A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

"Dia masih terlihat sama," gumamnya dalam hati. Manik bulat itu setia menatap layar yang tengah menampakkan seseorang yang begitu ia rindukan.

"aah tidak, dia bahkan terlihat jauh lebih cantik" lanjutnya terkekeh, merasa lucu bagaimana dirinya masih begitu mendamba sosok itu.

Tarikan pada ujung jaketnya mengalihkan atensi. "Daddy!" Park Chanyeol, pria itu menunduk. Mendapati sang putra kesayangannya disana.

"My precious son, what's wrong?" Tanyanya penuh sayang, mulai berjongkok menyamakan tinggi dengan bocah yang setia menarik-narik jaketnya.

"Let's go home, aku lelah dan saaaaaangat mengantuk. Sampai kapan kau akan terus memandangi layar itu?" bocah itu mulai merengek. Ayahnya selalu lupa waktu jika sudah melihat sosok kebanggaannya itu muncul di tv.

Chanyeol tersenyum tipis mendengar keluhan bocah yang tidak lain adalah darah dagingnya sendiri. Sepertinya sudah terlalu bosan dengan kelakuannya "I'm sorry," si tinggi berujar dengan wajah bersalah yang dibuat-buat. Tangannya terulur mengusap kepala anaknya lembut "Baiklah kita pulang sekarang"

"Mama! I'm home.. Where are you?" Jackson berteriak, selalu seperti itu saat kakinya menapaki rumah.

"Jackson sudah berapa kali Daddy bilang jangan berteriak-teriak" anak itu sama sekali tak menghiraukan ayahnya, terus berteriak memanggil Jane. Hingga sosok itu muncul dari arah dapur.

"Did you have fun, dear?" Jackson dengan cepat menghambur dalam pelukan wanita itu, kemudian menganggukan kepalanya penuh semangat.

Chanyeol yang melihatnya hanya menggeleng samar, meletakkan tas belanjaan yang penuh dengan berbagai macam mainan anak-anak itu diatas sofa. "Aku mau mandi dulu" Suaranya menginterupsi wanita yang masih sibuk berbincang dengan putranya "Tentu, aku sudah menyiapkan air panas untukmu"

"Terimakasih" ujarnya kemudian segera melenggang masuk kedalam kamarnya.

Hari ini melelahkan tapi menyenangkan, sudah lama Chanyeol tidak pergi berdua bersama putranya. Akhir-akhir ini pekerjaannya banyak sekali. Tapi Chanyeol sangat bersyukur untuk itu, dua tahun terakhir karirnya membaik. Beberapa lagu ciptaannya terjual dengan harga tinggi, dan kini ia bekerja di salah satu agensi besar di kota New York.

Jam sudah melewati tengah malam tapi pria bertelinga peri itu masih belum mau mengistirahatkan dirinya. Setia berkutat dengan alat-alat yang entah apa di studionya. Ketukan pada daun pintu membuyarkan fokus, tanpa basa-basi Chanyeol mempersilahkan masuk.

"Kau belum tidur?" tanya wanita itu sesaat setelah pintu terbuka, melangkahkan kaki memasuki ruang studio milik Chanyeol.

Chanyeol menggeleng "Ada satu demo lagi yang harus aku selesaikan"

"Kau besok ke agensi?"

"Tentu saja" Jane mengangguk mengerti, ia memiliki begitu banyak kalimat untuk diungkapkan sebenarnya, tapi ia tak bisa melakukannya.

"Cepat selesaikan dan pergi tidur" Jane beranjak setelah mengatakan kalimat itu.

"Kau juga tidurlah, selamat malam" ucap Chanyeol sebelum wanita itu benar-benar menghilang dari balik pintu studio.

Wanita itu sudah tinggal bersamanya hampir 5 tahun. Tapi hubungan mereka tak bisa dibilang akrab. Terlalu canggung, jarang ada obrolan dan interaksi. Tapi Chanyeol tak masalah selagi Jackson bisa bahagia karena kehadirannya.

