A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

Suara pintu yang dibuka dari luar berhasil menarik perhatian Baekhyun. Si mungil itu segera berdiri dan berjalan untuk melihat siapa yang datang.

"Chanyeol!" panggilnya antusias "Oh, kau belanja?" tanyanya ketika sepasang mata sabit itu menemukan berkantong-kantong kresek belanjaan yang baru saja diturunkan.

Baekhyun hendak mengambil satu, mencoba membantu Chanyeol memindahkan belanjaan itu ke dapur. Namun, tangannya lebih dulu dicekal. "Letakkan! Kau cukup lihat saja. Sudah berapa kali aku bilang jika kau tidak boleh banyak bergerak dan melakukan hal-hal yang membuatmu lelah."

Baekhyun mengembuskan napas panjang. Tubuhnya kembali ia tegakkan.

"Membawa satu kantong kresek belanja menuju dapur tidak akan membuatku lelah Chanyeol."

"Tidak, kau duduk dan tunggu saja di sana." tunjuk Chanyeol ke arah sofa.

Dengan bibir cemberut dan kaki yang sedikit dihentakkan akhirnya Baekhyun menuruti saja apa yang Chanyeol katakan. Ia tak ingin bertengkar hanya karena masalah sepele.

Baekhyun berakhir duduk di kursi meja makan. Mengamati Chanyeol yang mondar-mandir memindahkan belanjaan. Tapi ngomong-ngomong kenapa pria itu membeli banyak sekali strawberry?

"Kenapa membeli banyak sekali strawberry?" tanya Baekhyun ketika menemukan ada belasan kotak kemasan strawberry. Namun ternyata bukan hanya buah, Chanyeol juga membeli beberapa cake dan susu dengan rasa strawberry.

"Bukannya kau suka strawberry?"

Benar, Baekhyun memang pecinta buah merah berbintik itu. Tapi, membeli sebanyak itu bukankah terlalu berlebihan? Lagipula Baekhyun juga tidak minta dibelikan. Dan, kalau boleh jujur akhir-akhir ini ia jadi sedikit mual kalau melihat strawberry, apalagi mencium baunya.

"Kau mau? Biar aku cucikan?"

Baekhyun cepat-cepat menggeleng, melihat strawberry sebanyak itu saja sudah membuatnya mual. Apalagi jika harus memakannya.

"Kenapa?" tanya Chanyeol merasa heran. Biasanya Baekhyun akan sangat bersemangat jika melihat buah strawberry.

"Aku sedang tidak berselera."

Meski merasa heran tapi Chanyeol menurut saja. Ia kembali melanjutkan kegiatannya mengemasi belanjaan. Memasukkan buah dan sayur ke dalam kulkas. Selesai dengan kegiatannya Chanyeol mengambil sebotol air minum dan segera meneguknya.

"Di mana Jackson?" tanya Chanyeol begitu sadar tak menemukan keberadaan putranya.

"Dia sudah tidur." jawab Baekhyun "Oh ya, ada yang ingin kubicarakan." lanjutnya dengan nada semangat.

"Apa?" tanya Chanyeol sembari mengambil duduk di depan Baekhyun. Tangannya meraih sebuah kantong berisi cake yang tadi ia beli, kemudian membuka satu untuk ia makan.

Di sisi lain Baekhyun hanya mengamati dalam diam. Ini sedikit aneh melihat Chanyeol yang tidak suka makanan manis, tiba-tiba memakan strawberry shortcake.

"Kau mau?" tawar Chanyeol yang merasa jika Baekhyun sedari tadi tengah mengamatinya.

"Tidak, terimakasih."

Chanyeol menganggukkan kepalanya menanggapi "Jadi apa yang mau kau bicarakan?"

"Aku dan Jackson sudah berbaikan." ujar Baekhyun berbunga-bunga.

"Memangnya kalian bertengkar?"

"Tidak juga sih, maksudku Jackson sudah mau berbicara denganku lagi!" lanjut Baekhyun dengan nada penuh semangat.

