A First Love Crap
By ewfzy
.
.
.
CHANBAEK STORY
Genre : Romance, Drama?
.
.
.
Seperti perjanjian sebelumnya, hari ini Baekhyunlah yang menjemput Jackson dari sekolah. Kabar baiknya Chanyeol memberikan kebebasan kepada Baekhyun, pria tinggi itu memberikan izin untuk Baekhyun melakukan apapun yang ia inginkan dirumahnya dan menghabiskan waktu di sana selagi Chanyeol bekerja.
Dua orang berbeda usia itu baru sampai di rumah lima menit lalu. Saat pertama masuk ke rumah besar Chanyeol yang pertama melintas dalam pikiran Baekhyun adalah Chanyeol tak banyak berubah. Iya benar, semua tampak jelas dari desain rumah dan perabotan yang ada di dalamnya. Pria itu benar-benar merealisasikan sesuai dengan apa yang selalu ia diam-idamkan sejak dulu. Dan, kenyataan itu telak menampar Baekhyun.
"Masa depan kita akan hancur Chanyeol. Aku takkan bisa mewujudkan mimpi-mimpiku jika ada anak ini!"
"Tidak baek, kita masih bisa mewujudkan impian kita." Chanyeol meraih tangan Baekhyun, membawa pria itu dalam rengkuhannya berharap agar Baekhyun bisa sedikit tenang.
"Mungkin tidak sekarang, kau bisa mengambil satu atau dua tahun untuk menunda debutmu." Chanyeol mencoba menahan emosinya dengan nada bicara yang ia buat selembut mungkin.
"Apa kau gila?" Baekhyun mendorong keras tubuh Chanyeol hingga pelukan keduanya terlepas. "Aku tidak bisa melakukannya! Aku tetap akan menggugurkan bayi ini Chanyeol."
"Demi Tuhan Baekhyun, dia sudah berusia tiga bulan! Kau tega membunuh bayi tak berdosa itu? Dia darah daging mu sendiri."
"Aku tidak peduli, lagi pula bukan keinginanku untuk memiliki anak. Debut ku akan dilangsungkan kurang dari empat bulan, apa kau ingin membuatku terlihat seperti orang bodoh dengan perut buncit ini?!"
"Hyung!" Baekhyun berjengit, panggilan melengking khas seorang anak-anak itu membuyarkan pikirannya "Ya?"
"Ayo ikut aku, akan kutunjukkan kamar ku padamu." tanpa repot menunggu persetujuan dari yang lebih tua Jackson langsung menarik tangan Baekhyun menuju kamarnya di lantai atas. Baekhyun tak memiliki pilihan selain mengikuti kemauan sang putra.
Pintu kayu bercat putih itu dibuka dengan sedikit kasar. Kamar tidur bertemakan Iron Man lekas tertangkap indra begitu Baekhyun melangkah masuk. Dindingnya perpaduan antara putih dan merah, rak kayunya juga berwarna merah dengan beberapa bagian dicat kuning khas sekali dengan salah satu karakter marvel itu. Sprei dan selimut juga tak ketinggalan, semuanya bermotif Iron Man.
"Waa, Jackson sepertinya suka sekali dengan Iron Man ya?"
Mendengar pertanyaan yang lebih seperti pernyataan itu membuat Jackson segera melonjak kegirangan. "Benar! Aku suka sekali Iron man, Iron Man adalah hero terhebat. Apa hyung suka Iron man juga?" bocah itu balik bertanya dengan mata yang berbinar-binar.
Baekhyun terkekeh "Kau benar-benar seperti ayahmu."
Mata Jackson melotot takjub "Hyung Cantik tahu jika Daddy juga suka Iron Man??!" Baekhyun mengangguk singkat mengiyakan.
"Tapi dari mana hyung tahu? Daddy selalu menyembunyikan tentang itu, ia bahkan tak pernah menceritakan tentang kesukaannya pada Mama." pertanyaan Jackson sontak membungkam bibir tipis sewarna peachnya, sekarang Baekhyun jadi bingung sendiri bagaimana harus menjawab.
