A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

"Hyung? Astaga, kukira kau telah melupakanku" kikik Baekhyun begitu panggilan pada ponsel miliknya ia terima.

"Kau masih bisa tertawa? Ya Tuhan! Apa kau tahu bagaimana gilanya aku di sini?" Baekhyun hanya terkekeh menanggapi omelan sang manajer dari sebrang sana. "Besok semuanya akan beres dan lusa aku akan menjemputmu. Kau sudah lebih baik kan? Aku dengar Will mengenalkanmu dengan beberapa dokter juga."

"Ya, aku sudah lebih baik. Sebenarnya kau tidak perlu buru-buru menjemputku. Aku bisa tinggal di sini lebih lama tenang saja."

"Byun Baekhyun sudah cukup, apa kau ingin benar-benar membunuhku? Aku sudah hampir gila mengatur ulang segala jadwalmu dan membatalkan beberapa kontrak. Telingaku bahkan masih berdenging karena terlalu banyak mendengar omelan dari berbagai pihak."

Baekhyun terkekeh lagi, omelan manajernya selalu berhasil menghiburnya."Baiklah, baiklah, sudah cukup. Aku tidak akan membuat masalah."

"Bagus, ingat jangan pernah melakukan hal-hal bodoh dan gila lagi! Nikmati waktumu selagi di sana."

"Eum, aku mengerti."

"Ya sudah kalau begitu kututup, si tua itu memanggilku."

"Oke, byee hyung" Berbagai mainan berserakan di atas karpet sementara layar datar di depan sana menayangkan kartun dengan karakter utama sponge kotak berwarna kuning. Bocah taman kanak-kanak yang tengah sibuk dengan robot-robotan di tangannya itu akan mengalihkan pandangan pada layar di depannya sesekali.

"Jackie" Baekhyun yang selesai dengan panggilannya datang menghampiri. Tersenyum tipis melihat Jackson yang masih sibuk bermain.

"Sudah saatnya untuk mandi." ujar Baekhyun mendudukan diri di samping Jackson.

"Tapi aku masih ingin merangkai ini." tolak Jackson sambil menunjukkan robot-robotan miliknya dan mulai merangkainya lagi.

"Hari sudah semakin gelap dan sebentar lagi Daddy pulang. Kau tak ingin membuatnya marah bukan?" bujuk Baekhyun mengusap pucuk kepala Jackson lembut mencoba merayu.

Si mungil berambut brunette itu menatap Baekhyun sebelum berakhir meletakkan mainannya."Baiklah." Jackson lantas bangkit. Merentangkan tangan sebagai tanda agar Baekhyun membantu membukakan bajunya.

Baekhyun segera mendekat bertumpu pada satu lututnya untuk mensejajarkan tinggi dengan Jackson. Tangannya mulai bergerak melepas kaos dan celana bocah itu. Kemudian menuntunnya menuju kamar mandi.

Jackson itu gemar sekali berceloteh. Bocah itu senang mengajukan berbagai macam pertanyaan random yang terkadang membuat Baekhyun sendiri bingung bagaimana harus menjawabnya. Seperti sekarang contohnya, meski tubuhnya diam ketika Baekhyun mandikan tapi mulutnya tak bisa berhenti berbicara.

"Hyung, apakah Korea negara yang bagus?"

"Ya, cukup bagus kurasa."

"Lebih bagus mana dengan New York?"

"Mereka memiliki daya tarik tersendiri. Kenapa? Jackson mau bermain ke Korea?"

Bocah itu terlihat berpikir sebelum akhirnya mengangguk. "Sebenarnya sudah lama aku ingin ke Korea."

"Mau bermain ke sana? Kalau mau nanti Jackie bisa ikut dengan Hyung saat pulang nanti." tutur Baekhyun sambil mengoleskan sabun kesuluruh tubuh mungil Jackson.

"Apakah boleh?" tanya Jackson menggebu-gebu.

"Selama Daddy memberikan izin."

