Shuri memanjatkan doa di altar mendiang suaminya, dia baru menjalani pernikahan dengan suaminya selama dua tahun, dan sudah ditinggal oleh sang suami.
Suaminya meninggal karena penyakit yang di deritanya, dia meninggalkan seorang putra berusia dua puluh tahun yang bekerja paruh waktu di sebuah minimarket.
Dan baru beberapa hari dia ditinggal olehnya.
"Sh--umm, kaasan, apa kau baik-baik saja?"
Shuri berbalik, dia melihat pemuda gagah dengan rambut pirangnya sedang berdiri di belakangnya. "Aku tak apa Naruto-san."
"Baguslah kalau begitu, aku sudah memasakkan sesuatu untuk makan malam kita."
Shuri tersenyum tipis mendengar perkataan Naruto barusan. "Terima kasih, Naruto-san. Maaf, mungkin aku merepotkanmu."
"Tak apa kok, lagipula kita keluarga." Naruto mengalihkan pandangannya ke arah lain. 'Keluarga apanya? Aku malah melihat Shuri kaasan yang pakaiannya sangat terbuka.'
Yah, beberapakali Naruto melihat Shuri yang hanya memakai celana pendek rumahan serta kaos tanpa lengan yang menampilkan bahunya, Naruto mencoba untuk tak menatapnya, karena wanita itu begitu polos.
"Lebih baik kita makan." Beruntung sekarang Shuri memakai pakaian tertutup.
"Tentu."
...
Naruto by Masashi Kishimoto
Highschool DXD by Ichiei Ishibumi.
Warning: Ooc, AR, Typo, Lemon, Incest/Inseki, Smut.
Pairing; Naruto x Shuri.
...
..
.
Defenseless Shuri.
..
Enjoy it!
Hari Sabtu, dan Naruto saat ini tengah menikmati libur akhir pekannya. Dia masih tinggal bersama Shuri, dan memaksa wanita itu untuk tinggal bersamanya. Shuri beberapa kali memberitahu Naruto bahwa dia akan pergi setelah kepergian Minato.
Namun, Naruto menahannya, karena dia akan tinggal sendirian, walaupun begitu, Naruto tak memandang Shuri sebagai ibu tirinya, tetapi sebagai wanita dewasa yang berusia hampir kepala empat.
Wanita berambut raven itu masih terlihat sangat cantik walaupun sudah hampir menginjak kepala empat. Perawatan yang selalu dikerjakan oleh Shuri membuat Naruto mengalihkan pandangannya.
"Hm?" Naruto menoleh, dia yang saat ini tengah berjalan turun ke bawah dari kamarnya itu melihat sosok wanita yang hanya memakai celana dalam dan tank top hitam saja. "Astaga." Gumam Naruto yang saat ini tengah memijit pangkal hidungnya.
Naruto merasakan bahwa bagian bawahnya sudah mengeras.
"Oh, Naruto-san. Siang."
"Hm, siang kaasan."
Naruto berjalan ke arah dapur untuk mengambil susu serta makanan kecil di dalamnya. Kedua mata biru itu melihat jelas puting yang ada dibalik kaos Shuri. 'Oh sial, itu putingnya kelihatan dibalik kaos.'
Mereka terdiam sejenak dengan Shuri yang tengah duduk santai sembari menikmati buah jeruk yang tersedia di meja. Naruto sendiri berjalan mendekati Shuri dan duduk berhadapan dengannya.
Naruto harus menahan diri akan Shuri yang terlihat seperti wanita berusia dua puluh tahunan, rambut yang dia kuncir kuda itu menambah kesan cantik di hadapan Naruto.
"Ada apa Naruto-san?"
Naruto menggeleng pelan menjawab pertanyaan Shuri barusan, dia memakan camilannya kembali, serta meminum susu yang sudah dia ambil.
Naruto bisa memastikan bahwa Shuri punya tubuh yang proporsional, dia tak tahu ukuran payudara Shuri, namun payudara Shuri begitu besar, mungkin telapak tangannya tak muat saat akan menggenggamnya.
Naruto terbatuk saat dia memikirkan hal mesum tentang Shuri. "Kau tak apa Naruto-san?"
"Hm, tak apa kok." Naruto mengusap air liur yang keluar saat dia terbatuk tadi, dia melihat wajah Shuri yang khawatir pada dirinya. "Jangan khawatir, kaasan."
"Ba-baiklah." Shuri kembali fokus dengan kegiatannya. "Entah kenapa terasa panas disini. Apa kipas ini tak cukup?" Shuri merangkak mendekati kipas itu, bongkahan pantatnya terlihat tepat di depan Naruto.
