A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

Hari ini media sosial heboh, nama Baekhyun trending menjadi pencarian terpopuler. Berbagai media berbondong-bondong menulis berita tentangnya dengan seorang pria asing yang tak diketahui identitasnya.

Banyak yang berasumsi jika pria yang memeluk Baekhyun di lobi apartemen adalah bodyguard pribadinya. Ada pula yang berspekulasi jika itu adalah kekasih Baekhyun. Namun jelas opsi kedua menimbulkan banyak kontroversi. Fans Baekhyun tentu tidak terima jika idola mereka memiliki kekasih, apalagi jika kekasihnya seorang pria.

"Heol! Yang benar saja, tidak mungkin jika Baekhyun Oppa berkencan dengan pria itu."

"Aku yakin dia hanya seorang bodyguard, apa kalian tidak melihatnya? Pria itu mencoba menangkap Baekhyun karena dia pingsan."

"Benar, sepertinya dia hanya bodyguard. Lihat saja dari posturnya."

"Tapi aku tak pernah melihat dia, apakah dia bodyguard baru? "

Video berdurasi satu menit itu telah mendapatkan ratusan ribu komentar hanya dalam kurun waktu kurang dari satu jam. Para penggemar dihebohkan dengan video yang menampilkan Baekhyun yang dipeluk dan digendong oleh seorang pria asing.

" Lagipula siapa si bodoh yang berani berpikir jika itu adalah kekasih Baekhyun Oppa? Tck! Yang benar saja."

"Baekhyun bukan gay!"

"Menjijikkan, kalian yang membuat komentar jika itu adalah kekasihnya benar-benar menjijikkan!"

Chanyeol menghela napas panjang sebelum akhirnya meletakkan benda pipih persegi panjang itu ke atas meja. Beranjak dari duduknya untuk melihat keadaan si pria mungil yang masih betah memejamkan matanya.

Chanyeol sudah cukup lama berdiri di sisi ranjang. Hanya diam sambil menunggu kedua kelopak mata yang baru saja terbuka itu untuk meraih kesadaran penuh.

Sementara si mungil yang mulai meraih kesadaran, akhirnya menyadari adanya sosok Chanyeol yang berdiri di samping tempatnya berbaring. Baekhyun nyaris memekik saking senangnya. Ia berusaha bangkit tanpa benar-benar tahu jika kepalanya masih terlilit selang oksigen. Chanyeol dengan cepat mencondongkan tubuhnya menahan gerakan itu. Menahan pundak Baekhyun dengan tangannya agar ia tetap berbaring.

"Tetap di sana, kau barusaja pingsan jika kau lupa." ujar Chanyeol datar.

Baekhyun memejam sejenak ketika merasa kepalanya kembali berputar-putar. Wajahnya masih pucat dengan bibir merah mudanya yang berubah kering dan mengelupas.

"Apa yang kau rasakan sekarang?" pertanyaan Chanyeol berikutnya mengirim sedikit sensasi hangat untuk Baekhyun. Nadanya tak lagi dingin, tidak dengan amarah, tidak juga kosong. Baekhyun tidak mengerti emosi macam apa yang ada di balik intonasi itu.

"Lebih baik."

Chanyeol menghela napas lega sebelum kembali melontarkan pertanyaan. "Kau haus?"

Baekhyun belum sempat menjawab "Akan kuambilkan minum." namun Chanyeol lebih dulu memotong dan pergi untuk mengambilkan segelas air.

"Jangan pergi." Langkah Chanyeol terhenti "Di sini saja," tangannya dicekal erat oleh Baekhyun. "Jangan meninggalkanku. " Mata sabit itu berkaca-kaca, terlihat takut.

Chanyeol berbalik, memilih mengurungkan niatnya dan kembali duduk di samping ranjang Baekhyun. "Ada apa?"

Baekhyun menggeleng lagi "Jangan kemana-mana."

"Aku hanya akan ke dapur sebentar."

Baekhyun menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Tidak."

"Aku takut ... Aku takut kau akan pergi meninggalkanku lagi. Jangan pergi. Tetaplah Di sini, ... bersamaku."

Chanyeol terdiam, membiarkan kalimat Baekhyun mengawang tanpa balasan.

Beberapa detik dibiarkan tanpa ada yang bersuara. Baekhyun mulai resah dengan ekspresi tak terbaca milik yang lebih tinggi.

