A First Love Crap
By ewfzy
.
.
.
CHANBAEK STORY
Genre : Romance, Drama?
.
.
.
Kau tahu? aku muak! Bayi ini hanya menahanku dan aku jelas tak bisa menggantungkan hidup padamu. Di luar sana masih ada banyak hal yang ingin ku lakukan, dan bayi ini menghalangiku!"
"Demi Tuhan dia masih belum genap satu bulan Baekhyun, dia masih membutuhkanmu."
"Aku tidak peduli, dia bayimu. Aku sudah bilang tak menginginkannya jadi sekarang semua terserah padamu dia bukan urusanku lagi."
"Kenapa kau bisa setega itu? Bagaimanapun dia adalah putramu Baekhyun!"
"Sudah kubilang aku tak menginginkannya Chanyeol! Dia telah menyita waktuku! Harusnya aku bisa debut lebih awal, tapi karena bayi bodoh itu aku harus memulai semuanya dari awal, dan aku tak ingin membuang kesempatan emas yang mereka berikan!"
Baekhyun mengambil barang-barang yang telah ia masukkan ke dalam koper, menyeretnya menuju pintu tanpa mempedulikan tangisan pilu seorang bayi yang berada dalam gendongan kekasihnya.
"Kau akan menyesal Baek!"
Baekhyun abai, terus melangkahkan kakinya mantap bahkan tak mau repot untuk sekedar menoleh ke belakang hingga tubuh mungilnya benar-benar hilang. Pintu ditutup kasar menyisakan Chanyeol yang berdiri tanpa bisa berbuat apa-apa lagi.
Sinar matahari yang mengintip dari celah gorden berhasil membuat tidur Chanyeol terganggu. Mata bulat itu sayup-sayup mulai terbuka untuk membiaskan cahaya. Tubuh tingginya bergerak, namun ketika hendak meregangkan ototnya yang lelah Chanyeol dikejutkan dengan sosok pria yang ada dalam rengkuhannya. Kulit punggungnya terasa halus dalam indera peraba Chanyeol. Tunggu, kulit punggung?
Chanyeol segera menarik penuh kesadaran mengabaikan kepalanya yang pening.
Mata bulatnya membola ketika sadar jika pria yang tidur satu selimut dengannya itu adalah Byun Baekhyun. Iris hitam Chanyeol lantas bergulir melihat bagaimana kondisinya, dan Chanyeol hanya bisa menghela napas ketika sadar jika dirinya dan Baekhyun sama-sama dalam keadaan telanjang.
Ini bukan kamarnya, tapi Chanyeol tahu jika ia masih berada di rumahnya. Ia berada di kamar tamu samping dapur.
Kalau boleh jujur Chanyeol cukup panik sekarang. Tapi ia mencoba bersikap tenang dengan memutar paksa ingatannya. Tapi sial sekali yang Chanyeol ingat hanya ketika dia minum semalam di dapur, dan selanjutnya ia tidak ingat apa-apa lagi.
Mungkinkah ia telah bertindak terlalu jauh? Apakah Chanyeol kembali melewati batas?
Entahlah kepalanya bertambah pusing.
Chanyeol bangkit lantas berjalan memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai. Memakainya asal dan pergi meninggalkan Baekhyun yang masih tertidur di kamar itu.
Lima belas menit setelahnya Chanyeol telah selesai membersihkan diri. Kini si tinggi itu menghampiri pantry dapur untuk membuat teh jahe yang ia harap dapat meredakan hangovernya.
Pikirannya terlalu berantakan hari ini, ia sudah menghubungi asistennya agar menangani pekerjaan untuk sementara waktu. Meski ada banyak pekerjaan yang ia tinggalkan di kantor, Chanyeol cukup tahu diri jika tidak akan berguna apabila ia tetap berangkat dengan keadaan seperti ini.
Lagipula ia juga bimbang antara meninggalkan Baekhyun atau tidak di rumahnya sendirian. Chanyeol yakin Jane dan Jackson sudah pergi sejak tiga jam lalu mengingat sekarang sudah pukul 10 lebih.