"Yes! Aku akan membujuk Daddy kalau begitu."Suara pintu yang dibuka dari luar membuat Baekhyun spontan datang untuk menghampiri. Wajahnya terlihat penuh semangat untuk menyambut Chanyeol yang baru pulang dari bekerja. Ia berencana akan membujuk pria itu agar memperbolehkan Jackson ikut dengannya pulang ke Korea. Namun begitu pintu terbuka ekspresi pria itu seketika berubah 180

"O-oh Jane? Kau pulang." tanya Baekhyun kikuk begitu mendapati seorang wanita yang ada di sana.

Ekspresi Jane tak jauh berbeda, raut wanita itu juga terlihat sama terkejutnya. "Kau? Kenapa ada di sini?"

"Aku menemani Jackson."

"MAMAAA!" Pekikan melengking terdengar dari belakang sebelum disusul dengan suara langkah kaki yang begitu heboh. Jackson segera berlari dan memeluk kaki Jane begitu melihat sosoknya.

Jane merendahkan tubuh untuk membawa bocah itu masuk dalam rengkuhan. Mengusap rambut almond miliknya dan memberi kecupan ringan di kepala.

"Mama dari mana saja? Aku rindu" Jane terkekeh sejenak, menjauhkan tubuhnya dari yang lebih kecil untuk menatap wajahnya.

"Maafkan Mama, ada banyak pekerjaan dan Mama harus menyelesaikannya dulu."

Jackson menganggukkan kepala mengerti sebelum akhirnya sadar jika ada Baekhyun juga di sana. "Untung saja ada Hyung Cantik yang selalu menemaniku selama Mama pergi."

"Ah, begitukah? Kalau begitu Mama harus berterima kasih kepada Hyung Cantik karena telah menjagamu selama mama pergi." ujar Jane dengan ekor matanya yang melirik kearah Baekhyun. Makan malam berjalan tenang dengan kehadiran Jane yang membuat meja makan nampak lebih ramai.

Baekhyun sedang mencuci piring sementara Chanyeol, Jackson, dan Jane tengah berada di ruang santai. Mereka terlihat asik menonton tayangan di tv dengan tawa Jackson sebagai suara latar.

Baekhyun tersenyum miris menertawakan nasibnya. Tidak, ia bukannya mengasihani diri karena harus membersihkan piring-piring kotor ini sedangkan mereka bertiga bersenang-senang di depan sana. Baik Chanyeol dan Jane sama sekali tak menyuruh Baekhyun membersihkan sisa makan malam. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk menghindar. Baekhyun merasa terabaikan, meski tak ada yang benar-benar mengabaikannya.

Melihat bagaimana tawa lebar Jackson begitu bertemu Jane menghantarkan perasaan aneh, Baekhyun merasakan denyutan samar mulai menggerogoti rongga dadanya. Chanyeol dan Jane entah mengapa terlihat sempurna dengan Jackson di tengah-tengah mereka.

"Kau bisa tinggalkan itu." Suara baritone pria menginterupsi kegiatannya, membuyarkan pikiran yang mulai melayang semakin jauh.

"Tidak apa-apa lagipula sebentar lagi selesai. Aku akan pulang setelah menyelesaikan ini."

Chanyeol menghembuskan napas kasar sebelum menyingkap lengan kemeja miliknya jadi sebatas siku. Menggeser posisi tubuh Baekhyun untuk mengambil alih pekerjaannya.

Baekhyun sedikit tersentak dengan apa yang Chanyeol lakukan. Tangannya yang penuh busa masih menggantung kaku di udara. "Cuci tanganmu, kau bisa bergabung bersama Jackson dan Jane di depan."

Satu helaan keluar, Baekhyun mulai menggeser tubuhnya memberikan sedikit jarak dengan Chanyeol.

"Aku tak ingin mengganggu mereka." Kepalanya ia putar untuk melirik ke arah ruang tengah di mana Jackson dan Jane berada. "Jackson terlihat sangat merindukan Jane."

Tak menanggapi pernyataan yang lebih mungil Chanyeol tetap melanjutkan mencuci piring-piring kotor di depannya dalam diam.

