A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

Suara pintu yang di buka dari luar sontak membuat Chanyeol bangkit dari duduknya. Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, dan penantian Chanyeol selama berjam-jam akhirnya berakhir.

"Oh— kau belum tidur?" Jane sedikit berjengit begitu bayangan Chanyeol yang pertama menyambutnya.

"Dari mana saja?" alih-alih menjawab, pria itu malah balik bertanya dengan nada dingin yang tak enak didengar.

"Aku ada urusan."

"Apakah sepenting itu sampai kau melalaikan tugasmu?"

Jane yang sibuk melepas sepatu tak menanggapi pertanyaan Chanyeol, membuat amarah pria tinggi itu semakin tersulut. "Sekali lagi kau teledor Jane. Sepenting apapun urusanmu kau tak bisa begitu saja mengabaikan Jackson."

"Maaf" jawab Jane singkat seakan-akan kesalahannya bukanlah masalah yang besar.

Chanyeol yang sudah kepalang kesal mendengus "Maaf? Apa kau pikir permintaan maafmu itu berguna? Aku takkan memaafkanmu jika siang tadi benar-benar terjadi hal buruk pada Jackson!"

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Jane tiba-tiba khawatir.

"Menurutmu?" balas Chanyeol penuh kekesalan. "Jackson hampir diculik asal kau tahu! Dan kau sebagai ibunya malah pergi kelayapan entah kemana! Maafmu tidak akan berguna jika Jackson sampai celaka, Lagipula apa saja yang kau lakukan seharian ini?"

Wanita dengan rambut emas sebahu itu menarik napas dalam "Hari ini aku harus pergi menggantikan atasanku menghadiri sebuah pertemuan, kupikir semuanya akan selesai sebelum jam makan siang tapi rupanya aku salah. Maafkan aku. Kita bahas masalah ini esok hari, aku sangat lelah sekarang. "

"Lelah? Memangnya siapa yang menyuruhmu untuk bekerja? Apa uang yang aku berikan masih kurang? Aku tidak pernah memintamu untuk bekerja!"

Jane yang baru pulang setelah perjalanan jauhnya tentu merasa lelah dan membuatnya jadi lebih sensitif, ia merasa tersinggung dengan perkataan Chanyeol. "Kau tahu, aku sangat muak Chanyeol! Aku benar-benar muak padamu."

Jane melemparkan pandangan tajam pada yang lebih tinggi "Selama ini kau menikahiku, kau mengikatku tapi aku hanya kau jadikan sebagai babysitter Jackson! Ya, kita memang sudah membahas ini di awal tapi tak bisakah sedikit saja kau bersikap selayaknya seorang suami?" helaan napas kasar keluar dari belah lunak Jane. "Aku lelah Chanyeol, aku juga butuh hiburan. Aku juga ingin melakukan kegiatan lain selain mengasuh Putramu! Aku menginginkan kehidupan pernikahan yang sesungguhnya."

"Jane jaga bicaramu! Aku tak ingin Jackson mendengar semua ini."

"Mendengar apa? Bahwa dia bukan putraku?"

"Jane!"

"Aku lelah, kita bicarakan besok!" Final Jane melenggang begitu saja memasuki kamar dengan bantingan keras di pintu.

"Jane aku belum selesai bicara!"

...

Sarapan pagi di kediaman Park beberapa hari ini terlihat lebih sepi. Selain tak ada sosok wanita yang biasanya sibuk dengan masakannya, kini Jackson juga terlihat murung membuat Chanyeol merasa bingung. "Jackson habiskan susu dan rotimu setelah itu kita berangkat."

Jackson memberikan jawaban berupa anggukan tanpa semangat membuat Chanyeol sekali lagi mengernyit.

"Ada apa hmm?"

Jackson mendongak, lantas menggelengkan kepala.

"Jangan menyembunyikan apapun dari Daddy, ada apa?" tanya Chanyeol sekali lagi.

