Pertanyaan menohok itu sempat membuat Gaara terkejut. Namun, ia berusaha bersikap tenang seperti biasa agar wanita di depannya itu tidak sedikitpun menaruh rasa curiga kepadanya. Saat ini Gaara memilih untuk memperhatikan Ino yang masih terbaring lemah di ranjangnya. Ia sengaja melakukan itu agar sepasang mata turquoise-nya tidak bertemu langsung dengan mata Tsunade. Sebab ia bukan orang yang ahli berbohong, akan sangat sulit baginya ketika harus berbicara sambil melihat ke arah orang lain. Kalian percaya, 'kan, jika kebohongan bisa terbaca lewat mata seseorang? Dan Gaara tak mau kebohongannya tercium.

"Tidak. Aku ingin menikahi Ino karena aku menyukainya. Aku sudah pernah mengatakan ini kepada Ino, tapi jika kau ingin dengar, maka aku akan mengatakannya," balas Gaara.

Tsunade ikut mengalihkan pandangannya. Wanita itu mengikuti arah pandang Gaara yang tertuju ke arah Ino. Ia sempat tersenyum remeh ketika mendengar balasan dari pemuda itu. Sayangnya, Gaara tidak melihat senyuman itu.

"Jujur saja, ini sedikit janggal. Kalian berdua jarang terlihat bersama, bagaimana kau bisa menyukainya?" tanya Tsunade penuh selidik.

"Sama seperti Sakura dan Shizune, Ino adalah muridku. Aku akan sangat marah jika kau mendekati Ino hanya untuk mempermainkannya," lanjut Tsunade.

Tsunade berbicara dengan nada tinggi dan tegas seperti biasanya. Ia ingin ucapannya itu diingat dan menjadi perhatian bagi Gaara dalam mempertimbangkan keputusannya. Selayaknya ibu kedua bagi Ino, Tsunade ingin melindungi gadis itu. Ia cukup tahu apa saja yang telah dan sedang dilalui oleh Ino, jadi sebisa mungkin ia ingin memastikan jika muridnya itu tidak memperoleh masalah lain di hidupnya. Apalagi soal asmara. Tsunade merasa gagal dalam percintaan, maka dari itu ia tidak mau Ino merasakan hal yang sama. Sebab semua hal yang berhubungan tentang cinta itu menyakitkan.

"Rokudaime sendiri yang mengirim Ino di setiap pertemuan penting antardesa. Bagaimana aku bisa menutup mata terhadap kelebihan dan... kecantikannya? Selain itu, selama perang dunia shinobi berlangsung, aku bisa melihatnya. Aku terkesan saat Ino berhasil menghubungkan semua shinobi melalui jurusnya. Dan juga dari cerita orang-orang, aku mendengar semua kehebatannya. Gadis itu menjadi salah satu kunoichi hebat yang berhasil menyelamatkan pasukan aliansi dari bijudama. Apa aku mempunyai alasan untuk tidak menyukainya?" tutur Gaara.

Menjijikan! Gaara sendiri tidak tahu darimana ia belajar caranya membual seperti itu.

"Aku harap semua perkataanmu itu adalah benar. Jika kau berani menipunya, maka bukan dia saja yang akan hancur, tetapi semua orang di sampingnya akan merasakan hal yang sama." Tsunade kembali melihat ke arah Gaara.

Wanita pemilik byakugou itu sempat menghela napas sejenak sebelum ia melanjutkan omongannya.

"Kelihatannya Ino memang sedikit keras, tetapi di balik itu semua... dia memiliki luka kehilangan yang sulit diobati. Asal kau tahu, aku selalu memintanya datang kepadaku setiap akhir pekan. Aku memaksanya untuk menceritakan semua kerinduannya terhadap Inoichi, Shikaku, dan Asuma. Mungkin kedengarannya kejam karena aku memaksanya bercerita, tetapi aku hanya ingin ia meluapkan semua perasaannya dengan bebas. Jika seseorang tidak memaksanya, maka ia akan terus bungkam sampai rasa sakit membuatnya berubah menjadi orang yang berbeda. Karena itulah, jika kau berani menambah luka di hati Ino, maka saat itu juga kau akan melihat kehancuran di hidupnya," lanjutnya.

"Tidak akan ada yang hancur. Jika memang harus, maka akulah orang yang pantas mendapatkannya, bukan gadis itu atau siapapun," balas Gaara.