Pemuda pirang itu terkejut saat dua buah pantat seksi yang tertutupi celana pendek rumahan itu terlihat oleh kedua matanya. Dia meneguk ludahnya dengan kasar saat melihat pantat Shuri yang seksi itu.
Shuri benar-benar tak menyadari bahwa putra tirinya itu tengah menahan diri agar tak menerkam dirinya. Naruto secara perlahan mendekati Shuri, kedua tangannya terangkat dan menyentuh pantat Shuri.
Wajah Shuri merona saat dia merasakan kedua pantatnya disentuh oleh telapak tangan Naruto, dia menoleh ke belakang untuk melihat pemuda yang tengah memegang pantatnya.
"Na-Naruto... apa yang kau lakukan?"
Naruto tak menjawabnya, dia menarik celana pendek itu ke bawah, kemudian mendekatkan wajahnya ke belahan pantat Shuri.
"Hnggghh..." tubuh Shuri bergetar merasakan benda lunak dan basah yang menyapu vaginanya. "Na-Naruto he-hentikan..."
Naruto meremas bongkahan pantat Shuri, dia juga mulai menjilati vagina wanita itu. Cairan kental Shuri keluar sedikit demi sedikit saat Naruto menjilati vagina wanita itu.
Naruto terus menjilati vagina Shuri hingga tubuh wanita itu bergetar hebat, Shuri menggigit bibir bawahnya merasakan klimaks yang dia tahan sedari tadi.
Naruto menarik dirinya, dia membiarkan Shuri mendapatkan orgasmenya saat ini. Tubuh Shuri langsung ambruk dengan napas yang terengah-engah. Naruto menatapnya sebentar, sebelum akhirnya dia melepas semua bajunya hingga telanjang bulat.
Naruto menghela napas, kedua tangannya pun beranjak untuk meremas pantat Shuri, dia meremasnya dengan lembut seolah dia sedang memijit pantat seksi tersebut.
Tubuh Shuri sedikit bergetar saat Naruto meremas pantatnya. "Naruto... jangan..." gumam Shuri, dia menoleh ke belakang dengan wajahnya yang memerah. Napas Shuri begitu memburu karena dia sudah lama tak disentuh oleh lelaki.
"Kaasan..." kedua mata biru itu terus menatap Shuri, pemuda itu kemudian membalikkan badan Shuri sehingga wanita itu berbaring di atas lantai. Naruto menarik kaos tanpa lengan Shuri ke atas hingga dia telanjang bulat.
Shuri sontak menutup puting susunya yang ereksi. "Naruto... aku mohon..."
Naruto memenjamkan kedua matanya, dia memijit pangkal hidungnya. "Kau mau memohon apa kaasan? Memohon agar aku memperkosamu?"
"Me-memperkosa?!"
Naruto membuang napas panjangnya. "Kaasan, ini salahmu. Cara berpakaianmu membuat penisku naik," ujar Naruto sembari menunjukkan penis besarnya yang ereksi.
Shuri mengerjapkan kedua matanya, dia melihat penis Naruto yang sudah ereksi berat. "A-apa itu?"
"Tentu saja alat reproduksi pria yang akan membuat wanita hamil, apalagi?"
Shuri terdiam malu mendengar penjelasan Naruto barusan, dia kemudian beranjak merangkak mendekati Naruto, lebih tepatnya ke penis ereksi pemuda pirang itu. Shuri menyentuhnya dengan jari telunjuk. "Ja-jadi ini salahku?"
"Bisa dibilang, iya."
Shuri melihat tubuh telanjangnya, kedua dada besar, perut datar, serta pantat sintal. Yup, tubuh idaman para wanita. Shuri hanya tertawa kikuk melihat dirinya sendiri. Shuri yang polos itu pun segera memegang penis Naruto, dia mengocok penis ereksi Naruto dengan pelan, kemudian mendekatkan wajahnya ke penis itu.
"Kaasan..."
Shuri menjulurkan lidahnya, dia menjilati batang penis Naruto, tangannya terus mengocok penis Naruto. "Kaasan bersalah, jadi akan kaasan tebus dengan ini." Tangan Shuri yang lain memainkan vaginanya sendiri, dia menggosok pelan vaginanya hingga mengeluarkan cairan pre-cum.
Shuri kemudian memasukkan penis Naruto ke dalam mulutnya, namun itu hanya setengahnya saja. Naruto meringis merasakan nikmat, dia meremas kepala Shuri yang bergerak maju mundur.
Shuri terus melakukan blowjob terhadap Naruto, dia menambah kecepatan kulumannya hingga pemuda itu meringis nikmat.
