Smut Plot Story! Harem! Milf! Modern AU! Eksplisit crack...!
"Fuih, hari ini tak begitu ramai seperti biasanya." Naruto baru saja membereskan mainan yang berserakan di lantai.
Naruto, pemuda yang belum lama lulus sekolah ini bekerja di sebuah tempat penitipan anak modern di salah satu distrik kota Konoha yang selalu ramai. Tempat ia bekerja merupakan tempat bermain bagi anak - anak, saat orang tua mereka sibuk ataupun berbelanja di pusat perbelanjaan yang tak jauh dari tempat ini. Nama dari tempat Naruto bekerja adalah Senju Kids.
"Hei, Naruto, apa kau sudah selesai membereskan mainan yang berserakan di lantai lain?" Tanya seorang wanita seksi berambut pirang.
"Semua sudah beres, Tsunade - san." Ucap Naruto yang menaruh mainan terakhir di kotak mainan.
Ia kemudian beranjak dari tempatnya dan berhadapan langsung dengan pemilik tempatnya bekerja. Tsunade Senju, Wanita cantik bertubuh seksi dan molek dengan payudara besar menantang. Rambut pirang pucat yang selalu dikucir dua dengan tanda diamond di dahinya serta lipstik merah menambah kesan sensual pada dirinya. Tsunade akan selalu menjadi pusat perhatian jika di suatu tempat, apalagi cara berpakaiannya yang semakin menambah gairah impian para pria.
"Baguslah, aku sudah membereskan dapur dan membersihkan tempat lainnya." Ucap Tsunade.
"Pastikan kau mengecek seluruh pintu dan tempat agar tetap aman, aku ada janji dengan seseorang." Tambahnya. Tsunade kemudian pamit pergi keluar tempatnya.
Sementara Naruto hanya menganggukkan kepalanya. Matanya melirik ke arah Tsunade berjalan, pandangannya tak bisa teralihkan dari pantat seksi milik bossnya itu.
"Hei, dasar mesum, mau ku colok matamu hah?" Seseorang tiba tiba datang dan memukul kepala Naruto, yang membuatnya mengaduh kesakitan.
"Bisakah kau berhenti memukulku seperti itu, Shion?" Naruto kesal dengan kelakuan teman kerjanya ini.
"Aku akan berhenti memukulmu jika kau juga berhenti mengeluarkan air liur menjijikkan mu itu ketika memandangi Tsunade-Kaichou." Balas kesal Shion.
"Ugh, terserah apa katamu." Naruto melenggang masuk untuk berganti baju.
"Pastikan kau mengecek semuanya, Naruto." Ucap Shion setengah berteriak.
"Iya iya, penyihir jahat." Ucap Naruto. Dan untungnya Shion telah berlalu keluar sehingga tidak mendengar sebutan Naruto untuknya, jikalau ia mendengarnya, dipastikan bahwa ia akan menerima bogem mentah lagi.
...
Naruto saat ini tengah berjalan sendirian, setelah ia mengecek semuanya aman, ia memutuskan untuk segera pulang. Ia ingin segera sampai rumah karena belum lama ini, ia bisa membeli game kesukaannya yang baru saja rilis dengan uang yang ia terima dari hasil kerjanya. Selama ini, ia hidup di Panti dan diasuh oleh ibu Panti. Namun setelah lulus sekolah, ia tak mau merepotkan panti sehingga memutuskan untuk keluar dan mencari kehidupannya sendiri.
"Ugh, sial, aku belum sempat makan tadi." Perut keroncongan Naruto terdengar cukup nyaring di area tempat yang sepi itu.
"Ku rasa aku harus mampir ke minimarket untuk membeli makanan." Ia melihat sekeliling dan mendapati sebuah minimarket 24 jam yang buka di seberang jalan. Segera ia menuju ke minimarket itu.
Trink...
"Ugh, seperti biasa bocah?" Tanya penjaga minimarket pada Naruto yang masuk ke dalam.
"Yeps," Jawah Naruto.
Naruto memang juga biasa mampir ke minimarket ini, hingga sang pemilik sekaligus penjaganya hafal ketika Naruto datang untuk berbelanja.
"Hei, apa pesan yang kutitipkan padamu telah kau sampaikan pada Tsunade-san?" Tanya sang Penjaga.
"Ugh, nanti akan ku sampaikan jika ingat, Oji-san." Jawab Naruto yang sedang memilih barang yang akan ia beli.
"Jangan sampai lupa, bocah." Ancam sang penjaga.
"Kau mesum, Azazel Oji-san." Naruto sampai di kasir tempat sang penjaga, yang bernama Azazel berada.
"Kau tidak normal jika tak nafsu pada bos mu itu." Ucap Azazel.
"Aku normal sialan, tapi bisakah kau berhenti memasang wajah mesummu itu,." Ucap Naruto. "Kau membuat pelanggan lainnya risih."
"Cih"
"Jadi berapa yang perlu ku bayar?" Tanya Naruto yang melihat Azazel telah selesai menghitung barang yang di beli Naruto.