Pemuda itu memang sudah mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Selain kekecewaan Ino, ia telah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kemarahan dari kedua sahabat gadis itu. Dan sekarang ia perlu menambahkan Tsunade ke dalam daftar nama orang yang akan ikut membencinya setelah kebenaran itu terungkap.

Setelah mendengar itu, tidak ada lagi yang dikatakan oleh Tsunade. Wanita itu melengos di depan Gaara dan langsung keluar dari ruang rawat Ino. Kini hanya tersisa Ino dan Gaara di ruangan itu. Gaara tetap diam di tempatnya sambil memperhatikan Ino. Sama seperti waktu itu, Gaara kembali melihat wajah damai Ino saat tertidur. Namun, kali ini gadis itu tertidur karena pengaruh obat bius. Kata-kata Tsunade berhasil mempengaruhinya. Gaara seperti melihat sisi lemah Ino yang selama ini selalu tertutupi oleh sifatnya yang keras.

Ceklek!

Saat sedang memandangi Ino, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka.

" Oh, Kazekage-sama? Maaf, saya tidak tahu jika anda berada di sini," ucap seorang wanita yang usianya hampir paruh baya.

Wanita itu sedang berdiri di ambang pintu sambil membawa keranjang berisi buah dan beberapa tangkai bunga segar. Ia terkejut saat melihat seorang pemimpin desa sedang berada di ruangan Ino.

Gaara menoleh ke arah pintu. Ia tidak mengenal siapa wanita itu sebab ia belum pernah bertemu dengannya.

"Saya langsung datang kemari setelah mendengar kabar jika putri kecil saya masuk rumah sakit."

Setelah mendengar itu, Gaara segera membungkuk hormat. Ia baru tahu jika yang sedang berdiri di depannya itu adalah Ibu Ino.

Misaki –nama wanita itu– semakin terkejut saat melihat seorang kazekage membungkuk hormat ke arahnya. Tidak ada alasan bagi orang penting seperti Gaara bersedia hormat seperti itu. Ia hanya seorang ibu rumah tangga yang telah kehilangan suaminya sejak dua tahun yang lalu. Tidak ada darah bangsawan selayaknya clan Akimichi, Uchiha, ataupun Hyuuga yang mengalir di tubuhnya, jadi orang lain tidak seharusnya hormat seperti yang dilakukan oleh Gaara.

"Apa yang anda lakukan?" tanya Misaki kebingungan.

Soal kabar rencana pernikahan Ino dan Gaara, Misaki sama sekali belum mendengarnya. Shikamaru, Chouji, dan beberapa teman Ino yang sudah mendengar kabar itu sepakat untuk merahasiakannya. Surat yang ditulis Ino juga tidak pernah dikirimkan untuk Misaki, sebab Gaara ingin mengajak Ino berkunjung ke Konoha sesegera mungkin. Itulah alasannya Ino tidak jadi mengirimkan surat itu. Gadis itu memutuskan untuk memberitahu ibunya secara langsung tentang pernikahannya. Selain itu, Gaara juga sepakat untuk meminta izin kepada ibunya setelah tiba di Konoha. Akan tetapi, semua rencana Ino dan Gaara harus gagal karena penyerangan itu.

"Anda tidak seharusnya membungkuk hormat seperti itu." Misaki mendekat dan meletakkan keranjang bawaannya di atas meja.

"Saya rasa ini bukan waktu yang tepat, tetapi pada kenyataannya saya datang ke sini memang untuk mengunjungi anda, Nyonya," kata Gaara setelah ia menegakkan kembali tubuhnya.

Misaki mengernyitkan dahinya. Wanita itu tampak kebingungan sebab ia belum menemukan alasan yang tepat perihal mengapa seorang kazekage menemuinya. Jika Gaara menemui Ino, mungkin itu lebih masuk akal karena putrinya itu baru saja mendapatkan misi ke Desa Suna. Akan tetapi, dia? Kenapa? –begitu pikir Misaki.

Gaara meminta dan mempersilakan Misaki untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Atas permintaannya sendiri, Gaara meminta Ino ditepatkan di ruangan yang paling bagus dan nyaman di rumah sakit itu. Pemuda itu juga meminta Ino dijadikan pasien prioritas selama di rawat di sana. Selain karena ia bertanggung jawab atas penyerangan itu, ia juga ingin menunjukkan keseriusannya terhadap Ino –agar orang-orang percaya.

