-Disclaimer-
Masashi Kishimoto
Naruto X-Over
Present by @Mizkevna
.
.
.
.
Chapter 00: Bergerak! Hantu Vs Shadow! Kembali!
—[Bagian 1]
Ini adalah sepenggal kisah dari seorang laki-laki muda yang—berdiri di tengah-tengah hamparan rumput, memandang datar ke arah senja, semilir angin membelai lembut kulit, dan rambut pirang keemasannya.
Dia yang tak memiliki keluarga sejak kecil sudah terbiasa akan kesendirian tapi, dia tidak merasa kesepian. Tahun demi tahun yang dia lalui telah merubah sudut pandangnya, tentu saja hidupnya juga kian lama semakin berubah yang dulunya ia hanya pemuda normal biasa, berubah menjadi tak biasa.
Hanya saja, dirinya masih tidak terbiasa dengan 'dunia diluar' sana.
"Rupanya kamu disini, Naruto-sama."
Naruto, pemuda bermata biru safir itu melirikkan mata ke arah suara seorang yang memanggilnya datang.—Seorang gadis remaja.
"Untung saja aku tahu kebiasaanmu. Hmph. Apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya, berbangga diri. —Dia gadis yang cantik, bisa dibilang sangat cantik dengan manik darkblue-nya yang berbinar cerah, kulit putih mulus bak porselen, hidungnya yang mancung namun mungil, bibir tipis merah muda alami yang melengkung lebar menunjukan gigi-gigi putihnya… yang bergerigi….
Err.. Naruto spechless. Perasaan ingin memakan sesuatu, mulai menggebu-gebu di dalam dirinya. Tidak Naruto. Kau harus mengendalikan dirimu! Jangan tertipu oleh keimutan itu.—Aku bisa mati!
"Ada apa?" Naruto bertanya balik setelah mereka saling berhadapan, tak pelak itu membuat gadis berambut perak kemilau tersebut cemberut sebal.
Ngomong-ngomong, namanya Sakuya. Gadis itu secara sepihak mengklaim dirinya sendiri adalah 'pelayan pribadi Naruto-sama'. Dia juga memakai seragam french-maid biru-putih. —Berbicara soal 'maid', Naruto bahkan tak perlu repot-repot untuk membayar pekerjaannya.
"Naruto-sama masih memikirkan 'pedang', kan?"
Naruto heran. Apa 'kah yang menyebabkan gadis ini bisa bersemangat begitu, biasanya dia sangat berhati-hati ketika menanyakan hal itu. Darimana kepercayaan dirinya itu datang? Ataukah….
"Apa kamu menemukan sesuatu?"
"Aku menemukannya!" Sakuya menjawab segera. Dia benar-benar tampak bersemangat. Dan tentu saja Naruto tiba-tiba jadi ikut bersemangat.
"Benarkah? Maksudku, apa yang kamu temukan?"
"Tentu saja. Itu pedang milik Naruto-sama!"
Naruto tercengang mendengarnya. Saat itu pula, Sakuya menggenggam kedua tangannya Naruto seperti anak kecil yang kegirangan. Perasaannya jadi campur aduk, antara malu dan bahagia. Tak terasa, sudah cukup lama—.
"Go go, Naruto-sama. Aku akan menunjukkannya padamu!"
Naruto tersenyum sumringah, ia memberi isyarat anggukan dan membiarkan tubuhnya ditarik oleh gadis itu.Keduanya berlari-larian seiriama diwaktu senja menjadi latar belakang mereka. —Akhirnya, setelah sekian lama, Naruto dapat bertemu lagi dengan pedang kesayangannya.
Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa bahagia.
...
—[Bagian 2]
Naruto yang dibawa oleh Sakuya akhirnya sudah sampai ke tempat tujuan mereka, setidaknya itu yang dikatakan pelayannya.—Sebuah gang gelap.
Naruto bertanya-tanya, kenapa mereka berada di sudut gang gelap di dekat pelabuhan ketika apa yang dikatakan Sakuya—bahwa dia menemukan 'pedang kesayangan miliknya'. Dia juga berusaha mengerti, meski sudah tidak sabar, perasaannya merasakan sesuatu yang tak biasa berada disini.