"Aku beri kau potongan harga." Ucap Azazel, tapi firasat Naruto sedikit tidak enak melihat senyum mesum di wajahnya. "Tapi, kau harus memberikan ini pada, boss mu."
"Ughh... Kenapa cih... lebih baik aku tidak mendapatkan potongan harga daripada harus menuruti nafsu bejat mu itu." Keluh Naruto.
"Ugh, ayolah kawan. Demi paman tua sebatang kara ini." Bujuk Azazel.
"Ugh" Naruto mau tak mau menerima titipan untuk bosnya dari Azazel. Tapi ini keuntungan juga untuk dirinya, sedikit menghemat pengeluarannya.
"Datang lagi ya, Naruto." Ucap Azazel setelah barang Naruto dikemas dan keluar dari minimarket.
"Cih."
Naruto yang keluar dari minimarket kembali berjalan menuju apartemennya. Suasana masih saja sepi, hanya terlihat beberapa pejalan kaki yang hendak menuju ke tujuannya masing masing.
"Fuh..., cuaca hari ini cukup dingin juga." Ucapnya.
Memang, menuju ke akhir tahun, suhu di daerah tempat Naruto tinggal saat ini akan mengalami penurunan. Musim gugur membuat daun daun di pepohonan pinggir jalan terlihat berguguran dan mengotori sekitarnya.
Naruto merupakan pemuda biasa saja, tak memiliki keahlian khusus ataupun keterampilan khusus. Wajahnya pun bisa dibilang tidak tampan ataupun jelek, biasa sajalah. Yah, meskipun ia diberkahi perawakan yang cukup tinggi yaitu 187 cm. Rambutnya juga tak biasa bagi kebanyakan orang, merah spiky dan tak beraturan. Mata ungunya juga merupakan hal yang jarang dimiliki orang di daerah tempatnya tinggal.
Selama yang Naruto ingat, sejak kecil ia sudah berada di panti Asuhan di kota kecil sebelah kotanya sekarang. Panti itu mengusahakan anak anak sepertinya untuk dapat hidup mandiri setelah selesai menempuh pendidikan, dan maka dari itu Naruto memutuskan untuk keluar dari Panti dan tak mau merepotkan ibu Panti.
Beberapa menit Naruto berjalan, ia sampai di salah satu apartemen yang cukup bagus di daerah itu, meskipun bukan kelas utama. Gaji yang ia terima mampu ia gunakan untuk menyewa kamar apartemen dengan dapur dan tempat tidur sederhana. Bisa dibilang bukan apartemen sih, seperti Rumah Susun.
"Home Sweet Home." Ucap Naruto.
Naruto yang cukup lelah segera merebahkan diri ke kasur di sudut ruangan. Cukup lama ia berbaring sebelum melihat ke arah jam weker di sisi tempat tidurnya dan menunjukkan pukul 10 malam.
"Kurasa aku masih memiliki waktu untuk bermain." Naruto beranjak dari acara berbaringnya sebelum akhirnya menyalakan Set Up Komputer di sisi lain kamar tidurnya.
Ping
Sebuah pesan masuk di In-game tempat Naruto bermain.
Xtrim : "Hei, aku sudah lama menunggumu."
Redhunter : "Aw, sory, ada beberapa urusan tadi."
Piun : "Mah, tak masalah, hari ini kita akan ke daerah utara. Kata para player lain, di sana banyak barang bagus."
Xtrim : "Awkay..."
Redhunter : "Baiklah,."
Naruto hanya mengikuti saja teman in-game nya saat ini. Sudah beberapa kali mereka bermain bersama. Mereka sebetulnya belum pernah bertemu secara langsung, kebetulan saja ketika Naruto sedang menjalankan misi bertemu dengan mereka berdua sehingga seterusnya menjadi teman bermain.
Xtrim : "Ku rasa sesekali kita harus bertemu."
Piun : "Boleh juga, mendapatkan teman baru cukup menyenangkan."
Redhunter : "hum hum..."
Naruto akhirnya terlarut dalam game yang belum lama ini ia dapatkan. Hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul 4 pagi dan memaksanya untuk menyudahi acara bermain mereka karena Naruto masih harus bekerja siang ini.
...
"Kau terlambat lagi Naruto." Suara merdu itu terdengar di ruangan yang cukup besar dari gedung itu. "Sudah sering kau terlambat seperti ini."
"Maafkan aku, Tsunade-san." Naruto sedikit menundukkan kepalanya. "Aku bangun kesiangan karena baru tidur jam 4 pagi tadi." Tambahnya.
"Hah... Beruntunglah kau, karena jika kau ku pecat, tak banyak orang mau bekerja layaknya dirimu." Keluh Tsunade.
"Maaf, Tsunade-san." Ucap maaf Naruto sekali lagi.
"Ku harap kau tidak mengulangi hal ini lagi Naruto." Ucap Tsunade. "Sekarang bantu lah Shion segera karena kita akan segera buka." Perintah Tsunade.
