Kira-kira sudah berapa hari dirinya berada ditempat ini?

Kesadarannya berangsur-angsur pulih ketika merasa tangannya digenggam oleh seseorang. Dalam hati Ino benar-benar merasa penasaran.

Dengan segera Ino membuka kelopak matanya, ia pun segera menoleh untuk melihat pelaku yang menyentuh tangannya, ketika mengetahui yang menggenggam tangannya adalah Hashirama, seolah terhipnotis Ino pun terdiam.

"Kau sudah bangun?" Hashirama menyematkan senyum hangat.

Masih dipenuhi perasaan bingung Ino mengangguk.

Belum sempat ia menjawab sebuah langkah yang memasuki ruangan tempat ia dirawat berhasil menyita perhatiannya dan Hashirama.

Saat mengetahui siapa yang datang Ino kembali mengalihkan pandangannya pada Hashirama.

"Ah Mito." sapa Hashirama, namun tidak direspon oleh siempunya nama.

"Anata ternyata kau menginap disini? Aku pikir ada tugas penting dikantor Hokage sehingga membuatmu tidak bisa pulang kerumah." kalimat yang bermakna sindiran tersebut membuat Ino menautkan alisnya.

Hashirama pun menatap kearahnya.

"Apa Ino masih sakit?" kali ini Mito memandang kearahnya.

Ino tidak menjawab.

"Mito aku akan pulang sebentar lagi." dengan gelagat canggung Hashirama menyahut perkataan Mito.

"Ino pasti mengerti jika kepentingan anak kita lebih utama, lagipula Ino terlihat baik-baik saja." Mito terdengar semakin berani menyudutkannya.

Dari nada skeptis yang dilontarkan Mito, sedikit demi sedikit Ino dapat memahami bahwa kemungkinan Mito tengah dikuasai oleh persaan dengki terhadapnya.

Hashirama terlihat menghela nafas, lalu menatap kearah dirinya dan kemudian Mito.

"Pergilah lebih dulu. Aku akan menyusulmu." ujar Hashirama.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Mito kemudian berlalu pergi.

Melihatnya Ino menautkan alisnya.

"Ino.." panggil Hashirama dengan lembut.

"Hai Hashirama-sama."

Hashirama menggenggam tangannya.

"Bolehkah aku pergi sebentar?" tanya Hashirama dengan senyum yang dipaksakan.

"Aku berjanji akan secepatnya datang kesini untuk menemanimu." sambung Hashirama.

Ino pun menyematkan senyum.

"Daijoubu.. Hashirama-sama. Temuilah Mito dan anakmu." jawab Ino.

Hashirama tersenyum haru.

"Terima kasih.." ucap Hashirama.

Ino mengangguk pelan.

"Ternyata.. aku telah jatuh cinta pada wanita yang tepat." ujar Hashirama.

Ino memutar bola matanya.

"Hentikan rayuan anda Hashirama-sama."

Hashirama menggeleng.

"Tidak. Tidak." Hashirama mengelus puncak kepala Ino.

"Apa kau tahu bahwa aku semakin jatuh cinta padamu?" lanjut Hashirama.

Pipi pucat Ino seketika merona.

"Terima kasih telah menjadi wanita yang bijaksana." ujar Hashirama.

"Bisakah anda hentikan itu Hashirama-sama." ujar Ino dengan pipi merona.

Hashirama tersenyum.

oOoOo

Grebb!

Sebuah lengan mendarat dikedua bahu Ino, dengan mata setengah membelalak Ino menoleh untuk melihat siapa pelaku yang membuatnya terkejut.

Tepat setelah pandangannya bertemu dengan sosok pelaku, Ino pun seketika menghembuskan nafas lega ketika mengetahui sang pelaku adalah Hashirama.

"Hashirama-sama anda mengejutkanku"

Hashirama tertawa pelan lalu duduk disamping nya.

"Suman.. Suman.."

"Aku mencarimu kemana-mana, ternyata kau ada disini."

Ino mengangguk.

"Aku bosan didalam kamar, jadi aku mengajak Kaasan untuk berjalan kesini."