Entah Chanyeol harus bersyukur atau tidak Jane kembali. Di satu sisi ia merasa lega karena wanita itu mengurusi Jackson. Namun Chanyeol tak mengerti apakah Jene juga tahu tentang perbuatannya semalam.
Chanyeol berbalik hendak duduk kembali di sofa ketika pintu kamar ruang tamu terbuka. Baekhyun muncul dari sana dengan kemeja kusut dan rambutnya yang ia sisir asal-asalan.
Pandangan mereka bertemu selama beberapa detik namun Chanyeol menjadi yang pertama memutuskan tautan. Lebih memilih melanjutkan tujuannya untuk duduk di sofa dan menyesap teh jahe di cangkirnya.
Baekhyun berjalan mendekat kemudian mengambil duduk di depan sofa yang Chanyeol duduki. Pria itu berkedip beberapa kali sebelum menatap Chanyeol dalam keheningan. Cukup lama hingga akhirnya ada kata yang keluar dari belah bibirnya.
"Selamat pagi." gumamnya parau.
Chanyeol masih bergeming. Membuat keadaan menjadi canggung.
Pria itu sebenarnya sibuk mengamati beberapa tanda merah di leher Baekhyun. Membuatnya kembali memijat pelipis karena pusing di kepalanya semakin menjadi.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Chanyeol setelah keterdiaman panjang.
Kedua pasang mata itu kembali bertukar pandang, gigi Chanyeol gemertak sebagai wujud sebagaimana kesalnya ia pada keadaan saat ini.
"Kenapa kau tak menolak? Kau bisa berteriak, memukul, mencekik atau membunuhku sekalian. Tapi kenapa kau membuatku melewati batas lagi Baekhyun?" erang Chanyeol frustasi.
Untuk beberapa saat Bekhyun hanya bisa bernapas dan berkedip, anggap saja ia gila karena tak keberatan setelah ditiduri oleh mantan kekasihnya.
"Karena aku juga menginginkannya."
Bibir Chanyeol terkatup.Jujur saja pria tinggi itu benar-benar kehilangan kata.
Namun, lain Chanyeol lain Baekhyun. Dibanding kondisi si tinggi yang terlihat berang si mungil itu malah terlihat tanpa beban. Merasa apa yang telah mereka perbuat bukanlah sesuatu yang perlu dibesar-besarkan.
Chanyeol mendengus sekali sebelum kembali bersuara.
"Lalu jika kau sampai hamil, kau akan kembali menyalahkanku dan berusaha menggugurkan bayimu demi karir sialanmu lagi setelahnya? Bagus sekali." Chanyeol tertawa miris, namun detik berikutnya wajahnya kembali mengeras.
Baekhyun jelas ingin mengelak, meski ia juga belum siap jika harus hamil lagi. Tidak, bukannya ia takut karirnya hancur atau semacamnya. Hanya saja mereka berdua tak memiliki hubungan apapun sekarang, lalu bagaimana nasib bayinya jika ia benar-benar hamil kelak?
"Apa kau benar-benar bahagia menikah dengan Jane?" tanya Baekhyun membalas pertanyaan Chanyeol setelah beberapa detik hanya diisi udara kosong.
Chanyeol membuang napas kasar, ia mengerang akan rasa frustasi. "Jangan mengubah topik pembicaraan Baekhyun!"
"Aku tak mengubah topik, aku hanya mencoba menjawab pertanyaanmu."
"Kau tak perlu tahu, karena itu bukan urusanmu."
"Kau masih mencintaiku kan?" tanya Baekhyun lirih lengkap dengan tatapan sendunya. "Kau masih sangat mencintaiku Park Chanyeol... dan akupun sama..."
Chanyeol mengepalkan tangannya erat.
Kenapa? Kenapa kau menunjukkan seakan kau benar-benar terluka sementara kau adalah orang yang menyakitiku selama ini.
"Kau tak bisa menyembunyikannya lagi, hatimu jelas masih untukku kan Chanyeol? Katakan padaku." pertanyaan itu terdengar begitu lembut keluar dari belah tipis Baekhyun. Dan Chanyeol hanya bisa menemukan dirinya terpaku, tak bisa berpaling dari jeratan iris coklat itu. Ini semua semakin mencekiknya.
"Lalu apa yang akan berubah?"