"Em- itu, hanya menebak?" ujar Baekhyun menggaruk lehernya yang tak gatal menemukan alasan.
Bocah itu menelengkan kepalanya ke kiri, terlihat ragu, agaknya masih tidak puas dengan jawaban yang Baekhyun berikan.
"Ah, benar. Jackie belum makan siang kan?"
Jackson menjawab dengan gelengan.
"Untuk sekarang bagaimana kalau Jack berganti baju dulu dan hyung akan memasak sesuatu untuk Jack. Kita bahas Iron Man nanti lagi, bagaimana?" belum juga mendapat respon Baekhyun kembali melanjutkan kalimatnya. "Jackie mau cookies tidak? Kalau mau nanti akan hyung buatkan juga."
Raut penasaran yang tadinya menghiasi wajah Jackson seketika pergi digantikan senyum berseri - seri. "Jack suka sekali cookies."
"Baiklah kalau begitu Jack ganti baju dulu sekarang, hyung akan mulai menyiapkan semuanya."
...
Detik berubah jadi menit, menit jadi jam dan sekarang total sudah tujuh jam Baekhyun habiskan waktunya berdua dengan sang putra di rumah milik mantan kekasihnya itu.
TV di ruang tengah menyala terang menampilkan kartun kesukaan bocah taman kanak-kanak itu. Sedangkan yang menonton -baik Jackson maupun Baekhyun sudah tertidur pulas di sofa panjang dengan tubuh saling berpelukan. Camilan dalam toples teronggok menyedihkan sementara tutupnya hilang entah kemana, sisa cookies yang siang tadi Baekhyun buat juga masih tersisa beberapa potong di atas meja.
Chanyeol yang baru memasuki rumahnya hanya bisa menggeleng samar melihat bagaimana kondisi tempat tinggalnya. Pria itu perlahan mendekat mengemasi sisa makanan yang berserakan, kemudian termenung sejenak mengamati bagaimana 'ibu' dan anak yang sama-sama tertidur dengan nyenyaknya.
Senyum tipis tersemat, sedang pikiran mulai melayang memikirkan banyak kalimat dengan berbagai kata seandainya dan bagaimana jika. Penyesalan jelas ada, tapi terlalu basi untuk menyesali segalanya sekarang bukan? Andai saja waktu bisa diputar kembali, Chanyeol tentu ingin kembali pada malam itu, malam yang takkan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
Mata bulat yang nampak lelah dengan kantung mata hitam itu lantas memejam sebelum menarik napas panjang dan bangkit dari duduknya. Melenggang pergi meninggalkan dua orang yang tidur, tak lama kembali dengan sebuah selimut di tangan. Chanyeol bentangkan kain lembut di tangannya lantas dengan penuh sayang ia selimuti dua orang berbeda usia itu.
Televisi diruang tengah Chanyeol biarkan menyala untuk mengisi keheningan, sementara ia mulai sibuk dengan beberapa bahan makanan di meja.
"Kapan kau pulang?" Suara serak khas orang bangun tidur menginterupsi kegiatan Chanyeol. Pria itu lekas menoleh ke sumber suara. Menemukan Baekhyun dengan wajah bantal sedang mengucek sebelah mata sabitnya. Rambutnya berantakan dengan beberapa helai mencuat keluar dari tatanan surai sewarna almond itu.
"Beberapa menit lalu." jawab Chanyeol setelah puas mengamati bagaimana penampilan Baekhyun.
Si mungil mendekat, mata sabitnya yang masih mengantuk nampak semakin sipit dan bibir tipisnya sedikit mengerucut. Terlihat menggemaskan.
"Sedang apa?" tanya Baekhyun begitu berdiri di samping Chanyeol -entah pria itu sedang basa-basi atau memang benar-benar tak tahu.
"Aku ingin membuat masakan untuk makan malam."
"Omellete?" tebak Baekhyun.
"Iya" jawab Chanyeol singkat, yang lebih pendek menganggukkan kepala mengerti. "Mau kubantu?" tawar Baekhyun.
"Jika kau tidak keberatan."
