CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA
.
.
.
SLAP!
"APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN, ANAK BODOH!"
SLAP!
"SEKARANG KAU SUDAH MENGHANCURKAN REPUTASIMU SENDIRI!?"
SLAP!
"DAN TIDAK CUKUP SAMPAI DI SITU, KAU BAHKAN MENYERETKU DALAM MASALAHMU!?"
Naruto bergeming, bahkan jika dia menerima tamparan dari ayahnya sendiri dia tidak mengeluarkan argumen apapun. Ketika dia melirik, Gilgamesh akan menamparnya untuk keempat kali. Naruto hanya menutup matanya dan menunggu.
Dia akan menerima semua kemarahan Gilgamesh untuk malam ini, dia tidak akan lari dan menghadapi ayahnya sendiri.
"sheesh!"
Gilgamesh menggertakkan giginya marah dan kembali menurunkan tangannya ketika melihat ekspresi wajah Naruto yang hanya terdiam menunggu pukulan lagi
"Kenapa kau melakukan itu?!" Gilgamesh beralih untuk menanyakan alasannya, alih-alih memukulnya.
Kekerasan hanya berujung buruk dan Gilgamesh tidak ingin semakin memperburuk keadaan.
Naruto benar-benar nekat membocorkan rahasia yang selama ini Gilgamesh jaga dengan rapat tapi dengan mudahnya dia membocorkannya.
Naruto memalingkan wajahnya, tidak ingin menatap mata Gilgamesh. Bibirnya tersenyum tipis.
"aku sudah mengatakan berulangkali padamu, aku ingin jadi ayah yang baik dan aku tidak peduli dengan reputasi dan semacamnya. aku lebih senang mengakui anak-anakku" Naruto mengatakannya dengan pelan meski terlampir kebanggaan dalam dirinya seolah-olah dia melakukan hal benar.
Untuk kali ini Gilgamesh tidak bisa menahan amarahnya.
Kali ini Gilgamesh meninju keras wajah Naruto hingga meninggalkan darah di wajahnya dan terjerembab di lantai apartemennya.
"APA YANG KAU LAKUKAN JUSTRU MEMBUAT ANAK-ANAKMU DALAM BAHAYA, BODOH!"
Gilgamesh berteriak di depan wajah Naruto. Dia menarik kerah baju Naruto dan mencengkramnya begitu kuat hingga hampir mencekiknya.
"apa-"
"KETIKA AKU MENGATAKAN ITU MEMPERBURUK REPUTASIMU, MAKA YANG JAUH LEBIH BURUK YANG MENERIMA SEMUANYA ADALAH ANAK-ANAKMU!"
Wajah Naruto terdiam sambil memegangi pipinya. Dia terlihat bingung dengan maksud Gilgamesh. Dia merangkak mendekati ayahnya.
"tch, Sialan! reputasimu hanya salah satu dari konsekuensi yang kau terima! bukan seluruhnya, bodoh! kapan kau berpikir dewasa dan menentukan baik-buruknya untuk dirimu sendiri!"
Gilgamesh tidak bisa bersikap tenang, jauh dalam sikapnya mengancam Naruto sebelum berbuat agar bisa mencegaj putranya tidak mengambil keputusan yang akan membuatnya menyesal di kemudian hari tapi sayangnya Naruto sama sekali tidak pernah bisa memikirkannya sampai sana.
"apa maksudmu, Gil?" dengan wajah memar dan dengan tubuh sedikit gemetar, Naruto memberanikan diri untuk bertanya.
Gilgamesh berdecak kesal, tangannya memijat keningnya yang terasa pening. Dia menatap Naruto melalui ujung matanya, menandakan dia benar-benar dalam kondisi marah.
"kenapa kau bertanya sekarang, anak bodoh!"
Gilgamesh mengusap wajahnya frustasi.
"Perlu kamu tau, apa yang kau lakukan sekarang memiliki resiko lebih buruk, terutama kepada anak-anakmu" Gilgamesh berusaha menenangkan dirinya sendiri, dia menatap Naruto dengan penuh makna. "kau sangat naif jika ini bisa berakhir dengan damai"
Naruto terdiam dengan wajah shock. Matanya terlihat kosong.
"Yang perlu kau tau, kau harus bersiap dengan segala kemungkinan!" Gilgamesh menekankan katanya.
Ketika Naruto menatap Gilgamesh sekali lagi, dia tau ayahnya tidak berbohong dan apa yang akan dikatakannya akan benar-benar terjadi.
Apa yang kulakukan! Naruto berteriak dalam hati.
Terkadang penyesalan selalu berada di akhir.
.
.
-o0o-
.
.
Aqua sudah menduga bahwa Ruby tidak akan diam saja ketika tau bahwa Naruto sedang dihujat di seluruh jejaring sosial.
