukare Sensei, selamat beristirahat,' begitu isinya.

Megumi tersenyum dan hampir saja mengklik notifikasi itu kalau tak ingat ia belum membalas chat Toji. Akhirnya ia tak jadi mengkliknya. Ia pun segera beberes dan keluar kantor, menyudahi hari kerja nya.

Megumi memutuskan untuk ke kantin dulu membeli makan malam sekalian, biar sambil jalan-jalan menghilangkan penat yang bergelayut di pikiran. Setelah menerima pesanannya, Megumi pun pergi. Di perjalanan ia mendengar suara Maki tengah ngobrol dengan seorang cewek bersurai pendek di sebuah gazebo.

"Serius, aku ketemu anaknya Toji Fushiguro. Mereka beda banget, ya…meski kalau diperhatikan baik-baik mirip sih, cuma rambut mereka saja yang sangat berbeda."

Astaga, masih saja membicarakan ayahnya, pikir Megumi.

"Jangan bilang kau mau mintakan tanda tangan, Maki? Ahaha."

"Aku ingin bertemu langsung saja, Mai," balas Maki. "Dia ayahnya kan, mungkin suatu hari akan menjenguknya ke sini. Ya kan?"

"Mm hm," Mai terdengar biasa saja, tak seantusias Maki.

"Aah, aku iri banget. Harusnya dia bangga punya ayah jujutsushi level 1. Tapi dia malah ingin ayahnya itu turun level. Dia bahkan mau menemui Yaga-san coba."

"Yeah, aku mengerti perasaannya sih."

"Hah, apa maksudmu Mai?" omel Maki.

"Aku juga tidak mau kau naik ke level satu. Level semi-grade 2 sudah cukup. Jangan naik lagi."

"Hah, apa-apaan itu. Kau ingin aku jadi lemah selamanya."

"Bukan masalah itu. Kutukan level 1 itu sudah bukan level main-main, Maki. Aku pernah meng assist misi level A dan membantu melawan kutukan level 1. Kekuatannya jauh sekali dari yang level 2. Gila saja kalau manusia biasa melawan makhluk seperti mereka."

"Tapi kan…" Maki mulai melayangkan ucapan protes, sementara Megumi hanya bisa menyeringai kecil dan melanjutkan langkahnya menuju paviliun.

Ngomong-ngomong soal itu, Megumi jadi teringat ucapan Yaga kemarin. 'Apa Megumi sudah pernah melihat Toji saat menjalankan misi'. Megumi menghela nafas lelah. Apa itu artinya Yaga berharap Megumi akan berubah pikiran kalau sudah melihat ayahnya dalam pertarungan?

"Yang benar saja," ucapnya lirih sambil mulai menyalakan lampu-lampu sambil berjalan masuk paviliun. Tapi pada akhirnya, Megumi pun kembali menghubungi Yaga, menanyakan apa ada video yang bisa ia lihat mengenai ayahnya. Setelah itu Megumi pun ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

,

Belum ada jawaban saat Megumi usai mandi. Ia pun menyiapkan makan malam dan makan di meja makan. Saat itulah pesan dari Yaga muncul. Ia mengirimkan beberapa link pada Megumi.

"Link nya akan kembali kami private dalam waktu 1x24 jam," begitu caption nya. Megumi pun melihat judul link-link itu, dan memilih 1 file berjudul ujian level 1. Mungkin itu test yang diadakan HQ saat mau menaikkan level Toji ke level 1.

Di video itu terlihat Toji memasuki sebuah ruangan besar dengan dinding berbentuk kotak kotak seperti laci. Lalu ada suara dari mikrofon yang menjelaskan tentang ujiannya. Kurang lebih mengatakan bahwa di deretan 1 dan 2 terbawah, berisi senjata. Toji boleh memakai senjata manapun yang ia mau. Jumlah kutukan yang akan dilepas totalnya 500 kutukan, terdiri dari berbagai level. Tidak ada time limit, dan jika merasa tidak mampu dan akan menyerah, maka Toji cukup mengatakannya saja, karena segala proses ujian akan didokumentasi.

Setelah itu ia diberi waktu 5 menit untuk mempersiapkan diri, memilih senjata yang ia mau. Di sana Toji tampak berjalan ke sebuah kotak lalu menekan kotak itu yang seketika terbuka, sebuah golok besar muncul di sana.

"Hmm, kurasa ini untuk permulaan," terdengar suara Toji. Setelahnya ia berkeliling ruangan untuk melihat senjata apa saja yang disediakan, menghafal tempatnya. Setelah itu ia menghadap ke kamera. "Yosh, aku siap," ucapnya.

"Anda tidak memakai kacamata khusus untuk melihat kutukan?" tanya orang di mic.

"Tch, tidak perlu. Hanya mengganggu saja," balas Toji.

Tak berapa lama, di bagian dinding yang lumayan tinggi, pintunya terbuka. Di sana dilepaskan seekor kutukan yang mungkin level 3.

"Keh, hanya ini, ayo buat lebih menarik lagi," seringai Toji sambil memutar-mutar golok di tangannya.

Megumi mengernyitkan alis. Padahal ayahnya tak dapat melihat, tapi ia bersikap seolah tahu segalanya.

Pintu lain terbuka dan beberapa kutukan kembali dilepaskan. Mereka menyerang Toji secara bersamaan. Jantung Megumi berdegup kencang melihat sekumpulan kutukan itu menyerang sekaligus. Tapi tak ia sangka, hanya dalam sekali tebas, Toji bisa menghabisi 5 kutukan.

Pintu-pintu kembali terbuka dan kutukan terus dilepaskan tanpa henti. Level nya kian naik. Dari level semi-grade 2, 2, semi-grade 1, semuanya dilepaskan secara bersamaan.

Toji beberapa kali melompat menghindari serangan sambil balas menyerang. Ia berlari ke arah dinding, mengambil senjata. Kali ini sebuah pistol, dan….bang! Tepat mengenai dua kutukan sekaligus. Ia menembak terus sampai peluru nya habis, menumbangkan beberapa kutukan lagi.

Kkkiiiiikkkkk…!

Seekor kutukan yang sepertinya level 1 menyerang Toji, menghantam tembok di belakangnya karena Toji menghindar turun. Ia berguling ke samping, mengambil senjata lain. Kali ini sebuah pedang.

Slaashh…!

Ia menebas kutukan itu, tapi hanya tergores saja, pedang itu patah.

"Tch! Sial, senjata murahan," umpatnya. Ia kembali menghindar, ia gunakan kutukan level kecil untuk pijakan dan melompat menghindar sambil terus dikejar kutukan level 1 itu. Belum selesai ia berurusan dengan si kutukan, pintu kembali terbuka dan 3 ekor kutukan level 1 kembali dilepaskan.