Yah, Chanyeol tidak menolak tawaran itu. Sejujurnya ia memang tak terlalu pandai memasak, Chanyeol hanya bisa membuat beberapa hidangan sederhana dari olahan telur atau makanan instan. Sedangkan Baekhyun, pria itu cukup mahir, tentu Chanyeol dengan senang hati menerima tawarannya.
"Aku cuci muka dulu kalau begitu."
Chanyeol membalas dengan sebuah gumaman lantas kembali melanjutkan kegiatannnya.
Beberapa menit berselang Baekhyun kembali dengan wajah yang lebih segar. Membuka kembali kulkas untuk melihat bahan-bahan yang ada dan memikirkan apa kiranya makanan yang bisa dibuat.
"Kau punya sesuatu untuk dibuat pasta?"
"Huh? Entahlah, kau bisa mengeceknya di rak atas."
Baekhyun segera menuju rak yang Chanyeol maksud, membukanya dan menemukan beberapa bungkus spaghetti dan fettuccine instan di sana. Baekhyun memilih mengambil sebungkus pasta dengan potongan yang lebih lebar.
"Kau bisa meninggalkan itu, aku akan membuat prawn pasta."
Chanyeol menurut, pria itu segera beralih posisi dan kini berubah jadi asisten Baekhyun. "Kalau begitu aku yang akan membantumu."
Baekhyun mengangguk kemudian menyerahkan beberapa buah garlic untuk Chanyeol kupas. Dalam beberapa saat kedua orang itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Apa Jane tidak pulang?" tanya Baekhyun membuka obrolan.
"Aku tidak tahu."
Kerutan pada dahi segera muncul setelah jawaban yang Chanyeol berikan. "Kau tak menghubunginya?"
"Sudah, dia mengabaikan pesan dan panggilanku."
"Kalian masih bertengkar?" tanya Baekhyun lagi. Alih-alih menjawab Chanyeol hanya memberikan sebuah kedikan bahu.
"Jangan bertengkar terlalu lama, kasihan Jackson." ujar Baekhyun mencoba menasihati.
"Hmm"
Jari lentik yang sibuk menuangkan cream itu terhenti, melirik Chanyeol sekilas untuk mengeluarkan napas berat. "Kau harus mencarinya Chanyeol, atau hubungi teman dekat dan rekan kerjanya. Bagaimana bisa kau sesantai itu di saat istrimu tidak pulang tiga hari?"
Chanyeol meletakkan segala sesuatu yang ia pegang sebelum akhirnya turut menoleh pada yang lebih pendek. "Iya aku mengerti, kenapa kau ini cerewet sekali."
Baekhyun mencibir, kalau boleh jujur ia juga tak ingin mencampuri urusan rumah tangga mantan kekasihnya itu. Tapi ini menyangkut sang putra, Baekhyun tak ingin Jackson terus murung karena orang tuanya bertengkar.
"Aku hanya memberi saran. Aku tak ingin Jackson terus sedih."
"Harusnya sejak awal kau yang merawatnya, dan semuanya takkan jadi serumit ini sekarang." gumam Chanyeol pada dirinya sendiri.
"Kau mengatakan sesuatu?" Sahut Baekhyun yang hampir kembali melanjutkan kegiatannya.
"Tidak"
"Kau barusan mengataiku kan?" Mata sabitnya menatap penuh kecurigaan.
"Tidak"
"Katakan saja"
"Tidak, aku tidak mengatakan apapun" kukuh Chanyeol tak ingin menjelaskan.
"Kau yakin?"
"Ya"
Baekhyun akhirnya mengalah dengan helaan napas. Jadi ia memutuskan melanjutkan kegiatan memasaknya lagi dengan tenang.
Tak lama berselang Chanyeol telah menyelesaikan tugasnya. Menyerahkan garlic yang selesai ia kupas pada Baekhyun dan kembali membuka obrolan. "Berapa lama kau akan tinggal?"
"Entahlah, mungkin sampai manajerku menjemput."
"Kau ditinggalkan di sini sendiri?"
"Iya."