"Sou Ka. Jadi dimana Kaasan?" tanya Hashirama.

"Kaasan bilang ingin pergi ke Toilet."

"Sou Ka." gumam Hashirama.

Ino mengangguk, lalu kemudian diam.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Hashirama.

Ino menatap Hashirama.

"Aku sudah merasa lebih baik." jawab Ino.

"Syukurlah." Hashirama menggenggam tangan Ino.

Merasa tangannya digenggam oleh Hashirama, Ino pun dengan perlahan menyandarkan kepalanya pada Hashirama.

"Hashirama-sama." gumam Ino.

"Hai?"

Ino menggenggam kuat tangan Hashirama.

"Maaf.. Karena selama ini aku telah berbuat jahat padamu."

Hashirama tersenyum hambar, setelah beberapa menit Hashirama mengangguk.

"Daijoubu Ino. Kau bukan manusia pertama yang pernah melakukan kesalahan."

Ino diam.

"Aku pun melakukan sebuah kesalahan yaitu menikah lagi."

Ino mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Aku sudah mengetahui hubunganmu dengan Madara."

Bagai ditimpa langit nafas Ino seketika tertahan, ia membulatkan matanya, hingga dengan gerakan kaku Ino menatap terkejut kearah Hashirama.

"Aku sengaja membiarkanmu menjalin hubungan dengan Madara lantaran perasaan bersalahku terhadapmu. Aku menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang impas."

Masih dengan mata membelalak Ino menelan ludahnya.

"Aku sengaja menutup mata dengan hubungan gelap kalian."

Saat ini tubuh Ino tidak memiliki tenaga, seluruh tubuhnya terasa lemah hingga ia tidak dapat menumpu tubuhnya. Manik mata bergetarnya masih terpaku kearah Hashirama.

oOoOo

Tobirama masih menatap datar sudut ruangan.

"Selama empat hari ini Hashirama disibukkan dengan keberadaan Ino, apa mungkin Hashirama sudah lupa dengan putranya."

Lama mendengarkan kalimat Mito, Tobirama pun bergeming.

"Bukankah kau sendiri mengetahui bahwa kondisi Ino saat ini sedang tidak baik?" jawab Tobirama sarkastik.

"Saat aku mengunjunginya empat hari yang lalu, dia terlihat baik-baik saja." sela Mito.

"Tetapi tidakkah terlintas dibenakmu sedikit saja bahwa Ino sedang mengalami masa-masa yang sangat berat?" Tobirama menatap Mito dengan sinis.

Mito melayangkan tatapan tidak suka.

"Ino baru saja kehilangan anaknya. Bukan kehilangan karena meninggal tetapi diculik oleh orang." ujar Tobirama.

Mito mengalihkan tatapannya kearah lain.

"Aku harap kau dapat memahami situasi Hashirama Anii-chan."

o

o

o

o

Ekspresi wajah Mito berubah datar ketika menyadari kedatangan Hashirama, senyum Hashirama diabaikan Mito dengan mengalihkan pandangannya kearah lain.

Mengerti dengan suasana hati Mito yang tidak baik, Hashirama pun berusaha mendekati Mito.

"Sumanai Mito, aku ada urusan dengan dewan penasihat."

Seketika ekspresi Mito berubah menjadi kesal.

"Benarkah kau masih peduli dengan urusan Hokage?" nada sinis Mito membuat Hashirama terdiam.

"Apa kau sadar? Selama seminggu ini kau lebih memilih menghabiskan waktu dirumah sakit daripada dengan anakmu."

Hashirama terdiam dengan mimik wajah datar. Sesekali helaan nafas berat terdengar dari mulut Hashirama.

"Apa hidup Ino lebih penting daripada kehidupanmu sendiri? Atau lebih penting dari kehidupan anakmu? Atau lebih penting dari hidupku?"

Hashirama menatap Mito.

"Aku pikir kau sudah tidak mengingat jalan pulang." ujar Mito.

Hashirama menghela nafas berat, lalu kemudian berjalan melewati Mito.

oOoOo

Sembari menikmati cuaca sejuk dipagi hari, Ino mengalihkan pandangannya pada beberapa pohon Sakura.

