Rumah mewah 3 lantai itu, penuh dengan dekorasi mewah meriah. Begitu juga para tamu undangan yang mulai berdatangan di sambut oleh pelayan-pelayan. Begitu juga dengan Asa yang terlihat cantik dengan gaun putihnya aksesoris mewah sedang berkumpul dengan tamu- tamu wanita kalangan atas. Senyumnya terlihat sumringah jika mengingat sebentar lagi ia akan resmi menjadi pewaris semua harta keluarga Hayawakawa. Pamannya itu juga bersedang gurau dengan beberapa kolega bisnisnya. Yah, walaupun panggilan paman juga terdengar aneh karena pada dasarnya Asa sebenarnya anak dari selingkuhan pria tua itu.

"Hei..Asa, dari tadi aku belum melihat Reze?tumben sekali biasanya saudaramu itu paling heboh kalau kalian mengadakan pesta" tanya wanita yang juga teman baik dari kedua wanita itu. Asa menyeringai kecil kalau mengingat saudara yang memuakkannya itu sedang sekarat di lantai kamar mandi.

"ah..Reze sedang tidak enak badan, ia ingin istirahat dulu di kamarnya" jawab Asa lembut tanpa rasa bersalah. Benar-benar acting yang meyakinkan dari wanita sekeji dirinya. Asa melihat-lihat sekitarnya matanya bergetar saat melihat sesosok bayangan di balik jendela, sosok itu sangat mirip dengan Yoshida. Tidak mungkin, ia yakin sekali Reze yang dulu sempat membunuh lelaki itu 2 tahun lalu. Asa menggelengkan kepalanya sebelum sosok itu menghilang lagi.

"Ah.. sepertinya aku sedikit lelah mulai membayangkan sesuatu yang aneh" gunggamnya, sebelum meninggalkan ruangan pesta menuju kamarnya untuk beristirahat sebentar.

*

Denji mentap langit-langit basement dengan pandangan kosong, dirinya sudah di ikat di kurung tanpa di beri makan atau minum selama 2 hari. Rasa sakit dingin sudah menghilang dari tubuhnya, lebih tepatnya tidak bisa ia rasakan lagi. Samar suara riang tawa terdengar dari atas,tentu saja ayahnya itu sedang berpesta merayakan kemenangan dirinya setelah memaksa Denji menandatangani warisan dari ibunya. Setelah ini Denji yakin ayahnya akan membunuh membuang mayatnya di hutan belakang. Seperti mayat ibunya yang di biarkan begitu saja di hutan setelah berhasil bunuh diri. Tapi setidaknya setelah ini semua penderitaannya selesai ia bisa bertemu kembali dengan kekasihnya, Yoshida.

"Den..Denji.." lirihan samar terdengar dari balik jendela kecil di basement. Seketika seluruh tubuh Denji terasa merinding rasa takut mulai menguasai dirinya. tok..tok.. suara ketukan jendela terus terdengar begitu juga lirihan yang memanggil namanya. Denji menutup matanya erat, berharap sosok yang memanggilnya itu pergi. Hingga beberapa saat hening kembali, Denji mulai membuka matanya sedikit demi sedikit. Lalu melihat sekeliling yang masih tampak sama tanpa ada hal yang aneh, namun ikatan di tangan kakinya terbuka begitu saja.

AAAAHHH!!!

Teriakan kencang dari atas mengagetkannya. Setelah teriakan dari Asa menggema, di susul beberapa terikan juga langkah kaki yang terburu-buru hingga suara barang-barang pecah berjatuhan. Denji menyeret kakinya untuk keluar dari basement, melihat di ujung lorong tampak sesosok bintang buas seperti serigala besar dengan taring panjang hingga ke lantai bermumur darah, sehabis mencabik kepala seorang pria yang tubuhnya tergeletak tak bernyawa di depan kaki Denji.Badan Denji terasa kaku saat melihat pandangan horror di depan matanya, otaknya seakan berteriak untuk lari tapi kakinya terasa kaku. Mahluk buas itu perlahan-lahan mendekati Denji, masih dengan sisa kepala korbannya tertancap di taringnya. Denji memejamkan matanya erat, seakan bersiap kalau saja hewan buas itu menyerang tetapi raungan nyaring mengerikan terdengar membuat hewan buas itu berlari menembus jendela yang pecah. Denji perlahan-lahan membuka matanya masih dengan kengerian berusaha untuk lari dari lorong tersebut mencari jalan keluar. Di sekitar rumah tampak mayat-mayat bergelimpangan, mereka di cabik oleh hewan buas teriakan-teriakan juga masih terdengar dari ruang lobby utama. Denji berusaha berlari sekuat tenaga, mengabaikan pemandangan horror yang ada di sekitarnya, namun selama apapun Denji lari rasanya ia tidak menemukan jalan keluar, seolah-olah ia terus berputar-putar sekitar rumah besar itu, begitupun orang-orang yang tersisa, mereka berlari namun seolah pintu keluar semakin jauh, beberapa ada yang nekat keluar lewat jendela dan langsung di cabik oleh hewan buas di luar hutan. Di tengah ketakutannya, Denji tersandung oleh se sosok mayat yg setelah di perhatikan ternyata itu adalah Asa, wanita itu terkapar tak berdaya dengan sebelah mukanya sudah tak berbentuk terus mengucurkan darah segar yang membasahi gaun putihnya, dan badannya dari pinggang ke bawah sudah tercabik meninggalkan organ ususnya yang berhamburan keluar. Denji menutup mulutnya berusaha untuk tidak berteriak keras, ia memang membenci saudaranya itu tapi begitu melihat mayat Asa, rasa takut sedih menigkat di pikiran Denji. Baru saja ia ingin berdiri kembali berlari namun sosok bayangan besar mulai menghampirinya, beserta langkah kaki berat seolah olah binatang sebesar beruang tepat di belakangnya.

