Fanfic ini didedikasikan untuk diriku sendiri yang keahuasan akan kehadiran Madara. Entah kenapa dimataku dia keren sekali. Dan dicari cari sulit sekali menemukan fanfic MadaHina.


OOC, AU. Teks suka suka sy.

Meskipun skrg sgt sedikit sekali penikmat Fanfic tapi yaudahlah.


.

.

Madara Uchiha.

Harta berlimpah. Tampang jangan ditanya. Usia apalagi.

Hadeh..

"Hahh..!!" Laki laki berambut hitam itu kini mengehembuskan nafasnya kasar.

Kali ini ia sungguh gusar.

Jangat tanya alasan kenapa ia begitu gelisah saat ini.

Ini jelas bukan yang pertama ia dibuat seperti ini oleh pikirannya sendiri.

Alasan nya hanya satu. Kesepian.

Oh ayolah jangan pernah sekali kali kalian berpikir seorang uchiha itu seorang jomblo ngenes.

Semua orang tentu tau jika seluruh Uchiha adalah pemain handal dengan tampang maha karya tuhan yang entah mengapa turun temurun dikalangan mereka.

Tentu saja dia pencicip para betina.

Dan Madara tentu tidak kekurangan kaum hawa jika hanya untuk mencari pasangannya, jelas mereka akan rela mengantre ratusan tahun untuk mendapatkan gelar spesial itu.

Tapi masalahnya kini Madara justru terjebak dengan gadis yang bahkan sangat ilfeel dengan keberadaan nya.

Gadis itu bahkan akan langsung kabur hanya karena mendengar seseorang membicarakan namanya didekatnya.

Belum juga didatangi dia sudah lari. Belum juga bertemu dia sudah menghilang.

Heh, lelah sekali rasanya. Jadi begini ya rasanya mengejar seseorang. Dalam hidupnya Madara tidak pernah se-menderita begini hanya karena menginginkan seseorang.

Dulu ia tidak pernah percaya akan kutukan para Uchiha yang mengatakan jika para Uchiha gemar bermain cinta maka akan mendapat balasan dari seseorang yang mereka inginkan.

Well, selama ini tentu ia hanya memacari wanita yang dia inginkan. Dan semuanya aman aman saja. Tak pernah terjadi apapun.

Jangan salahkan dirinya. Ia hanya menikmati dan memanfaatkan anugrah dari tuhan saja. Kelebihan yang super wah tentu saja tidak cukup hanya dengan rasa syukur. Menyia nyiakan nya hanya akan membuat nya mubazir.

Dan sekarang ia paham kenapa Itachi tidak pernah mau berurusan dengan wanita jika dia belum berniat serius.

Sayangnya Madara terlambat menyesal. Dan mungkin tuhan sedang membalas dosanya dahulu.

Persetan.

Kenapa harus sekarang disaat dia sudah serius.

Entah sudah keberapa ratus kali ia mencoba menjerat gadis nya namun selalu saja gadis itu membangkang. Apakah ia harus bertindak kasar dan memaksanya?

Jelas itu hanya akan membuat gadis nya mungkin bunuh diri dihadapan nya.

Hell, ayolah jangan berlebihan. Kemana perginya Madara yang bisa membuat para wanita menggelepar.

Sialan. Bahkan untuk mengendalikan seekor gadis saja ia tidak mampu. Jelas gadis ini satu dari seribu gadis lain yang berbeda. Ini bukan kali pertama ia menaklukan seseorang yang tidak menyukai nya. Tapi tidak selama ini. Dan ini yang paling sulit.

Rekor baru dan satu satunya.

Madara tidak kuasa mengatur yang ini.

Salahkan ia yang memaksa-nya terikat dengan menyuap orang tua gadis itu menggunakan fasilitas kaum Uchiha yang mumpuni.

Jangankan rakyat miskin. Orang kaya sekalipun akan selalu berusaha mendekatinya. Dan ia menjadikan hal itu point utama untuk mendapatkan gadisnya.