"Mendokusai," umpat Toji. Ia kembali melesat menuju dinding. "Sial, senjata yang tadi di mana ya? Ingatanku tidak terlalu baik," ia ngedumel sendiri. "Ah, itu dia," akhirnya ia menemukan kotak yang dituju, hanya saja ada 2 ekor kutukan level 2 dan semi-grade 1 di sana.

"Minggir!" Toji membogem mentah kutukan level 2 itu hingga hancur, lalu menendang kutukan semi-grade 1 nya menjauh. Ia menekan kotak berisi senjata yang ia mau.

"Di belakangmu!" tanpa sadar Megumi berteriak saat melihat beberapa kutukan level 1 menyerang Toji secara bersamaan. Dan tiba-tiba…

Craaasshhh…!

Toji berbalik, dan dalam sekejap mata saja kutukan itu hancur. "Nah, ini baru senjata bagus," terlihat Toji memegang three-section staff. Ia memutar-mutar benda itu sejenak, lalu dalam kecepatan tinggi, ia melesat menyerang para kutukan yang masih tersisa, juga yang baru muncul.

Cepat sekali, hanya dalam beberapa waktu saja semua kutukan tumbang, dan Toji berdiri di tengah tumpukan kutukan yang tengah mulai lenyap. "Heh, terlalu mudah," seringainya.

Di ujung ruangan, Megumi melihat titik kecil kutukan, sepertinya level 4, pokoknya kecil. Apa Toji tidak membunuhnya karena tidak bisa merasakan energy nya yang lemah? Ya mungkin saja.

Tapi tiba-tiba, three-section staff itu melayang dan menghantam kutukan kecil itu, Toji melemparnya dari jarak jauh. "Daaaan, 500," ucapnya.

Benar saja, setelah itu pintu keluar terbuka. Mic kembali berbunyi menyebutkan hasil ujiannya.

"Peserta, Toji Fushiguro. Ujian level 1, lolos. Dengan waktu, 25 menit 27 detik."

Dan Toji pun berjalan keluar ruangan dengan santainya.

Megumi menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Ia tak menyangka ayahnya sekuat itu. Tapi tetap saja, segelayut rasa khawatir tetap menghampiri batinnya.

Ia memberesi peralatan makan, lalu ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah itu ia menghabiskan malam nya dengan menonton semua video Toji yang dikirimkan link nya oleh Yaga barusan.

Malam sudah larut saat Megumi menonton sebuah video interview Toji dengan seorang jurnalis. Di video itu disebutkan kalau data itu hanya akan digunakan untuk penelitian dan pengembangan senjata untuk para jujutsushi non-CE, bukan untuk public. Dan si pewawancara sempat menanyai Toji mengapa Toji tak ingin publikasi.

"Padahal posisi Anda sangat membanggakan loh, kalau mendapat sorotan media Anda pasti akan terkenal, Anda akan memiliki nama besar. Mungkin bisa direkrut brand-brand besar."

"Yeah, aku tidak ingin itu terjadi," balas Toji. "Sebenarnya, aku tidak memberitahu puteraku aku naik ke level 1. Jadi kalau aku sampai terpublikasi dan dia mengetahuinya dari media, bisa gawat. Hahaha," tawa Toji.

"He? Putera Anda? Bukankah seharusnya dia bangga memiliki ayah seperti Anda?"

Toji hanya tersenyum dengan tatapan halus. "Dia itu orangnya lembut, sama seperti Kaa-san nya. Dia akan terlalu mengkhawatirkanku kalau sampai dia tahu aku naik ke level 1."

"Oo, begitu ya. Baiklah, kita lanjutkan wawancaranya bla…bla…bla…"

Megumi tak begitu memperhatikan percakapan selanjutnya. Ia berbaring dengan menutup mata menggunakan lengannya.

"Tou-san…" panggilnya lirih.

.

.

Keesokan pagi nya Megumi berangkat kerja seperti biasa. Ia memakai sepatu, lalu bersiap untuk pergi. Tapi sebelum itu ia sempatkan membalas chat Gojo yang mengucapkan selamat pagi. Sementara di bagian chat dengan Toji, sudah ada balasan bertuliskan, 'ya, datanglah ke HQ' yang sudah ia kirimkan semalam.

Megumi menyakukan ponselnya lalu keluar dari paviliun, menghirup udara segar pagi itu, lalu melangkah menuju kantor healer.

.

~OoooOoooO~

.

Maki menata rambutnya lalu memakai pakaian rapi, mematut diri di cermin. Tak lupa ia pakai juga kacamatanya, saat itulah Mai, saudara kembarnya masuk ke kamar tempatnya berada.

"Hah, apa perlu serapi itu," komentar Mai.

"Diamlah kau Mai," balas Maki santai. "Ikuzo," mereka pun pergi meninggalkan paviliun mereka menuju arah gerbang utama HQ. Saat menuju ke sana, mereka heran saat melihat banyak orang yang sepertinya bertujuan sama seperti mereka.

"Geeh, seramai ini? Nggak salah nih?" Mai mengernyit tidak suka sementara Maki malah menyeringai saja. Ia kembali merapikan rambutnya yang diterpa angin senja, warna jingga terpantul lembut di lensa kacamatanya. Ia berjalan dengan tegap menuju gerbang utama HQ yang ternyata sudah ramai orang di sana, bahkan Yuuji juga ada di sana.

"Oo, Zennin-san," Yuuji melambaikan tangan. Maki dan Mai pun menghampiri Yuuji. "Haha, sudah kuduga kalian pasti ikutan," tawa Yuuji.

"Maki saja. Aku hanya menemani," sewot Mai.

"Ya intinya kalian berdua kan," sweatdrop Yuuji.

Mereka bertiga ikut saja di keramaian yang berada di kanan kiri jalan, seolah menunggu kedatangan seseorang. Tak berapa lama Yaga muncul dari arah gedung HQ jujutsushi bersama Nanami dan seekor panda yang berjalan tegak seperti manusia.

Tak lama setelah kedatangan Yaga, sebuah mobil muncul di kejauhan. Mobil itu kian mendekat menuju gerbang HQ dan berhenti tepat setelah memasuki gerbangnya.

"Hmnmh," Maki tampak terlalu excited menunggu seseorang keluar dari mobil itu, sementara Mai hanya bisa sweatdrop. Ia tahu saudari kembarnya itu mengidolakan sih, tapi ia tak menyangka sampai segininya. Ah, kalau dipikir lagi orang-orang yang berkerumun di sana juga memiliki ekspresi tertarik kurang lebih sama seperti Maki.

Klek…

Pintu di bagian sopir terbuka dan Ijichi muncul dari sana. Lalu dari bagian penumpang, pintunya terbuka, lalu seseorang berperawakan kekar muncul di sana. Wajahnya penuh wibawa, tapi lebih ke seram dan kaku, ada goresan luka di ujung bibir sebelah kanannya, dan meski tak begitu terlihat karena ia memakai jaket hitam lengan panjang, bekas luka terlihat di lehernya yang mungkin saja ada juga di sekujur tubuhnya.