"Oh, ya?" balas Chanyeol datar, sambil menyantap kue strawberry nya.

Baekhyun mengangguk antusias, namun detik berikutnya wajahnya berubah kesal "Dan, kau! Kenapa tidak memberitahuku jika Jackson sudah tahu semuanya?!"

"Jadi dia sudah memberi tahumu?"

Wajah kesal Baekhyun berubah lagi,

"Iya, Jackson sudah menceritakan semuanya. Dan aku senang sekali Chanyeol! Jackson tidak membenciku! Dia bilang masih merasa sedikit kesal dan marah tapi akan memaafkanku asal aku bersikap baik padamu!" Baekhyun menjeda sejenak ucapannya hanya untuk sekadar membayangkan bagaimana wajah polos putranya.

"Bukankah Jackson sangat manis? Kurasa dia benar-benar menyayangimu, kau membesarkannya dengan baik." lanjut Baekhyun dengan senyuman. Namun senyuman itu perlahan luntur. Pandangannya turun.

"Hanya aku satu-satunya yang gagal di sini. Aku adalah yang terburuk karena menjadi ibu yang jahat, menelantarkan putra semanis Jackson, bahkan hampir membunuhnya."

Chanyeol melihat raut sedih dan menyesal itu, dan tangannya refleks menyentuh pucuk kepala Baekhyun lantas mengusapnya pelan. "Kau bisa memperbaikinya."

Baekhyun mengangkat kepalanya perlahan, menjadikan kedua pasang mata itu saling bertatapan. Chanyeol yang tersadar dengan apa yang ia lakukan segera menarik tangannya.

"Ekhm." Yang lebih tinggi berdeham coba mengenyahkan rasa canggung. "Kau bisa menebus kesalahanmu, mulai sekarang jadilah ibu yang baik untuknya dan Jackson pasti akan sepenuhnya memafkanmu."

"Kau akan memaafkanku juga kan?" tanya Baekhyun sambil menatap Chanyeol penuh harap, berusaha menemukan jawaban dari sorot matanya.

Chanyeol memutuskan tatapan itu sepihak "Bukankah aku sudah pernah bilang jika aku telah memaafkanmu?" kini pandangannya kosong menuju strawberry shortcake yang baru ia makan setengah.

Baekhyun nampak bahagia mendengar jawaban itu. "Kalau begitu kita mulai semuanya dari awal-"

"Aku memaafkanmu, tapi aku tidak akan lupa apa yang telah kau lakukan."

"Chanyeol—" kalimat Baekhyun lagi-lagi dipotong.

"Yakinkan aku Baekhyun, buatlah aku yakin jika kembali bersamamu takkan membuatku menyesal untuk yang kedua kalinya."

...

Chanyeol berbaring di atas ranjangnya sejak dua jam lalu tanpa bisa menutup matanya. Waktu telah menunjukkan lewat tengah malam, putranya sudah tidur pulas di sampingnya sejak lama. Namun, entah mengapa mata Chanyeol sama sekali tidak mau tertutup, padahal tubuhnya benar-benar lelah.

Sementara di tempat lain Baekhyun pun sama tidak bisa tidurnya. Perutnya terasa tidak nyaman, sudah puluhan kali ia merubah posisi tidurnya tapi tetap saja badannya serasa aneh.

Menghela napas lelah pria mungil itu akhirnya memutuskan pergi ke dapur untuk mendapatkan segelas air minum. Begitu membuka pintu, Baekhyun terkejut saat menemukan Chanyeol duduk di kursi di depan kamar tidurnya.

"Kau belum tidur?" tanya Baekhyun di ambang pintu.

"Aku tidak bisa tidur." jawab Chanyeol seadanya. "Kau sendiri?" tanyanya balik.

"Aku terbangun karena haus." bual Baekhyun.

