Naruto berbaring terlentang di kasur sambil menyangga kepala dengan kedua telapak tangannya, ia masih tampak memikirkan tentang pertemuan dengan Asosiasi Tetua dengan Tsunade.
Paling tidak ia sekarang sudah ada di rumah dan berbaring di tempat nyaman. Bagaimana tidak, kasur tempat ia berbaring sangat empuk dengan alas kasur putih bagaikan di hotel. Mungkin Naruto bisa langsung ketiduran kalau terlalu lama berbaring di sini.
Sambil menatap langit – langit. Pikirannya ia arahkan ke kejadian baru saja.
Naruto telah mengetahui informasi tentang Kakashi-sensei yang sedang sakit dari Bunshin nya ketika ia sedang jalan pulang. Kakashi-sensei sudah agak baikan. Syukurlah. Walaupun, seperti kata Ino tadi, ia juga seharusnya punya inisiatif untuk membawa sesuatu untuk Kakashi-sensei yang terkena serangan ketika menjalankan misi di Hi no Kuni.
Tapi mungkin itu hanya sampingan. Pikirannya ia arahkan kembali kepada diskusi nya dengan Tsunade-sama tadi. Ia berceloteh tentang para Daimyo di Negeri Api. Memang benar bahwa bukanlah ia yang secara langsung yang menunjuk Kakashi-sensei untuk menjalankan misi ke Hi no Kuni. Hal itu adalah karena Tsunade-sama punya urusan dengan Daimyo di Negeri Api tersebut.
Seperti info yang ia terima ketika Bunshin yang bersama Kiba dan Shikamaru sudah menghilang, tidak disangka bahwa seperti kata Kiba, Kakashi sampai dijebak disana dengan para makhluk peledak. Tapi syukurlah gurunya selamat. Sekarang, apakah Sasuke dan Rock Lee sudah selesai memberantas masalah disana? mereka berdua belum pulang. Belum ada laporan.
Naruto menghela. Ia mencoba menghapus kehawatirannya.
Besok, ia harus melatih para Shinobi tingkat Jounin untuk melatih kekuatan mereka untuk menahan Bijuu Dama miliknya. Hal ini atas inisiatifnya kepada Tsunade ketika berkumpul dengan asosiasi tetua tadi. Jika Konoha ingin memiliki shinobi kuat, harus ada shinobi yang cukup kuat untuk menandingi jurus Bijuu Dama miliknya.
-
-
-
Ino selesai memasak sudah menghidangkan lima potong ayam di meja makan. Apakah itu kebanyakan? Naruto baru saja pulang dari acara rapat dari tadi pagi. Jadi, sebaiknya lauknya ditambah, barangkali Naruto masih ingin lagi.
Beberapa saat kemudian, Ino mendengar suara ketukan pintu. Ia menghampiri berjalan menghampiri dan segera membukanya, mendapati Kiba dan Shikamaru yang berdiri di sana.
"Yo!" Kiba menggenggam tangannya dan mengangkatnya sedikit ke atas. "Naruto sudah pulang?"
"Kami ingin menyampaikan info kepada Naruto," kata Shikamaru. "Ada hal penting yang ketinggalan waktu menjenguk Kakashi-sensei tadi."
"Kalian," kata Ino. Setelah itu, ia mundur sedikit sambil berujar, "Naruto sudah pulang. Masuklah, aku akan panggilkan." Ia berbalik arah dan memanggil Naruto.
Kiba dan Shikamaru duduk di sofa bersebelahan. Di depan mereka, sebuah meja ruang tamu terpampang. Di atasnya ada dua toples berisi makanan kecil.
Sesaat kemudian, Naruto datang dan segera duduk di sofa, di seberang Shikamaru dan Kiba. Ino yang merasa ingin tahu juga duduk di samping suaminya sembari memperhatikan.
"Tidak biasanya kalian datang bertamu ke sini," kata Naruto.
"Bukan tidak biasanya," Kiba tersenyum, "tapi iseng."
Shikamaru menjelaskan, "kami di sini ingin menyampaikan tentang perihal laporan Sasuke dan menyerahkan gulungan."
"Syukurlah, aku baru saja memikirkan Sasuke dan Rock Lee tadi," kata Naruto. "Ada gulungan, ya?"
"Gulungan apa?" tanya Ino.