Setelah keduanya sama-sama duduk di sofa itu, Gaara kembali berbicara. Ia terlebih dulu meminta maaf kepada Misaki karena tidak bisa menjaga Ino dengan baik. Setelah itu, Gaara berterus-terang soal rencana pernikahannya dengan Ino.

"Saya ingin menikahi putri anda, Yamanaka-san," kata Gaara.

Misaki terkejut hingga sepasang matanya terbelalak. Ia tidak menyangka jika akan ada seorang pemuda yang melamar putrinya secepat ini. Terlebih lagi laki-laki itu bukan sembarang orang. Sekelas kazekage melamar putrinya.

"Setelah putri anda sembuh, saya akan kembali memboyongnya ke Suna untuk mengadakan pesta pernikahan yang mewah. Anda bisa ikut dengan kami. Saya akan—"

"Apa anda serius? Apa yang membuat anda yakin untuk menikahi Ino?" potong Misaki.

Lagi dan lagi... Gaara mengaku.

"Saya menyukai putri anda, Nyonya."

Misaki menghela napasnya sejenak sebelum ia menatap putrinya yang masih tertidur pulas.

"Menyukainya? Saya pikir rasa suka tidak cukup menjadi alasan bagi seseorang untuk memilih pasangan hidup," balas Misaki.

Gaara terdiam.

"Saya terlalu malu untuk mengatakan perasaan saya lebih dari itu. Saya lahir sebagai seorang monster dan Ino menyakinkan saya tentang harapan hidup yang begitu cerah. Sejak saat itu, saya menyukai putri anda dan berniat untuk menikahinya. Jika memang anda tidak percaya, saya akan membuktikannya dengan tindakan," tutur Gaara.

Misaki beralih memandangi Gaara yang sedang melihat ke arahnya. Ia mencoba untuk menilai ekspresi Gaara. Akan tetapi, tidak banyak yang bisa ia baca sebab pemuda di depannya itu tidak menunjukkan ekspresi yang berarti.

"Kalau begitu buktikan. Saya tidak bisa melepaskan Ino ke tangan orang lain yang tidak terlihat mencintainya dengan tulus," ucap Misaki sebelum wanita itu berdiri dari duduknya.

Misaki meraih beberapa tangkai bunga yang tadi ia bawa dari rumah. Wanita itu berjalan mendekat ke arah ranjang dan meraih vas bunga yang ada di jendela. Dengan keterampilan tangan yang lihai, Misaki meletakkan bunga-bunga itu ke dalam vas.

"Sebelum saya memberikan izin, saya harus memastikan terlebih dahulu jika laki-laki yang akan membawanya pergi adalah orang yang tulus," ucap Misaki setelah ia selesai meletakkan vas itu kembali ke tempatnya.

"Setelah kematian suami saya... saya tidak ingin melihat lagi kesedihan di mata Ino. Dia terlalu banyak menanggung beban untuk mengobati luka saya. Jadi... saya tidak akan membiarkannya menikah dengan orang yang tidak mencintainya sekalipun anda adalah seorang kazekage," lanjut Misaki.

Dengan lembut Misaki mengelus kepala Ino. Ia mengamati wajah putrinya dengan iba. Jika boleh jujur, Misaki sangat takut kehilangan untuk kedua kalinya. Setelah suaminya meninggal, ia selalu mendoakan putrinya agar memiliki umur yang panjang. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa keluarganya lagi.

Gaara lantas bangun, tetapi pemuda itu tidak berpindah tempat sedikitpun.

"Saya akan membuktikannya," ucap Gaara.

"... demi Hakuto," sambung pemuda bertato 'Ai' itu di dalam hatinya.

Setelah mencium lembut kening putrinya, Misaki membalikkan badan hingga ia kembali melihat ke arah Gaara.

"Kalau begitu, saya titip Ino. Tolong jaga dia dan buktikan keseriusan anda, Kazekage-sama," ucap Misaki.

Setelah mengatakan itu, Misaki meninggalkan ruangan Ino. Untuk saat ini ia tidak bisa menjawab 'iya'. Ia mulai berandai-andai jika suaminya masih ada. Pasti Inoichi bisa lebih bijak atau malah jauh lebih protektif terhadap putrinya.

Begitu pintu ruangan itu tertutup kembali, Gaara kembali berucap, tetapi hanya sebuah gumaman pelan yang samar terdengar.