Baekhyun lantas melenggang menuju dapur mengambil segelas air. Sementara Chanyeol memperhatikannya dari jauh, ia bisa melihat Baekhyun yang tengah menuang air dari tempatnya duduk, karena desain rumahnya memang tanpa sekat.

Namun Chanyeol berubah panik ketika Baekhyun tiba-tiba berlari menuju kamar mandi samping dapur. Ia pun segera menyusul si mungil dengan cepat. Chanyeol menemukan Baekhyun tengah berjongkok sambil memuntahkan isi perutnya. Dengan telaten ia pun mulai jongkok dan memijit pangkal leher pria itu. Menemani Baekhyun mengatasi mualnya.

"Masih mual?" tanya Chanyeol begitu dirasa muntahan Baekhyun berhenti.

Baekhyun menggeleng sambil menyeka mulutnya dengan air. Chanyeol lantas menuntun Baekhyun kembali menuju kamarnya. Membaringkannya di ranjang dengan hati-hati.

"Mau kubuatkan teh hangat?" tawar Chanyeol yang hanya dibalas gelengan lemas oleh Baekhyun.

Wajah mungil itu sedikit pucat, membuat Chanyeol khawatir. Dan, semakin khawatir ketika beberapa kali Baekhyun meringis seolah menahan nyeri. Tangannya juga beberapa kali mengusap perutnya.

Si tinggi lantas mengambil duduk di ranjang, turut mengusap perut yang sudah nampak sedikit membuncit itu pelan.

"Bagian mana yang sakit? Mau Di kompres air hangat?" tawar Chanyeol lagi. Ia tahu bahwa masa kehamilan adalah masa-masa yang berat dan akan semakin berat jika itu Baekhyun.

Sekali lagi Baekhyun menggeleng, "Chanyeol ..."

"Ya?" jawab Chanyeol dengan tanggap.

"Bisakah kau berbaring sebentar di sampingku? Kurasa dia merindukan aroma tubuhmu."

Tanpa banyak kata Chanyeol segera menuruti permintaan Baekhyun. Pria itu membaringkan tubuhnya di samping Baekhyun, badannya i koa miringkan menghadap yang lebih mungil. Tangannya kembali terulur untuk mengusap perut Baekhyun sebelum—

Grep

Chanyeol terkesiap, Baekhyun tiba-tiba memeluk dan menelusupkan wajahnya di ceruk lehernya. Napasnya bahkan sampai tertahan saking terkejutnya.

"Biarkan seperti ini dulu, aromamu membuatku tenang."

Beberapa waktu tubuh tinggi itu membeku. Sementara jantungnya berdebar keras.

Detik demi detik terus berjalan tanpa adanya pembicaraan. Kedua adam itu diam, tak ada sepatah kata pun terucap. Seolah-olah tengah menata jantung dan hatinya masing-masing.

Mencoba mengurangi kecanggungan, Chanyeol akhirnya mulai menggerakkan tangannya kembali. Kini lengannya terulur menuju punggung Baekhyun, memberikan usapan lembut di sana. Sementara si mungil tak memberikan reaksi apapun, masih betah dengan posisinya.

Beberapa lama hanya diisi udara kosong hingga Chanyeol akhirnya mendengar suara dengkuran halus.

Baekhyun tertidur.

Chanyeol sedikit menjauhkan tubuhnya, ingin melihat wajah damai pria di depannya. Chanyeol pandangi wajah rupawan Baekhyun dengan tatapan dalam. Kalau boleh ia ingin berharap waktu berhenti berputar, sudah lama sekali rasanya. Ia benar-benar rindu saat-saat seperti ini bersama Baekhyunnya.

Suara dentingan jam entah mengapa terdengar begitu lambat di telinganya. Baekhyun terlihat amat polos dan rapuh memeluknya. Tangan mungil itu bahkan masih menggenggam erat kaos yang ia pakai. Seolah takut akan ditinggalkan.