Baekhyun menarik atensi lebih, kembali menatap nanar.
"Kenyataan jika aku masih mencintaimu takkan merubah apapun Byun Baekhyun. Apa yang terjadi lima tahun lalu akan terus membekas dalam ingatanku. Mungkin aku sudah memaafkanmu tapi aku tidak akan lupa, dan rasa cintaku padamu tidak lebih besar daripada rasa sayangku pada Jackson."
"Kita bisa memulai— "
"Cukup" Kalimat Baekhyun terhenti ketika Chanyeol mengangkat salah satu tangannya.
Pertahanan Chanyeol hampir runtuh ketika iris sipit kesukaannya kembali tergenang air mata.
Bukan, bukan seperti itu Baekhyun. Aku memang masih sangat mencintaimu, dan membesarkan Jackson denganmu adalah salah satu mimpi terbesarku. Tapi bukan seperti ini yang aku inginkan. Aku butuh pembuktian, yakinkan aku jika aku takkan menyesal dengan kembali mempercayaimu.
"Aku tak ingin berdebat denganmu lebih jauh lagi. Lebih baik kau pulang sekarang."
Chanyeol tahu, ia sadar benar bagaimana kata-katanya akan menyakiti Baekhyun. Tapi ia tak punya cara lain, pikirannya sedang kacau saat ini.
...
Detik jarum jam yang bergerak konstan menjadi satu-satunya pengisi suara di kamar yang beberapa hari terakhir Baekhyun tempati. Si mungil itu benar-benar pergi setelah Chanyeol memintanya pergi.
Dan pria itu memutuskan untuk menyibukkan diri dengan mengemasi barang-barangnya sekarang. Junmyeon memberi kabar jika ia mengambil penerbangan malam ini, jadi sudah di pastikan besok Baekhyun harus kembali ke Korea.
Napas berat kembali terhembus. Baekhyun mendudukan diri di ujung ranjang, kembali merenung. Ia telah melakukan terlalu jauh, ia pikir hubungannya dengan Chanyeol akan membaik setelah apa yang mereka lakukan semalam. Tapi ternyata tidak sama sekali, yang ada keadaan menjadi semakin buruk.
Getaran pada ponsel menyentak kesadaran Baekhyun. Notifikasi yang menampilkan nama Chanyeol seketika membuat jantung si pria mungil berdebar dua kali lebih cepat.
"Kau bisa menemuinya."
Seulas senyum langsung muncul mengekspresikan rasa lega akan persetujuan yang Chanyeol berikan. Baekhyun hampir menyerah ketika pria itu tak kunjung membalas pesannya yang meminta izin untuk mengajak Jackson pergi keluar. Tapi syukurlah Chanyeol masih berbaik hati padanya. Meski sebenarnya Baekhyun sudah tak punya muka jika harus bertemu dengan pria itu lagi.
...
Baekhyun sudah bersiap bahkan sejak sejam lalu dan kini si mungil tengah mengendarai taxi untuk menjemput Jackson. Jari lentik miliknya terasa dingin bertautan diatas paha, cukup mengekspresikan perasaannya yang campur aduk.
Baekhyun sebenarnya hanya akan mengajak Jackson jalan-jalan dan makan malam. Namun, tiba-tiba ia terpikirkan untuk memberitahukan tentang siapa dirinya kepada Jackson.
Baekhyun tahu ia mungkin akan menyesal karena memberi tahu Jackson tentang kebenaran itu tepat sebelum ia kembali ke Korea. Ia sadar bahwa mungkin setelah ini Jackson takkan memandangnya dengan cara yang sama, bocah itu mungkin akan membencinya. Tapi setidaknya Baekhyun ingin meminta maaf kepada putranya dengan cara yang benar.
Begitu Taxi sampai di depan kediaman Park, si mungil Jackson telah siap di depan pintu menunggunya. Bocah itu terlihat sangat bersemangat dan tidak sabar. Namun entah mengapa senyuman polos dari wajah mungil itu malah membuat Baekhyun sedih.
Waktu berjalan begitu cepat.
Tanpa terasa ia telah menghabiskan dua jam hanya untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi Mall. Berbagai tas belanjaan penuh di tangan kanan kiri Baekhyun dan semua itu ia beli untuk Jackson.