Disamping itu, Naruto juga merasakan kehadiran 'pedang miliknya' bersama dengan 'itu'—. Saat itu sesosok bayangan misterius muncul di hadapan mereka.
[Kau telahlah datang, Nona Kepala Putih.]
Sakuya mendengus "Hmph" pelan, sikap imutnya hilang entah kemana. Menanggapi kata-kata dari bayangan misterius di hadapannya, iapun berdiri dengan sikap angkuh. Kedua tangan disilangkan.
Naruto bertanya-tanya, apa yang telah dilakukan oleh pelayannya hingga mengundang eksistensi yang bisa dia katakan 'menakutkan' di depannya itu——.
"Sesuai yang dijanjikan. Dimana Amanomurakumo[1]?"
Meski wujudnya tampak tersamarkan tapi, mata biru siluet itu memancarkan cahaya hawa dingin yang mencekam.
[Tidak ada. Tapi—]
Siluet itu bicara buru-buru, menghentikan Sakuya yang tampak ingin menyela ucapannya. Lalu dari tangannya yang terbungkus kegelapan misterius itu, dia membengkokkan udara di sekitarnya, dan menarik sesuatu dengan paksa.—Sebilah pedang panjang khas Jepang, Ōdachi, hitam legam, yang terselimuti aura tebal berwarna ungu ke-hitaman mengerikan dari ujung bilah sampai ujung gagangnya.
Sensasi dari aura pedang itu seolah-olah berkata tiada satu halpun yang tidak bisa kuhancurkan di dunia ini. Bahkan Dewa sekalipun bisa terpotong! Selain itu sosok bayangan itu sendiri mempunyai aura kelas tertinggi. Jika dia dan pedang yang di tangannya bersama-sama bergerak, seolah-olah, tidak ada satu lawanpun yang sanggup berdiri di hadapan mereka. Kombinasi sosok yang sangat kuat dan senjata yang tak kalah menakutkannya.
[Amanomurakumo… itu sudah tidak ada lagi. 'Ini'. Inilah Amanomurakumo yang sekarang menjadi. 'Ini' yang sekarang bahkan menolak disentuhku.]
Itu adalah kata-katanya.—Memang benar terlihat dia sedang menggenggam Ōdachi itu, tetapi apa yang sedang dilakukannya ialah membengkokan udara disekitar gagang sepanjang 20cm Ōdachi tersebut. Lalu Odachi itu, sewaktu-waktu terlihat bergerak dan bergetar seolah ingin melarikan diri dari genggamannya.
["-Aku" tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh orang-orang itu tapi, ini bukan sesuatu yang baik juga. Amanomurakumo no Tsurugi, berubah dari keberadaan awalnya.—Apa kau orang aneh yang memiliki jiwa pedang ini?]
Diakhir kata-katanya, mata biru bercahaya siluet itu menatap penuh perhatian kepada Naruto. Dia tampak penuh akan keingintahuan. Tapi, seorang yang diajaknya bicara justru terlihat diam dengan ekpresi aneh.
"Aku tidak berpikir orang sepertimu melakukan ini secara cuma-cuma. —Kau adalah, seorang dewa, kan?"
Naruto melanjutkan kata-katanya melihat respon diam sosok bayangan itu.
"Memang benar akulah yang telah menggunakan itu selama beberapa tahun ini. Tapi…. Adakah hal penting yang membuat seorang dewa sepertimu turun ke jalan?"
[Dunia sedang dalam bahaya. Meski begitu tidak ada yang dapat kulakukan karena hal-hal sangat merepotkan. Aku hanya ingin melihat bagaimana semua itu akan berkembang.]
"Jadi, tujuanmu hanya untuk mengilangkan rasa bosanmu, ya."
[Kukhu. Manusia yang menarik.]