"Kaasan aku keluar!"
Shuri menghentikan gerakannya, dia menarik keluar penis Naruto dari dalam mulutnya. Cairan putih kental pun keluar dan membasahi wajah cantik Shuri, wanita itu sedikit terkejut saat banyak sekali cairan putih yang menutupi wajahnya.
Naruto jatuh terduduk di atas lantai dengan napasnya yang terdengar memburu, dia melihat Shuri yang tengah mengambil tisu serta membersihkan wajahnya. "Kaasan..."
"Kita bukan ibu dan anak lagi, Naruto."
"Shuri-chan?"
"Siapa yang mengizinkanmu memanggilku seperti itu?"
Naruto tersenyum miring, dia kemudian menarik Shuri ke dalam pelukannya. "Boleh aku mencium bibirmu?" Shuri mengangguk kecil, dan selanjutnya mereka berdua saling berpagut mesra.
-o0o-
"Aku sudah lama tak melakukan ini."
Naruto tak menghiraukan perkataan Shuri, dia memainkan kedua payudara wanita itu, serta menjilati puting susunya.
"Hnngghh ahh..." Shuri mendesah saat puting susunya dijilati oleh Naruto. "Kau benar-benar seperti bayi, Naruto." Wanita itu mendorong kepala pirang Naruto, kemudian mengangkat sedikit pinggulnya, dia mengarahkan vaginanya tepat di atas penis ereksi Naruto.
"..."
"Apa kau senang saat keperjakaanmu di ambil olehku?"
Naruto mendongak menatap Shuri yang tengah memberikan sebuah senyuman menggoda terhadapnya, pemuda itu kemudian mencium bibir ranum Shuri, memasukan lidahnya ke dalam mulut wanita itu, kedua tangan Naruto meremas payudara Shuri, serta memainkan puting susunya.
Shuri sendiri menurunkan pinggulnya dengan pelan, penis Naruto pun mulai masuk ke dalam tubuh Shuri sedikit demi sedikit, desahan tertahan dikeluarkan oleh Shuri saat penis Naruto masuk ke dalam tubuhnya, puting susu Shuri mengeras tanda dia sudah sangat terangsang, dia terus menurunkan pinggulnya hingga semua penis Naruto masuk ke dalam tubuhnya.
Tubuh Shuri bergetar merasakan penis itu berdenyut di dalam vaginanya, Shuri melepas ciumannya, kemudian menyandarkan dagunya di atas bahu lebar Naruto. Shuri mengambil napas sebanyak mungkin, dia tak berpikir bahwa penis Naruto tak akan muat di dalam vaginanya.
Shuri mulai menggerakkan pinggulnya naik turun dengan pelan, dia mendesis nikmat merasakan gesekan antara dinding vaginanya dengan penis Naruto, kedua tangan Shuri memegang bahu Naruto, dia meremasnya tatkala penis Naruto berkedut di dalam vaginanya.
Shuri menelan ludahnya kasar saat dia menambah kecepatan pinggulnya, wanita itu membuka mulutnya serta mengeluarkan napas beratnya. Kedua pipinya merona hebat dengan keringat memenuhi tubuh telanjangnya.
"Naruto..."
Gerakan pinggul Shuri semakin cepat, vaginanya semakin basah akibat gesekan antara penis Naruto dan dinding vaginanya. Desahan Shuri semakin keras, kepalanya serasa kosong setelah dia mempercepat gerakan pinggulnya.
"Ak-aku keluar!" Naruto memeluk pinggul Shuri dengan erat, dia menenggelamkan penisnya dalam-dalam ke vagina Shuri sehingga spermanya keluar dan memenuhi vagina wanita itu.
Shuri menggigit bibir bawahnya merasakan cairan hangat masuk ke dalam tubuhnya, bersamaan dengan itu, dia juga klimaks untuk yang kedua kalinya.
-o0o-
Di kamar mandi, Naruto dan Shuri duduk di dalam bak mandi. Naruto memangku Shuri di dalam bak mandi itu, sembari memeluk perut datar wanita tersebut.
"Jadi aku harus memanggilmu apa?"
"Shuri saja tak apa."
"Bagaimana jika kita menikah?"
Shuri mendongak menatap Naruto dengan kedua pipi merona. "Kau melamar ibu tirimu?"
"Kita tak ada hubungan darah, jadi tak masalah jika aku melamarmu."
Shuri tersenyum kecil, dia menyandarkan punggungnya ke dada bidang Naruto. "Baiklah, aku akan menerima lamaranmu."
...
..
.
End!
