Connected, Friendship to Longlife Partner
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Story byPhiruFi
Pairing:Shikamaru N. & Ino Y., OC
Genre: Hurt/Comfort & Family
WARNING: Semi-Canon, Crack Pair, Out of Character, DLDR, typo, nothing special, Alternate Ending, hanya bacaan ringan tentang ungkapan perasaan penulis.
Summary:
Berawal dari obrolan santai dikala menunggu jemputan, Kayume —Gadis kecil penerus clan Nara— menjadi penasaran dengan kisah asmara kedua orang tuanya. Perlahan ia mulai menyadari seberapa penting dan berharganya ibu di mata ayahnya melalui sikap yang selalu ditunjukkan pria yang menjabat sebagai asisten hokage itu.
Kisah cinta sahabat lama terkuak! Berawal dari hal yang menyakitkan, keduanya saling terhubung dalam ikatan yang kuat.
"Tou-san selalu berdoa agar maut menjemput tou-san lebih dulu sebelumibumu. Itu sudah menjadi doa tou-san, bahkansebelum tou-san menikahi ibumu."
Cerita ini aku dedikasikan untuk semua ShikaIno shipper. Semoga tulisan kacauku ini bisa mengobati rasa rindu kalian, khususnya untuk temanku, Yola-ShikaIno! Everlasting, ShikaIno!
I hope you like it. Enjoy read this story~
"Aku baru dengar kisah cinta orang tuaku dari ibuku kemarin. Mereka adalah pasangan guru dan murid yang sama hebatnya. Rupanya dulu ibuku tidak begitu memperhatikan ayah karena saat itu ibu menyukai rekan satu timnya," tutur Karura.
Saat ini pandangan gadis kecil bermata emerald itu sedang menerawang ke depan. Ia seolah seperti sedang membayangkan kedua orang tuanya tengah tersenyum lebar ke arahnya. Lama kelamaan ia melamun hingga membuat sahabatnya yang sedang duduk di sampingnya itu sedikit jengkel. Terdengar jelas dari helaan napas gadis berambut twintail itu. Terkadang mendengarkan sahabatnya bercerita membuatnya mengantuk –sedikit, karena ia bukan ayahnya yang mudah tertidur di mana saja.
"Kau bisa tebak siapa laki-laki yang disukai ibuku?" tanya Karura.
""Uchiha-san itu?" Meskipun awalnya enggak menanggapi, akhirnya Kayume mencoba mengikuti alur obrolan tentang kisah cinta yang baru saja diceritakan oleh sahabatnya itu.
"Iya! Ino-bachan juga pernah menyukai Sasuke-ojisan, 'kan? Aku dengar itu dari ibuku," tanya balik Karura.
Kayume memilih acuh dengan pertanyaan itu meskipun ia tahu jawabannya. Ibunya memang pernah menyukai mantan buronan sekaligus pahlawan shinobi yang disebutkan Karura barusan. Gadis itu hanya mengedikkan kedua bahunya dengan asal-asalan. Fakta itu benar, tetapi Kayume memilih untuk menutup telinganya rapat-rapat. Sejujurnya ia sedikit kesal karena bukan ayahnya yang menjadi cinta pertama ibunya.
"Kenapa kaa-san tidak mencintai tou-san sejak dulu, sih?" Itulah yang selalu dipikirkan Kayume dalam hatinya setiap kali Karura ataupun Bibi Sakura menyinggung soal kisah cinta ibunya sewaktu kecil.
"Untung saja ayahku berhasil menarik hati ibu. Aku tahu jika ayahku tidak mungkin menyerah untuk mendapatkan ibu! Bukankah romantis? Suatu saat nanti, aku ingin bertemu laki-laki gigih dan se-romantis ayahku!" seru Karura kegirangan.
"Bukankah ada yang lebih penting selain memikirkan kisah asmara orang dewasa? Misalnya memikirkan persiapan untuk misi pertama kita setelah lulus akademi. Memangnya... kau tidak gugup dengan misi pertama bersama timmu nanti?" tanya Kayume tampak sedikit ragu ketika menanggapi tingkah sahabatnya itu.