Pagi-pagi sekali Chanyeol sudah bersiap dengan tablet dan kunci mobilnya. Menyesap kopi sesaat untuk kemudian berangkat bekerja.

"Jackson selesaikan sarapanmu dan kita berangkat"

Anak itu mengusap bibir atasnya yang basah, menghilangkan bekas susu yang menempel disana. "Ayo! Aku sudah selesai dad!"

Chanyeol mengangguk "Pamit pada Jane" tanpa menunggu detik berganti bocah itu langsung berlari menuju mamanya. Pergi mendapat sebuah kecupan dipipi, sedang Chanyeol beralih pergi kearah garasi menyiapkan mobil.

"Good Morning Mr. Park" chanyeol membalas sapaan itu dengan senyum cerah dibibirnya. Hari ini mereka akan mengadakan rapat. Membahas perihal kolaborasi artis agensinya dengan salah satu penyanyi. Dan Chanyeol adalah pria dibalik lagu yang akan mereka nyanyikan.

Pria itu terlihat begitu semangat sekaligus tidak sabar. Ia telah lama menunggu untuk hari ini tiba, akhirnya lagu yang ia buat akan dinyanyikan oleh salah satu artis kondang asal negaranya. Selama ini karyanya memang cukup dikenal, tapi project kali ini berbeda, ini adalah sebuah proyek besar. Bisa dibilang ini adalah project paling besar sepanjang karir Chanyeol.

Rapat akan segera dimulai. Willis Dashkov, penyanyi blasteran Korea Amerika yang visualnya benar-benar menakjubkan itu telah duduk manis ditempatnya sejak setengah jam lalu. Beberapa petinggi agensi juga sudah siap ditempat masing-masing. Chanyeol berdebar, ia gugup. Akan sehebat apa kolaborasi kali ini? Sampai-sampai para petinggi agensi ikut turun langsung. Sebenarnya ia penasaran dengan siapa Willis akan berkolaborasi karena tak ada seorangpun yang berbaik hati mengatakan padanya. Lebih tepatnya belum ada pengumuman resmi.

Chanyeol tengah fokus dengan apa yang ia kerjakan. Hingga tanpa sadar telah mengabaikan panggilan seseorang. Tepukan dibahu lebarnya sontak menarik kembali kesadaran. "Excuse me Mr. Park" Chanyeol sedikit terperanjat "Mr. Park, there is someone who wants to meet you" asistennya menyampaikan.

Chanyeol kembali menegakkan duduknya "Someone wants to meet me? who?" tanyanya penasaran.

"I don't know. But he gave this, He said he want to invite you for a private lunch" pria itu menyodorkan sebuah kertas pada Chanyeol.

Chanyeol membuka kertas putih yang disodorkan, disana tertulis sebuah nama restoran beserta jamnya. Pria itu mengernyitkan dahi. Siapa orang tidak sopan yang mengundangnya makan siang dengan cara seperti ini. Chanyeol ingin sekali mengabaikan tapi ia juga penasaran. "okay thank you"

Dan disinilah Chanyeol sekarang, salah satu ruang private di sebuah restoran bintang lima kota New York. Begitu sampai Chanyeol tak mendapati siapapun disana, ia mendudukan diri dengan sepi. Hingga 10 menit berikutnya pria itu mulai jengah. Ia akan memutuskan pergi jika 5 menit lagi orang yang mengundangnya tidak datang juga. Tapi tak berapa lama kemudian pintu akhirnya terbuka, menampilkan sosok pria lain dengan pakaian serba hitam dan masker menutupi wajahnya.

Chanyeol mengernyit sambil mengamati, dilihat dari postur tubuh sepertinya ia kenal. Dan matanya juga tidak asing.

Pria itu duduk dihadapannya tanpa sepatah katapun terucap. Sungguh Chanyeol jadi semakin penasaran sampai akhirnya pria itu membuka masker yang menutupi wajahnya.