Puas berjalan Baekhyun memutuskan untuk singgah di sebuah restaurant bintang lima yang terletak di samping jalanan besar Kota New York. Ia bahkan telah melakukan reservasi khusus hanya untuk ia dan putranya. Baekhyun tahu itu mungkin sedikit berlebihan, tapi ia benar-benar tak ingin makan malamnya terganggu.
"Selamat datang Tuan." sambut salah seorang pelayan restaurant.
Wanita itu lantas mengantar Baekhyun pada sebuah meja khusus di sudut ruangan yang agak jauh dari khalayak umum.
Baekhyun dan Jackson duduk berhadapan, sementara pelayan itu memberikan buku menu untuk mereka berdua. Baekhyun cukup sadar jika restaurant ini agaknya sedikit kurang cocok untuk anak-anak. Tapi Baekhyun tak punya pilihan lain, ia butuh privasi dan ia tak punya banyak referensi.
"Jack ingin pesan apa?"
Baekhyun mendongak menatap Jackson yang sibuk melihat-lihat buku menunya.
"Uhm... Aku bingung mau pesan yang mana."
Baekhyun tersenyum simpul menanggapi "Pesan sepuasmu, Jackie."
Setelah beberapa menit Jackson habiskan untuk melihat-lihat menu akhirnya bocah itu menunjuk beberapa makanan untuk dipesan juga. Baekhyun hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya yang entah mengapa terlihat menggemaskan.
"Sudah? Tidak ada tambahan lagi?" tanya Baekhyun memastikan sebelum pelayan pergi untuk menyiapkan pesanan mereka berdua.
"Eung! Kurasa sudah cukup." jawab Jackson sambil menganggukkan kepalanya.
"Baiklah."
Begitu pelayan pergi, Jackson menjadi yang pertama membuka obrolan.
"Apa hyung cantik besok pulang?"
"Iya, besok pagi hyung harus kembali ke Korea."
Wajah Jackson seketika berubah murung. "Aku ingin ikut denganmu tapi Daddy tidak memberikan izin." adunya kepada Baekhyun dengan nada rengekan khas anak-anaknya.
Baekhyun tersenyum tipis sebelum menanggapi "Tidak apa-apa, mungkin Jackie masih terlalu kecil untuk bepergian ke luar negri jadi Daddy khawatir."
"Kenapa hyung tidak tinggal di sini saja selamanya?"
"Hyung tidak bisa tinggal, ada pekerjaan yang harus diselesaikan."
"Begitukah?"
Baekhyun memberi anggukan untuk mengiyakan.
"Apa ini makan malam sebagai perpisahan?"
"Tidak Jack, kita masih bisa bertemu dilain waktu." ujar Baekhyun mencoba menenangkan, meski ia sendiri juga tak yakin apakah ada kesempatan lain untuk mereka bertemu.
"Janji kau akan menemuiku lagi?" tanya Jackson sambil mengangkat jari miliknya. Meminta hyung cantiknya untuk membuat janji kelingking dengannya.
"Janji" jawab Baekhyun sembari menautkan jari mereka berdua.
Tak lama beberapa pelayan datang dengan membawa troli makanan berisi menu yang tadi mereka pesan. Ekspresi murung Jackson seketika terganti setelah melihat makanan-makanan itu.
Beberapa menit mereka habiskan untuk menyantap hidangan yang telah tersaji. Lebih tepatnya Jackson yang menghabiskan makanannya karena sedari tadi Baekhyun hanya diam mengamati dan sesekali menyuapinya.
Begitu bocah itu telah menyelesaikan hidangan utama Baekhyun mulai memantapkan diri untuk memberitahukan apa tujuannya.
"Ekhm" Baekhyun berdeham mencoba mengenyahkan sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. "Jackson ... sebenarnya ada suatu hal yang ingin Hyung bicarakan denganmu."
Jackson yang sibuk dengan dessert di meja sontak mengangkat kepala. "Apa itu? Katakan saja."
"Tapi sebelum mendengar semuanya Hyung hanya ingin Jackson tahu, jika hyung benar-benar menyesal."