Gadis itu berusaha membelokkan topik pembicaraan soal percintaan orang dewasa yang sedikit merepotkan untuk dipikirkan. Bukan sekali dua kali Kayume melihat sifat centil sahabatnya itu saat membahas soal cinta. Karura memang sedikit centil. Katanya sifat feminimnya itu menurun dari ibunya. Bibi Sakura sewaktu kecil adalah gadis manis yang sedikit centil ketika sedang bercerita tentang laki-laki yang ia idamkan ataupun kisah cinta lainnya. Fakta itu Kayume dapatkan langsung dari ibunya sendiri yang tak lain adalah sahabat Bibi Sakura. Ya, sebenarnya bisa dibilang baik Bibi Sakura ataupun ibunya sama-sama centil karena mereka adalah gadis yang ceria saat kecil dulu.
"Ah, kamu...," rengek Karura.
Sama seperti orang tuanya dulu, kini Karura dan Kayume berteman baik, lebih tepatnya mereka telah bersahabat sejak lahir. Bahkan bisa dibilang sejak dalam kandungan, kedua ibu mereka sudah mewanti-wanti jika Kayume dan Karura harus menjalin pertemanan akrab hingga tua nanti. Dan sekarang, harapan itu benar-benar terwujud. Meskipun Karura lahir lebih dulu –4 bulan lebih tua– keduanya bisa bersahabat selengket itu, seperti perangko dan amplop!
"Oh, ayolah, Kayume-chan. Asik sedikit, dong. Lama-lama kamu mirip seperti Shikamaru-ojichan. Jangan bilang kamu mau mengatakan jargon mendokusai-mu itu setelah ini?" protes Karura karena respons Kayume tidak sesuai dengan harapannya.
Kayume mengerucutkan bibirnya tanpa sadar.
"Itu bukan jargon," protes balik Kayume.
"… Lagipula, aku, 'kan, anaknya, jadi wajar-wajar saja jika aku mirip. Tentu akan lebih mengherankan jika aku mirip dengan Kakashi-ojisan," lanjut Kayume tak mau kalah.
Tolong garis bawahi. Sifat Kayume yang tak mau kalah berdebat itu menurun dari ibunya. Meskipun ia menyandang clan Nara, tetapi darah Yamanaka tetap mengalir di tubuhnya. Warna rambut dan matanya memang menurun dari ayahnya, tetapi ia adalah perpaduan yang sempurna dari ayah dan ibunya. Gadis berusia 12 tahun itu mewarisi sifat kedua orang tuanya. Kadang ia bisa bijak seperti ayahnya dalam menengahi permasalahan, tetapi ia bisa keras kepala juga seperti ibunya.
"Ahahaha, iya juga, ya." Karura tertawa renyah, sementara Kayume kembali menghela napasnya dengan malas.
Meskipun Karura terkadang menjengkelkan, tetapi sahabatnya itu adalah yang terbaik.
"Nee… nee… Kayume, kalau orang tuamu bagaimana?" tanya Karura sambil menyenggol lengan sahabatnya itu dengan sikunya.
"Apanya yang bagaimana?" tanya Kayume.
Awalnya Kayume duduk menghadap ke depan, tetapi saat Karura menyenggolnya, ia sedikit memposisikan tubuhnya menyerong agar lebih leluasa memperhatikan gadis berambut sebahu itu.
Sore ini mereka berdua sedang duduk di bangku kayu yang ada di bawah pohon Sakura depan Akademi. Mereka tak seharusnya ada di sana karena keduanya telah lulus dari Akademi sekitar tiga hari yang lalu. Kini peringkat mereka adalah genin yang siap menerima misi tingkat D hingga C. Hanya saja, hari ini adalah jadwal pembagian tim setelah penyerahan ikat kepala, jadi keduanya harus kembali ke Akademi.
Setelah kelas usai, Kayume sengaja menunggu di dekat gerbang sebab orang tuanya akan datang menjemput. Ia hanya perlu duduk dengan tenang sambil menunggu orang tuanya tiba. Sementara Kayume menunggu jemputan, Karura sengaja menemaninya –sekalian mengobrol, pikir gadis dengan nama clan Hatake itu.