Warna indah yang terpancar dari kelopak bunga Sakura membuat suasana hatinya menjadi lebih damai. Sejenak Ino memejamkan matanya menikmati pemandangan yang menyejukkan hatinya.

Slap!

Tap Tap

Ino membuka kelopak matanya, suara langkah pelan yang seolah mengikutinya menarik perhatiannya untuk segera menoleh.

Sebuah senyum hangat menyambutnya ketika memastikan sosok siapa didepan sana, Ino pun mengulas senyum kecil.

"Aku mencarimu kemana-mana, ternyata kau sedang berada disini." Hashirama melangkah mendekatinya.

Dengan canggung Ino menatap mata Hashirama.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Hashirama dengan lembut.

Ino menatapi pohon yang dihiasi kelopak bunga Sakura.

"Aku bosan dirumah sakit, jadi aku kesini."

Hashirama merangkul pinggangnya, Ino pun seketika membeku. Perlakuan Hashirama barusan dengan sukses membuat tubuhnya jadi kaku.

"Apa kau sudah merasa baik-baik saja?" Hashirama menuntun wajah Ino agar menatap kearah Hashirama.

Sedangkan Ino menolak perlakuan Hashirama dan memilih menekukkan wajahnya.

"Ada apa? Apa telah terjadi sesuatu padamu?" Hashirama berusaha menatap kearah matanya.

Dengan kaku Ino mendongak dan menatap langsung pada manik mata Hashirama.

"Apa.. - Apa anda benar-benar telah memaafkanku?"

Hashirama tersenyum seraya menggenggam kedua tangannya.

"Aku telah memaafkan kesalahanmu dan aku sangat mencintaimu."

Sesaat Ino tersipu, pipinya merona ketika mendengar kalimat barusan.

"Jadi jangan pernah mengungkit permasalahan itu lagi." ujar Hashirama, sebelah tangannya menyentuh pipi Ino.

"Dan jangan pernah mengulanginya lagi." Hashirama kembali berujar.

Ino mengangguk pelan.

Mereka berdua saling menyematkan senyum, lalu tak berapa lama mereka berdua saling mendekat, Ino menatap kedalam mata Hashirama.

"Ino.." ujar Hashirama.

"Hai."

"Apakah tidak ada satupun hal yang dapat kau ingat selama kau menghilang?" Hashirama menyelipkan anak rambut Ino ditelinga.

"Tidak ada." Ino menjawab singkat.

"Kau ditemukan dalam keadaan habis melahirkan, apa kau ingat?"

Kening Ino berkerut.

"Aku tidak mengingat apapun." Ino berusaha mengingat kejadian yang dimaksudkan Hashirama.

"Namun anak yang kau lahirkan tidak dapat ditemukan hingga sekarang."

Ino diam dengan ekspresi bingung, meski terus berpikir tanpa terasa buliran air mata menuruni pipinya. Ino pun terkejut, begitupun dengan Hashirama. Ino masih bingung ketika Hashirama menyeka airmatanya.

"Kau menangis?" tanya Hashirama heran.

Ino menggeleng, "Tidak."

Hashirama merapatkan tubuhnya dengan tubuh Ino lalu merangkulnya kemudian membawa Ino melangkah pergi.

"Ayo kita berjalan ketempat lain." ujar Hashirama.

Ino mengangguk, "Hai Hashirama-sama."

Hashirama tertawa.

"Ino."

"Hai?"

"Apa kau belum menerimaku sebagai suamimu?"

Ino menautkan alisnya, "Tentu saja aku telah menerima anda sebagai suamiku. Kenapa anda bertanya begitu?"

"Kenapa masih memanggilku dengan kata 'sama' dan bukan kata 'Anata'"

Pipi Ino seketika memerah.

"Hashirama-sama!" dengus Ino.

"A-na-ta." goda Hashirama.

Pipi Ino semakin dijalari rona merah.

Hashirama tertawa.

o

o

o

o

"Tobirama." Mito mendatangi Tobirama dengan tergesa.