"Gulungan laporan misi di Hi no Kuni," kata Kiba, lalu ia Melirik shikamaru. "Tadi kau mau menyampaikan apa?"
"Oh, ya," Shikamaru merogoh tas selempangnya, mengambil sebuah gulungan hitam, lalu memberikannya kepada Naruto.
Naruto langsung mengamati sejenak gulungan tersebut, namun tidak membukanya. "Akan kuperiksa nanti."
Shikamaru mengangguk, lalu berujar, "Sasuke dan Rock Lee berhasil membereskan Bakuhatsu Ningen itu. Ia melaporkan bahwa pusat yang mengubah semua orang menjadi bahan peledak adalah salah satu warga yang mempunyai Taisetsuna Jutsu di mana ia hanya membutuhkan satu segel tangan.
"Setelah melakukan itu, area yang ada disekitarnya akan menghasilkan debu kuning. Siapapun yang terkena, akan menjadi Bakuhatsu Ningen, manusia peledak yang bisa meledak dengan sendirinya atau ketika pengguna Taisetsuna Jutsu itu mengaktifkannya."
"Begitu, ya?" kata Naruto. "Syukurlah kalau begitu."
"Oh, iya," Kiba memegang dagu. "Sasuke dan Rock Lee dibantu oleh anak kecil yang bisa menggunakan Ketsuryuugan."
" Ketsu, apa?" tanya Naruto.
" Ketsuryuugan," kata Shikamaru, " Itu adalah kemampuan penglihatan yang…Kiba, kau ingat apa itu?"
Kiba menggaruk kepala. "Yah, yang penting anak kecil itu sebenarnya mantan pembantu penjahat itu, tapi ia berpihak kepada kami. Setelah semuanya selesai, anak kecil itu juga sempat di penjara, tapi untung saja di bebaskan oleh Mizukage."
Naruto berdiam diri sambil memperhatikan gulungan hitam yang dipegangnya. "Aku akan menanyakan lebih jauh tentang jurus penglihatan itu kepada Sasuke. Jadi, apa ini saja?"
"Sejauh ini itu dulu," kata Shikamaru. "Untung saja aku buru – buru ingat dan kami berdua langsung ke sini."
"Berakhir sudah kunjungan kita," Kiba berdiri sambil menggaruk bahunya.
"Begini saja?" kata Ino dengan nada kecewa. "Sekarang sudah malam. Ayo makan malam di sini, kebetulan aku sudah sediakan lauk untuk makan malam."
"Belum," kata Shikamaru. "Nanti. Temari akan membuatkanku makan malam."
"Selagi kalian disini dan ini malam minggu," Naruto tersenyum menawarkan. "Aku yakin Temari bisa mengerti. Kenapa tidak makan dulu?"
"Naruto benar," Kiba duduk kembali. "Aku tahu aku belum menikah dan tidak akan ada yang menungguku. Tapi apa salahnya kalau makan di sini dulu selagi kita disini, kan? hitung - hitung menghormati Tuan Rumah."
"Kau benar, Kiba," Shikamaru memegang dagu dan berfikir sejenak sambil mengedarkan pandangan sekeliling. Beberapa saat kemudian, ia berkata, "Nanti aku kan bilang Temari bahwa ada hal penting kantor, keperluan dengan Hokage dan tugas – tugasnya."
"Shikamaru akan bilang kepada Temari bahwa ini pertemuan penting," Kiba bersedekap sambil bersandar. Ia menghadap ke Naruto. "Sebagai Hokage, apakah kau bisa meresmikan pertemuan ini sebagai hal penting?"
"Oh, ya?" Ino tersenyum. "Aku tidak tahu bahwa Hokage bisa semudah itu menyatakan bahwa suatu kegiatan itu penting dan tidak penting hanya dengan pernyataan. Kalau memang begitu, lakukan saja, Naruto!"
"Er…" Naruto meggaruk kepala. Ia merasa bingung mau menjawab apa. "Itu…"
"Kalian berdua jangan bercanda," Shikamaru menepuk dahi.. "Mana ada yang seperti itu?"
Ino dan Kiba menghadap satu sama lain sambil terkikih.
Akhirnya, Ino menghidangkan lima potong ayam yang baru saja ia masak. Lalu, mereka berempat makan malam bersama.