Memang sih awalnya ia hanya tertarik. Lalu lama lama ia mulai tertantang. Setelah itu ia mulai berusaha. Lalu seperti seseorang yang terlalu mendambakan sesuatu. Semakin lama semakin menjadi.

Ia memuja dan memimpikan nya.

Dan kini ia sudah jera.

Madara butuh gadis itu.

Segera. Atau dia akan gila.

Madara tak mau terkena penyakit kelamin karena terus terusan menyalurkan hasratnya pada wanita lain.

Mengusap wajahnya gusar. Pria itu tanpa berpikir panjang langsung menyambar jasnya dan pergi ke tempat dimana gadisnya berada.

'Sembunyi dimanapun kau takan pernah lepas dariku Hyuuga!"


Cikini ke Gondangdia Kujadi begini gara-gara dia.

Cikampek, Tasikmalaya

Hatiku capek bila kau tak setia'

'Jakarta ke Jayapura

Jangan cinta kalau cuma pura-pura

Madura sampai Papua

Jangan kau kira ku tak bisa mendua'


.

.

Hinata menatap pantulan dirinya dicermin.

Gaun merah minim yang dapat memperlihatkan lekuk tubuhnya kini telah sukses membalutnya dengan cantik. Tidak lupa ia pun mengenakan hak tinggi untuk menambah kesan dewasa untuk dirinya.

Terkakhir ia mengoleskan seulas lipstik merah di bibirnya.

"Sempurna." Itulah kata yang tepat untuknya kini.

Jelas ia tau ini terlalu berani, tapi ia tak peduli.

Sudah lelah berdebat dan terus berlari. Hinata kini mau memberanikan dirinya untuk meladeni permainan Madara Uchiha. Dan jelas ia akan memenangkan permainan ini.

Ia tidak ingin mengerti perasaan pria itu. Jelas yang ada dipikiran pria itu pasti hanyalah nafsu.

Nafsu berburu.

Dan Hinata tidak ingin menjadi salah satu koleksi mainan Madara Uchiha.

Tak peduli seberapa keras pria itu berusaha. Ia tetap tak akan lemah.

Well, sekalipun ia tahu seorang Uchiha tidak akan bermain sampai mengikat seseorang dalam sebuah hubungan pertunangan.

Tapi hey! Siapa tau ini trik barunya.

Jelas pria itu bisa melakukan segala hal yang ia inginkan. Dan Hinata tidak mau pikirannya itu menjadi kenyataan.

"Cih!" rasanya ia ingin muntah ketika secara kebetulan kemarin dengan terang terangan ia melihat pria itu dibar dikelilingi banyak betina.

"Dia pikir dia bisa seenaknya bermain-main denganku."

Seharusnya jika sudah tidak berminat. Tidak seharusnya ia melakukan itu didepanku.

Lepaskan aku kan bisa.

Tidak mau berkutat lama-lama dengan pikirannya sendiri. Hinata akhirnya memilih menyusul teman temannya yang sudah duluan pergi.

Ia harus bersenang senang malam ini.

Peduli setan jika pria itu akan muncul dengan tiba-tiba nanti.


Kediaman Uzumaki


Madara. Mengetuk pintu dengan tidak sabaran. Ia sudah tau jika Hinata tinggal bersama Uzumaki. Ini bukan kali pertamanya gadis itu pergi dari kediamannya hanya karena menghindar dari dirinya.

Namun kini jelas Madara tidak mau tinggal diam.

Setelah lama menggedor pintu akhirnya keluar juga seseorang dari dalam.

Dan betapa terkejutnya dia.

Seorang lelaki?

"Bukankah ini rumah Karin Uzumaki?"

Itulah kata kata yang otomatis keluar dari mulutnya.

Si pemuda berambut kuning jelas keheranan.

"Aku Naruto Uzumaki pemilik rumah ini. Karin sepupuku."

Shit. Beraninya.

Tanpa banyak bicara Madara langsung menarik kerah baju Naruto dan menatapnya tajam.