"Nnnggghhhh," Maki seperti tak bisa menahan ketertarikannya. Ia bahkan mencengkram lengan Mai tanpa sengaja.

"Hey, sakit bodoh," bisik Mai meminta dilepaskan.

"Uwaaah, mengintimidasi sekali ya, bahkan aura nya saja berat," komentar Yuuji dengan nada rendah.

"Selamat datang, Fushiguro-san. Akhirnya Anda berminat juga bergabung dengan HQ," Yaga menyalami tamunya itu.

"Yeah, keadaannya berubah," jawab Toji dengan tatapan tidak tertarik. Ekspresinya tetap mengerikan seperti biasa. Di mata Mai ia hanyalah seorang pria menyeramkan, bagaimana bisa Maki mengidolakan orang seperti itu.

"Ne, bukankah aura nya sangat berbeda dengan Fushi–...err, Megumi maksudku," bisik Yuuji. "Megumi seperti lembut dan kalem sebagai healer, tapi Tou-san nya ini terlihat sangat tegas dan garang dalam sekali lihat."

"Keh, itulah wajah petarung sejati," seringai Maki bangga, yang hanya membuat Mai dan Yuuji sweatdrop.

"Perjalanan Anda pasti melelahkan," tambah Yaga. "Kami sudah siapkan unit untuk Anda. Biar Nanami yang mengan–..."

"Megumi?" potong Toji dengan tatapan menerawang jauh.

Yuuji dan yang lain menatap ke arah tatapan Toji tapi tak melihat apa-apa, soalnya kantor healer memang jauh dari gerbang utama. Tapi Toji menatap ke arah sana dengan pasti, dan wajahnya seketika berubah menjadi ceria, seperti langsung hilang saja aura menyeramkannya tadi.

"Megumiii," panggilnya sekali lagi dan melesat secepat kilat menjauh dari tempat itu, meninggalkan orang-orang melongo di tempat.

"Huuuhh? Dia lihat Megumi di mana? Gedung healer? Itu kan jauh sekali, bagaimana bisa!" Mai mengomel sendiri.

"Ne ne, nggak Gojo-san nggak Toji-san, orang-orang kuat ini langsung berubah tunduk kalau ada Megumi. Sekarang aku tidak tahu lagi sebenarnya siapa yang paling kuat, mereka atau malah Megumi," sweatdrop Yuuji.

.

.

Sementata di sisi Megumi, ia baru saja keluar dari gedung healer. Ia menatap jam di ponsel, mungkin sebentar lagi ayahnya datang mengingat dulu dia juga tiba sekitar jam segitu saat datang ke HQ. Baru saja ia mau menyakukan ponselnya, ia sudah mendengar suara panggilan dari jauh.

"Megumiii~" dan ayahnya yang tampak berlari mendekat dengan wajah ceria. Tapi seketika wajah itu berubah kaku saat melihat ekspresi Megumi yang merengut ke arahnya. "He? Eh?" Seketika Toji kaku di tempat, wajahnya membiru. "Me-Megumi…"

Megumi membuang muka. "Kita bicara besok, aku capek baru keluar kerja," ucapnya seraya melenggang pergi menuju paviliun nya.

"Ya…tapi kan, kau tidak menyapa Tou-san mu dulu," Toji mengejar langkah Megumi.

"Kubilang besok. Kalau sekarang rasanya aku bakal marah-marah saja melihatmu, Tou-san."

"Kh…tapi kan…ah, Tou-san lelah habis perjalanan jauh. Jadi biarkan Tou-san istirahat di–..."

"Mereka pasti sudah menyiapkan paviliun untukmu. Pergi ke sana."

"Belum kok, mereka tidak menyiapkannya. Jadi aku ikut denganmu ok."

"Tidak mungkin, mereka pasti sudah siapkan. Sana pergi," Megumi sama sekali tak mau menghentikan langkah.

"Megumiii…" rengek Toji.

.

.

Megumi menyiapkan bathtub dan memutuskan untuk berendam. Tubuhnya lelah dan emosinya acak-acakan, ia harus menenangkan diri. Ia kembali ke kamar untuk meng hanger jas healer nya, dan bisa mendengar keheningan yang ada. Sepertinya Toji sudah tidak merengek lagi di depan unit nya, mungkin sudah pergi ke unit untuknya sendiri.

Megumi kembali ke kamar mandi utama, lalu masuk ke bathtub meski air nya belum terisi penuh. Ia bersandar rileks, nyaman sekali tubuhnya perlahan direndam air hangat yang kian meninggi. Ia mematikan keran setelah tinggi airnya cukup, dan lanjut rileks di sana.

.

Tanpa sadar ia tertidur di bathtub, saat bangun air bathtub sudah lumayan dingin. Megumi segera bangun, membuang air di bathtub lalu membersihkan diri di shower. Setelahnya gosok gigi dan cuci muka di wastafel. Tubuhnya terasa segar.

Ia memakai bathrobe lalu kembali ke kamar. Perutnya terasa lapar, ia memutuskan untuk memesan makanan saja karena sedang malas masak. Sambil menunggu makanan datang ia memakai baju lalu mengeringkan rambut dengan hairdryer, rasanya rileks sekali setelah semua selesai. Ia sempatkan mereview hari nya di tablet kerja, melihat apa saja yang sudah ia lakukan di heal hari ini.

Ia sempatkan juga mengecek statistik Gojo. Persentasenya sudah naik lagi, ya maklum lah dia ke luar negeri untuk misi, bukan untuk liburan. Mungkin setelah pulang nanti Megumi harus kembali melakukan heal padanya. Seperti…yang waktu itu.

Blush…

Seketika wajah Megumi memerah mengingat hari itu. Ia menatap ranjangnya dan seketika semua bayangan di hari itu merangsek masuk. Di situ, di ranjang itu, ia dan Gojo melakukan hal-hal dewasa.

Megumi menggeleng keras dan mengusap wajahnya. Sepertinya sebuah kesalahan melakukan itu di kamar Megumi, ia jadi sering teringat setiap kali melihat ranjangnya sendiri.

Tak berapa lama bel pavilionnya berbunyi, pasti makanan pesanannya sudah tiba. Megumi pun berjalan ke depan sambil membalas chat Gojo yang belum sempat ia balas.

'Aku juga mau, bawakan untuk oleh-oleh dong,' candanya saat Gojo mengirimkan foto bola cokelat yang terlihat enak. Megumi tak terlalu suka makanan manis, tapi bukan berarti ia tak doyan. Ia paling makan satu atau dua sudah cukup.