Bocah itu mengerutkan keningnya merasa bingung. Hyung cantiknya tiba-tiba berubah sangat serius, dan entah mengapa Jackson melihat wajah rupawan kesukaannya itu menjadi sedih.
Meski bingung bocah itu tetap menganggukkan kepala mengiyakan.
Sembari menunggu Baekhyun berbicara Jackson menyuapkan satu sendok penuh torte ke dalam mulutnya .
"Ada apa hyung?" tanya Jackson ketika Baekhyun tak kunjung bersuara.
"Begini, ini tentang ibu kandungmu. Jackson sebenarnya selama ini ada sesuatu yang Hyung dan Daddy sembunyikan dari—" perkataan Baekhyun berhenti ketika Jackson tiba-tiba terbatuk dan memegangi kerah bajunya. Tubuh mungilnya melengkung, menunduk ke bawah sambil tangannya terus meremat kaos yang ia kenakan erat.
"Jackson! Ada apa sayang?"tanya Baekhyun berubah panik. Ia segera menghampiri Jackson, ikut membungkuk untuk melihat tubuh Jackson yang semakin melengkung.
Baekhyun semakin panik begitu melihat wajah Jackson yang kesakitan, bocah itu memejamkan mata erat sementara keringat dingin mulai muncul di pelipisnya. Mulutnya terbuka seakan hendak mengeluarkan sesuatu namun tak bisa.
Baekhyun segera berteriak meminta pertolongan. Ia mulai menyalahkan dirinya karena memilih tempat di ujung sehingga jauh dari pengunjung lain.
"Bernapas Jack! Jackson, bernapaslah sayang!" ujar Baekhyun dengan wajahnya yang semakin memucat ketakutan.
Beruntung pelayan di restaurant cukup tanggap. Salah seorang pelayan datang dan segera melakukan pertolongan pertama pada Jackson kemudian pelayan lain turut muncul untuk membantu menghubungi ambulance.
Tubuh Baekhyun rasanya lemas sekali, demi Tuhan Baekhyun takkan pernah memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada putranya.
..
Baekhyun menggenggam telapak tangan Jackson. Pemandangan di depannya sukses membuat hatinya sakit, si mungil itu terlihat begitu rapuh dengan selang infus yang menancap di punggung tangan.
Bodoh! Kenapa kau bisa begitu bodoh Byun Baekhyun? Lihat apa yang telah kau lakukan, bagaimana bisa kau tidak tahu tentang alergi yang putramu miliki.
Sebulir air mata kembali jatuh dari pelupuk sipitnya. Dadanya sesak sekali. Sungguh, Baekhyun tak bisa membayangkan hal mengerikan apa yang mungkin akan terjadi jika ia terlambat membawa putranya ke rumah sakit.
BRAK
Baekhyun tersentak ketika pintu ruang rawat inap Jackson terbuka kasar dari luar.
"Apa yang terjadi?! Bagaimana keadaan Jackson?" Chanyeol muncul dengan wajah panik menghampiri Sang putra yang masih terbaring lemah di ranjang.
Baekhyun bergeming, lebih memilih bangkit dari duduk membiarkan Chanyeol mengambil alih posisinya alih-alih menjawab pertanyaan pria itu.
Seketika rasa marah menguasainya ketika melihat Jackson masih tak sadarkan diri lengkap dengan infus dan alat bantu pernapasan pada tubuhnya
"AKU BERTANYA APA YANG TERJADI BAEKHYUN?!"
Baekhyun terperanjat ketika pria itu bertanya dengan nada yang cukup lantang. "M-maaf Chanyeol, aku tidak tahu jika Jackson memiliki alergi terhadap almomd dan ia tanpa sengaja memakan—"
"Apa kau bilang? Kau memberinya almond? Apa Kau ingin membunuh putraku?!"
"Tidak! Bukan seperti itu, aku sama sekali tidak tahu jika Jackson punya alergi. Aku tidak sengaja."
"Tidak sengaja?"
Chanyeol menggeram, "Sejak awal kau memang tak menginginkannya Baekhyun, dan sekarang kau berusaha membunuhnya lagi kan?"
"Jaga bicaramu Chan!"
