18. api panas
Adalah suatu dusta apabila Tsukimori berkata bahwa dirinya tak mengetahui tentang para lelaki yang mengelilingi Hino.
Tsukimori mengerti bahwa Hino bagaikan mentari pagi yang indah. Bersinar terang dan menghadiahkan cahaya abadinya tanpa sungkan kepada planet-planet yang mengitarinya. Keberadaannya yang menghidupkan suasana, menarik planet-planet tersebut untuk mendekat yang berputar di sekelilingnya; selama Hino ada di suatu tempat, menebarkan pesonanya yang tak tertandingi, mereka pasti ada di dekat perempuan itu.
Ada api panas yang membara di hati Tsukimori dan biasanya itu terkait dengan ambisinya menjadi solois biola handal. Ketika dirinya mendengarkan suatu konser yang menggugah hati, api panas itu akan tersulut dan dirinya akan menyibukkan diri memikirkan mengapa konser tersebut bisa menyentuh hatinya. Ketika dirinya kesulitan menata fingering pada suatu piece yang sedang ditekuni, api panas itu kembali tersulut dan dirinya akan mencari referensi untuk mengatasi itu. Yang terkait dengan musik dan biola, titik api yang tersulut oleh kedua hal tersebut selalu mampu pemuda itu tangani.
Akan tetapi, entah mengapa dia kesulitan mengatasi api ini. Ya, api panas yang dinyalakan ketika sepasang matanya menangkap senyum lebar Hino kepada Tsuchiura yang sedang memberi perempuan itu perhatian. Atau ketika dirinya melihat Hihara datang dengan sebaki penuh dengan roti kantin dan menghadiahkannya khusus bagi Hino. Atau ketika dirinya menangkap senyum elegan Yunoki, berpadu dengan tatapan intens, tatkala sang senior bertegur sapa dengan Hino. Atau ketika dirinya melihat bagaimana Shimizu dengan santainya memakai paha Hino sebagai bantal tidur siang.
Bibirnya selalu menipis karena panas hati yang ditanggungnya dan Tsukimori selalu pergi dari tempat awal ia terpaku di tempat. Membuang muka dan memalingkan badan dengan raut muka yang semakin dingin. Ya, semakin besar cemburu yang tumbuh di hati, semakin dingin wajah yang ia tampilkan di luar.
Begitulah satu-satunya cara yang Tsukimori tahu untuk mengatasi api panas yang selalu terpancing membara di hati, jika pelaku penyulutnya adalah Hino dan interaksinya dengan lelaki selain dirinya.
Tsukimori ingin menghardik semua lelaki yang mengerubungi Hino agar tidak terlalu sering mendekati Hino. Lebih baik kalau tidak berinteraksi sama sekali. Ingin sekali Tsukimori lanjut menegur keras Hino untuk tidak membuang waktunya yang berharga dengan meladeni setiap lelaki yang mendekatinya. Lebih baik digunakan untuk les biola bersama Tsukimori.
Seandainya Tsukimori bisa setegas itu mengklaim Hino sebagai miliknya.
