A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

Hari ini adalah rapat terakhir sekaligus pertemuan pertama dengan kedua penyanyi yang akan membawakan lagunya. Kedua orang itu akan mendengarkan demonya terlebih dulu sebelum melanjutkan rekaman. Tapi anehnya Park Chanyeol masih belum tau dengan siapa Willis akan berkolaborasi.

"Are you serious dude? Kau benar-benar tidak tahu?" salah satu rekannya menatap Chanyeol heran.

"Siapa?" Chanyeol kembali bertanya dengan raut penasaran.

"Agensi memang tak mengumumkan secara langsung pada staff, tapi seluruh dunia sudah tau kalau Will akan berkolaborasi dengan Permata Korea. Ratusan artikel sudah ditulis sejak beberapa hari lalu Park, astaga"

"Permata Korea? Maksudmu Baekhyun?" Chanyeol memastikan dengan sedikit linglung. Dan dibalas sebuah anggukan mantap dari seseorang yang menjadi lawan bicara.

Seharusnya Chanyeol bisa menebak, seharusnya ia sadar jika Baekhyun ke New York karena suatu alasan. Dan tentu saja lebih penting daripada sekedar mengunjunginya. Kenapa ia begitu naif mengira jika pria itu jauh-jauh datang secara khusus hanya untuk bertemu dengannya.

...

Chanyeol berada di studio lebih tepatnya ruang rekaman, menunggu dua penyanyi papan atas itu dengan sedikit gusar. Ia tengah menyiapkan diri untuk kembali bertemu dengan Baekhyun, bagaimanapun ia harus bersikap profesional.

Tak berapa lama sosok Willis muncul dengan topi hitam yang menutupi hampir keseluruhan mata elangnya. Diikuti dengan si mungil Byun dibelakang. Mata mereka bertabrakan untuk beberapa saat, Chanyeol sempat melihat bagaimana sipit itu sedikit melebar sebelum ia memutuskan kontak terlebih dulu.

"Selamat Siang Mr. Park"

"Siang Will" balas Chanyeol santai, mereka berdua sudah cukup dekat akhir-akhir ini

"S-selamat siang" sedikit terbata, Baekhyun ikut menyapa kemudian.

"Siang" Chanyeol membalas singkat.

"Ah ya, kenalkan dia adalah Byun Baekhyun penyanyi dari Korea Selatan, aku yakin kau pasti tahu tentangnya. Apalagi kalian berdua sama-sama dari Korea. Kami yang akan menyanyikan lagumu" Willis memperkenalkan. Diikuti dengan sebuah uluran tangan dari pria yang paling pendek.

"Byun Baekhyun"

"Park Chanyeol" balas Chanyeol sambil menjabat tangannya.

"Aku adalah komposer sekaligus produser untuk lagu yang akan kau bawakan dengan Willis" si jangkung menambahi.

..

Chanyeol merasa senang mendapati respon kedua penyanyi itu. Baik Baekhyun maupun Willis merasa puas dan menyukai lagu yang ia buat. Pertemuan hari ini tidak memakan waktu lama. Secara garis besar hanya sekedar perkenalan. Kedua orang itu hanya mendengarkan demonya, sedangkan untuk rekaman akan dilakukan besok.

Willis lebih dulu berpamitan, schedulenya sudah mengantri untuk segera diselesaikan. Meninggalkan Baekhyun dan Chanyeol berdua di ruangan. Suasana menjadi begitu hening setelah kepergian si penyanyi tampan itu. Tak ada obrolan apapun. Baekhyun sibuk dengan ponsel, sepertinya sedang mencoba menghubungi sang manajer yang entah kemana perginya. Sementara Chanyeol sibuk mengotak atik komputernya, berkutat dengan apa-apa yang ada disana.

Merasa keadaan menjadi canggung dan tak ada lagi pekerjaan yang harus dilakukan Chanyeol berusaha mencairkan suasana.

"Bagaimana lagunya?" sebuah pertanyaan bada-basi yang sudah ia dengar jawabannya meluncur begitu saja.