Megumi membuka pintu untuk mengambil makanannya. "Terimakasih bany–...he?" Megumi cengok saat menoleh dan mendapati Toji, ayahnya, berbaring di sofa beranda pavilionnya, dan tampak terlelap.

"Ano na–..." kesal Megumi, tapi sepertinya Toji tidur, jadi ia tak lanjutkan omelannya. Ia menerima makanan itu dan mempersilahkan pengantarnya pergi. Megumi menghampiri Toji, berjongkok di sampingnya, Toji tetap tidak terbangun. Dipandanginya wajah Toji yang tenang. Iya juga ya, pasti Toji lelah setelah perjalanan jauh tadi.

Megumi melirik ke meja di mana sudah ada kartu akses seperti milik Megumi, ia rasa itu untuk Toji, dan sebuah kunci kendaraan, Megumi rasa motor. Pasti fasilitas dari HQ.

"Dasar kau ini," omel pelan Megumi. Ia duduk di lantai, bersandar ke sofa yang ditiduri Toji, menyandarkan tubuhnya ke tubuh ayahnya itu. Ia hanya diam dalam posisi itu untuk beberapa lama, menikmati keheningan yang ada. Hingga sebuah tangan besar menepuk dan mengusap kepalanya dengan sayang.

Megumi melirik. "Kau sudah bangun," ucapnya.

"Mm hm," Toji lalu menguap dan merenggangkan ototnya yang kaku.

"Kau ini, sudah disiapkan unit loh, sama kendaraan pribadi juga tuh," tunjuk Megumi ke meja dengan wajahnya.

Toji hanya tertawa kecil, ia duduk lalu memeluk kepala Megumi dari belakang. "Memangnya salah ingin bersama puteraku dulu setelah cukup lama tidak bertemu."

"..." Megumi hanya bisa diam dengan semburat merah tipis di pipi. "Sudahlah, mandi sana. Mau kupesankan makanan tidak?" Megumi bangkit.

"Ya," balas Toji. Ia pun masuk mengikuti Megumi membawa kartu akses dan kunci motor tadi.

Seusai Toji mandi, mereka makan malam berdua di ruang tengah sambil nonton TV, menertawakan program konyol yang mereka tonton. Hal yang sudah jarang mereka lakukan karena kesibukan masing-masing. Di tengah nonton, sesekali Megumi memainkan ponsel, membalas chat Gojo dan senyum-senyum sendiri. Toji yang melihat itu hanya melirik dalam diam.

.

Malam sudah cukup larut saat mereka menyudahi nonton TV.

"Kau mau kembali ke unit atau masih mau tidur di sini?" tanya Megumi.

"Futon ada?" tanya Toji seolah menyatakan kalau ia mau menginap.

"Ranjangnya luas sih," balas Megumi yang membuat Toji tersenyum. Mereka pun lalu menuju kamar. Megumi mematikan lampu utama dan menyalakan lampu redup, lalu naik ke ranjang di mana Toji sudah rebahan di salah satu sisi. Bantal guling Toji geser ke sebelah Megumi karena ia tahu puteranya suka tidur dengan memeluk bantal itu.

"Oyasumi," ucap Toji saat Megumi masuk ke balik selimut.

"Mm hm," hanya itu balasan Megumi. Ia berbaring memeluk bantal gulingnya, menatap Toji yang berbaring miring membelakangi Megumi. Megumi sedikit merengut melihat baju longgar Megumi jadi baju ketat di tubuh ayahnya yang kekar itu. "Dasar menyebalkan," umpat Megumi.

Mendengar itu Toji kembali membuka mata, ia berganti posisi miring ke arah Megumi. Ditatapnya putera tunggalnya yang tengah merengut ke arahnya itu. "Mau bicara sekarang?"

Megumi mengangguk.

"Oke," Toji menopang kepalanya dengan tangan, sikunya menumpu ke bantal. "Pertama, Tou-san minta maaf karena tidak bilang padamu soal level Tou-san. Tapi itu semua Tou-san lakukan supaya kau tidak khawatir. Kau itu healer kan, kondisi mental dan energy mu bisa terpengaruh oleh emosi. Kau harus selalu dalam keadaan prima. Tou-san hanya tidak ingin membebanimu."

"Lalu kapan kau mau berhenti?" tanya Megumi.

Toji mengerutkan alis. "Kemarin kau menyuruh Tou-san turun level, sekarang malah menyuruh Tou-san berhenti? Tou-san sudah pindah ke HQ loh ini."

"Bukan, aku kan bukan menyuruh, aku tanya," ulang Megumi. "Kau kan sudah tidak muda lagi, Tou-san. Apa selamanya kau mau jadi jujutsushi? Kapan kau mau pensiun?"

"Ya…sesuai aturan negara saja, usia pensiun 65 kan sekarang."

"Ya itu kalau pekerjaan biasa kan. Ini jujutsushi loh, mungkin sama seperti…umm, petinju, atau pegulat, begitu. Lagian memangnya di usia segitu kau masih kuat?"

"Pffftt…ya lihat nanti deh. Siapa tahu masih kuat ya kan," tawa Toji.

"Aku tidak mau, nanti gara-gara kau sudah jompo kau jadi tidak bisa bergerak bebas dan mati di pertempuran."

"Hahaha jadi itu yang kau khawatirkan."

"Iya lah!" omel Megumi. "Ini bukan pekerjaan main-main, Tou-san. Saat kau bertarung di luar sana, kau sendirian, tidak ada yang bisa menolong. Kalau para atlet MMA atau tinju begitu kan ada wasit, ada medis, ada banyak orang yang bisa langsung menangani kalau terjadi sesuatu. Tapi jujutsushi mana ada!"

Toji nyengir saja. "Memangnya Megumi mau nya Tou-san pensiun usia berapa?"

"Sekarang. Kuberi waktu satu tahun untuk pensiun."

"Hey! Aku belum setua itu!"

"Hmngh," Megumi hanya manyun saja. Toji menghela nafas lelah lalu bergeser mendekat dan memeluk Megumi. "Ya sudah, 60 tahun bagaimana? Sudah turun 5 tahun dari waktu umum pensiun loh."

"50," protes Megumi.

"Hey, 50–...55 deh."

"50!" Megumi bersikeras.

"..." Toji hanya bisa bungkam. "Kita lihat nanti bagaimana? Kalau di usia 50 aku masih kuat, aku tetap lanjut sampai 60."

"Nggak, pokoknya berhenti di 50. Lagipula itu kan masih…berapa? 8 tahun lagi? Itu kan masih lama. Itu 8x lipat dari waktu yang kutawarkan di awal tadi."

"Ugh…" Toji hanya bisa sweatdrop. Sepertinya ia tak bisa mendebat lagi. "Tapi tidak turun level kan?"

"..." Megumi tak menjawab.