"Kisah cintanya, dong. Tadi, 'kan, kita baru membicarakan itu," kata Karura.
"Oh," respons singkat Kayume.
Bukannya Kayume tidak mau menjawab, hanya saja ia tak tahu banyak tentang kisah asmara kedua orang tuanya itu. Yang ia tahu, ayah dan ibunya bersahabat sejak kecil. Itu saja. Namun, bagaimana awal mula kisah percintaan mereka, Kayume tidak tahu banyak. Mungkin karena sering bersama, salah satu dari mereka mulai jatuh cinta. Mungkin... –pikir Kayume.
"Benar juga, ya…. Mengapa aku tidak pernah bertanya?" batin Kayume.
Kayume bukannya apatis perihal kedua orang tuanya. Mengapa ia tidak penasaran? Sebab baginya... tanpa harus bertanya, Kayume sudah sangat yakin jika ibunya sangat mencintai ayahnya, dan ayahnya... tolong jangan diragukan. Meskipun ayahnya selalu menggumamkan kata 'mendokusai' setiap kali ibunya mengomel, Kayume menyadari sorot mata ayahnya yang berbeda dari saat-saat pria itu melihat ke lawan bicaranya yang lain. Saat ayahnya memandangi ibu, raut wajah pria berusia 32 tahun itu terlihat lembut dan tulus. Ayahnya itu tidak pernah sedikitpun mengalihkan pandangan dari ibu ketika ibunya itu sedang bercerita banyak hal. Entah itu soal pekerjaan ataupun kejadian yang dialami oleh ibunya saat ayah belum pulang. Cara ayahnya memandangi ibu… terlihat seperti ayah tidak mau kehilangan ibu. Belum lagi saat ayahnya pamit berangkat kerja, Kayume selalu melihat ayah memeluk ibunya dengan sangat erat. Seolah pria itu tidak mau kehilangan istrinya... lagi.
"Apa ada kisah menarik di masa lalu mereka?" batin Kayume penasaran.
Awalnya Kayume pikir itu wajar-wajar saja, tetapi sekarang ia jadi penasaran. Kira-kira bagaimana kisah asmara ayah dan ibunya, ya? Jika diingat-ingat, ayah dan ibu sangatlah manis meskipun ayah tak pernah melupakan kata 'mendokusai'-nya itu. Jika kalimat 'keramat' itu sudah keluar dari mulut ayah, maka selanjutnya suara ibu yang sangat melengking itu akan memenuhi seisi rumah.
Hal lucu lainnya adalah... Ayah Kayume selalu pulang dengan membawa beberapa bungkus puding untuk istrinya. Karena itu Ibu Kayume sering mengomel sebab jadwal dietnya jadi gagal. Namun di balik semuanya, itu adalah cara lembut ayah melarang istrinya untuk diet. Lucu, 'kan? Ayah Kayume bukan tipikal orang yang suka memerintah, jadi ia lebih suka menggunakan cara unik untuk menyuruh seseorang secara tersirat. Kayume beranggapan jika ayah itu lahir untuk ibunya, dan ibunya ada memang untuk melengkapi kekurangan ayah.
"Bagaimana caranya ayah menyatakan cinta, ya? Ayah, 'kan, kuno dan sedikit canggung," pikir Kayume. Tanpa sadar gadis itu mengulum senyumnya saat membayangkan ayahnya mengatakan kalimat 'Aku mencintaimu' kepada ibu.
"Nara Kayume!" panggil Karura sambil menyenggol lengan Kayume untuk kedua kalinya.
Kayume sedikit tersentak, rupanya tadi giliran gadis itu yang melamun.
"Mereka bersahabat sejak kecil. Em… mungkin—" Belum sempat Kayume melanjutkan ceritanya, suara melengking dari kejauhan lebih dulu mengalihkan perhatian gadis berkuncir dua itu. Seseorang telah memanggil namanya.
"Kayume-chan!" seru seorang wanita berambut pirang diikat tinggi mirip ekor kuda.