"Den...ji..." suara geraman rendah memanggil namanya keluar dari sosok monster itu. Bulu kunduk Denji terasa meremang, ia tidak berani menoleh kepada sosok itu. Sosok itu makin mendekat, bersamaan dengan nafas Denji yang memburu, sepertinya ini akan menjadi akhir dari hidupnya. "De..nji" monster itu kembali menggeram rendah, kini kuku-kuku panjangnya mencoba menggapai Denji. Denji menutup matanya rapat begitu tangan monster itu menggapai lehernya, sensasi dingin bau tanah menyeruak di indra Denji. Tangan yang besar dan kasar itu menarik Denji untuk menghadap sosoknya dan menciumi bau Denji sengan hidung yang mirip binatang serigala. Air mata Denji meleleh tak terkontrol, rasa takutnya ada pada tahap tertinggi saat ini. Terlebih sosok itu terus menyentuh dan mencium seluruh tubuh Denji, seolah sedang mencari sesuatu dari Denji.Denji membuka matanya perlahan-lahan dan sosok di depannya terlihat mengerikan. Fitur muka yang seperti perpaduan antara kambing dan berungan, bertanduk panjang dengan badan yang besarnya 4 kali lipat dari Denji, taring dan kuku-kuku panjangnya terpampang amat jelas, namun ada sesuatu yang seakan familiar ketika Denji menatap mata sosok itu. Sorot mata mahluk itu juga terlihat sedih, seolah penolakan dari Denji membuatnya terluka. Entah karena terhipnotis oleh matanya, Denji mencoba menyentuh wajah dari mahluk buas itu dan herannya mahluk itu tidak menampakkan sisi agresif dan menyeramkannya kepada Denji. Sorot mata itu kembawa Denji kembali kepada kenangan bersama kekasihnya Yoshida. Terutama saat kencan terakhir mereka di bawah sinar bulan purnama. Tetapi teriakan kencang dari seorang wanita yang berpas-pasan dengan mereka menyadarkan Denji, belum sempat ia berteriak untuk menyuruh wanita itu lari, Monster itu sudah melompat dan mencabik -cabik wanita malang itu hingga tidak berbentuk. Bunyi patahan tulang terasa begitu ngilu di telinga Denji.

*

"Den...Ji.." lirihan dari monster mengerikan itu menyadarkan Denji dari lamunannya tentang masa lalu. Denji memundurkan tubuhnya dari mahluk itu. Mendekap badannya sendiri dengan takut, sepertinya monster itu akan mencabiknya hingga mati, namun sesuatu yang keras menyentuh tangan Denji, yang ternyata adalah sebalok kayu yang cukup tebal. Tanpa pikir panjang Denji mengambil balok kayu tersebut dan mengayunkannya hingga mengenai bagian kepala monster itu. Monster itu terlihat sedikit terluka dan meraung keras, membuat seluruh bangunan bergetar karena lolongannya. Denji semakin takut, namun ia juga heran mengapa mahkluk itu terlihat sedih. Setelah beberapa saat lolongannya hilang dan mahluk itu pergi begitu saja meninggalkan Denji, bersamaan dengan matahari yang mulai terbit. Tubuh Denji terasa sangat sakit dan lelah, jantung serta nafasnya juga tidak berhenti berdetak kencang hingga matanya gelap dan tubuhnya limbung tak sadarkan diri.

tbc