Tobirama menoleh.

"Ada apa?" tanya Tobirama datar.

"Apa benar Ino akan pulang kerumahku?"

Tobirama menatap Mito.

"Benar."

Ekspresi Mito berubah menjadi tidak terima.

"Kenapa Ino harus tinggal serumah dengan kami? Bukankah kedua orang tua Ino akan membawanya pulang kerumah mereka?"

Sebelah alis Tobirama mengerut.

"Apa kau sudah lupa bahwa Ino wanita pertama yang menghuni rumah kakak? Dan kemudian kau datang lalu tinggal bersama dirumah itu?"

Mito semakin terlihat kesal.

"Mengapa sekarang saat Ino ingin kembali pulang kau tidak terima?" tanya Tobirama dengan nada menusuk.

"Aku dan Hashirama telah memiliki bayi yang butuh ketenangan dan jauh dari jangkauan orang. Dengan adanya Ino semua orang akan datang silih berganti sehingga akan mengganggu ketenangan anakku." jawab Mito dengan nada tinggi.

Tobirama melayangkan tatapan sinis.

"Kenapa kau tidak protes kepada Anii-chan? Katakan yang sejujurnya pada Anii-chan agar Ino tidak dibiarkan pulang kerumah kalian."

Mito tersenyum sinis.

"Bagaimana aku ingin protes pada Hashirama? Jika pagi tiba Hashirama sudah tidak ada dirumah."

Tobirama diam dengan ekspresi wajah datar.

oOoOo

"Hashirama-sama." gumam Ino manja.

Ino menumpu wajah ditelapak tangannya, dengan posisi tengkurap ia memperhatikan Hashirama yang sedang berbaring menatapi langit malam.

"Anata." ujar Hashirama.

Ino lagi-lagi tersipu malu.

"Aku serius." protes Ino.

"Aku akan menyahut jika dipanggil Anata."

Ino menutupi wajahnya yang memerah.

"Ah berhenti berkata begitu!" dengus Ino.

Hashirama tertawa lalu kembali memfokuskan pandangannya kearah langit.

"Hashirama-sama." ujar Ino.

Hashirama tidak merespon, ditempatnya Ino mendengus kesal.

"A -" Ino menggantung kalimatnya, sesungguhnya ia tidak ingin mengucapkan suku kata yang memalukan itu.

Namun agar Hashirama mau meresponnya, Ino pun mau tidak mau mengucapkan kata tersebut.

"Ck!" ia mendecak kesal.

Tanpa diketahui oleh Ino, ditempatnya Hashirama menahan tawa.

"Anata." gumam Ino malu.

Wajah memerahnya ia alihkan kearah lain, mendengarnya Hashirama pun menoleh.

"Hum? Doushite Ino-chan?" goda Hashirama.

Pipi Ino semakin memanas, bahkan disaat ia tersipu telinganya terasa berdenging.

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu?"

Hashirama mengusap puncak kepalanya.

"Aku rasa aku sudah sembuh. Kalau bisa aku ingin segera keluar dari rumah sakit." ujar Ino.

Hashirama mengangguk.

"Baiklah, aku akan berbicara dengan ketua Tim medis yang merawatmu."

Ino tersenyum, "Hai. Arigatou Hashirama-sama."

"Tentu." Hashirama meraba wajahnya, hingga membuat pipi Ino kembali dijalari rona merah.

"Aku akan memerintah orang untuk datang ketumah agar segera membersihkan kamarmu."

Ino menautkan alisnya, sebelah tangannya menumpu dagunya.

"Nani? Jadi aku akan tinggal dirumah bersama dengan Mito-san?"

"Ya benar." jawab Hashirama sembari mengelus surai rambut Ino.

Ino menggumam, "Sou Desu Ka."

Ditengah-tengah ia melamun, Ino dikejutkan dengan perlakuan Hashirama yang menarik tubuhnya hingga ia kini berbaring bersama Hashirama.

Hembusan angin membuat Ino dan Hashirama sama-sama menutup mata, mereka berdua menikmati suasana damai yang tercipta lewat terpaan angin.