"Ngomong-ngomong kalian bertiga nampak sempurna bersama." ujar Baekhyun sambil menatap Chanyeol dari samping. "Kau membuatku cemburu."

Gerakan tangan Chanyeol pada piring-piring itu seketika berhenti. Pria tinggi dengan balutan kemeja biru di tubuhnya itu lantas menatap Baekhyun sangsi.

Di pandangi sedemikian rupa membuat Baekhyun mulai sadar jika ia mungkin telah mengatakan kalimat yang tidak pantas. "O-oh, maaf aku tidak bermksud—"

"Aku hanya ingin mengutarakan apa yang aku rasakan." Lanjut Baekhyun begitu Chanyeol tak memberi tanggapan lebih. Chanyeol berakhir menghela napas sebelum kembali berkutat pada piring cuciannya.

Menit berlalu dalam keterdiaman, Baekhyun masih berdiri di sana sambil bersandar pada counter dapur menemani Chanyeol menyelesaikan kegiatannya.

"Kemarin kenapa berbohong?" tanya Chanyeol tiba-tiba memecah hening.

"Huh?" sahut Baekhyun.

"Kenapa berbohong padaku?"

"Apa?" Baekhyun balik bertanya merasa bingung.

"Kau bilang pulang dengan taxi, tapi kemarin Willis kan yang menjemput mu?"

"Oh, itu— ya Willis yang menjemput. Aku tidak berbohong soal memesan taxi, Will saja yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan."

"Oh"

Hening lagi. Chanyeol membasuh piring terakhir lantas meletakkannya di rak samping wastafel.

"Sepertinya kau semakin dekat dengannya."

Baekhyun yang masih bersandar pada counter dapur tak menyadari jika Chanyeol kini telah berbalik padanya. Pria mungil itu masih asik mengamati kakinya yang tengah membuat pola abstrak di lantai.

"Ya, kami cukup dekat."

Entah mengapa jawaban itu sukses membuat udara di sekitar Chanyeol mendadak panas.

"Haruskah aku mulai berkencan dengannya juga? Kebetulan kami sama-sama lajang." ujar Baekhyun pelan. Ia kembali mengangkat pandangan, sedikit tersentak begitu sadar Chanyeol tengah menatapnya dengan raut menyeramkan.

Yang lebih tinggi mendengus kecil membuang muka sejenak sebelum kembali mematut lawan bicaranya."Kau bilang masih mencintaiku beberapa minggu lalu bahkan mengajakku menikah, lima belas menit sebelum ini kau juga mengatakan cemburu padaku, dan sekarang kau ingin berkencan dengan Willis?"

Baekhyun tanpa sadar mengerucutkan bibirnya. "Lalu aku harus bagaimana? Kau sudah memiliki keluargamu sendiri sekarang. Kau punya istri, kalian sudah menikah, aku harus move on bukan begitu?"

Jawaban Baekhyun membuat Chanyeol semakin kesal hingga sebuah decakan lolos begitu saja dari bibirnya.

Seharusnya kau berusaha lebih keras bukan malah menyerah.

"Lagipula Jackson juga terlihat amat sangat menyayangi Jane, dia bahkan mengabaikanku begitu Jane datang. Kurasa aku memang tak memiliki kesempatan. Benar seperti yang kau bilang, bagaimanapun aku tetap orang asing di mata Jackson." Baekhyun melanjutkan kalimatnya dengan pandangan yang ia turunkan lagi ke arah lantai.

"Jackson hanya tak ingin kehilangan ibunya untuk kedua kali." sahut Chanyeol menanggapi pernyataan Baekhyun. "Meski Jackson selalu terlihat ceria sebenarnya ia memiliki ketakutan yang amat besar. Bocah itu takut di tinggalkan." "Baek?" Baekhyun sudah hampir berpamitan pulang ketika seseorang tiba-tiba memanggil namanya.

"Iya?" jawab Baekhyun mengalihkan perhatian pada yang memanggil.

"Bisa minta tolong untuk membawa Jackson ke kamarnya? Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan dengan Chanyeol berdua." ujar Jane setengah berbisik agar tak sampai didengar Jackson.