Naruto diam, berpikir bahwa semua ini sudah tak lagi masuk akal. Jadi inikah, sisi gelap dari dunia ini? Dirinya tahu, sangat jarang ada dewa sampai repot-repot mau ikut campur urusan dunia selain urusan milik mitologi mereka sendiri kecuali, ada sesuatu yang mereka inginkan dimana tak perlu bagi mereka untuk mengotori tangannya sendiri—.
"Dengan kata lain. Apa yang kau inginkan? Juga Sakuya, apa yang kamu janjikan pada dewa-san ini diluar sepengetahuanku?" dia tak bermaksud mencemooh kerja keras pelayan imutnya dalam mencari 'pedang kesayangannya' yang 'hilang.…. Tetapi karena keadaanya saat ini seperti ini, jadi prioritasnya sekarang adalah melihat gerak-gerik sosok bayangan di depannya.
[Tenang saja. Aku hanya menyuruh nona kepala putih untuk membawa 'si pengguna pedangnya.']
"Jangan salah paham." Naruto bergumam tidak puas. Sementara itu tangan kirinya dijulurkan ke arah siluet tersebut, lalu dengan telapak tangan terbuka iapun berkata dengan nada memerintah di dalam suaranya.
"Datangah—!"
Seolah menunggu apa yang akan terjadi namun, bayangan misterius itu menatap heran pemuda pirang itu. Tak ada fluktuasi aura, energi ataupun kekuatan apapun yang menghampiri dirinya.
Padahal rasa penasaran dalam dirinya cukuplah besar——!?
Dan dia harus terkejut ketika menyadari sesuatu di tangannya telah menghilang. 'Pedang Dewata' yang sebelumnya dia genggam dengan caranya mengacaukan udara disekitar gagangnya karena menolaknya—kini telah berpindah tangan. Serius!
[Sejak kapan!?]—pikirnya shock. Melihat pedang itu sudah berpindah tangan ke tangan pria muda bersurai blonde.
"[Heavenly Sword of Gathering Cloud] atau sering juga disebut [Kusanagi no Tsurugi, adalah salah satu dari [Empat Pedang Suci] yang berasal dari Shinto. —Sejauh ini evolusinya cukup tidak biasa. Kusanagi adalah pedang yang dipoles dengan genangan darah manusia, roh, bahkan dewa dan naga!"
Naruto dengan tegas mengucapkan kata-kata itu tanpa ragu. Pedang panjang di tangannya seolah mengerti perasaan yang memegangnya terbakar dalam aura dahsyat bak nyala api ungu kehitaman.
Berbeda dengan siluet misterius itu. Dirinya bisa memegang Ōdachi di tangan kirinya tanpa takut terbakar atau yang lebih parahnya… ditolak.
"Dan sepertinya dia mendapatkan sesuatu yang baru dan lain sama sekali." Naruto tahu, ada 'hal' lain yang telah menyatu dengan jiwa-jiwa dalam pedang dan jiwa pedangnya itu sendiri.—Bahkan melahap [Api Suci] dari asal-usul yang berbeda[2].
Pantas saja 'siluet' itu berkata ini dan itu dengan cara yang membingungkan. Lagi-lagi….
Suasananya menjadi hening untuk sejenak.
Tatapan mereka saling terpaku,—mengobservasi satu sama lain. Naruto yang merasa hal ini akan menjadi buntu, akhirnya membuka suara.
"Jadi, apa yang kau inginkan?" Naruto yakin tidak mungkin hal ini berjalan begitu lancar, tentu saja hal itu bukanlah intuisinya semata. Dia tahu, jika seorang dewa melakukan hal-hal baik maka, ada sesuatu yang diinginkannya. Itu dari pengalaman yang pernah dialaminya. Karena itulah—.
[Tunjukkan padaku bagaimana orang yang diberi nama [Specter of Death] menghadapi situasi yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Hanya itu. Lalu, aku pergi.]
H-Hei! Orang itu benar-benar pergi setelah bicara omong kosong. Mereka selalu saja seenaknya. —Karena itulah, aku tidak terlalu menyukai mereka.