Baekhyun mengangkat pandangan dari ponsel ditangan "Bagus, aku suka"

"Syukurlah,"

"Aku rasa lagunya akan menjadi hits nanti" Baekhyun menambahi

"Kau berpikir begitu?" tanya Chanyeol dan si manis Byun mengangguk sebagai jawaban.

Suasana kembali hening setelah obrolan singkat yang sedikit kaku itu. Kini keduanya lagi dilingkupi canggung.

"Kau benar-benar hidup dengan baik sekarang" Pria dengan surai brunette kembali bersuara.

Chanyeol menoleh menatap sipit yang juga tengah memusatkan perhatian padanya "Tentu saja, aku juga harus mewujudkan mimpiku. Bukan begitu?"

'BRAK'

Pintu studio itu tiba-tiba terbuka kasar.

"Daddy!"

Diikuti suara melengking khas seorang bocah yang sebentar lagi berusia 6 tahun. Tubuhnya muncul dari balik pintu dengan berlari kecil dan langsung menghambur kearah Chanyeol.

"Jackson, sudah berapa kali Daddy bilang untuk tidak berteriak, dan biasakan mengetuk pintu?!" Chanyeol menangkap putranya yang berlari kearahnya. Dan bocah itu hanya terkekeh kekanakan mendengar omelan sang ayah "I'm Sorry"

"Dad, lihat aku barusaja membeli mainan baru" ujar yang lebih kecil sambil menunjukkan robot-robotan ditangannya.

Untuk sejenak kehadiran Baekhyun terabaikan, dua manusia itu sibuk bercanda dan berdebat. Baekhyun mengamatinya tentu saja, menatap dengan pandangan sendu.

"Daddy! Wow!" Jackson memekik heboh setelah netranya menangkap kehadiran orang lain di ruangan "He is the guy you see on TV every day! The man you stared at for hours" Chanyeol kembali sadar kalau Baekhyun masih duduk disana. Dan perkataan Jackson barusan sontak membuatnya menundukkan wajah malu.

Baekhyun yang melihat kelakuannya tersenyum singkat. Jackson segera turun dari pangkuan sang ayah untuk menghampiri Baekhyun yang duduk di sofa ujung. "Hai!" sapanya.

Baekhyun tersenyum "Hello, how are you Jackson?" bocah itu membelalakkan mata, tak menyangka kalau pria cantik itu mengenalinya "Wow, kau mengenalku?"

Baekhyun mengangguk antusias "Tentu" Jackson tersenyum bahagia, bahkan tanpa sadar tangannya sudah menggenggam jari lentik pria didepannya.

"Ah, pasti kau mendengar Daddy memanggil namaku tadi!" ujaran itu hanya dibalas sebuah senyum manis dari yang lebih tua.

"You look so beautiful," mata si bocah berbinar saat melihat senyumnya "Lebih cantik daripada yang ada di TV!"

Baekhyun kembali tersenyum, sedikit malu juga dibilang cantik "Tapi aku seorang pria" sejenak Jackson terlihat bingung, anak itu menggulirkan bola mata keatas untuk berpikir "Pria yang cantik" si mungil melanjutkan kalimatnya dan Baekhyun spontan tertawa.

Chanyeol bangkit menghampiri si buah hati dan Baekhyun. Menarik lengan kecil itu agar sedikit menjauhi sang artis idola. "Jangan mengganggunya Jackson, dimana Mama?"

Jackson mengangkat wajah, tarikan tiba-tiba ayahnya sedikit mengejutkan. Manik si kecil menatap mata bulat yang hampir sama dengan miliknya "Mama? Dia pergi setelah mengantarku kemari" Chanyeol menghela nafas lelah. Lagi-lagi wanita itu pergi meninggalkan Jackson bersamanya.

"Kau sudah makan?" anak itu menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu kita makan sekarang,"

"Kita harus mengajaknya juga" Jackson menunjuk kearah Baekhyun antusias.