"Ino.."

Suara lembut Hashirama menarik Ino untuk segera membuka mata, saat membuka mata Ino terpaku dengan ekspresi hangat yang ditimbulkan Hashirama.

"Hai."

"Jangan pernah mengucapkan kata perceraian dihadapanku." ekspresi wajah Hashirama tetap sama.

Suasana kaku yang menghinggapinya kini menguar entah kemana.

"Meskipun kau tidak dapat memberikan keturunan aku akan tetap mencintaimu sampai akhir hayatku."

Degup jantung Ino memacu lebih kencang, perkataan Hashirama barusan kembali membuatnya gelisah.

"Aku... hanya takut jika klan Senju mencelaku karena tidak bisa memberikan anda keturunan. Karena anda adalah seorang pemimpin."

Ino berujar dengan tatapan cemas.

"Jangan khawatir, mereka tidak akan berani melakukan hal semacam itu padamu."

Hashirama menggenggam tangannya. Ino mengangguk pelan.

"Ayo kita kembali kerumah sakit.."

Sembari memajukan bibirnya Ino menatap Hashirama yang kini tertawa.

"Aku tidak mau. Aku ingin pulang kerumah saja."

Hashirama menyematkan senyum.

"Boleh saja, tetapi kita harus mendapat izin dari dokter."

Ino mengerucutkan bibirnya.

"Aku berjanji akan meminta dokter untuk mengizinkanmu pulang."

Ino menahan senyumnya lalu sedetik kemudian ia membenamkan wajahnya didada Hashirama.

"Benarkah?" tanya Ino.

Hashirama mengangguk. "Percayalah."

"Arigato Hashirama-sama."

"Heh? Sama?" Hashirama menginterupsi kalimatnya.

Pipi Ino kembali memerah.

"Ah hentikan." protes Ino.

"Aku tidak mau memberimu izin pulang jika masih memanggilku sama."

Ino menahan malu.

"Hai Hai! A- A- nata."

Pipi Ino dijalari rona merah, Hashirama pun tertawa.

"Hyaaaa!!! Jangan menertawakanku!" jerit Ino kesal, lalu kemudian mulai beranjak.

Namun saat akan berdiri lengannya ditarik oleh Hashirama hingga membuat Ino oleng dan terjatuh diatas tubuh Hashirama.

Manik mata bergetar Ino sedang terpaku, namun berbeda dengan Hashirama yang menatapnya dengan penuh kasih.

Ino semakin terpaku ketika Hashirama mengusap pipinya.

"Jangan pernah jauh dariku."

Ino masih mematung.

"Aku tidak mau kehilangan dirimu lagi."

Hashirama mengusap anak rambutnya.

"Maukah kau berjanji?" tanya Hashirama.

Ino pun dengan susah payah mengangguk, perlakuan Hashirama padanya membuat ia tersipu malu.

oOoOo

Hashirama membuka pintu rumah, dan kemudian secara bersamaan melangkah masuk bersama Ino kedalam rumah. Seolah menunggu kedatangan mereka, Mito berdiri dengan tatapan sinis.

Melihat respon tak mengenakkan dari Mito, Ino pun menghentikan langkahnya.

"Mito ada apa?" tanya Hashirama.

Mito menatap datar Hashirama.

"Apa yang terjadi?" tanya Hashirama penasaran.

"Aku akan pulang dengan anakku ke desa Uzusio." jawab Mito dingin

"Apa? Kenapa kau tiba-tiba ingin pulang?" tanya Hashirama.

Mito melayangkan tatapan tajam.

"Berhenti bertingkah seolah kau peduli! Apa kau sadar selama ini telah mengabaikan kami? Sejak Ino kembali kau tidak pernah meluangkan waktumu bersama kami!"

Mito menarik nafasnya yang tersengal.

"Kau lebih peduli pada Ino dibandingkan dengan kami! Dimana letak keadilan untukku Hashirama?"

Lama menahan emosi akhirnya airmata Mito pun tumpah.

"Aku melakukannya karena Ino sedang sakit. Baru hari ini kondisi Ino mulai membaik." jawab Hashirama.