"Kau masih menginap di hotel?" tanya Chanyeol kembali penasaran.
"Aku tinggal di apartemen."
"Kau membeli apartemen?" tanya si jangkung sambil menoleh cepat.
Baekhyun terkekeh, kenapa Chanyeol naif sekali? Bagaimana bisa pria itu berpikiran seperti itu. "Aku tidak sekaya itu hingga bisa membeli apartemen di negara orang hanya untuk tinggal selama beberapa minggu."
"Ya siapa tahu, kau kan memang kaya." ujar Chanyeol membela diri. "Lalu kau menyewanya?"
Baekhyun menggeleng "Aku menempati apartemen Willis."
Genggaman Chanyeol pada pisau di tangannya seketika mengerat. Apa telinganya tak salah dengar? Apartemen Willis?
"Kalian tinggal bersama?" Kalimat itu tanpa bisa Chanyeol tahan meluncur begitu saja. Satu alisnya terangkat tak suka sembari menunggu Baekhyun merespon.
"Tidak sepenuhnya, Will hanya menginap jika kebetulan memiliki jadwal dekat apartemen." Perasaan Chanyeol semakin tak tenang, ia merasa resah dan jengkel tanpa sebab yang jelas. Manik bulatnya tak lepas menatap punggung Baekhyun yang tengah sibuk memasukkan bahan-bahan yang entah apa dalam pan di atas kompor.
"Kau memiliki hubungan dengannya?" tanya Chanyeol tak ingin basa-basi.
Baekhyun terkikik lagi, entah apa yang menurutnya begitu lucu. "Hubungan seperti apa yang kau maksud Chanyeol" tanyanya mendayu diakhir.
"Mana ku tahu." jawab Chanyeol sinis.
Baekhyun yang tak terlalu peka dengan perubahan nada si tinggi menyelesaikan kikikannya. "Tidak ada yang seperti itu."
Napas yang tanpa sadar Chanyeol tahan sedari tadi langsung terhembus lega begitu saja. Lantas ia berubah kesal pada dirinya sendiri dan memutuskann untuk pergi dari sana.
"Aku akan bangunkan Jackson." ujar Chanyeol mencari alasan. Baekhyun mengiyakan sementara perhatiannya masih terfokus pada masakannya yang setengah jadi. Luput menyadari raut macam apa yang Chanyeol tunjukkan di belakangnya.
Kaki jenjang si tinggi melangkah menuju ruang tengah, si mungil kesayangannya masih terlelap. Pria bertelinga peri itu mengambil duduk di sampingnya, terdiam sambil menatap putranya lama. Ada berbagai macam hal dalam otaknya. Pikirannya kembali bercabang, sekali lagi terjerat rasa bimbang yang ia buat sendiri.
Sebuah kecupan ia daratkan di pipi gembil sang putra, satu lagi ia beri di dahi membuat bocah itu mulai menggeliat tak nyaman. Chanyeol terus mengecupinya hingga mata si kecil perlahan mengerjap.
"Dad~" rengek Jackson sambil menutupi wajahnya dengan selimut, mencoba menhindar dari sang ayah yang terus mengganggu tidurnya.
Chanyeol tersenyum "Hey, Bangunlah. Kita makan malam bersama.." bisiknya lembut.
"Nanti saja.. Aku masih mengantuk~"
Chanyeol kembali mendekat untuk berbisik pada sang putra "Hari ini hyung cantikmu yang memasak, kau yakin mau melewatkan ya?"
"Huh?!" bocah itu tersentak.
Chanyeol terkekeh mendapati respon yang diberikan sang buah hati.
"Ah, benar Hyung cantik!" rasa malas dalam diri Jackson seolah-olah telah ditendang pergi sepenuhnya. Bocah itu segera bangkit dengan mata merah yang ia paksa untuk terbuka lebar. Kepalanya segera menoleh kesana-kemari hendak menemukan dimana gerangan sang artis itu berada.