Chanyeol menyugar surainya frustasi, ia marah. Marah sekali. Ia kesal bagaimana putranya bisa berakhir di rumah sakit dengan keadaan seperti ini. Sepanjang hidup ia selalu menjaga malaikatnya dengan sepenuh hati, lalu bagaimana bisa Baekhyun menyakitinya seperti itu.
Satu helaan panjang Chanyeol hembuskan. "Lebih baik kau pergi Baek. Aku tak ingin melihatmu lagi."
"Chanyeol, apa maksudmu? Bagaimana bisa aku pergi dalam keadaan seperti ini. Dia juga putraku, aku tak bisa pergi meninggalkannya sekarang."
"Kau yang membuatnya jadi begini Baekhyun!"
"Aku tidak sengaja, aku tidak tahu. Lagipula aku sudah meminta maaf."
"Minta maaf? Apa maafmu bisa memperbaiki semuanya?"
Mulut Baekhyun terkatup tak dapat menjawab pertanyaan Chanyeol.
"Maafmu sia-sia Baek. Sekarang lebih baik kau pergi. Aku bisa mengurus putraku sendiri."
...
Detik jam yang terus bergerak menjadi satu-satunya teman Chanyeol menunggu putranya yang masih betah terpejam. Setelah Baekhyun pergi Jane datang satu jam kemudian. Wanita itu datang membawa beberapa potong baju untuk Chanyeol, dia juga sempat menawarkan diri untuk bergantian menunggui Jackson. Tapi Chanyeol menolak, ia tak ingin diganggu. Chanyeol takkan pergi kemanapun sebelum Jackson sadar.
"H-hyung~ jangan pergi ... Huks Jangan meninggalkanku" Chanyeol yang tanpa sengaja tertidur langsung terjaga ketika mendengar suara rengekan sang putra.
"Shh.. sayang Daddy di sini." ujar Chanyeol sembari mengusap kepala putranya sayang.
Mata bulat itu perlahan mulai terbuka menjadikan Chanyeol lega luar biasa. Seakan dadanya yang tadi terikat oleh tali tak kasat mata lepas begitu saja.
"Bagian mana yang sakit? Apa Daddy perlu memanggilkan dokter?" tanya Chanyeol bertubi-tubi.
Namun bocah itu hanya diam. Setelah beberapa saat kesadaran mulai datang sepenuhnya dan yang pertama kali Jackson cari adalah Baekhyun.
"Hyung cantik di mana?"
Wajah bahagia Chanyeol seketika muram. Ia tidak suka bagaimana Jackson malah mencari orang yang telah membuatnya jadi seperti ini.
"Dia pergi."
Dan tanpa bisa Chanyeol duga Jackson tiba-tiba menangis. "Aku ingin bertemu hyung cantik." ujarnya pilu.
"Sshh sudah jangan menangis, lebih baik Jackson istirahat agar cepat sehat." ucap Chanyeol berusaha menghentikan tangis putranya. Tapi Jackson terus menggeleng dengan isakan yang semakin terdengar sedih. Chanyeol tak bisa melakukan apapun selain mencoba menenangkannya, ia jelas tak ingin menghubungi Baekhyun. Tidak, Chanyeol tak ingin bertemu dengannya setelah apa yang ia lakukan. Chanyeol kembali menghela napas panjang ketika Jackson akhirnya tertidur setelah lelah menangis. Perasaannya masih sangat kacau, apa yang ia alami seharian ini benar-benar membuatnya sakit kepala.
Pria tinggi itu memutuskan untuk pergi meninggalkan ruang rawat putranya sejenak untuk mencari udara segar.
Sekotak rokok Chanyeol keluarkan dari saku jaketnya, mengambil sebatang lalu ia apit diantara belah bibirnya yang tebal. Tangannya bergerak untuk menemukan korek sebelum akhirnya menyalakan rokok
Sekotak rokok Chanyeol keluarkan dari saku jaketnya, mengambil sebatang lalu ia apit diantara belah bibirnya yang tebal. Tangannya bergerak untuk menemukan korek sebelum akhirnya menyalakan rokok yang ada di mulutnya.
Sejak kemunculan Baekhyun tak ada yang berjalan baik. Semua yang telah Chanyeol tata hancur berantakan. Baik hidup maupun hatinya.