"Tidak, dia sedang sibuk. Kita tidak boleh mengganggunya"

"Tapi aku hanya mau makan jika bersamanya" Anak itu mulai merengek.

"Jackson, dia tidak bisa sembarangan pergi" Chanyeol menjelaskan dengan sabar.

"Kenapa?" Jackson bertanya dengan sedikit rengekan. "Aku mau makan siang bersamanya"

"Tidak bisa sayang, makan dengan Daddy saja ya"

"Aku tidak mau, aku hanya mau makan jika dengannya"

"Tidak Jackson!" sudah sedetik ini bocah itu akan menangis tapi Baekhyun dengan cepat menyahut "Aku akan ikut" maniknya beralih pada Chanyeol. Pria bertelinga peri itu menatapnya penuh tanya. Dan Baekhyun menganggukkan kepala singkat sebagai sinyal kalau dia tidak keberatan.

..

Ketiga orang itu sudah duduk manis di Cafetaria lantai 7 gedung agensi. Berbagai makanan tersaji di meja. Baekhyun sesekali menyuapi bocah laki-laki yang begitu mirip dengan Chanyeol itu telaten. Membantunya untuk segera menghabiskan makanannya.

Chanyeol memperhatikan interaksi dua orang didepannya dalam diam. Ini pertemuan 'perdana' mereka, Jackson bukan tipe anak yang mudah dekat dengan orang asing. Tapi Baekhyun bisa begitu akrab dengan cepat. Dan secara otomatis memunculkan senyum getir dibibir plum si tinggi.

"Maaf aku meninggalkannya bersamamu" Seorang wanita dengan rambut pirang sebahu datang mengalihkan perhatian tiga orang yang sedang sibuk dengan acara makannya.

"Mama!" Jackson menyambut kedatangan si wanita dengan pekikan semangat. Sedangkan Baekhyun hanya melempar senyum simpul padanya. Jane, wanita yang baru tiba itu membelalak saat menangkap kehadiran Baekhyun disana. Ia sempat mematung, tak percaya dengan apa yang matanya lihat.

"Kau dari mana?" Pertanyaan Chanyeol berhasil menyadarkan Jane dari rasa terkejut yang menghinggapi.

Wanita yang umurnya tak jauh berbeda dengan dua orang dewasa disana menjawab "Ada urusan mendadak yang harus kuselesaikan" Ia meletakkan tas ditangan, mendudukkan diri di satu-satunya kursi kosong yang tersisa "Aku akan membawanya pulang" lanjut wanita itu. Chanyeol menganggukan kepala menyetujui.

"Jackson let's go home! Kau sudah menyelesaikan makanmu kan?" Jane berucap sambil mengelus surai berwarna coklat terang milik anak laki-laki itu, tapi diluar dugaan si bocah malah merengut "No way!" Alih-alih menyetujui untuk pergi Jackson malah menggengam baju Baekhyun dengan erat.

"Aku masih mau bermain dengannya" menakjubkan, ini pertama kali Jackson menolak untuk diajak pulang, apalagi oleh Jane.

"Kau mau melewatkan kelas melukismu?" Jackson sedikit tertarik, tapi kemudian dengan cepat menolaknya lagi "Iya, aku mau disini saja"

"Mama akan membelikanmu es krim jika pulang bersama sekarang" Jackson tetap bersihkukuh menolak, semakin merapatkan tubuhnya pada Baekhyun. Sedang pria manis itu tidak berani berkata apa-apa.

Chanyeol yang mulai geram akhirnya ikut bersuara "Jangan menjadi anak nakal dan turuti apa kata Jane"

"Aku tidak mau Dad!"

"Kau harus pulang Jackson"

"Aku tidak mau"

"Kau ada kelas melukis" Suara Chanyeol sedikit meninggi

"Aku mau bolos untuk hari ini!" Bocah itu ikut meninggikan suaranya dengan sedikit berteriak.

"JACKSON!" Chanyeol kehilangan kesabaran, entah mengapa hari ini ia jadi sedikit keras pada putranya. Sentakannya sukses meledakan tangis si bocah yang tidak lain adalah darah dagingnya sendiri.