"Dia ada di dapur, kemarilah." seakan tahu apa yang putranya cari Chanyeol berujar, lantas merentangkan tangannya untuk menawarkan sebuah gendongan. Jackson menyambut uluran itu, segera masuk dalam rengkuhan ayahnya. Jelas terlihat jika bocah bersurai coklat itu masih sangat mengantuk, terbukti dari kepalanya yang langsung terkulai di pundak sang ayah begitu tubuhnya diangkat.
"Hyung cantiik~" panggil Jackson begitu melihat Baekhyun yang sedang menata piring di atas meja makan.
"Jagoan kecilku sudah bangun rupanya, tidurmu nyenyak?" Baekhyun menghentikan kegiatannya, berjalan ke arah Jackson untuk mencubit kedua pipi gembil dan mengecupnya gemas.
Jackson mengangguk, sebelum meminta turun dari gendongan sang ayah. Iris madunya bergerilya kesana kemari, memandang takjub hidangan yang tersaji di meja makan. "Woaa hyung cantik yang memasak semua ini?"
"Ya, dibantu Daddy mu juga."
Jackson reflek mengelupas bibirnya memandang penuh ejekan pada sang ayah. "Sejak kapan Daddy mau membantu memasak?"
Chanyeol tertawa canggung, dengan segera ia mengalihkan perhatian dengan turut duduk di samping sang putra. "Astaga, kau ini bicara apa Jackson? Daddy biasanya juga membantu Mama memasak."
"Benarkah?" tanya Jackson yang lebih terdengar seperti cemoohan.
"Sudah itu tidak penting, sekarang lebih baik kita segera makan sebelum pasta ini menjadi dingin." ...
Malam semakin larut dan Baekhyun memutuskan untuk kembali ke apartemen ketika jam pendek di dinding berada di pertengahan angka sembilan dan sepuluh.
"Kau pulang sendiri? Atau mau kuantar?" tanya Chanyeol menawarkan diri.
"Tidak perlu Chan, aku sudah memesan taksi." tolak Baekhyun. Ia tak ingin merepotkan Chanyeol, lagipula pria itu pasti lelah setelah seharian bekerja.
Belum genap lima menit setelah tawaran Chanyeol, ponsel milik si mungil berdering tanda adanya sebuah panggilan yang masuk. Tanpa menunggu Baekhyun segera mengangkatnya.
"Halo?" terdengar samar-samar suara seorang pria dari sebrang sana. Air muka Baekhyun tiba-tiba berubah terkejut, ia sedikit menjauhkan ponselnya sebelum akhirnya bangkit dari duduknya dan pamit pulang.
"Sepertinya sudah datang, kalau begitu aku pergi sekarang Chanyeol."
Chanyeol yang sedari tadi mengamati Baekhyun mengangguk. "Tentu, hati-hati di jalan. Jika terjadi sesuatu kabari aku."
"iya, terimakasih" balas Baekhyun sambil melangkah keluar dari rumah sang mantan kekasih. Ponsel ditangannya masih terhubung dengan seseorang di sebrang sana.
Begitu keluar dari pintu Baekhyun segera menempelkan kembali ponsel ke telinganya. "Yah, kenapa tiba-tiba menjemputku? Sudah kubilang aku akan pulang naik taksi Will." protes Baekhyun sepanjang langkahnya meninggalkan halaman rumah Chanyeol.
Willis tertawa, tak ambil peduli dengan ocehan Baekhyun. "Sudah tidak perlu banyak protes, cepat kemari dan masuk ke dalam mobil."
Baekhyun menutup panggilan begitu langkahnya sampai tepat di samping mobil sport berwarna merah menyala milik Will. Pria berkulit pucat itu tanpa rasa sungkan membuka kaca mobilnya lantas tersenyum lebar. "Kejutan"
Baekhyun hanya bisa merotasikan bola matanya sebelum berjalan memutar dan masuk untuk duduk di kursi samping kemudi. Pria itu benar-benar tak habis pikir bagaimana Willis begitu keras kepala dan selalu bertindak sesuka hatinya.
Begitu Baekhyun naik, mobil sport merah itu langsung melesat pergi, meninggalkan tatapan tak suka dari sepasang mata pria dari balik jendela lantai dua.
...
..
.
TBC