Mendengar hal itu lantas membuat Jackson akhirnya bersuara "Tidak, hanya saja aku merindukan Mama."

"Mama sedang sibuk akhir-akhir ini." balas Chanyeol lembut.

"Hmm mmh, aku tahu." usapan lembut mendarat di atas kepala Jackson.

"Maafkan Daddy.."

Jackson cepat-cepat menggelengkan kepalanya "No, No, Daddy tidak perlu minta maaf. Aku tahu Daddy dan Mama mencari uang untukku kalian tidak perlu minta maaf."

Chanyeol tak mampu membalas apapun selain senyum getir untuk putranya. "Baiklah kalau begitu Jackson mau jalan-jalan? Kebetulan akhir pekan Daddy libur kita pergi berdua?"

Jackson mendongak, bocah laki-laki yang memiliki manik sewarna madu itu menatap sang Ayah sebelum memberikan anggukan dan tersenyum singkat.

...

"Selamat pagi" sapa Willis ketika melihat Baekhyun keluar dari kamarnya.

"Oh— Will, kapan kau datang?"

"Sekitar tiga puluh menit lalu kurasa."

"Maaf aku tidak tahu jika kau datang."

Will yang sibuk mengaduk kopinya menoleh lantas mengedikan bahunya "Tidak masalah, duduklah aku membawa makanan untuk sarapan."

Baekhyun menuruti permintaan pria itu, mendudukkan diri di kursi meja makan sembari memperhatikan gerak-gerik Willis.

Tak lama Willis menghampiri dengan dua cangkir minuman di kedua tangannya.

"Kau kosong hari ini?" tanya Baekhyun dengan mata mengikuti kemana tangan Will bergerak di depannya.

"Aku ada jadwal siang nanti, dan kebetulan jadwalku dekat dari sini jadi aku mampir sekalian membelikanmu makanan."

"Oh begitu rupanya, terimakasih banyak. Walaupun sebenarnya kau tak perlu repot-repot."

"Aku juga belum sarapan, jadi sekalian saja." Willis beralih mengambil kotak makanan yang ia beli, memindahkan ke piring lantas menyodorkannya pada Baekhyun. "Makanlah"

"Terimakasih" ujar Baekhyun dengan senyumnya.

Di tengah sarapan yang sedikit terlambat itu Willis menjadi yang pertama membuka pembicaraan. "Oiya, bagaimana tentang tawaranku dua hari lalu?"

Baekhyun mendongakkan kepalanya menatap lurus pada yang lebih tinggi. "Apa?"

"Tentang dokter yang aku rekomedasikan."

Baekhyun menggulirkan manik sabit itu ke langit-langit, nampak berpikir, mencoba mengingat apa yang Will maksud. "Ah.. Soal itu.." Baekhyun mengulum bibirnya sejenak sebelum kembali melanjutkan "Aku masih sedikit ragu."

Will mengangkat satu alisnya lalu menoleh pada Baekhyun "Kenapa?"

"Emm.. Sebenarnya aku tidak nyaman jika harus membicarakan masalahku dengan orang lain apalagi kami tidak pernah bertemu sebelumnya."

Sedikit banyak Willis paham dengan apa yang Baekhyun rasakan, orang seperti Baekhyun adalah tipe yang tidak bisa membagikan masalahnya pada sembarang orang." Coba saja dulu, aku akan mengantarmu dan mengenalkanmu dengannya. Setelahnya kau bebas memutuskan mau lanjut atau tidak. Bagaimana?"

Baekhyun nampak menimbang perkataan Will, memikirkan baik-baik apa saja kemungkinan-kemungkinan terbaik dan terburuk yang akan dia dapatkan. Meja makan diisi hening selama beberapa saat hingga akhirnya Baekhyun mengangguk menyutujui. "Baiklah kalau begitu, aku akan mencobanya."

"Good, kita pergi besok?"