"Aku mengetahui kalian berdua menghabiskan malam bersama. Kau tidur ditempat lain tanpa izin dariku." ujar Mito mulai terisak.

Hashirama menatap Ino dengan tatapan iba, lalu kemudian kembali menatap Mito.

"Apa yang kulakukan itu salah? Ino adalah istriku. Dan kurasa aku bebas menentukan dengan siapa aku ingin menghabiskan waktu!" Hashirama menjawab dengan nada yang mulai meninggi.

"Sejak Ino kembali kau sudah tidak pernah memperhatikan kami! Seluruh perhatianmu beralih pada Ino!" hardik Mito.

Ino mulai terlihat tidak nyaman, merasa dirinya sebagai penyebab masalah, dengan perlahan Ino pun melangkah lalu pergi meninggalkan Hashirama dan Mito yang sedang beradu argumen.

"Ino!" panggil Hashirama, namun tidak dihiraukan oleh Ino yang kini berjalan keluar.

o

o

o

o

Disepanjang langkahnya Ino sedang berpikir keras, otaknya sedang mencerna penyebab masalah yang sedang terjadi antara Hashirama dan Mito.

Ia mengerti, karena tidak dapat mengusir dirinya secara langsung, maka Mito pun mengambil langkah untuk pulang kedesanya. Sebut saja Mito tidak mau tinggal satu rumah dengannya.

Ino tertawa dalam hati, seharusnya yang bertindak begitu adalah dirinya kan?

Karena dirinya adalah wanita pertama yang menemani Hashirama dan dirinya merupakan wanita pertama yang menginjakkan kaki dirumah tersebut.

Aneh.

Persoalan dalam hidup memang membingungkan.

Sembari menghirup nafas, Ino mengalihkan pandangannya keseluruh penjuru, hingga pandangannya terhenti pada satu sosok yang berdiri tak jauh didepannya. Disana tampak Tobirama memperhatikannya dengan wajah datar.

"Kenapa kau berjalan keluar sendirian? Bukankah kau pulang bersama kakakku?" tanya Tobirama dengan nada dingin.

Ino menelan liurnya dengan gugup, separuh ingatan ketika Tobirama menyakiti fisiknya terus berputar dikepalanya. Meski pria itu tidak bermaksud menyakitinya tetapi guncangan kecemasan karena takut pada Tobirama terus menghantuinya.

"Mito-san dan Hashirama-sama sedang bertengkar dan hal itu disebabkan karena Hashirama-sama banyak menghabiskan waktu bersamaku." jawab Ino.

"Jadi aku meninggalkan mereka." lanjut Ino.

Tobirama masih betah memasang wajah datarnya.

"Aku akan pulang kerumah orang tuaku saja." Ino kemudian melangkah.

Namun ketika akan melewati Tobirama, Ino dengan terpaksa menghentikan langkahnya ketika dihadang oleh Tobirama.

"Tunggu." interupsi Tobirama.

Ino menelan ludahnya lalu dengan kaku menatap Tobirama.

"A- Ada apa Tobirama-san?" tanya Ino cemas.

"Ikutlah denganku sebentar" ujar Tobirama dengan nada datar.

Ino seketika mematung, jujur saja ia mulai takut. Rangkaian peristiwa ketika Tobirama mengancamnya dan bahkan mengangkat tangan padanya dulu semakin memenuhi kepalanya.

Ia rasa ia tidak mampu menahan sakit apabila Tobirama bermaksud menyakiti fisiknya lagi.

"Ayo" Tobirama menginterupsi lamunannya.

Dengan mimik wajah takut Ino pun dengan pasrah mengikuti langkah Tobirama.

TBC

Hello guys ternyata masih ada yg baca fict ini yah?

gue kirain pada gada loh guys.

karena alur, bg n couple pada crack semua.

Btw, Terima kasih udah nungguin fanfiction gila ini.

buat yg ga suka/haters, ga usah baca ya. karena serius deh fict ini bakalan bikin lu pada sakit perut, mual muntah oke.

so buat yg nungguin hope you like it guys!