"Chanyeol—"

"Aku takkan pergi." ucap Chanyeol mencoba menenangkan.

...

"APA KAU DUNGU?!" teriakan direktur Lee menyambut Junmyeon pertama kali.

"AKU MENYURUHMU UNTUK MEMBERESKAN KEKACAUAN ITU, BUKAN MEMBUATNYA SEMAKIN BESAR! BAGAIMANA BISA WARTAWAN MENANGKAP BASAH BAEKHYUN DENGAN PRIA ITU?!"

"Maafkan saya Sajangnim, hal ini murni keteledoran saya karena meninggalkan Baekhyun sendiri tanpa pengawasan."

Direktur Lee mengusap pangkal hidungnya, merasa pening.

"Hari ini aku akan mengumumkan jika Baekhyun akan hiatus untuk sementara waktu. Dan kau, aku tidak mau tahu bagaimanapun juga Baekhyun harus menggugurkan bayinya."

"Tapi Sajangnim—"

"Dan, soal si Park. Kau bisa membenarkan berita tentang dia adalah bodyguard Baekhyun—"

Belum genap sedetik direktur Lee menutup mulutnya, suara dering ponsel yang bersahutan tiba-tiba menginterupsi perbincangan dua orang itu. Ponsel keduanya berdering secara bersamaan, membuat sang pemilik segera merogoh sakunya masing-masing.

Begitu membuka pesan yang baru saja masuk kedua orang itu nampak sangat terkejut.

Direktur Lee menjadi yang pertama membuang ponselnya kesal. Tatapannya penuh emosi, sorotnya seakan mengeluarkan semburan api. Rambut yang sudah dihiasi beberapa uban itu ia remat kuat.

"SIALAN! SIAPA BAJINGAN YANG MENYEBARKAN FOTO-FOTO ITU?!"

Napasnya memburu, kini pandangannya beralih pada Junmyeon yang masih nampak linglung paska melihat pesan yang baru saja ia terima.

"Bawa Baekhyun kemari sekarang juga!"

.

.

Junmyeon tengah berlari sekuat yang ia bisa. Menyusuri lorong koridor agensi dengan tangan dan ponselnya yang tak berhenti bekerja.

" Halo? "

"Chanyeol?"

"Ya Hyung. Ada apa?"

"Gawat! kita tidak bisa diam saja sekarang. Kau harus membawa Baekhyun pergi. Kemanapun yang kau bisa, tempat paling aman yang bisa kau jangkau sekarang juga."

...

"Kita mau ke mana?" tanya Baekhyun yang bingung karena Chanyeol tiba-tiba mengemasi seluruh pakaian miliknya.

"Untuk sementara kau tidak bisa tinggal di apartemen milikmu lagi. Para wartawan itu semakin menggila, kau akan tinggal bersamaku beberapa waktu ke depan."

"Ada apa? Apa yang terjadi?"

"Foto-foto kita saat berada di New York tersebar."

Baekhyun terkejut, otaknya tiba-tiba kosong. Dan ia tak punya pilihan lain selain menuruti apa kata Chanyeol.

Sebuah bangunan tua di pinggiran kota rupanya menjadi tujuan. Napas panjang Baekhyun tarik dalam, sudah lama sekali sejak terakhir ia kemari. Rumah dengan halaman luas dan pagar kayu yang menyimpan banyak kenangan masa lalu. Rumah Chanyeol.

Pagar kayu bercat putih itu Chanyeol dorong hingga menghasilkan bunyi derit yang khas dari bangunan tua. Sudah bertahun-tahun sejak Baekhyun menginjakkan kaki di sini.

"Daddy...!" suara Jackson memekik nyaring menyambut telinganya. Sementara kedua tangannya terbentang di udara.

Baekhyun terkejut bukan main melihat pemandangan itu. Begitupula dengan si kecil yang langsung membeku di tempatnya.

"Jackson!" Baekhyun berjalan cepat meraihnya, memeluknya erat meluapkan rasa rindu yang telah ia tahan. Namun bocah itu tak memberikan reaksi lebih, Jackson hanya diam tanpa ingin membalas pelukan yang lebih tua.

"Jackie, aku sangat merindukanmu... Bagaimana kabarmu? Jack baik kan? Maafkan Hyung tak sempat memberi kabar."

"Aku baik" ujar Jackson singkat sebelum beringsut menuju ayahnya.