"Boleh."

...

"Kau bisa menurunkanku di depan" ujar Baekhyun begitu sekolah taman kanak-kanak yang kemarin ia kunjungi sudah nampak di depan mata. Baekhyun segera memasang masker, topi, dan juga kacamatanya sebelum mobil Will benar-benar berhenti.

"Kau yakin tidak ingin kutemani?"

Baekhyun menggeleng "Tidak perlu, aku akan menemuinya sendiri. Lagipula kau ada jadwal sebentar lagi, aku tidak ingin kau terlambat." pria itu lantas melepaskan sabuk pengamannya, merapikan penampilan sejenak sebelum keluar dari mobil.

"Kalau begitu, selamat bersenang-senang dengan putramu."

Baekhyun memberikan gestur mengiyakan lantas melambai pada mobil sport putih itu sebelum berjalan menjauh dari sana.

Hari ini tak jauh berbeda dari kemarin, hanya saja kali ini Baekhyun tak perlu lagi repot-repot bersembunyi dari Jackson. Sekolah sudah sepi, hanya tersisa tiga anak termasuk Jackson yang belum dijemput.

"Jackson kenapa? Apa ada masalah?" Tanya Baekhyun setelah hampir setengah jam lebih mereka bersama dengan Jackson yang terlihat murung.

Bocah itu hanya menggeleng tanpa semangat membuat Baekhyun semakin yakin jika anak itu sedang tidak baik-baik saja. "Ada apa hm? Apa teman Jackie ada yang nakal? Jack bisa menceritakan semuanya padaku."

Anak berusia enam tahun itu mengembuskan napas panjang "Aku sedih karena kemarin Daddy dan Mama bertengkar."

Mendengar itu Baekhyun seketika terdiam.

"Mereka bertengkar karenaku."

"Kenapa mereka bertengkar karena Jackson?"

"Daddy marah karena kemarin Mama tidak menjemputku. Dan, Daddy semakin marah begitu tahu jika ada paman jelek yang menggangguku— Daddy bilang aku hampir diculik."

Baekhyun mengusap kepala bocah berambut brunette itu lembut. "Mungkin Daddy terlalu khawatir sampai-sampai marah seperti itu pada Mama. Jackson tidak perlu cemas orang dewasa kadang memang suka bertengkar karena hal-hal yang sepele, dan mereka akan kembali berbaikan setelah emosi mereka menghilang."

"Benarkah? tapi ini pertama kali aku melihat Mama dan Daddy bertengkar seperti itu, biasanya mereka selalu akur."

"Sudah, tidak perlu terlalu dipikirkan, Daddy dan Mama pasti akan berbaikan lagi secepatnya."

"Aku harap begitu, aku tidak ingin Mama meninggalkanku juga. Aku akan berusaha menjadi anak yang baik agar Mama tidak marah padaku." Baekhyun memberikan respon berupa senyum seadanya, lidahnya tiba-tiba kelu untuk sekedar mengujarkan kata.

Baekhyun berdeham mencoba mengalihkan perasaan tak nyamannya. Lagipula ia tidak ingin terjebak dalam suasana mendung dengan putranya, ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan penuh suka cita. "Baiklah kalau begitu sekarang bukan saatnya untuk bersedih lagi. Jackie tidak inginkan membuat Daddy dan Mama merasa khawatir karena melihat Jack sedih?"

Pertanyaan Baekhyun segera dijawab dengan anggukan kepala semangat dari yang lebih muda. "Good boy!" Baekhyun mengusak rambut Jackson sayang "Sekarang, bagaimana kalau kita membeli beberapa coklat untuk meningkatkan mood?"

"Setuju!" teriak Jackson antusias.

Melihat sang putra kembali tersenyum dan bersemangat membuat Baekhyun tertular senang. "Kalau begitu kita pergi membeli coklat."