Baekhyun reflek melirik Chanyeol yang duduk di depannya. Yang ditatap rupanya juga tengah memandangi Jane dengan ekspresi bertanya.

"Oh, baiklah." Tak ingin bertanya lebih jauh Baekhyun segera menuruti permintaan Jane.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Chanyeol begitu Jackson dan Baekhyun telah meninggalkan ruang tengah.

Pembicaraan Chanyeol dan Jane berlangsung cukup lama. Kedua manusia berbeda gender itu terlibat pembicaraan yang cukup serius sampai lupa waktu. Mereka berdua baru membubarkan diri begitu jam hampir menunjuk angka sebelas malam.

Jane langsung masuk ke kamarnya sementara Chanyeol beranjak menuju kamar Jackson di lantai dua. Pintu kayu itu Chanyeol buka pelan, kamar dalam keadaan gelap tanpa ada suara apapun selain detik jam di atas nakas. Jackson sudah tidur dengan Baekhyun di sampingnya.

Chanyeol berjalan mendekat, menarik selimut untuk menyelimuti dua orang itu. Satu kecupan ia sematkan di kening Jackson dan tangan besarnya tanpa sadar terarah menuju kepala Baekhyun. Mengusap rambut almond itu pelan, sangat hati-hati tak ingin mengganggu tidurnya. "Selamat malam." bisik Chanyeol sebelum pergi meninggalkan kamar putranya. Baekhyun tersentak begitu bangun dari tidurnya. Ia masih berada di kamar Jackson, ia ketiduran. Suasana di luar masih gelap, si mungil itu segera mencari ponsel untuk mengeceknya. Ada dua panggilan tak terjawab dari Will, dan beberapa pesan juga.

Baekhyun langsung menepuk keningnya begitu melihat jam menunjukkan pukul 03.38, sudah amat sangat terlambat jika ia pulang sekarang.

Matahari terbit masih sekitar tiga jam lagi. Baekhyun memutuskan keluar dari kamar Jackson setelah merasakan kering di tenggorokannya. Keadaan rumah masih sepi, sepertinya orang-orang masih tidur.

Pria itu berjalan pelan menuruni tangga, lantas berbelok menuju dapur. Baekhyun membutuhkan air minum.

Suasana dapur masih sama sepinya. Lampu dapur dalam keadaan mati, Baekhyun pun segera menekan saklar untuk mencari sumber pencahayaan.

"Arggh!"

Baekhyun memekik terkejut, tubuhnya berjengit sampai mundur beberapa langkah ke belakang begitu melihat sosok pria tinggi yang duduk di meja makan. Rambut hitam berantakannya menutupi setengah mata, penampilan pria itu benar-benar kacau.

"C-chanyeol?" panggil Baekhyun begitu mengamati pria itu lebih jauh.

Pria berkaos hitam itu lantas mengangkat wajahnya, kantung mata hitam menghiasi rupa lusuhnya. Matanya terlihat sayu dan lambat laun Baekhyun mulai mencium aroma alkohol yang begitu kuat.

"Baekhyun..." panggil Chanyeol sambil tersenyum sementara pandangan matanya tak fokus.

"Kau mabuk?" Baekhyun mendekat, menemukan beberapa botol alkohol yang sudah kosong di atas meja.

"Tidak, aku hanya minum sedikit."

Bohong, tentu saja Chanyeol berbohong. Tapi Baekhyun tetap mengiyakan, si mungil itu jauh lebih khawatir dengan kondisinya sekarang.

"Sesuatu terjadi?" tanya Baekhyun penuh perasaan.

Chanyeol membalas dengan gelengan lemah. Namun sedetik setelah itu ia malah menarik tangan Baekhyun hingga si pria mungil duduk di pangkuannya.

"C-chan?!" Baekhyun memekik, ia terkejut tentu saja.

"Aku merindukanmu."

Chanyeol tanpa sungkan memeluk pinggang Baekhyun erat. Kepala mulai ia sandarkan pada pundak sempit Baekhyun dengan napas yang terdengar berat, entah apa yang terjadi padanya.