"Maafkan aku. Aku harus melakukannya demi hidupmu juga, Ino."

Gaara sempat memandangi Ino beberapa saat sebelum ia berjalan menuju pintu ruangan itu. Ia memutuskan pergi sebentar untuk menemui Rokudaime dan menjelaskan semua kronologi penyerangan yang dialami Ino. Itu ia lakukan untuk menangkap dalang di balik penyerangan itu. Sebenarnya Gaara sudah memikirkan satu nama yang ia yakini sebagai dalang dari penyerangan itu. Namun, sebelum membereskannya, ia perlu memastikan terlebih dahulu agar tidak salah sasaran.

Pemuda berambut merah auburn itu pergi dari rumah sakit. Namun, sebelum itu ia telah menitipkan Ino kepada salah satu dokter yang kebetulan berjaga. Dokter itu melaksanakan perintah Sang Kazekage dengan senang hati sebab ia mengenal pemuda itu. Mereka berteman.

"Terima kasih," ucap Gaara sebelum ia benar-benar meninggalkan ruangan Ino.

Dokter itu hendak masuk ke ruangan Ino, tetapi langkahnya terhenti. Ia menyadari kehadiran seseorang, lebih tepatnya rekan satu timnya yang sangat... ia rindukan.

"Kau ingin menjenguknya?" Sungguh pertanyaan yang bodoh. Jika seseorang datang ke rumah sakit, sudah jelas jika orang tersebut hendak menjenguk teman atau kerabatnya.

Dokter itu membuka pintu dan terlebih dulu masuk ke ruangan Ino. Ia berdiri di dekat pintu, tetapi ia memastikan agar ada ruang bagi orang tersebut untuk masuk. Tak lama pemuda itu masuk ke ruangan Ino. Tanpa membalas ucapan dari dokter itu, ia langsung berjalan mendekati ranjang Ino. Pemuda itu berdiri di samping –menghadap jendela– ranjang Ino. Ia menatap tiga tangkai lily putih segar yang tadi dibawa oleh Misaki.

Hening, tidak ada yang berbicara. Pemuda itu hanya diam, sementara dokter yang masih berdiri di ambang pintu tersebut sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Sakura, bagaimana operasinya?" Akhirnya satu pertanyaan lolos dari mulut pemuda itu.

"Maaf, tapi aku tidak ikut menangani operasi Ino, Sasuke-kun," jawab dokter itu.

Sebenarnya Tsunade sudah meminta Sakura untuk menyembuhkan Ino, tetapi gadis itu menolak dengan alasan ada jadwal kunjungan lain yang lebih penting. Tentu saja Tsunade marah, tetapi wanita itu tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar mengomeli muridnya itu.

Kemudian hening kembali menyelimuti. Sekitar 5 menit, sebab Sakura tidak tahan dengan situasi itu, ia kembali bertanya.

"Meski terlambat… apa kau ingin berterus-terang?" tanya Sakura yang sedang berdiri di ambang pintu.

Gadis penyandang predikat Tsunade Kedua atau Tsunade Nigō itu memandangi punggung tegap rekan satu tim dan sahabatnya yang masih terbaring lemah secara bergantian.

Ia penasaran dengan ekspresi rekan se-timnya itu, tetapi kedua kakinya seolah enggan bergerak sesuai perintah.

Tidak ada balasan atas pertanyaan itu. Sang Lawan bicara hanya diam sambil memandangi wajah lelah gadis yang ia jenguk.

"Menurutmu, apa akan ada yang berubah?" Sasuke balik bertanya.

-to be continued-

Halo! Lama tidak berjumpa, ya! Kangen tidak? Aku benar-benar minta maaf atas keterlambatan update yang terjadi. Alasannya karena aku tidak mood menulis setelah file chapter 17 yang sudah aku buat malah kehapus. Ini pure kecerobohanku, jadi aku minta maaf, ya! Satu hal lagi, karena kesibukanku di real life, aku ingin menyampaikan kabar jika cerita ini hanya akan di -update 1 x dalam seminggu dan itu setiap hari Selasa. Semoga kalian tidak keberatan.

Aku ingin mengucapkan terima kasih kesekian kalinya karena banyak dari teman-teman yang masih mau menunggu kelanjutan cerita ini! Aku sangat senang dan bersyukur untuk itu.