"Tapi, ini tidak buruk juga." Naruto melihat Odachi yang digenggam di tangan kirinya,—aura dahsyat pedang menyusut bersamaan dengan ukurannya dan bentuknya berubah menjadi seukuran sebuah katana. Yang tidak biasa hanyalah bilahnya yang hitam legam namun mengkilap.
"Pedang Kusanagi…. Bilah yang telah merenggut banyak nyawa. Ironis ketika itu 'Pedang Suci' jadi hal yang berbeda. [Holy-Demonic Sword]. Hm, itu kurang enak didengar."
"Apapun itu. Selagi ia hanya menginginkan kamu, Naruto-sama sebagai pemiliknya, bisa dikatakan kalau kamu dan dia adalah 'satu' untuk sekarang. Bagaimana kalau [Specter of Death]?"
"Kamu hanya ingin mengejekku, ya?"
"Nai nai nai~. Aku hanya berpikir itu cukup keren untukmu, Naruto-sama. Bagaimanapun juga aku orang yang pertama kali mengatakannya, tehe~."
"Dasar sombong, huh." Naruto mendengus pelan. Dia hanya bisa menikmati pemandangan wajah kikuk dan malu-malu pelayan pribadinya. Sakuya memang seseorang yang sangat unik—.
"Nah, waktunya kembali."
"Yoshaa! Aku akan menyiapkan perayaan besar-besaran setelah kita sampai di rumah!"
"Hentikan itu."
"Eeeeeehh!?"
Naruto memijit pangkal hidungnya, dia baru saja menyadari sesuatu yang cukup penting. Sakuya. Gadis ini sama sekali tak cocok dengan pakaian itu, tidak. Bukan berarti dia itu tidak cocok dalam berpenampilan seperti maid, sejujurnya apa saja yang dikenakanya akan memiliki kecocokan yang sangat sempurna! Tapi, tingkahnya bernar-benar tidak pas!
Maid yang bertingkah imut hanya ada di tempat-tempat tertentu misalnya Maid Cafe. Dan Naruto tidak terima Maid-nya disamakan dengan orang-orang itu. Terlebih lagi, dia tidak ingin dilihat oleh orang-orang dengan tatapan aneh saat berjalan-jalan di kerumunan warga. Lagi.
"Kamu harus mengganti pakaianmu."
Saat itu, Sakuya hanya memandang sang lelaki pirang dengan tatapan tidak mengerti di wajah tanpa dosa-nya.
...
—[Bagian 3]
Di suatu tempat,—seorang pria muda berpakaian hitam berdiri dengan kedua tangan dia masukan ke dalam saku jaket hitamnya…. Dia tidak sendiri karena ada seekor anak 'Anjing' hitam menemani dirinya. Lalu dia pun bersandar ke tembok ketika melihat 'target'-nya telah keluar dari sebuah toko pakaian. Seorang lelaki pirang tampak seusianya berjalan bersama seorang wanita memakai hoodie bertelinga anjing, atau mungkin rubah, berwarna hitam.
Sebenarnya dia tidak merencanakan sesuatu hal yang buruk, sama sekali. Semua ini dilakukannya murni karena intuisinya sebagai 'pemain dibalik layar'.
Diantara banyaknya kerumunan manusia, target-nya adalah yang paling mencolok dimatanya. Dia tahu itu. Lelaki pirang yang menjadi fokus utama, adalah targetnya. Meski gerak-geriknya tidak ada yang mencurigakan, tapi perasaan yang diberikan lelaki pirang itu cukup tidak biasa.
Dia tampaknya seperti manusai tapi, disaat yang sama juga bukan manusia.
Bahkan mata merah 'Anjing'-nya juga melihatnya.
Lalu, ketika pandangannya tertutupi oleh pejalan kaki yang lewat barang sesaat, sang target telah melarikan diri.
Pria muda itupun tersenyum kecil.
"Bagaimana menurutmu, Jin?"
Seolah mengerti yang dikatakan sang pria muda di sampingnya, anak 'Anjing' berwarman hitam itu merespon dengan menggeram pelan.
...