Baekhyun masih terlalu abu-abu di mata Chanyeol.
Apa yang kau inginkan sebenarnya Baekhyun?
...
3 Days Later
"Daddy, apa hyung cantik tidak memberi kabar padamu? "
"Tidak"
Wajah Jackson seketika muram kembali. Sudah tiga hari berlalu sejak insiden yang terjadi di restoran dan Baekhyun tak pernah muncul lagi setelahnya. Tidak ada seharipun Jackson lewatkan untuk menanyakan kabar tentang hyung cantiknya itu meski jawaban yang ia dapat selalu membuat kecewa.
"Kalau begitu biarkan aku yang meneleponnya."
"Tidak Jackson, hyung cantikmu sedang sibuk."
Bocah itu mengerucutkan bibirnya sebal. Daddynya selalu melarangnya untuk menelpon Baekhyun. Membuat Jackson berpikir jika ayahnya itu sedang mencoba menjauhkan dirinya dengan hyung cantiknya.
"Apa dia sudah benar-benar kembali ke Korea? Hyung cantik berjanji akan memgabariku setelah sampai, tapi kenapa dia tidak memberi kabar apapun."
"Korea berbeda dengan New York, mungkin di sana ia sama sekali tak punya waktu dan memiliki urusan yang sangat penting."
...
Malam semakin larut dan kamar inap Jackson terasa jauh lebih sepi di jam-jam begini. Bocah taman kanak-kanak itu terbangun setengah jam lalu dan berusaha agar bisa tidur lagi.
"Untuk apa kau datang?"
Jackson yang hampir tertidur langsung terjaga ketika telinganya mendengar suara sang ayah dari luar ruangan.
Jackson semakin menajamkan pendengaran ketika nama orang yang begitu ia rindukan disebut. Bocah itu tersenyum saat sayup-sayup bisa ia dengar suara Hyung cantik kesayangannya. Tangan mungilnya dengan semangat terulur menyibak selimut, berusaha bangkit dari ranjang. Kakinya hampir menyentuh lantai namun urung begitu ia dengar teriakan sang ayah di luar sana.
"Sudah berapa kali kubilang jika kau tidak perlu datang lagi kemari?!"
"Chanyeol— kumohon izinkan aku bertemu Jackson. Aku hanya ingin melihatnya, aku takkan mengganggunya"
"Untuk apa? Kau mau menyakitinya lagi?! Aku sudah memberi cukup kesempatan padamu, tapi apa yang kau lakukan?! Kau hampir membunuhnya!"
Jackson yang penasaran akhirnya menuruni ranjang dengan mengendap-endap. Berusaha setenang mungkin berjalan menuju pintu untuk mendengarkan percakapan sang ayah dengan orang yang ia yakini sebagai hyung cantiknya agar lebih jelas.
"Chanyeol aku tahu dosaku tak termaafkan, tapi aku takkan setega itu untuk membunuh Jackson. Aku benar-benar tidak tahu jika Jackson memiliki alergi yang sama denganmu. Bagaimanapun aku sangat menyayanginya Chanyeol. "
"Apa kau bilang? Menyayanginya? Takkan tega membunuhnya? Kau sudah hampir melakukannya Baekhyun! Kau tak ingat?"
"Aku tahu apa yang kulakukan dimasa lalu sama sekali tidak bisa dibenarkan, aku menyesal Chan. Tapi sekarang, mana mungkin aku tega melakukan itu, apa yang terjadi murni sebuah kecelakaan. Bagaimanapun Jackson juga putraku Chanyeol, dia darah dagingku. Aku yang melahirkannya"
Jackson meremat piyama yang melapisi tubuh mungilnya. Telinganya mendadak tuli setelah mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan hyung cantiknya.
Apa yang barusan ia dengar? Byun Baekhyun adalah ibunya?
...
.
..
.
TBC
Helloooo long time no see yaa...
Maafkan aku yang baru muncul setelah sekian purnama, lagi stuck banget
Sebenarnya ini part udah kelar lama tapi tiba-tiba aku gk suka sama part yg sebelumnya jadi aku tulis ulang lagi. Hope you like it guyss...