Baekhyun tergugu, sikap Jackson berubah padanya. Kenapa putranya jadi mendadak pendiam begini? Apa bocah itu marah? Tapi kenapa?

"Kenapa kau tak memberi tahuku jika Jackson juga di Korea?!" kini pandangan Baekhyun beralih pada Chanyeol.

"Kau tidak bertanya." jawab Chanyeol acuh, sebelum menyibukkan diri memindahkan barang bawaan milik Baekhyun. "Bantu Daddy Jack..."

Baekhyun menghela napas panjang, ia jelas tengah diabaikan saat ini.

...

Baekhyun terkesiap ketika ponsel yang berada di tangannya tiba-tiba diambil alih.

"Sudah cukup, berhenti membaca komentar-komentar itu." Chanyeol mengambil duduk di samping Baekhyun. Pria itu membawa satu mangkuk berisi bubur.

"Lebih baik kau makan, setelah itu istirahat."

Baekhyun hanya mengangguk sambil tersenyum tipis menanggapi.

Tanpa terasa sudah 3 hari ia tinggal di rumah Chanyeol. Dan entah mengapa Baekhyun merasa semakin sedih tiap harinya. Jackson tak mau berbicara dengannya barang sepatah kata pun. Dan, Chanyeol menolak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Pria itu selalu menyuruh Baekhyun untuk bertanya langsung pada Jackson. Baekhyun sudah mencoba tentu saja, tapi hasilnya nihil. Sudah ratusan kali Baekhyun bertanya apa kesalahan yang ia perbuat pada putranya itu tapi tak sekalipun mendapat jawaban.

Belum lagi berita di luaran sana yang semakin memojokannya. Sepertinya karirnya sudah benar-benar hancur sekarang.

"... Baekhyun?"

"Y-ya?"

"Kau melamun lagi?"

"Ah, kau mengatakan sesuatu?" tanya Baekhyun linglung.

Chanyeol menarik napas panjang sebelum menghembuskanya lelah. "Aku mau pergi sebentar, ada beberapa barang yang harus kubeli."

"Aah, iya. Pergilah aku akan menjaga Jackson di rumah."

...

Tanpa sepatah kata terucap Jackson berjalan begitu saja melewati Baekhyun yang sedang duduk di ruang tengah. Bocah itu membawa beberapa mainan sebelum mengambil duduk di atas karpet sambil menyalakan televisi.

Baekhyun mengamatinya dalam diam, tanpa terasa matanya mulai berembun. Tidak bohong ia benar-benar merindukan sosok kecil itu.

"Jackson, sedang bermain apa?" tanya Baekhyun basa-basi mencoba mendekat untuk menarik atensi putranya.

..

..

"Robot."

Baekhyun sedikit terkejut ketika pertanyaannya mendapatkan balasan. Sebuah senyum tipis tanpa sadar terbit menghiasi bibir Baekhyun.

"Mau Hyung temani bermain?"

"Terserah." Tanpa mengalihkan pandangan Jackson kembali menjawab dengan singkat.

Baekhyun tersenyum semakin lebar, meski tanggapan Jackson singkat setidaknya bocah itu sudah mau berbicara dengannya sekarang. Baekhyun segera mengambil duduk di samping sang putra.

Si mungil itu bergeming, nampak tak peduli dengan kehadiran Baekhyun di sisinya. Sementara Baekhyun terus-terusan mengoceh untuk mencairkan suasana. Sesekali Jackson akan menjawab pertanyaannya tapi bocah itu lebih banyak diam dan mengabaikan Baekhyun.

Setengah jam lebih Baekhyun berusaha mengajak Jackson berbicara tapi bocah itu masih enggan menanggapi banyak. Baekhyun yang mulai lelah berakhir mengalah. Memilih diam sambil mengamati putranya yang sibuk bermain.

Untuk beberapa menit suasana Baekhyun biarkan hening, tak ada suara apapun selain bunyi televisi. Tak ada sepatah kata pun yang terlontar, hingga ...

"Bagaimana kabarmu?" lirih, sangat lirih pertanyaan itu keluar dari mulut si kecil.

Baekhyun bahkan hampir mengira jika dirinya tengah berhalusinasi saking tidak percaya.