Baekhyun yang sedari tadi diam reflek menatap nyalang Chanyeol, matanya memicing dengan kilatan marah. Tanpa basa-basi segera membawa Jackson dalam gendongannya.

"Sstt Jangan menangis," baekhyun mengelus punggung sempit itu "Untuk sekarang Jackson harus pulang bersama mama. Jackson tidak boleh bolos kelas melukis hmm?" Bocah itu semakin mengeratkan pelukan.

"Aku masih ingin bersamamu" ujarnya sambil terisak

"Jackson bisa menemuiku lagi besok, aku akan menunggu disini. Hmm, jangan menangis oke?" Tangannya masih setia membelai punggung dan kepalanya.

Dengan nafas tersengal bocah itu mulai mengangkat wajahnya "Kau janji besok masih disini?"

"Tentu"

"Bagaimana kalau ternyata itu bohong?" manik polos itu mengerjap menatap yang lebih tua.

"Tidak aku tidak berbohong,"

"Janji?" Jackson mengangkat jari kelingkingnya

"Janji," tanpa ragu Baekhyun menautkan dengan jari miliknya. "Besok mau makan es krim bersamaku? Aku akan mentraktir Jackson" ujar Baekhyun sambil mengelap sisa air mata dipipi tembam si mungil.

"Benarkah?"

"Iya. Untuk itu sekarang Jackson harus pulang dulu. Jackson tidak boleh meninggalkan kelas melukis" Bocah itu mengangguk sambil tersenyum, perlahan turun dari gendongan Baekhyun untuk pergi bersama Mamanya.

..

Dua orang berbeda tinggi itu kembali ditinggalkan berdua.

Bibir tipis milik pria yang parasanya luar biasa menawan itu tiba-tiba tertarik singkat "Kau membesarkannya dengan baik"

"Tentu saja, dia putraku satu-satunya." ujar Chanyeol tersenyum bangga. "Aku tak menyangka kalau kau cukup baik dalam menenangkan anak-anak." entah itu sebuah pujian atau hinaan.

"Jangan terlalu keras padanya Chanyeol, dia masih kecil" Sang penyanyi idola itu tak menanggapi pernyataan yang diujarkan untuknya. Lebih memilih melontarkan kalimat lain dengan suara lirihnya.

Chanyeol mendengus, hampir saja meledakkan tawa jika tidak ingat mereka sedang ditempat umum "Maaf, apa aku tidak salah dengar?" pria itu terkekeh "Apa kau baru saja menasehatiku?"

Baekhyun menyematkan sebuah senyum getir dengan kepala yang menunduk dalam. "Benar, aku tidak punya hak untuk menasehatimu"

Hening menjeda beberapa saat, sampai yang lebih mungil kembali bersuara "Kau memutuskan menikah dengannya?"

Chanyeol mengangkat satu alis membuat beberapa kerutan pada dahinya, tapi tak lama ekspresinya kembali berubah. Pria itu menyeringai "Kau cemburu?" Tanyanya main-main sambil menatap lekat kepingan kristal bening Baekhyun.

Sementara yang ditatap hanya bergeming Chanyeol melanjutkan "Kenapa? kau masih mencintaiku?"

Baekhyun balas menatap lekat maniknya, kedua iris itu saling bertukar pandang, sampai pada si manis yang membuka belah tipisnya.

"Ya, aku masih mencintaimu"

Untuk beberapa saat dunianya seakan berhenti, Chanyeol tak bisa melihat apapun lagi selain Baekhyun didepannya. Dan pernyataan pria itu bak sebuah dentuman keras yang menulikan telinga. Jantungnya mendadak bergemuruh, organ itu kembali berdebar keras setelah waktu yang lama.

Tangan pria itu terkepal kuat hingga membuat buku jarinya memutih.

Chanyeol membuang muka, pria itu berdecih "Sayangnya aku bukan lagi pria yang sama dengan yang kau tinggalkan 5 tahun lalu"

...

..

.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak ya :)