—[Bagian 4]
Di sebuah cafe kecil, Naruto termenung duduk di pojokan. Dunia modern yang dipenuhi misteri ini, benar-benar aneh. Awalnya dia tidak mengira hal semacam itu benar-benar ada, wajar saja karena saat itu dirinya masihlah anak kecil yang polos—.
"Naruto-sama. Ini jusnya."
Naruto tersenyum tipis, berterima kasih kepada seorang gadis yang membawakannya minuman ringan. Gadis imut yang memakai hoodie hitam bertelingan rubah yang tampak agak kebesaran, celana pendek yang dipakainya bahkan tertutupi hoodienya.
Setelah meletakkan kedua gelas itu di atas meja, si gadis pun duduk di sebelahnya. Seperti biasa. Padahal saat ini bukan di rumah mereka tapi, dia masih saja memperlakukannya dengan baik. Ya, walaupun ada beberapa hal yang ingin sekali dia tanyakan.
—Di dunia yang dipenuhi misteri ini, dirinya tidak tahu sejak kapan terlibat begitu dalam. Mungkin saja saat itu, atau mungkin saja waktu itu, itulah yang pernah terpikirkan olehnya. Lagipula dia tak terlalu memperdulikannya.
Ada tiga hal yang tak pernah bisa ditarik kembali. Anak panah yang terlesat, suatu ucapan, terlibat ke dalam dunia supranatural; setidaknya itu yang Naruto sadari. Oleh karena itu cepat atau lambat dirinya pasti akan terlibat lebih jauh.
Sakuya... maidnya kelihatan tenang, pertanda dia sedang menahan sesuatu.
Dia juga mengganti pakaiannya.
Naruto diam, sambil mengaduk-aduk jus dengan sedotan. Sakuya maidnya, memang sangat unik. Bersedia melakukan apa saja yang dikatakannya tanpa penolakan secara kasar, dan selalu patuh.
Padahal...
"Apa kamu tahu, orang yang mengikuti kita tadi?" dia bertanya sekedar untuk menjernihkan pikiran, Naruto tidak ingin berpikiran buruk tentang maid pribadinya. "Dia sepertinya kuat. Mungkinkah itu yang disebut [Pembunuh Tuhan]?"
Dan Naruto pun melihatnya lagi, sikap sembrono maidnya telah kembali. Sakuya yang tenang juga sangat anggun dan elegan namun, Sakuya yang imut juga luar biasa.
"I-Iya! Tidak salah lagi. Itu adalah salah satunya."
"Huh, apa aku akan dicap berbahaya, ya?"
"Kamu pria yang sangat berbahaya, Naruto-sama!"
Naruto terkekeh geli melihat binar cerah di mata pelayannya. Selain bertingkah imut dan kadang bersikap elegan, Sakuya adalah wanita yang bisa membuatnya bertekuk lutut[3].
"Sepertinya aura yang tertinggal di Kusanagi jadi semacam jejak. Cepat atau lambat mereka pasti akan datang secara langsung."
Naruto setuju. [Api Suci] yang 'ditelan' oleh bilah pedangnya adalah sesuatu yang belum pernah dia lihat. Karena [Api Suci] itulah seseorang dari salah satu pihak supranatural akhirnya muncul.
Hanya saja….
"Orang yang menarik paksa Kusanagi sepertinya berada di pihak yang tidak beres."
Sakuya kelihatan murung. Melihat ekspresi maid pribadinya jadi seperti itu, Naruto pun kesal pada dirinya sendiri, dia hanya dapat memendam jauh di dalam dirinya.
"Aku tidak begitu mengerti dengan dunia ini. Ada banyak hal yang tidak kuketahui. Jika saja waktu itu tak ada Kamu, maka aku tak yakin diriku bisa bertahan hingga saat ini."
"Tolong jangan mengatakan hal-hal yang absurd! Jika Naruto-sama ingin mengetahui banyak hal, maka Aku akan berusaha melakukan yang terbaik!"
Naruto sedikit tersentak, kemudian ia tersenyum kecil. Ikatan yang mereka miliki tak sesederhana seperti kelihatannya. Naruto pun menatap wajah maidnya yang menunjukkan tekad baja. Dan lagi-lagi dia pun tersenyum, sedikit lebih jelas.