Toji tersenyum. "Oke, deal," ucapnya kemudian. Ia sempatkan mengecup puncak kepala Megumi sebelum memejamkan mata kemudian.

.

~OoooOoooO~

.

Megumi kembali bekerja seperti biasa keesokan harinya. Toji keluar dari pavilion Megumi bersama Megumi berangkat kerja.

"Kau tahu di mana kompleks pavilion untukmu?" tanya Megumi.

"Tahu. Aku sudah beberapa kali ke HQ kok, tahu sistem nya juga," Toji menunjukkan kartu aksesnya. "Hanya saja saat itu masih guest access, sekarang sudah permanent residence," cengir Toji.

"Dasar menyebalkan," Megumi meninju lengan ayahnya.

Toji hanya tertawa kecil lalu mengacak rambut Megumi. "Ganbatte," ucapan sebelum mereka berpisah. Megumi menuju kantor healer, Toji menuju kompleks pavilion jujutsushi.

.

Megumi menyempatkan membalas chat Gojo sambil menunggu jujutsushi yang request nya ia terima menuju ruangan.

'Oh, jadi kau pulang hari Rabu?' tanya Megumi saat Gojo memfoto oleh-oleh yang ia akan beli saat mau ke bandara saja.

'Iya, kan Kamis misi bersama Sensei,' balas Gojo.

Iya juga ya, pikir Megumi. Ah, ngomong-ngomong dia belum mengatakan soal Toji pada Gojo. Tapi memangnya perlu ya? Kan tidak ada hubungannya sama sekali. Pada akhirnya Megumi pun tak mengatakan apa-apa.

.

.

Tak seperti Megumi yang saat masuk HQ ada sesi training dulu, rupanya untuk Toji tidak ada. Dia langsung mendapat misi begitu ada di sana, jadi bahkan di hari kedua Toji di sana, Megumi sudah tidak bisa menemui ayahnya lagi selain pagi tadi sebelum ia berangkat kerja.

Tapi malamnya saat Toji pulang misi, ia sempatkan mampir ke unit Megumi setelah chat lebih dulu apa dia masih bangun. Megumi kebetulan masih mengerjakan sesuatu di tab nya, jadi santai saja saat Toji mampir. Ia menemani ayahnya itu makan malam sementara ia tetap sambil bekerja. Mereka ngobrol ringan mengenai hari mereka.

Setelah selesai makan, Toji kembali ke pavilion nya sendiri, sementara Megumi juga menyudahi pekerjaan lalu naik ke tempat tidur. Seperti biasa, ia menyempatkan membalas chat dari Gojo.

'Memangnya besok kembali jam berapa?' tanya Megumi.

'Hmm…mungkin sampai HQ agak sore. Aku naik pesawat jam 7 pagi soalnya,' balas Gojo.

'Souka. Hati-hati,' balas terakhir Megumi sebelum mulai memejamkan mata. Meski hanya balasan singkat begitu pun, Gojo masih saja bisa menjawab meskipun sekedar dengan sticker. Megumi dibuat tersenyum karenanya.

.

~OoooOoooO~

.

Keesokan paginya saat Megumi tengah masak sarapan, bel unitnya berbunyi. Ia mematikan kompor dan menuju pintu depan, melihat siapa yang datang sepagi itu. Rupanya Toji.

"Mau sarapan bareng ke kantin? Tou-san mau pergi misi setelah ini," ucap Toji.

"Aku sedang masak. Masuk," Megumi mempersilahkan. Ia pun masuk diikuti Megumi.

"Sering masak?" tanya Toji sambil berjalan menuju dapur mengikuti Megumi.

"Kadang kalau tidak sedang buru-buru atau capek," balas Megumi. "Duduk saja sana, ini sudah hampir selesai."

Toji menurut saja duduk di meja makan sementara Megumi melanjutkan masak. "Memangnya misi apa pagi-pagi begini?" tanya Megumi.

"Di sekolah SMU, jadi katanya biar segera bisa dipakai kembali gedungnya. Soalnya ini kan hari sekolah. Laporannya baru diterima tadi malam, jadi baru bisa ditindak sekarang."

"Misi kelas?"

"..." Toji tak menjawab.

"Misi kelas?" ulang Megumi.

"...A…" balas Toji akhirnya. "Tapi Tou-san akan hati-hati, oke," sergah Toji sebelum Megumi sempat mengucap apa-apa lagi. Megumi hanya menghela nafas lelah. Ia menyudahi acara masaknya lalu menyajikan di piring, membawanya ke meja makan. Ia pun makan bersama Toji.

.

~OoooOoooO~

.

Gojo tidur selama perjalanan pulang karena lelah, sebisa mungkin ia mengerjakan misi dengan cepat karena ingin bisa pulang di hari Rabu supaya bisa pergi misi dengan Megumi di hari Kamis. Sebenarnya lumayan susah menyesuaikan jadwalnya dengan Megumi, karena misi berbeda, tempat juga berbeda. Memang butuh usaha ekstra, tapi Gojo tetap ingin melakukannya.

Yeah, sebenarnya Megumi bisa pergi misi dengan siapa saja kan selama misi level rendahnya. Karena di misi itu tujuan utamanya adalah Megumi membiasakan diri dengan keberadaan para kutukan, supaya tubuhnya kian terlatih dengan hawa tekanan para kutukan itu. Gojo berada di sana hanya seperti keamanan ekstra saja, yang kelewat ekstra untuk misi level rendah. Tapi tetap saja, ia mau melakukannya.

Kurang lebih tujuh setengah jam Gojo berada di pesawat. Ia mendarat di Jepang saat hari menjelang sore. Diseretnya koper keluar bandara, mencari jemputannya. Harusnya sudah ada asisten dari HQ yang menjemputnya sih.

Ternyata memang benar, saat Gojo berjalan, seseorang berseragam rapi menghampiri, asisten dari HQ.

"Biar saya bawakan," ucapnya lalu berganti membawakan koper Gojo menuju sebuah mobil. Mereka pun segera meninggalkan bandara.

Gojo menatap keluar jendela selama perjalanan. Matanya yang tajam, fokus ke satu titik saat melihat ada kumpulan energy di sana. Ia rasa itu adalah misi seseorang. Kalau dari energy yang ia lihat, mungkin misi kelas A. Pasti jujutsushi level 1 atau lebih yang menangani.

Saat itulah tiba-tiba tablet kerja nya dan juga tablet si asisten berbunyi karena ada notifikasi masuk. Sebuah perintah turun dari HQ. Karena HQ mengetahui Gojo tengah berada di sana, mereka memberikan misi mendadak untuk menangani satu misi kelas A, sepertinya di tempat yang Gojo lihat tadi.

"Memangnya tidak ada yang di dispatch ke sana apa?" protes Gojo kesal.