Seketika Chanyeol membeku ditempat. Mata bulatnya melebar beberapa kali lipat, ia benar-benar terkejut "K-kau?" bahkan lidahnya begitu kelu untuk sekedar berucap.

"Bagaimana kabarmu?" ujar pria itu santai, mengabaikan reaksi berlebihan Chanyeol yang terkejut akan kehadirannya.

Si jangkung bergeming masih mencoba mentralkan diri dari rasa kaget sekaligus tak percayanya.

Apa yang dilihatnya ini benar? Ini bukan mimpi disiang bolong kan? Apa yang pria ini lakukan disini? Kenapa Byun Baekhyun ada di New York?

"Kenapa kau disini?" setelah berhasil menetralkan diri bukannya menjawab Chanyeol malah balik bertanya. Pria itu mati-matian menahan suaranya agar tidak bergetar.

"Aku? Tentu saja menemuimu" Baekhyun menjawab tanpa beban.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu, tapi sepertinya kau hidup dengan baik disini"

Manik coklat itu menatap kepingan bulatnya, begitu indah dan berkilauan. Untuk beberapa saat Chanyeol terpesona. Tanpa sadar tatapan itu mengantarkan kembali getaran dibalik dadanya. Setelah waktu yang lama akhirnya Chanyeol mendengar lagi suara itu secara langsung.

"Tentu, aku hidup dengan baik. Bagaimana denganmu?"

Baekhyun tersenyum simpul "Sepertinya hidupku baik-baik saja untuk saat ini"

"Aku tidak menyangka jika seorang superstar yang mengundangku untuk makan siang bersama" nadanya terdengar lebih stabil. Takkan ada yang menyadari jika ia masih dilanda gugup harus berhadapan dengan seorang Byun Baekhyun, idol kesukaan sekaligus cinta pertamanya.

"Kanapa?"

"Bukankah aku terlalu rendahan dibandingkan denganmu? kau begitu terkenal" Chanyeol menjeda untuk sekedar tersenyum "Permata Korea" ujarnya tanpa dosa, tidak ada niat apapun. Chanyeol memang merasa terlalu rendah untuk Baekhyun yang sekarang.

Senyum dibibir yang lebih mungil menghilang, pernyataan Chanyeol sedikit banyak membuatnya tersindir "Benar, sepertinya aku sudah gila karena menemuimu disini" Chanyeol menganggukan kepalanya singkat, tak benar menyadari perubahan raut pria cantik berambut brunette didepannya.

"Bagaimanapun kita berteman sebelumnya" Baekhyun kembali bersuara, dan ditanggapi sebuah kekehan dari yang lebih tinggi "Benar, bagaimanapun kita adalah teman sebelumnya"

Makan siang itu terasa begitu lama, tak banyak obrolan yang mereka bicarakan, terlalu canggung. Keduanya memutuskan untuk tidak membahas masalah yang sensitif dipertemuan pertama. Tapi tetap saja hampir seluruh bahasan terasa begitu kaku. Sebenarnya ada satu hal yang Baekhyun ingin tanyakan, tapi dia tak cukup berani untuk sekedar menyinggungnya.

Dering ponsel Chanyeol menginterupsi obrolannya bersama Baekhyun. Melihat siapa yang menghubunginya tanpa pikir panjang Chanyeol segera mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Ya,"

"Baiklah, aku kesana sekarang"

Chanyeol menutup telponnya cepat.

"Maaf sepertinya aku harus pergi" ujarnya sedikit terburu-buru.

"Ada masalah?" Baekhyun tiba-tiba jadi khawatir.

Chanyeol menggeleng cepat "Tidak, tidak aku harus menjemput putraku" Kalimat itu sontak membuat Baekhyun terdiam.

"Kalau begitu aku pamit, maaf aku duluan" Pria bermata sabit itu masih bergeming, tak dapat mengatakan sepatah katapun untuk sekedar membalas Chanyeol.

...

..

.

TBC