"tau apa kau soal papa! dia adalah orang paling baik di dunia adalah papaku!" Ruby meneriaki ponselnya dan menuliskan dengan penuh emosi ketika membaca komentar-komentar buruk mengenai sang ayah.
Bagi Ruby, mereka hanya merasa iri dengan Naruto dan tidak mengenal sebagaimana dia mengenal ayahnya.
Ketika seseorang mengutuk dan menghina Naruto dengan buruk membuat Ruby menjadi marah.
Ruby tidak akan berhenti sampai dia bisa membalas orang-orang yang membicarakan ayahnya begitu buruk.
Ruby akui perbuatan Naruto memang buruk tapi dibalik itu semua. Tapi Naruto tetaplah papa-nya.
Papa-nya bukanlah orang yang pemarah, dia selalu bersikap lembut dan sangat memanjakannya membuatnya terus bergantung padanya. Naruto tidak pernah sekalipun berteriak atau berlaku kasar padanya.
Yang terpenting Naruto menyayangi dia, saudara kembar dan ibunya. Dan dia juga bertanggungjawab penuh atas keluarganya.
Naruto adalah gambaran ayah yang penyayang yang Ruby inginkan sejak kehidupan awalnya.
"kurasa kau tidak perlu mengeluarkan tenagamu terlalu banyak, mereka tidak akan mengerti" Aqua memutuskan turun tangan menenangkan Ruby yang begitu emosional.
Ruby berbalik cepat dan menatap saudara dengan emosi menggebu-gebu.
"aku tidak boleh membiarkan orang lain menghina papa"
Aqua berkeringat jatuh, sebelum dia menghela nafas pelan.
"bukankah ini resiko, ayah membocorkan informasi yang begitu penting pada media, apa yang kau harapkan? sambutan meriah dari pada netizen? bersyukur atas semuanya kelakuannya? ini adalah reaksi normal dan aku yakin ayah tau dan bersiap untuk ini"
Ruby melunakkan sedikit wajahnya, Aqua benar. Dia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan netizen, bukankah Naruto juga salah.
"yang perlu kita sekarang cari tau adalah kenapa ayah membocorkan rahasianya sendiri ke publik, apa tujuannya dan apakah Ai setuju dengan hal ini?"
Pertanyaan Aqua menyadarkan Ruby. Ekspresinya mulai melunak. Sampai detik ini Aqua dan Ruby tidak mengetahui apapun mengenai kehidupan Naruto secara mendalam.
Mereka tidak pernah mendengar kehidupan Naruto bahkan di kehidupan sebelumnya.
Seolah kisah Naruto begitu tertutup. mungkin hanya Ai yang tau, kebanyakan mereka hanya tau dari internet saja.
Narito dan Ai seakan menutupi keadaan mereka satu sama lain
"lalu, apa yang harus kita lakukan, onii-chan?" Ruby juga bingung bagaimana cara menghadapi situasi ini.
Aqua tampak berpikir, dia menemukan sebuah jalan keluar untuk menghadapi ini.
"aku punya ide"
.
.
-o0o-
.
.
Ai kehilangan kata-kata, dia tau bahwa akhirnya dia setuju dengan rencana Naruto tapi hatinya menjadi resah.
Ai menjadi kebingungan dan situasi seperti ini seakan mendesak mereka. Namun, semuanya sudah terlanjur terjadi.
Ai tidak bisa mundur. sejenak dia terdiam hingga suara pintu terbuka menyentak kesadaran dan segera menuju pintu. dia tau itu pasti Naruto.
"Naruto, kau sudah kemb– Ada apa denganmu?!"
Ai ingin menyambutnya tapi dia malah terkejut dengan penampilan Naruto yang berantakan dengan wajah penuh luka.
Ai memeriksa tubuh Naruto memastikan bahwa dia tidak memiliki luka lain yang lebih buruk.
"ayo duduk dulu, aku akan mengobatimu" rasa panik dan khawatir berlabuh menjadi satu. penampilan Naruto ketika dia kembali membuatnya cemas.
Sebelum Ai bisa beranjak, Naruto lebih dulu menarik Ai dalam pelukannya dan memeluknya begitu erat.
"Naruto?"
Ai terkejut dengan perubahan sikap Naruto yang begitu emosional.
"maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku"
Naruto terus mengulangi ucapannya.
Ai tidak mengerti namun dia ingin menenangkan kekasihnya terlebih dahulu, dia seperti terguncang karena sesuatu.
"tenanglah, aku ada di sini" Ai mengusap dengan lembut rambut dan punggungnya, menenangkannya.
Naruto menjadi sedikit tenang, dia melepaskan pelukannya dan menatap Ai dengan penuh keseriusan.
"Ai, ayo kita lari dan bersembunyi!"
Ai semakin terkejut dengan sikap Naruto hari ini.
"Ap-Apa?!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
=berlanjut=
balasan review di chapter berikutnya