"Dimana Hinata" dengan rahang mengeras ia berbicara.

"T-Tunggu dulu. A-Aduh.." Naruto ketakutan. Masa baru buka pintu langsung mau dihajar saja.

"I-Ino.. Dia pergi dengan Ino"

"Kau! Siapa nya Hinata!" Madara melepaskan cengkraman nya dan mendorong Naruto masih dengan amarah.

"Tenanglah.. A-Aku hanya mampir disini. Jika itu yang kau maksud." Naruto paham betul tatapan maut yang orang didepan nya ini berikan. Jelas itu tatapan memburu yang penuh amarah dari seorang laki laki yang cemburu.

"Beritahu aku dimana dia sekarang"

"Dia pergi ke Klub."

Ck. Gadis sialan.

Apa gadis itu mencari gara gara denganya.

Dengan cepat Madara pergi tanpa permisi tidak lupa dengan meninggalkan tatapan death glare miliknya kepada Naruto yang meremang ketakutan.

Ia menelepon bawahan nya untuk mengecek semua Klub yang ada di Tokyo.

Ia pun harus segera menyusul.


CLUB


"Ayolah Hinata menyerah saja. Kalau aku jadi kau aku akan berhambur kepelukannya"

Hinata mendengus mendengar penuturan sahabat pirangnya.

Enak saja.

"Dia bukan tipeku"

"Apalagi yang kurang semuanya sudah ada padanya"

"Oh ya. Jangan lupakan kalau dia itu tua bangka!" celetukannya membuat Ino tertawa.

"Ya ampun astaga Hinata. Buka matamu itu. Dia sangat seksi"

Hinata tidak habis pikir dengan pikiran Ino.

Meskipun dalam hati ia mengakui jika kata kata sahabatnya itu memang fakta.

"30 tahun itu masih muda sayang." Ino mengerling. Ingin sekali ia menggatikan posisinya dengan Hinata.

Dan Hinata tidak mau ambil pusing. Ia disini bukan untuk membicarakan pria brengsek itu.

Hinata pergi meninggalkan Ino dan berjalan menuju lantai dansa.

Jelas sekali kedatangan nya menjadi santapan mata para pria hidung belang.

Dan Hinata suka itu.

Disisi lain Madara kini tengah geram. Ia menutup pintu mobilnya dengan kasar. Setelah menunggu 20 menit akhirnya ia menemukan keberadaan Hinata.

Tanpa menunggu lama ia masuk. Matanya langsung menelusuri seluruh celah area Klub.

Auranya dingin dan penuh tekanan.

Kehadirannya jelas menjadi pusat perhatian. Siapa yang tidak ingin mengenal Uchiha Madara Konglomerat tampan yang suka bermain wanita. Jelas semua wanita mencari celah untuk bisa mendekatinya.

Namun sia sia.

Madara kini bukan lagi Madara yang dulu. Ia disini bukan untuk bersenang-senang.

Dengan tatapan setajam elang. Akhirnya Madara menemukan Hinata.

"Sialan."

Hinata tau daritadi sudah ada mata yang selalu mengawasi nya dalam 3 tahun terkahir. Dan ia dengan sengaja menjadi semakin binal untuk membuat pria itu marah.

Ia ingin tau apakah kemarahan pria itu akan menyakitinya.

Salah siapa bermain wanita dibelakang ku terus terusan. Dia pikir dia bisa seenaknya.

Meskipun Hinata baru tau kemarin. Tapi iya yakin Madara pasti selalu melakukan itu di belakang nya. Dan hal itu yang telah sukses membuat dirinya ragu akan pengakuan seorang Madara.

Ayolah siapa yang akan kuat terus dibombardir cinta.

Hinata jelas telah jatuh juga dalam perangkap seorang Madara. Namun ia tidak ingin membiarkan laki laki itu menang sendiri. Biarkan ia menderita dan kepayahan.

Tapi apa-apaan itu!

Kenapa pria itu masih bebas bergonta ganti betina bahkan tanpa persetujuan dirinya! Dia menganggap apa dirinya selama ini.