Setelah membeli beberapa bungkus coklat dengan merk favorite si kecil mereka berdua memutuskan untuk duduk di bangku panjang depan sekolah Jackson. Bercengkrama sembari menikmati jajanan manis itu dengan tenang.

Ya, cukup tenang sampai ketika...

"Akh!" Baekhyun memekik saat kerah Jacket miliknya tiba-tiba ditarik kuat dari belakang. Pria itu terkejut dan tak sempat melawan, tubuh mungilnya otomatis berdiri mengimbangi tarikan yang semakin kuat. Badannya dihempaskan pada pagar tembok sekolah Jackson yang tinggi, tangannya dikunci di belakang tubuh membuatnya tak bisa bergerak.

"Siapa kau? Apa kau orang yang berusaha menculik putraku!?"

"Aw aaaw akh! Sakit!" alih-alih menjawab Baekhyun malah berteriak kesakitan, pasalnya tangannya semakin sakit karena pelintiran pria di belakangnya itu sangat kuat.

"DAD! APA YANG KAU LAKUKAN?! LEPASKAN! DIA BUKAN ORANG JAHAT!"

"Ssst! Jackson diam saja di sana, tidak perlu membela orang ini." Chanyeol bersikeras menahan pergerakan Baekhyun.

"DAD DIA ADALAH HYUNG CANTIK! DIA BUKAN PAMAN JELEK YANG KEMARIN AKU CERITAKAN" Mendengar itu Chanyeol langsung tersentak, reflek melepaskan kunciannya dari tubuh yang lebih mungil.

"Awww!" Baekhyun segera menarik tangannya dan membalikkan tubuh ke arah Chanyeol. "Yang benar saja Park Chanyeol!? Kau ingin mematahkan tulangku atau apa?!" teriak Baekhyun sambil memicingkan matanya kesal.

Chanyeol yang tak mengantisipasi omelan itu hanya bisa diam mematung. Otaknya sibuk mencerna apa yang baru saja terjadi.

Pria di depannya itu Baekhyun? Benar, dia adalah Byun Baekhyun. Tapi kenapa pria itu masih di sini?

"Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Chanyeol bertanya balik.

...

"Itu bukan sepenuhnya salahku. Lagipula siapa suruh kau memakai pakaian serba hitam macam itu?" Chanyeol melirik Baekhyun yang duduk di sampingnya sekilas. "Dan apa yang kau lakukan di sana? Bukankah kau kembali ke Korea seminggu lalu?"

Baekhyun yang masih kesal karena perbuatan Chanyeol beberapa menit lalu akhirnya mau menatap pria itu. "Aku seorang publik figur jika kau lupa, dan aku tidak ingin menimbulkan keributan karena orang-orang mengenaliku. Lalu kenapa aku ada di sana? Karena aku ingin menemui Jackson."

"Kau menemui Jackson tanpa meminta izin padaku?"

"Sebenarnya aku hanya ingin melihat Jackson dari jauh, mengamatinya tanpa ingin dia tahu kehadiranku. Namun apa yang terjadi kemarin membuatku terlalu panik dan tidak bisa menahan diri untuk menemuinya."

"Kenapa kau harus bersembunyi?"

"Karena aku belum meminta izin padamu Chanyeol.

"Jika tahu belum meminta izin lalu kenapa menemuinya?"

"Astaga, kenapa dari tadi pertanyaanmu berputar-putar kau membuatku pusing!"

"Dan, kau membuatku bingung Byun Baekhyun. Apa yang kau lakukan di sini padahal setahuku kau kembali ke Korea seminggu lalu."

"Untuk yang satu itu aku tidak bisa memberitahukan alasannya."

Chanyeol menatap skeptis "Kau tidak berniat mengambil Jackson dariku kan?"

"Tidak,"

" Lalu, apa tujuanmu menemui Jackson diam-diam?"