Dari kejauhan terlihat seorang wanita dewasa sedang mengangkat tangan kanannya untuk dilambaikan. Wanita itu berhasil menarik perhatian kedua gadis kecil yang sedang duduk manis di salah satu bangku kayu di halaman depan Akademi. Wanita itu menghampiri mereka dengan langkah kaki yang sedikit tidak sabaran. Meskipun usianya sudah tidak lagi muda, ibunya itu masih sangat energik. Seharusnya tidak mengherankan lagi karena Ibu Kayume itu masih aktif sebagai seorang chuunin yang bertugas di rumah sakit Konoha. Ibunya adalah seorang ninja medis sekaligus guru sementara di Akademi yang tugasnya mengajarkan ninjutsu medis.
"Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Kayume-chan. Oh, ada Karura-chan juga, ya! " Wanita berusia 32 tahun itu mengusap lembut rambut Kayume yang diikat twintail itu.
Sesuai janji, hari ini Ino menjemput Kayume sepulang dari jadwal pembagian tim putrinya itu. Biasanya Kayume tidak pernah dijemput, tetapi khusus hari ini ibunya ingin pulang bersama setelah shift pagi di rumah sakit berakhir. Karena letak gedung rumah sakit Konoha dan Akademi itu berdekatan, Ino berinisiatif untuk menjemput putri semata wayangnya itu lalu pulang bersama.
Setelah berpamitan dengan Karura, pasangan ibu dan anak itu berjalan sejajar menyusuri jalanan Konoha. Tadinya Ino ingin mengajak Karura ke rumahnya untuk makan malam bersama, tetapi gadis kecil itu menolak sebab ia memiliki acara lain dengan kedua orang tuanya. Ino tidak bisa memaksa, lagipula tadi Sakura sedikit bercerita jika suaminya –Kakashi– malam nanti akan pulang dari misi. Ino tahu jika Karura ingin menyambut kedatangan ayahnya.
"Kaa-san," panggil Kayume.
Ino menoleh ke arah Kayume, tetapi ia tidak menghentikan langkah kakinya. Keduanya masih sama-sama berjalan sejajar menyusuri jalanan Konoha. Wanita itu menanggapi panggilan dari putrinya dengan gumaman singkat, tetapi tersirat rasa penasaran dan ia terlihat sedang menunggu kelanjutan dari ucapan Kayume.
"Kenapa Kaa-san mau menikah dengan Tou-san?" tanya Kayume.
"... Dan bagaimana cara tou-san menyatakan perasaannya? Memangnya tou-san bisa melakukan itu? Aku rasa mengatakan kata cinta tidak semudah menyusun strategi seperti yang biasanya tou-san lakukan," lanjut Kayume dengan polos.
Semburat kemerahan muncul tipis di kedua pipi Ino. Meskipun kejadian itu sudah lama terjadi, Ino masih saja merona setiap kali ia mengingatnya. Untuk pertama kalinya Ino melihat Shikamaru bukan sebagai sahabat laki-lakinya yang menyebalkan. Saat itu ia mulai menyadari jika Shikamaru adalah laki-laki yang selalu melihat dirinya.
"Kaa-san?" panggil Kayume.
Kayume semakin penasaran karena ibunya itu malah mengalihkan pandangan darinya. Gadis kecil itu mempercepat langkah kakinya dan ia berhenti tepat di depan ibunya. Samar-samar ia melihat rona kemerahan di pipi ibunya.
"Kaa-san, tolong ceritakan bagaimana awal mula Kaa-san jatuh cinta dengan tou-san," pinta Kayume sambil memasang puppy eyes dan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
-to be continued-
Kebiasaanku, deh! Katanya sibuk tapi malah nambah daftar karya yang harus ditamatkan. Gomen-gomen! Semoga kalian tidak bosan. Cerita ini aku tulis sebagai bentuk ungkapan rasa cintaku kepada Shikamaru dan Ino yang berulang tahun di bulan September! Niatnya hadiah, sih... tapi nyicil, alias tidak sekali tamat. Udah, ah, daripada kebanyakan ngomong.
See you next chapter~