Dalam keheningan itu tangan Chanyeol tergerak untuk menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah cantik Baekhyun. Lantas tak berhenti di sana, pipi dengan rona kemerah-merahan itu Chanyeol tangkup sebelum ia usap pelan mengunakan ibu jarinya.

"Baekhyun ... Kau tahu apa yang lucu?" tanya Chanyeol lirih. Pertanyaannya jelas ditujukan pada yang lebih mungil, namun hanya berakhir udara kosong yang mendengarnya.

"Kau menyakitiku, kau meninggalkanku, kau mencampakkanku—"

"... dan aku masih mencintaimu." kini tangan Chanyeol ia alihkan menuju dadanya sendiri. Berusaha merasakan debaran jantungnya.

"Dia masih berdebar sama kerasnya seperti saat pertama kali kita bertemu..."

"Baekhyun, perasaanku padamu tak pernah berubah sedikitpun. Orang-orang selalu mengatakan jika aku bodoh, mereka bilang aku bodoh karena masih mencintaimu." Chanyeol tertawa, menertawakan dirinya sendiri.

"Dan kuakui itu, aku memang bodoh—"

"Karena bagaimanapun aku berusaha, aku takkan bisa melupakanmu. Kau adalah cinta pertamaku, dan sampai kapanpun aku terjebak denganmu."

...

Pagi-pagi sekali Baekhyun sudah bangun dari tidurnya. Ia merasa tubuhnya jauh lebih segar hari ini. Apakah ini efek karena tidur dipeluk Chanyeol semalaman? Entahlah Baekhyun tidak tahu, yang jelas ia merasa lebih sehat dan mood nya juga bagus hari ini.

Si mungil itu tengah mengobrak-abrik seisi dapur, begitu menemukan banyak bahan makanan di kulkas ia dan otak cemerlangnya mulai berinisiatif untuk membuat sarapan.

Baekhyun nampak sibuk dengan tubuh mungilnya yang dibalut apron, semenetara mata fokus pada layar ponsel miliknya yang menayangkan siaran memasak.

Pria itu melakukan apa yang telah diinstruksikan, semuanya lancar sampai ketika ia harus menggoreng telur yang telah ia kocok itu. Minyak di dalam penggorengan terus meletup-letup membuat Baekhyun ketakutan.

"Aish! Kenapa jadi begini! Aw aw! panas." Baekhyun menggerutu ketika tangannya terkena cipratan minyak panas. Tubuhnya sampai mundur beberapa langkah ke belakang. Ia meraih sendok penggorengan berusaha membalik telur dadar yang sudah mengeluarkan asap itu.

"Aish! Ck! " Baekhyun berdecak begitu mendapati telur dadar buatannya gosong. "Kenapa aku tak belajar memasak daru dulu sih!"

"Apa yang kau lakukan?"

Baekhyun terperanjat ketika tiba-tiba mendengar suara serak khas bangun tidur itu. "C-chanyeol?! Kau sudah bangun?"

Pria itu mengangguk membuat rambut berantakannya bergoyang sementara satu tangannya mengucek matanya.

"Kau masak?"

"i-iya" jawab Baekhyun sambil terkekeh kikuk.

"Apa kau lapar?"

"Sebenarnya aku tidak memasak untukku. Aku hanya ingin membuat sarapan untuk kalian berdua ... Tapi malah mengacaukannya." ujar Baekhyun menyesal.

Chanyeol kemudian mulai melihat-lihat bahan apa saja yang telah Baekhyun keluarkan, setelah terlebih dulu mematikan kompor. Sementara yang lebih pendek mengekorinya.

"Sebenarnya kau mau masak apa?" tanya Chanyeol yang heran begitu melihat bahan makanan yang begitu banyak.

"Omurice,"

"Omurice?" Chanyeol mengulang jawaban Baekhyun untuk memastikan dan dibalas dengan anggukan.

Chanyeol menghela napas panjang.

"Kau tidak membutuhkan bahan sebanyak ini hanya untuk sekadar membuat Omurice Baek."