Satu hembusan napas panjang keluar dari yang lebih mungil "Karena aku ingin meminta maaf padanya. Kau sendiri yang bilang aku harus meminta maaf pada Jackson, dan ini caraku untuk meminta maaf padanya."

Kalimat Baekhyun dibiarkan tanpa ada balasan. Chanyeol mendadak diam membuat suasana menjadi hening. Bola mata coklat itu lantas mengerling menatap yang lebih tinggi, berkedip sekali sebelum akhirnya menurunkan pandangan.

"Tapi bagaimanapun aku tetap salah karena tak meminta izin dulu padamu, aku minta maaf." sekali lagi ucapan Baekhyun tak mendapat tanggapan. "Dan— jika kau tak keberatan aku ingin mengajukan diri untuk menjemput Jackson selama beberapa waktu ke depan."

Kerutan pada dahi Chanyeol muncul sebagai satu-satunya respon akan kalimat yang Baekhyun ucapkan.

"Kebetulan aku tak memiliki jadwal apapun— sebenarnya Jackson juga srmpat bercerita sedikit tentang kau dan juga Jane." Baekhyun menghentikan kalimatnya sejenak, merasa ragu-ragu untuk mengutarakan kata selanjutnya.

"Emm.. Dia bilang hubungan kalian tidak terlalu baik akhir-akhir ini dan kupikir itu yang menjadi alasan Jackson selalu terlambat dijemput. Maaf, bukannya aku ingin ikut campur, aku hanya merasa tak tega jika terus melihat Jackson menjadi murid yang paling terakhir pulang. Dia sendirian, dan terus berdiri selama Berjam-jam tanpa teman, maka dari itu aku ingin mengajukan diri untuk menjemput Jackson."

"Hyung Cantik akan menjemputku setiap hari?!" pekikan khas seorang anak-anak itu menginterupsi pembicaraan Chanyeol dan Baekhyun. Bocah itu baru keluar dari minimarket dengan satu kantong plastik berisi plester dan juga beberapa salep untuk Baekhyun —yang sebenarnya pria itu sama sekali tak membutuhkannya. "Benarkah? Benarkah?" Tanya Jackson penuh semangat.

Baekhyun tersenyum melihat reaksi Jackson. "Ya, jika Daddymu mengizinkanya."

"Daddy!" Jackson segera memekik tak sabar, memberikan tatapan penuh binar permohonan yang ditujukan kepada sang ayah. "Tolong izinkan hyung cantik yang menjemputku. Dengan begitu Daddy tidak perlu repot meninggalkan perusahaan hanya untuk mengantarku pulang."

Untuk beberapa detik hanya diisi udara kosong dengan Jackson dan Baekhyun yang diam menanti jawaban Dari Chanyeol. Pria tinggi itu akhirnya berdeham.

" Tapi aku memiliki beberapa syarat. "

" Astagaa Dadd! Kenapa harus ada syarat? " rengek Jackson tak terima.

"Apa syaratnya?" Dua pasang mata yang mirip itu segera mengalihkan atensi pada si manik sipit.

Chanyeol berdeham lagi. "Kalian harus segera pulang, tidak boleh mampir kemana-mana, intinya pulang langsung pulang. Jika kalian memutuskan untuk mencari makan atau hal-hal lain, k-kau—" sial, kenapa Chanyeol tiba-tiba jadi terbata hanya sekedar memanggil Baekhyun yang sedang menatapnya seperti ini. "Kau harus melaporkannya padaku lengkap dengan bukti berupa foto."

"Oh My God, Dad! Yang benar saja! Kenapa banyak sekali persyaratanny—"

"Tidak masalah, aku menrerima syarat yang kau berikan." Protesan Jackson terpotong oleh Kalimat Baekhyun. Pria itu tanpa ragu mengiyakan segala persyaratan yang Chanyeol berikan.

"Bagus."

...

..

.

TBC

Sorry kalo ada typo dan kalimat yg kurang enak ya, aku gk cek ulang soalnya :)