"Terima kasih."
Meskipun begitu masih ada setitik keragu-raguan di balik manik biru itu. Naruto tahu, tapi dia tidak ingin memaksa maidnya untuk mengatakan apa yang ingin sekali dia tanyakan. Biarlah maidnya sendiri yang mengungkapkannya, dia akan terus menunggunya.
"Sudah malam. Sekarang, bagaimana kalau kita pulang?" terdengar seperti pertanyaan, memang. Tapi Naruto malah berdiri dan mulai melenggang meninggalkan tempat duduknya, tidak menunggu jawaban pelayannya.
"Baik, Naruto-sama." ucapnya pelan tapi, Sakuya masih duduk di tempatnya. Tatapannya berfokus ke arah gelas yang di gunakan tuannya. Kosong? Isi dalam gelas itu sudah raib... Sejak kapan tuan pirangnya itu menghabiskan minumannya?
Mendengar suara bel berbunyi, Sakuya bergegas. Naruto-samanya ternyata sudah keluar dari cafe setelah tak lupa membayar.
.
22 : 44
—Memang sebelumnya dia bilang untuk pulang, tapi Naruto berjalan-jalan tanpa tujuan. Kira-kira sudah satu setengah jam lebih dirinya membaur bersama para pejalan kaki lainnya dan tidak lupa Sakuya yang berjalan mengekorinya. Dia merasa bosan.
Tak punya kegiatan normal jadi faktor utamanya, dia sudah lama berhenti dari pekerjaan mengajar murid SMA di sebuah sekolah swasta di wilayah Kanto. Ada seorang kenalan manusia yang agak menyenangkan saat diajak ngobrol, yah sesama seorang pengajar tentunya.
...
Naruto berhenti mendadak. Dan secara otomatis Sakuya pun ikut berhenti, dia bertanya-tanya apa ada sesuatu yang mengganggu tuannya? Tetapi, Naruto menyampingkan tubuhnya lalu kemudian menjulurkan tangan kanannya sambil tersenyum.
Sakuya melebarkan matanya pelan-pelan, wajah cantiknya berseri-seri saat memahami apa yang tuannya inginkan. Lantas, dia tak ingin membuat tuannya menunggu Sakuya pun segera memeluk lengan kokoh lelaki pirang sambil memamerkan senyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya yang runcing.
Astaga, rasanya jantung mulai berdebar-debar!
"Kemana kita akan pergi, Naru?"
"Kemana pun asal tidak ada yang mengganggu kita berdua.—haha!"
Senyum mempesona terpatri di wajah cantik nan indah itu, dia tidak tahan melihat sang pria mulai menjadi lebih ekspresif saat ini. Hal itu membuat dirinya tertawa lucu. Ia bersumpah untuk selalu berada di sisi sang lelaki pirang agar selalu bisa melihat wajah itu.
.
.
.
—TBC—
.
.
Name : Naruto ?
Age : 25
Race : ?
Gender : Male
Weapon : Kusanagi no Tsurugi,
—Rambut pirang keemasan, mata biru safir, kulit khas orang asia (tanpa guratan/kumis kucing). Dijuluki [Hantu Kematian] yang masih menjadi misteri di dunia supranatural. Cuma sedikit yang tahu. Pernah ngajar jadi guru. Belum kepikiran nama belakang/keluarganya.
Name : Sakuya
Age : Unknow
Race : Unknow
Gender : Female
Weapon : ?
—Rambut silver berkilau sebahu, mata biru agak gelap, gigi runcing seperti gigi ikan; walaupun dia statusnya pelayan, tapi Naruto ngga berani kalau lawan Sakuya. Belum kepikiran.
...
[1]—Nama pertama sebelum dinamai Kusanagi no Tsurugi.
[2]—maksudnya, asal usul [Api Suci] bukan dari mitologi yang sama seperti Kusanagi, Shintoisme.
[3]—Sakuya itu nyeremin kalau lagi mode serius!