"Tapi aku melakukan sama seperti yang diinstruksikan."

Satu alis yang lebih tinggi naik, "Siapa yang menginstruksikan?" tanya Chanyeol lagi.

"Ahjuma yang ada di internet. Aku sudah melihat videonya dan aku melakukan sama persis sepertinya."

"Mungkin Ahjuma yang ada di internet itu mau membuat Omurice untuk satu desa." Chanyeol memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa pening sekarang.

"Begitukah?" ujar Baekhyun lirih seolah bertanya pada dirinya sendiri.

"Kalau begitu biar aku saja yang masak. Kau duduk dan tunggu saja di sana."

"Tidak, setidaknya biarkan aku membantu."

Chanyeol menggeleng, "Kau duduk manis saja, oke?"

"Aku tidak mau, aku ingin ikut memasak juga!"

"Tidak Baekhyun, lebih baik kau duduk dan melihat dari jauh." bukan tanpa alasan Chanyeol meminta Baekhyun melihat dari jauh. Ia tahu seberapa ceroboh pria itu, ia tak ingin Baekhyun terluka akibat kecerobohannya.

Di sisi lain Baekhyun cemberut, pria itu nampak kesal sekarang. "Kenapa kau selalu saja begini! Aku hanya ingin membantu, memang apa salahnya membantu?" ujar Baekhyun meledak-ledak. Chanyeol mengacuhkannya, karena ia tahu jika Baekhyun memang keras kepala. Tapi...

"Hiks... "

Chanyeol terkejut bukan main ketika mendengar suara isakan. Dan lebih terkejut lagi ketika menoleh dan mendapati wajah Baekhyun sudah memerah dan berlinang air mata.

"Astaga, kau menangis!? " tanya Chanyeol tak percaya. Dan, itu sukses membuat Baekhyun menangis semakin keras.

Chanyeol kelabakan, ia sama sekali tidak menyangka jika Baekhyun akan menangis hanya karena masalah sepele begini. Sekarang ia bingung harus bagaimana.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud begitu. A-aaku hanya tidak ingin kau kelelahan dan membuatmu sakit." ujar Chanyeol mencoba membela diri.

Gagal, tangisan Baekhyun tidak berhenti juga, yang ada malah tambah kencang.

Chanyeol yang semakin panik, segera membawa Baekhyun dalam pelukannya. Meredam suara tangisan itu agar tak sampai membuat putranya terbangun. Chanyeol tak ingin ketahuan membuat Baekhyun menangis di depan Jackson. Bisa-bisa Jackson memusuhinya nanti.

"Shhtt... Sudah jangan menangis lagi, oke?" Kepala Baekhyun Chanyeol usap pelan.

"Shht, jangan menangis." usapan itu terus Chanyeol berikan, mencoba membuat Baekhyun tenang. "Baiklah, kau boleh membantu ku memasak. Asalkan berhenti menangis dulu, hmm?"

Suara tangisan itu perlahan melirih, sampai akhirnya benar-benar berhenti. Usapan Chanyeol pada Baekhyun ia hentikan, menarik mundur tubuh tingginya untuk melihat wajah yang lebih mungil. Bekas air mata masih tercetak jelas di sana, sementara wajah dan hidung kecil itu memerah.

"Lihatlah wajahmu jadi jelek." ujar Chanyeol berusaha menghibur Baekhyun. Tangannya terulur untuk menghapus jejak-jejak air mata yang tertinggal.

...

"Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, seseorang melihat Baekhyun di daerah Gangwon . Kabarnya dia tinggal bersama mantan kekasihnya di sana. "

"Kau dapatkan alamat lengkapnya?"

"Tidak Sajangnim—"

"Dasar bodoh! Aku tidak menggaji mu untuk informasi tidak berguna seperti ini!"

"Maafkan saya sajangnim, namun saya berhasil mendapatkan informasi lain yang sangat penting."

...

..

.

TBC