-
-
-
Sore sudah berganti malam. Naruto dan Ino sedang ada di depan pekarangan rumah, mengantar Shikamaru dan Kiba sambil berbincang sejenak.
Ino tersenyum. "Terima kasih sudah berkunjung."
Shikamaru mengedarkan pandangan ke arah Yamanaka Flowershop. Pria rambut kucir itu bekata, "Tidak biasanya toko bunga ini buka sabtu ini."
"Itu benar," Ino menghela, "karena murid – murid yang membeli bunga anggrek untuk besok, kata mereka tugas dari Iruka-sensei."
"Kenapa tidak mengumpulkan uang pada satu orang perwakilan lalu ia membeli seluruhnya?" tanya Kiba.
"Itu juga pertanyaanku," kata Ino sambil cemberut. "Agak merepotkan."
"Mungkin masing – masing dari mereka akan memberi tahu kepada orang lain tentang toko bunga ini," kata Shikamaru. "Karena secara tidak langsung mereka berkunjung ke sini satu per satu. Kita berharap saja supaya orang – orang lain itu lebih tahu tentang toko ini dan lebih laris karena orang – orang itu akhirnya menyebarkan info tentang toko ini."
"Terima kasih, Shikamaru," kata Ino. "Aku tidak kepikiran tentang itu."
Kiba berujar, "Apakah seharusnya sudah laris karena Naruto adalah seorang Hokage, semua orang tahu sudah tahu, kan?"
"Benar juga…" kata Naruto. "Tapi kebanyakan orang lebih tahu kalau aku hokage ketika ada di kantor."
"Hmmh!" dengan muka cemberut, Ino sedekap sambil memalingkan muka. "Lagipula, aku tidak mau toko bunga ini laris karena suamiku seorang Hokage."
"Begitulah…" Naruto mendukung. "Aku juga tidak mungkin melaksanakan tugas hokage sambil promosi."
Kiba terkekeh. "Mungkin saja, kan?"
Shikamaru berujar, "besok aku diundang untuk pidato di Akademi oleh Iruka-sensei untuk acara khusus. Mungkin ada semacam tema yang digunakan para murid akademi untuk menghiasi sambutanku."
"Wah…" Ino tersenyum cerah. "Kalau begitu, semoga bunga – bunga itu bisa memeriahkan sambutan itu."
"Sekali lagi, terima kasih atas kunjungan kalian berdua," kata Naruto. "Jika aku tidak tahu tentang laporan Sasuke dan Rock Lee. Aku akan merasa khawatir. Lagipula, besok jam sembilan aku juga harus mengajak para Jounin untuk melatih kekuatan Segel Bijuu Dama dan tidak akan sempat bertemu dengan kalian."
"Yah, sama – sama," kata Shikamaru. "Aku harus menjelaskan keterlambatan pulang kepada Temari."
"Setelah ini, aku akan jalan – jalan sendiri ke atas atap untuk lihat bintang – bintang bersama Akamaru," kata Kiba. "Untuk mengisi malam minggu."
"Baiklah," kata Naruto. "Sampai jumpa."
Kiba dan Shikamaru berjalan menjauh meninggalkan Naruto dan Ino yang sedang berdiri bersebelahan. Beberapa saat setelah kedua tamu itu pudar dari pandangan, Naruto dan Ino berjalan pelan bersama ke rumah.
"Setelah ini, kau mau memeriksa gulungan itu?" Ino berkata kepada Naruto. "Kenapa tidak diperiksa tadi?"
"Gulungan itu dari Sasuke," kata Naruto. "Shikamaru dan aku sudah tahu kalau gulungan yang dikirim Sasuke selalu bersifat rahasia dan hanya bisa dibaca oleh satu orang. Sepertinya ada informasi tambahan."
"Setelah itu, apa yang akan kau lakukan?"
"Tidur, besok jam sembilan harus pergi lagi. Kau sendiri mau apa?"
"Aku…" Ino merasakan bahwa angin malam ini cukup dingin. Apalagi, ia juga lumayan lelah setelah jaga toko seharian tadi. Malam ini malam minggu, ia akan memberikan hadiah pada dirinya sendiri karena sudah buka sabtu ini seharian. "Setelah ini, aku akan cuci piring dan mandi air hangat."
"Baiklah," Naruto membuka pintu depan. Mereka berdua masuk ke dalam rumah.
To be Continued….