"Ada, tapi hanya 1 orang. Melihat skala nya kami merasa tadi harusnya menurunkan satu atau dua lagi jujutsushi kelas 1. Sepertinya ada perubahan energy, kami takutkan ada semi atau special-grade yang baru muncul di sana," jawab orang HQ.

Menghela nafas lelah, Gojo menerima misi itu. Asisten nya pun membelokkan kemudi berganti arah ke tempat misi.

.

Setiba di tempat itu, Gojo menatap level energy yang memang semakin meningkat. "Ini sekolah SMU apa sarang kutukan sih," gumam Gojo sambil keluar dari mobil.

"Dari info diketahui kalau sekolah ini milik swasta yang cukup bermasalah, jadi banyak terjadi kasus pembullyan, perkelahian antar geng sekolah dan semacamnya. Sudah menelan banyak korban, jadi beginilah kira-kira kondisinya," si asisten menjelaskan karena dari tadi Gojo tampak tak membaca info yang diberikan HQ.

"Ya ya," balas Gojo malas dan berjalan menuju gerbang sekolah, melewati madou yang menjaga kekkai tanpa permisi.

Saat Gojo memasuki kekkai, ia melihat keadaan sekeliling. Banyak sekali kutukan yang manifest di tempat, mungkin benar kata HQ, keadaannya cukup mengkhawatirkan karena kutukan terus manifest tanpa henti. Jadi dibasmi pun tetap muncul kalau sumbernya tak ditemukan.

Gojo melihat sekeliling, ia rasa ia tahu sumbernya dari mana. Ia pun melangkah santai menuju ke sana, tak peduli pada kutukan yang mengamuk di sekitar. Toh mereka sudah terhalang kekkai, ada jujutsushi kelas 1 yang seharusnya dalam misi pasti sedang melawan mereka, dan kalau Gojo tak menghentikan sumbernya, pertarungan juga tak akan ada akhirnya.

Tek…

Tunggu. Seketika Gojo menghentikan langkah saat mengingat itu. Ya, harusnya kan ada jujutsushi kelas 1 yang ada dalam misi itu, di sini Gojo hanya kru tambahan saja. Siapa yang bertugas? Gojo tak dapat merasakan energy siapapun di sana. Apa dia sudah meninggal?

Gojo pun mengalihkan langkah, berniat berganti mencari rekan jujutsushi itu. Meski ia tak akrab dengan siapapun, ia tetap merasa sesama jujutsushi harus saling membantu. Mereka berada di pihak yang sama.

Saat melompat dan melayang di antara gedung-gedung, ia mendengar suara dentingan senjata dan debuman pertempuran di suatu titik, ia mengernyitkan dahi karena tetap tak merasakan energy kutukan jujutsushi di sana. Apa itu artinya yang bertugas adalah jujutsushi non-CE?

Gojo melesat ke arah pertempuran itu. Kalau benar jujutsushi non-CE, tapi ini misi kelas A. Hanya jujutsushi level 1 ke atas saja yang bisa menangani ini. Dan satu-satunya jujutsushi non-CE kelas 1 adalah…

Tring…

Gojo melihatnya, jujutsushi itu. Toji Fushiguro, ayah Megumi. Sebagai Jujutsushi yang memiliki nama besar, Gojo cukup mengenal nama itu, hanya saja ia belum pernah bertemu. Jujutsushi kelas atas biasanya di dispatch ke misi secara individu, karena dianggap sanggup menghandle misi tersebut sendirian. Maka dari itu Gojo jarang pergi misi bersama jujutsushi lain. Waktu itu pernah pergi bersama Nanami hanya daerahnya saja yang sama, tapi titik misi nya berbeda.

Gojo memperhatikan, Toji tampak tak kewalahan melawan para kutukan itu. Tapi terlihat juga kalau ia sudah lelah. Sudah berapa lama dia di dalam misi ini sendirian?

Gojo pun melangkah menghampiri sambil memusnahkan kutukan yang akan menerjang Toji dari belakang. "Hajime mashite, Gojo Satoru desu. Aku di dispatch untuk membantu dalam misi ini," ucap Gojo.

"Mattaku, mereka pikir aku tidak bisa menyelesaikan misi ini atau apa," Toji membelah dua kutukan di hadapannya lalu berhenti, ia menatap ke arah Gojo. Tatapannya berubah mati.

"Mungkin mereka hanya ingin misi ini selesai secepatnya," balas Gojo. "Apa Anda tahu? Ada sumber energi yang membuat kutukan-kutukan ini terus bermanifest. Jadi tidak akan ada habisnya meski Anda terus menghabisi mereka satu-per satu. Kita harus meng–..."

Craaasshhh…!

Ucapan Gojo terhenti saat tiba-tiba saja Toji melesat ke arahnya dengan senjata terhunus. Refleks Gojo menahan dengan kedua tangan disilangkan di depan dada, dan senjata itu menembus kulitnya.

Gojo sempat terbelalak, bagaimana bisa mugen nya tertembus? Tapi ia lalu melirik senjata yang kini tertancap di kedua tangannya yang bersilangan itu. The Inverted Spear of Heaven. Gojo mengenali senjata itu. Tombak pendek bermata tiga yang merupakan senjata tier S, ia dengar Toji satu-satunya jujutsushi non-CE yang bisa memegang senjata itu. Dan sekarang Gojo baru tahu kalau tombak itu bisa menembus mugen nya.

"Apa kau punya masalah denganku?" tanya Gojo, berusaha tidak terlempar ke belakang karena Toji masih mencoba mendorong tombak yang tengah ia tancapkan itu.

"Ya. Ada," jawab Toji, dengan secepat kilat ia mencabut tombak itu, membuat darah Gojo bercucuran, lalu tanpa jeda ia memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan telak ke ulu hati Gojo. Gojo yang mugen nya sempat off gara-gara serangan sebelumnya, kini ia pun terpental mundur dan terbatuk mendapat tendangan keras tadi.

"Khh, apa masalahmu," kesal Gojo sambil menggunakan reverse technique untuk menutup kembali luka di lengannya.

"Hmph!" Toji tak menjawab, ia sudah kembali melesat menyerang kutukan di sekitar, sama sekali tak memberikan penjelasan atas tindakannya barusan, juga tak mempedulikan apapun ucapan Gojo.

"Dasar brengsek," umpat Gojo. Ia tak peduli lagi. Terserah saja lah, kerja individu saja seperti biasa, pikirnya. Ia pun melanjutkan langkahnya yang tertunda menuju sumber manifest para kutukan itu, rupanya dari gudang bawah tanah sekolah. Ia melihat sumber energy di sana yang begitu besar, banyak sekali kutukan baru bermunculan di sana.