Bajingan.

Hinata membiarkan seseorang memeluknya. Dan ia menyeringai tidak sabar melihat reaksi Madara.

Dan benar saja. Beberapa menit setelah itu ia bisa merasakan tarikan yang begitu kuat menyentak tubuhnya.

Madara menarik tubuh Hinata kepadanya.

"Berani sekali kau gadis nakal."

Untuk sepersekian detik kepala Hinata terasa pusing karena benturan yang membuatnya terhuyung.

Madara Uchiha kini berada didepannya. Menjulang tinggi dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ada kilatan amarah dan juga sedikit kabut didalam iris matanya. Entahlah Hinata justru merasa bangga saat Madara menelusuri seluruh jengkal tubuhnya dengan tatapannya itu.

"Apa-apaan maksdumu ini hn?!" Dengan gerakan yang tidak bisa diperkirakan Madara menutupi tubuh Hinata dengan jas yang dipakai nya. Dan tidak lupa ia menarik ikat rambut yang mengikat rambut Indigo gadis itu.

Ayolah harapan nya Hinata melihat aksi baku hantam ternyata tidak berhasil.

Kenapa malah ia yang ditarik bukannya pukuli saja laki laki yang memeluknya tadi.

Huh tidak seru.

"Lepaskan aku." Dengan tatapan kebencian Hinata berusaha menarik tangannya.

Tapi justru ia malah diseret keluar dari tempat ini.

Tanpa mengindahkan berontakan Hinata Madara terus saja membawa gadis itu berjalan dengan cepat.

"Lepaskan aku kubilang!" Bukannya melepaskan justru Madara malah menguatkan cengkraman tangannya ketika sekali lagi Hinata meminta.

"Kau menyakitiku" barulah setelah mendengar itu Madara melepaskannya secara langsung.

Dapat ia lihat lingkar kemerahan bekas cengkraman nya dilengan putih Hinata membekas untuk beberapa saat.

"Kau sengaja mengundangku heh" bukannya meminta maaf justru kata kata itulah yang kini Madara ucapkan. Membuat Hinata menatapnya nyalang.

"Ck! Kau yang datang sendiri!"

"Harusnya kau tau. Kau ada dalam pengawasan siapa"

"Apakah aku tidak boleh bersenang-senang!"

"Tidak dengan cara seperti ini."

"Kenapa tidak! Sementara kau.." Madara terkejut saat mendapati tatapan terluka tersirat dalam iris mata Hinata.

Ini baru. Untuk pertama kalinya ia melihat Hinata menatapnya seperti ini. Seolah olah dirinya telah melukai perasaan gadis itu.

"Apa maksudmu." Dia tidak ingin tahu. Hanya saja ini berbeda dari biasanya. Seharusnya ia yang terluka di sini.

"Jangan pura-pura brengsek!"

Pura-pura?

Hinata mendorong tubuh tegap Madara dan bersiap pergi. Namun tidak berhasil karena Madara tidak membiarkan itu terjadi.

"Jelaskan." Pintanya.

"Ck sudahlah! Aku muak denganmu Uchiha."

"Jelaskan padaku."

"Tolong hentikan ini.." permohonan yang paling sia sia.

Kini hatinya Madara mencelos. Ini yang paling menyakitkan karena bisa melihat dengan langsung tatapan mata yang berkaca seolah gadis itu tertekan dan tersiksa dengan keberadaan dirinya.

Ingin sekali ia membentak dan berteriak didepan Hinata.

Dan membuatnya mengerti bahwa ia tidak bisa melepaskan Hinata.

"Kau jahat." Hinata memukul dada bidang Madara.

Dan kali ini membuat Madara bergeming.

"Bukankah kau yang jahat padaku."

"Kau yang jahat!" Hinata membiarkan Madara mengangkat wajahnya yang memerah dan berair.

"Bagaimana aku bersikap jahat sementara aku menginginkanmu" Diusapnya air yang menggenang dipelupuk mata Hinata. Dan dikecupnya sekali bibir mungil Hinata.