Mendapati perlakuan demikian bukannya berontak Baekhyun malah menyapukan jari lentiknya pada surai hitam Chanyeol. Menyisir rambutnya ke belakang dengan lembut mencoba menenangkan. "Ada apa?"

Pria itu hanya menggelengkan kepala, membuat Baekhyun merasa geli ketika rambut Chanyeol bergesekan dengan kulitnya. Napas hangat Chanyeol juga terus menerpa leher membuat ia merinding.

"Hanya rindu" jawab Chanyeol, kemudian mengangkat kepalanya. "Sangaat rindu."

Baekhyun mulai bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Chanyeol? Apakah pembicaraannya dengan Jane tidak berakhir baik?

Namun semua pertanyaan itu seketika sirna begitu Chanyeol tanpa aba-aba mencium bibirnya. Iris sipit Baekhyun melebar, bibir plum itu terasa lembab menyentuh belah tipisnya.

Rasa alkohol dan juga rokok pun perlahan bisa ia rasakan ketika Chanyeol mulai memberikan lumatan. Usapan di punggung Baekhyun rasakan menjalar sampai leher membuat ia bergidik.

Baekhyun tahu ini salah, harusnya ia menolak. Mereka tidak seharusnya melakukan ini, Chanyeol sudah menikah dan pria itu sedang mabuk sekarang. Harusnya Baekhyun yang waras menghentikan semuanya, tapi sudut lain dalam dirinya mengingankanya juga.

Ia juga merindu.

Chanyeol semakin memperdalam ciuman. Baekhyun tahu ia gila begitu tangannya bergerak menuju leher Chanyeol dan mengalungkan lengannya nyaman di sana. Ciuman sepihak itu perlahan mulai Baekhyun balas untuk turut menyalurkan rindu.

Lidah Chanyeol langsung menerobos masuk ketika Baekhyun memberikan akses. Menginvasi gua hangat miliknya, mengabsen satu-persatu gigi dan langit-langit mulut Baekhyun. Bahkan dengan berani mengajak lidah Baekhyun untuk bergulat di dalam sana. Bunyi kecipak basah terdengar diantara heningnya dapur membuat suasana semakin panas.

"Mmhhh.." sebuah desahan lolos dari belah tipis si mungil. Tangan kasar Chanyeol telah mencapai bagian bawah Baekhyun, meremas pipi pantat sintalnya dengan jemari. Dan Baekhyun sadar semua ini sudah sangat terlambat untuk dihentikan ketika ia merasakan sesuatu yang keras mengganjal di bawah pantatnya.

Chanyeol dan alkohol bukanlah perpaduan yang bagus, pria itu akan benar-benar hilang kendali ketika mabuk.

Tapi tidak bohong Baekhyun menikmati semua ini. Tubuhnya merindukan sentuhan-sentuhan Chanyeol. Baekhyun tahu ia akan menyesali keputusannya esok hari, tapi peduli setan ia hanya ingin menyalurkan rindu pada Chanyeol.

"Fuck Baek, kau selalu berhasil membuatku kehilangan kendali."

Jemari Baekhyun menarik rambut Chanyeol kuat. Tubuhnya sedikit bergetar ketika Chanyeol mulai mengerjai lehernya. Tangan besar si telinga peri mulai melepaskan satu-persatu kencing kemeja yang Baekhyun gunakan.

Tubuh dan nipple merah mudanya yang menegang segera menyambut Chanyeol. Si tinggi menatap lapar dua tonjolan itu dan mulai menjilatinya satu persatu, mengulum bergantian di antara bibirnya.

"M-mhh Chanhh" lenguhan lain kembali terdengar. Baekhyun merasa berdosa, bukankah ini termasuk perselingkuhan? tapi ia juga menyukainya. Baekhyun tak ingin menghentikan ini, meski ada sisi lain yang terus mengatakan untuk menyudahi.

Semua terasa deja vu, tapi bukankah Baekhyun harusnya belajar dari masa lalu?

...

..

.

TBC

Maljum nih gaesss wkwkwkwk