"Hyung baik-baik saja, Jackie tidak perlu cemas." Baekhyun me jeda kalimatnya sejenak "Haruskah kita pergi membeli es krim begitu Hyung sembuh? Ah, atau Jack mau jalan-jalan dengan Hyung? Kita bisa mengelilingi Seoul jika Jack mau."

Jackson menggeleng, masih dengan raut datarnya. "Apakah dia juga baik?"

Satu alis Baekhyun terangkat, bingung dengan kata dia yang Jackson maksud.

Tak kunjung mendapat jawaban, pada akhirnya Jackson menghentikan aktivitas bermainnya. Menatap Baekhyun sekilas sebelum menjatuhkan pandangannya pada perut yang lebih tinggi.

Baekhyun membolakan matanya. Jujur ia tak menyangka jika Jackson juga tahu soal kehamilannya. "Jack tahu jika Hyung sedang hamil?"

Jackson mengangguk memberikan jawaban. Baekhyun pikir bocah itu tak peduli, lagipula selama ini Baekhyun hanya mengatakan jika ia sedang sakit tanpa memberitahu yang sebenarnya.

"Dad yang bilang, Dad juga menceritakan padaku jika kau adalah pria istimewa."

"Begitukah?" Baekhyun tersenyum sebelum kembali melanjutkan kalimatnya "Adik bayi baik-baik saja, apa kau mau menyapanya?"

Jackson menatap Baekhyun ragu, sesekali pandangannya ia alihkan pada perut Hyung cantiknya yang belum terlalu nampak perubahan itu.

"Kemarilah,"

Perlahan namun pasti Jackson akhirnya mendekat menuju Baekhyun.

"Kau bisa menyentuhnya."

Sekali lagi Jackson nampak ragu, takut-takut ia angkat tangan mungilnya.

"Tidak apa-apa, kau takkan menyakitinya."

Begitu tangan mungil itu menyentuh perut Baekhyun seutas senyum turut terbit dari belah bibirnya. Beberapa usapan lembut Jackson berikan di sana. Melihat raut senang itu turut menghantarkan perasaan bahagia pada Baekhyun. Bibir pria cantik itu kembali melengkung ketika melihat senyuman manis sekaligus polos milik putranya.

"Bolehkah aku menciumnya?"

Bibir Baekhyun spontan tertarik lebih lebar mendengar permintaan itu, "Tentu saja."

Tanpa menunggu lama Jackson segera mendaratkan ciuman kupu-kupu di sana-sini. Bocah itu sesekali juga mengajak bayi di dalam perut Baekhyun berbicara, entah apa yang ia bicarakan Baekhyun tak bisa mendengarnya karena Jackson terus berbisik.

"Menurut Jack, dia laki-laki atau perempuan?"

"Ehmm... Entahlah aku tidak bisa menebaknya."

"Kalau begitu, Jackson lebih suka adik laki-laki atau perempuan?"

"Aku suka dua-duanya. Jika laki-laki kami bisa bermain bersama nanti, tapi jika dia perempuan aku senang karena bisa menjaganya. Aku ingin jadi Hyung yang keren jika punya adik perempuan."

Baekhyun hanya bisa tersenyum menanggapi ocehan bocah mungil itu, sesekali tangannya ia arahkan untuk mengusap kepala Jackson sayang.

Jackson kembali menciumi perut Baekhyun sambil mengusapnya pelan.

"Jika adik Jackson laki-laki harus sama tampannya seperti ku dan Daddy. Tapi berwajah manis sepertimu juga tidak masalah."

Baekhyun mematung, otaknya berusaha mencerna semua kalimat yang barusan ia dengar.

"A-apa yang barusan Jackson katakan? Apa Jack sudah tahu semuanya?"

Bocah itu mengangkat kepalanya dari perut Baekhyun. Menatap pria mungil itu dengan tatapan polos. Jeda beberapa detik sebelum akhirnya Jackson mengangguk mengiyakan.

"Jackson tidak membenciku?" tanya Baekhyun dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Sebenarnya aku masih kesal dan marah, tapi karena hyung cantik akan memberikanku adik aku akan mempertimbangkan untuk memaafkanmu. Asal kau bersikap baik pada Daddy."

Mendengar itu Baekhyun tak dapat lagi menahan air matanya. Semuanya tumpah begitu saja, tubuh mungil Jackson segera ia tenggelamkan dalam pelukan.

" Maafkan aku, maafkan pria bodoh yang telah meninggalkan putra semanis dirimu ini."

...

..

.

TBC