"Katakan. Kenapa kau anggap aku jahat.."

Hinata mengeratkan pegangannya di pakaian yang Madara kenakan.

Ia malu untuk menjelaskan pada Madara jika dirinya melihat Madara bersama wanita lain kemarin malam.

Tapi Hatinya yang kesal menghianatinya.

"Ku pikir aku spesial. Tapi ternyata aku salah."

Jawaban Hinata membuat Madara terenyuh.

"Bagaimana bisa."

Bagaimana bisa gadis ini masih mempertanyakan nya setelah semua yang ia lakukan.

Jelas sekali Hinata menghindari tatapan matanya. Gadis itu menolak untuk saling bertatapan.

"Lepaskan saja aku.." lirihnya. Dan itu membuat Madara geram.

"Kenapa kau tidak mengerti Hinata!"

"Kau yang tidak mengerti!! Kenapa kau lakukan ini padaku."

Madara merangkum wajah Hinata dan menyelam membaca jendela mata gadis itu. Ia tidak mengerti pembicaraan ini. Bukannya ia bodoh hanya saja ini terlalu janggal.

"Kau pasti melakukan ini kepada wanita lain." Hinata memberenggut. Dan membuat Madara tertegun.

Jadi itu alasannya.

Rasanya seperti seolah bunga bermekaran begitu saja dalam dadanya. Madara kini mengerti. Ia sudah berhasil.

Dikecupnya sekali bibir mungil Hinata dan membuat gadis itu kembali terkejut.

Dan rasanya desiran itu semakin menjadi dihati Madara. Ini pertama kalinya gadis itu tidak menghindar. Dan tampak terpana.

Oh!! Hatinya sungguh sangat bahagia kini.

"Maafkan aku. Aku terpaksa."

Sekali lagi. Hinata memukul keras Madara. Dan mendorong pria itu menjauh.

"Dasar brengsek!"

"Kau harus tau." Madara menggenggam kedua jemari Hinata dan mengecupnya.

"Kau bajingan!"

"Aku berjanji. Kau adalah satu-satunya."

"Bukannya kau kemarin bercinta dengan banyak wanita"

Terkekeh senang.

"Kau harus tau sayang. Aku menginginkan mu. Dan aku butuh pengalihan."

Madara tak bisa mengendalikan dirinya lagi. Ia sudah terlalu lama menunggu. Dan ia tidak peduli lagi kini. Karena gadisnya tengah cemburu itu artinya kini ia bebas melakukan apa saja.

Dengan cepat Ia menggendong Hinata dipunggungnya dan membuat gadis itu berteriak.

"Hey!! Kau tidak bisa melakukan ini padaku! Lepaskan aku!"

"Diam kau gadis nakal" Ia memukul pantat Hinata dengan gemas. Sebelum memasukan gadis itu secara paksa kedalam mobilnya.

"Jadilah gadis yang baik untuk kali ini ya sayang."

Kini Hinata juga tahu jika Madara benar benar terpincut oleh dirinya.

Saat pria itu memasangkan tali pengamannya Hinata menatap pria itu tanpa berkedip.

Benar kata Ino. Kemana saja ia selama ini.

Ternyata Madara benar-benar tampan.

Hinata dengan berani menarik wajah Madara dan mencium bibirnya lama.

Hal itu membuat gelora Madara semakin bergemuruh.

"Jangan coba-coba menggodaku." Suaranya berat sarat akan hasrat. Nafasnya terengah.

Rasanya seolah tembok nya runtuh seketika.

Madara sudah tidak tahan lagi.

"Kuhabisi kau nanti" Matanya penuh dengan kabut gairah.

Bisikan itu malah dibalas dengan kecupan oleh Hinata.

"Oh ya, Aku tidak akan membiarkan mu Uchiha"

"Jangan menyiksaku lebih lama lagi. Besok kita harus menikah!"

Oh ampun kalian berkhayal saja sendiri.

Betapa indahnya dua sejoli yang dimabuk cinta.