Gojo berniat menghancurkan sumber energy itu saat menyadari sesuatu, ia pun batal menembakkan red ke sumber itu. Ia melangkah mendekat, memperhatikan lebih baik. Ada beberapa angka di sana, bukan angka seperti bahasa manusia, tapi entah mengapa Gojo bisa yakin kalau itu angka.

Angka aneh itu berjajar 4 baris terpisah, beberapa angka terus berubah, entah berkurang, entah bertambah, Gojo tak bisa membaca angka itu.

Booomm…!

Di luar ia mendengar debuman pertempuran Toji, satu kutukan kelas 1 telah lenyap, dan Gojo memperhatikan ada angka yang berubah. Saat itulah ia mengerti, bahwa angka di hadapannya adalah semacam binding vow. Sepertinya supaya sumber energi itu menghilang, harus ada kutukan yang mati sejumlah tertentu, di level tertentu. 4 angka yang berjejer itu mungkin level kutukan.

Tadi Gojo merasakan Toji membunuh kutukan level 1 dan angka di paling kanan berubah. Berarti angka di kanan adalah untuk level 1, ia tidak tahu 3 angka lainnya untuk level berapa. Mungkin 2 3 4, tapi bagaimana kalau semi?

Akhirnya Gojo memutuskan untuk mengamati dulu. Dengan rokugan nya ia bisa merasakan energy dari jauh, ia mengamati pertarungan Toji. Kutukan yang ia bunuh, lalu angka mana yang berubah. Setelah ia yakin barulah ia keluar dari ruang bawah tanah itu. Ia memutuskan untuk menemui Toji dulu, tapi tak untuk bercakap. Ia tak tahu Toji ada masalah apa dengannya, tapi melihat sikapnya tadi, Gojo sudah cukup tahu dia bukan tipe yang bisa diajak bicara.

"Bunuh 40 lagi kutukan level 3, 16 level 2, 87 level 4, dan 31 level 1. Urutannya jangan terbalik. Habisi dulu 40 level 3, sesuai urutan yang kusebut tadi," ucap Gojo tanpa basa-basi apapun.

Toji hanya melirik sesaat, meski tak mengatakan apapun, berikutnya ia menuruti ucapan Gojo. Gojo juga tak berkata apa-apa lagi, ia juga sama langsung menghabisi kutukan sesuai urutan.

Angka yang ditemukannya tadi adalah semacam kode, layaknya kode untuk membuka kunci brangkas. Jadi harus dengan kombinasi dan jumlah yang tepat. Gojo melirik Toji sambil menghabisi kutukan di sekitar. Meski tak suka, ia kagum juga pada jujutsushi non-CE itu.

Toji tak bisa melihat angka-angka itu, ia hanya bertarung dengan mencoba membunuh angka yang tepat. Mungkin di awal dia sudah mencoba menghancurkan sumber energy itu, sama seperti yang mau Gojo lakukan tadi, tapi yang ada malah kode nya akan reset ke awal lagi. Lalu jika membunuh dengan jumlah yang salah, kode juga akan reset ke awal lagi. Gojo tak mampu membayangkan sudah berapa kali tanpa sengaja Toji membuat energy itu reset tanpa mengetahui apa yang harus dia lakukan.

"Selesai. Ganti ke urutan dua, musnahkan 16 level 2," komando Gojo setelah yakin jumlah kutukan yang ia dan Toji bunuh mencapai target.

Toji yang nyaris membunuh satu lagi level 3 segera menghentikan senjatanya dan merelakan lengannya terkena gigitan seekor kutukan. Meski begitu ia tak boleh membunuh kutukan tersebut. "Brengsek," umpatnya dan hanya bisa menghindar, lalu beralih mencari kutukan level 3 untuk dimusnahkan.

Mereka melakukan itu terus sampai kode terakhir.

"Nah, kita lihat apa yang terjadi," ucap Gojo saat jumlahnya sudah 0.

Tanpa perlu menuju ruang bawah tanah, ia bisa melihat kalau dari sumber energy itu kini terbentuk sesosok kutukan.

"Semi special-grade," ucap Gojo setelah dapat menentukan kutukan level berapa yang manifest dari sumber energy itu. Gojo melirik Toji, mungkin terlalu muluk kalau harus dilawan oleh Toji, apalagi karena Toji sudah kelelahan, ditambah kini ia terluka. Gojo pun memutuskan untuk melangkah maju, tapi tiba-tiba, Toji melemparkan senjatanya yang terhubung dengan rantai panjang ke hadapan Gojo, seolah mencegah Gojo melangkah.

"Ini misi ku, jangan ikut campur, Tokyuu," ucap Toji seraya menarik kembali tombaknya ke tangan.

Gojo melirik kesal. "Sebenarnya kau punya masalah apa denganku. Kita bahkan baru kali ini bertemu," omel Gojo.

Lagi-lagi Toji tak menjawab. Ia melesat pergi ke arah kutukan itu yang tiba-tiba saja meluncur ke atas dari ruang bawah tanah.

"Heh, malah memudahkan," seringai Toji dan segera menyerang kutukan itu.

Karena kesal, Gojo hanya melihat saja pertarungan Toji dengan si kutukan. Tapi pertarungan itu berjalan cukup lama. Maklum saja lah, lawannya semi-special grade. Ditambah Toji sudah kehabisan stamina, entah sejak kapan dia menjalankan misi sendirian sebelum Gojo datang, dan kondisi saat ini dia juga terluka.

"Keh…!" awalnya Gojo mau tak peduli, tapi ia kesal juga lama-lama. "Aku ingin segera sampai HQ dan bertemu Megumi-Sensei, bangsat," gerutu Gojo lalu membentuk segel di tangannya.

"Jutsushiki Junten, Ao. Jutsushiki Hanten, Aka," Gojo lalu menyatukan kedua tangannya. "Kyoshiki, Murasaki," ia lalu mengarahkan tangannya ke kutukan itu dan Toji. "Kalau tidak ingin terkena, menyingkirlah," ucap Gojo tak peduli lagi pada Toji.

Toji tampak marah, tapi mau tak mau ia pun menyingkir saat sebuah bola energi raksasa berwarna ungu melesat menuju ke arahnya.

Craaaaaasssshhhhhh…!

Semua lenyap ditelan murasaki itu. Tidak hanya kutukannya, tapi sebagian gedung dan area sekolah.

Toji merengut, ia mendarat di atap gedung berlantai 1 dan menatap Gojo kesal. "Kubilang jangan ikut campur," omel Toji.

"Kau terlalu lama, ossan. Aku sudah ingin pulang," ucap Gojo sama kesalnya.

"Pulang tinggal pulang apa susahnya, yang menyuruhmu menunggu sampai kutukannya mati siapa?"

"Are? Padahal aku mengkhawatirkanmu. Orang tua sepertimu bisa saja mati terinjak kutukan semi-special grade kan, aku hanya kasihan saja."