Satu hal lagi, aku ceroboh tidak menghapus review dari quest yang mengatasnamakan 'cumi-cumi'. Dia adalah anonim yang mencuri identitas salah satu author FFn yang banyak menulis karya dengan pair SaiIno. Aku tahu, kenal, bahkan menjadi salah satu pembaca karya dari author cumi-cumi yang asli. Jadi, tolong teman-teman tidak usah digubris, ya. Reviewer 'cumi-cumi' palsu sudah sangat merugikan, jadi anggap saja jika dia tidak pernah ada. Sekali lagi aku ingin bilang jika dia bukan author cumi-cumi yang sering kita lihat karyanya di FFn. Akupun dengan author cumi-cumi pernah membahas perihal ulah anonim itu di twitter dan kami baik-baik saja.

Yuk, kita perlihatkan kepada anonim itu jika kita adalah Ino-centric yang baik dan sangat hebat dengan terus bersikap positif dan berkarya. Sama halnya seperti Ino yang begitu membanggakan kita!

(Maaf kali ini aku banyak bicara, ya).

~Sesi Ngobrol~

Mikalunachan: Tenang-tenang, ini akan terjawab di lain waktu~ Kita nih emang paling semangat kalau nge-roasting Gaara xD Sampai kamu keselnya ke karakter aslinya doi. Tolong jangan dibenci, ya. Ini pure ulah author PhiruFi xD. Kali ini manisnya dari teh aja, ya. Chapter ini enggak ada manis-manisnya sama sekali.

Kchi77327: Semoga Tsunade bisa dimintai tolong, ya~ Sasuke keren, 'kan? *dari penggemar berat Sasuke.

Evil Smirk of the Black Swan: Semoga Gaara kapok, tapi kayaknya dia bebal xD. Coba tebak. Kira-kira Sasuke nih gimana sama Ino. Aku enggak mau kasih spoiler ah~ Tos dulu, aku juga prefer SasuIno, tapi cerita ini fokusnya ke Panda dan Barbie xD. Semoga segera, ya~ Aku juga udah enggak sabar marahin Gaara ahahaha~ Sekarang update-nya cuma hari Selasa aja.

Nobita: Maaf ya, semoga tidak mengaburkan chemistry GaaIno. Aku juga suka SasuIno xD. Makasih banyak~
BngJy: Sejujurnya aku juga TwT karena kapal utamaku SasuIno xD. Makasih, ya~

Ai Moriuchi: Jadi Panda bakar nanti xD.

komachiiiiiiiiiiiiiiii: Gaara nyebelin, 'kan? Boleh kalau mau digeprek, kok.

Azzura yamanaka: Ahahaha jadi oleng gitu, ya xD. Gimana kalau pilih dua-duanya? Gaara emang nyebelin, ya.
Jeanne: Kak Jeanne, tolong diabaikan saja, ya. Anonim itu emang kurang kerjaan. Kita bisa sebut dia anonim aja karena cumi-cumi nama author SaiIno yang identitasnya diambil. Tenang, Kak. Aku memang mengabaikan dia, kok.

Guest: Halo, Kak. Kita sebut saja anonim, ya. Karena aku sudah ngobrol sama author cumi-cumi yang asli kalau dia juga merasa dirugikan. Siap, Kak. Aku udah abaikan, kok.

Guest: Maaf sudah membuat Kakak menunggu lama. Terima kasih sudah bersedia menunggu.

Guest: Iya, Kak. Aku dan author cumi-cumi yang asli sudah ngobrol, kok. Kami baik-baik saja dan dia sudah menyarankan untuk menghapus review dari anonim itu, tapi kemarin aku kecolongan tidak menghapusnya. Maaf, ya. Sekali lagi aku minta maaf. Aku akan lebih hati-hati lagi dan teman-teman di sini aku harap bisa lebih bijak menanggapi.

Sekali lagi, teman-teman jangan hate ke author cumi-cumi yang asli, ya. Dia telah dirugikan oleh anonim itu. Semoga ke depannya kita bisa lebih bijak menanggapi. Mohon untuk tidak digubris saja. Aku jadi tidak enak. Sebenarnya kalau ada kalian yang mau SaiIno, aku bisa tulis request-an kalian, asal dengan kata-kata yang baik dan identitas yang bukan hasil curian. Terima kasih sekali lagi.

Love,

PhiruFi

See you next chapter~