Keduanya beradu tatapan tajam, kalau saja kekkai nya tidak diturunkan dan para madou masuk ke lokasi, mereka pasti sudah baku hantam kini.

"Fushiguro-san, medis sudah menunggu di gerbang," ucap seorang Madou.

"Gojo-san, apa Anda terluka," yang lain menanyai Gojo.

"Tidak," balas Gojo cuek dan berjalan menuju gerbang, menuju mobil. Tapi asistennya belum ada di mobil itu, sehingga Gojo harus menunggu lebih dulu. Cukup lama ia menunggu, hingga asistennya muncul, sayangnya bersama Toji. Tampak luka Toji sudah diperban meski masih ada sedikit rembesan darah.

Asisten itu mengetuk jendela mobil di samping Gojo. "Ano, mobil milik asisten Fushiguro-san sedang digunakan untuk keperluan lain, jadi belum bisa kembali ke HQ sekarang. Fushiguro-san akan satu mobil dengan kita."

"Tch!" Gojo bertambah kesal saja. Tapi pada akhirnya ia tak mengatakan apapun, ia hanya bergeser duduk dan membiarkan Toji masuk. Keduanya saling menatap keluar jendela dan tak mengucapkan sepatah katapun selama perjalanan menuju HQ.

.

Mobil langsung melaju ke arah kantor healer saat mereka memasuki HQ. "Sebaiknya kalian mendapatkan penanganan lebih lanjut," ucap asisten mereka sambil menghentikan mobil di depan gedung healer.

Dari pintu utama nya, beberapa medis muncul, termasuk healer. Dan Megumi salah satunya. Ia melihat mobil berhenti di sana dan segera menghampiri bersama anggota medis lainnya. Pintu mobil terbuka, seketika Megumi menatap heran saat melihat Gojo dan Toji keluar dari mobil yang sama.

"Megumi…!" panggil keduanya dengan senyum, tapi lalu langsung merengut dan menatap tajam satu sama lain.

"Kalian pergi satu misi?" bingung Megumi.

"Kurang lebih begitu," si asisten yang menjelaskan karena sweatdrop melihat kelakuan kedua jujutsushi itu. "Saya rasa keduanya terluka parah dan butuh penanganan lebih lanjut, meski tadi sudah sempat mendapat pertolongan pertama."

Medis langsung menghampiri Toji sementara Megumi menghampiri Gojo. "Uwaah, kau terluka? Apa perlu ke medis dulu sebelum heal denganku," Megumi meraih tangan Gojo yang bersimbah darah.

"Tidak perlu, lukanya sudah menutup kok. Ini sisa darah saja, nih sudah mengering," jelas Gojo.

"Lukanya sudah menutup bagaimana? Tadi di sana ada healer fisik?" Megumi menarik naik lengan baju Gojo, tapi memang tidak ada luka di sana, hanya bajunya saja yang bersimbah darah.

"Tidak juga, aku juga bisa reverse technique loh Sensei," ucap Gojo.

"Serius?" Megumi terkejut. "Woah, apa sih yang kau tidak bisa."

"Hahaha."

"Megumi, hey, Megumi, kenapa kau tidak memeriksa keadaan Tou-san," protes Toji.

Megumi menoleh, sweatdrop. "Itu luka fisik, aku mana tahu. Sudah ikut saja petugas medis nya sana, kenapa kau masih di sini," omel Megumi.

"Hey, tapi setidaknya kau kan harus menanyakan keadaanku!"

"Tapi kau pergi misi bersama Gojo-san kan. Dia ini special-grade loh, seharusnya misi nya berjalan tanpa masalah. Kalau kau sampai terluka begitu jangan-jangan karena ulahmu sendiri."

"HUUH? Yang benar saja! Memangnya apa hebatnya bocah tengik itu!"

"Sudahlah, sana cepat ke ruang kesehatan!"

Toji menatap kesal, apalagi saat melihat ekspresi Gojo yang tampak menyeringai menang. 'Awas saja kau', tampang Toji mengatakan demikian meski akhirnya ia pasrah dibawa ke ruang kesehatan oleh para medis.

Megumi kembali berbalik ke arah Gojo. "Mau heal di lobby?" tanya Megumi.

"Eh? Kenapa lobby?" bingung Gojo.

"Tadi aku dapat notif di tab soal kondisimu, aku konsultasi dengan Ieiri-san, dia bilang indeks nya menunjukkan kalau kau terluka, lalu kau juga menggunakan jutsu beberapa kali. Jadi kupikir keadaannya gawat, itulah kenapa aku langsung turun menjemput. Kupikir kau butuh heal segera."

Gojo sempat tercengang tapi lalu tertawa kecil. "Tidak kok, tidak segawat itu," ucapnya. "Yeah, itu memang terjadi. Tapi bukan berarti aku butuh heal se urgent itu. Aku masih bisa kalau sekedar naik ke kantor mu dan mendapat heal di sana."

"Souka, yokatta," Megumi menghela nafas lega. "Tadi aku sempat shock saat melihat data mu. Ya sudah, ayo naik."

"Sensei, Sensei," panggil Gojo setengah berbisik.

"Ya?"

"Ini sudah hampir jam selesai kerja mu kan? Bagaimana kalau heal di tempatmu saja?"

"..." loading sesaat, pipi Megumi bersemu saat mengerti maksud Gojo. "Ba-baiklah…" ucapnya dengan kepala sedikit tertunduk malu. "...tapi…"

"Tapi?"

"...umm…"

"Katakan saja."

"Apa bisa kali ini di tempatmu saja. Soalnya…" Megumi tak melanjutkan ucapan. Soalnya dia jadi ingat terus apa yang mereka lakukan setiap kali masuk ke kamarnya sendiri, dan Megumi tentunya tidak mau mengatakan itu.

"..." Gojo tersenyum kecil. "Iya boleh saja. Kalau begitu nanti ke paviliun ku ya," Gojo mengangkat lengannya yang penuh darah. "Kurasa aku juga harus bersih-bersih dulu. Kau juga, Sensei. Kau kan baru selesai kerja. Mungkin istirahat dulu juga. Kau pasti lelah."

"He? Kau yakin tidak apa-apa?"

"Iya tidak apa-apa. Ini bukan kondisi sedarurat itu."

"Baiklah kalau begitu."

"Ah, bagaimana kalau kau pulang dan istirahat, lalu nanti kita bertemu untuk makan malam bersama. Setelahnya baru lakukan heal."

"Ya…kalau kau bilang tak masalah sih ya tak apa. Aku takutnya kau yang butuh heal urgent."

"Tidak kok tidak, santai saja. Kalau begitu sampai nanti ya, kutunggu untuk makan malam."

Megumi pun mengangguk setuju.

.

.

.

~ To be Continue ~

.

Support me on Trakteer : Noisseggra