"Baiklah, Tsunade-san." Naruto bergegas keluar dari ruangan karena tak mau membuat mood dari bossnya semakin hancur.
"wah wah wah, pegawai teladan mendapat teguran kembali neee... " Ledek Shion pada Naruto.
"Diamlah, Shion, kau tak membantu sama sekali."
"Salahmu sendiri sering datang terlambat" Ucap Shion.
"Cih." Naruto mendecih kesal.
Mereka berdua merupakan rekan kerja di sini. Shion bisa dibilang seumuran dengan Naruto. Shion sendiri merupakan pribadi usil dan sering membuat jengkel Naruto, apalagi kalau dia memukul kepalanya dengan bogem mentah. Shion memiliki rambut pirang kuning hampir mirip dengan boss mereka. Potongan rambut rapi dengan poni yang menutupi dahinya. Mata kehijauannya juga tak luput dari pandangan. Shion bekerja di sini lebih dulu daripada Naruto, bisa dibilang senior bagi Naruto.
Naruto melirikkan pandangannya ke arah Shion yang tengah membersihkan debu - debu tempat anak - anak bermain. Bisa dibilang, di usia yang masih muda, Shion memiliki kemolekan tubuh yang sangat indah. Naruto sendiri membayangkan bahwa dibalik pakaian longgar yang selalu Shion kenakan, ada lekuk tubuh seksi yang ia sembunyikan.
Pernah suatu saat ketika dirinya sedang terburu - buru untuk menggunakan kamar mandi, ia masuk begitu saja berpikir bahwa tidak ada orang. Ia lupa kalau pintu kamar mandi tak bisa dikunci, dan terkejutnya dia mendapati Shion tengah berganti baju.
Shion langsung memerah dan bersumpah serapah pada Naruto karena masuk begitu saja tanpa permisi. Sementara Naruto hanya meminta maaf berulang kali. Namun, dari situ juga Naruto tahu bahwa Shion memiliki tubuh indah.
"Hei, Mesum, cepat lanjutkan pekerjaanmu." Dan itulah panggilan Shion pada Naruto sejak saat itu.
"Bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu, Kuning Sialan."
"Tak bisa... wleeee." Shion melenggang masuk untuk merapikan tempat lain.
"Ugh, suatu saat akan ku balas kau, Penyihir jahat." Umpat Naruto kesal.
Beberapa saat ia merapikan tempat tersebut, dan waktu menunjukkan pukul 11 siang dimana merupakan waktunya buka bagi tempat mereka.
Trink
Trink
"Selamat Siang, Selamat Datang."
Shion menyambut kedatangan seorang ibu yang membawa anaknya. Yah, beginilah tempat mereka, akan penuh dengan ibu ibu dan anak anak yang bermain.
"Hei, kalian jangan berebutan." Naruto sedari tadi mengawasi para anak ini bermain. Terlihat dua anak perempuan sedang memperebutkan boneka kelinci.
"Tak mau, berikan padaku, aku yang melihatnya lebih dulu."
"Berikan, aku yang mau bermain dengannya lebih dulu."
Mereka berdua saling tarik menarik membuat bonek kelinci itu hampir putus tangannya. Naruto dengan segera melerai mereka berdua dimana akhirnya salah satu dari anak itu melepas tarikannya dan membuat anak lainnya jatuh ke belakang dan kemudian menangis. Anak lainnya, yang melihat musuhnya tadi menangis juga ikut menangis.
"Hei, kau bisa bekerja tidak sih, Kau membuat anak ku menangis."
"Iya, bagaimana sih ini."
Ibu dari kedua anak itu mengoceh dan memarahi Naruto, sementara dirinya sendiri hanya bisa meminta maaf berulang kali dan membungkukkan badannya. Kedua ibu beserta anaknya itu pun akhirnya pergi setelah cukup lama memarahi Naruto.
"Maaf maaf maaf... Hhahahahah... " Shioj yang melihat Naruto datang berjalan kearahnya menertawakan kesialan Naruto.
"Cih, Diamlah Penyihir jahat." Umpat kesal Naruto.
"Apa kau bilang?!!!!" Shion yang mendengar ucapan Naruto juga menjadi kesal.
"Ku bilang, berhentilah mengejekku, Penyihir Jahat." Naruto segera berlalu ke dapur belakang.
"Sia..." Belum sempat Shion menyelesaikan perkataannya, Ia diminta oleh seorang ibu lain mengambilkan mainan untuk anaknya.
Naruto sendiri menghela nafas lega bisa lepas dari Shion. Ia kemudian duduk di kursi makan dapur.
"Kau terlihat cukup lelah, Naruto." Ucap Tsunade. Terlihat ia sedang menyiapkan makanan entah untuk siapa.
"Yah, menghadapi para ibu itu cukup melelahkan."
"Hihihi" Tsunade hanya terkikik geli. Meskipun ia seorang boss, ia juga ikut bekerja di sini. Bagian dapur merupakan wilayah untuknya. Para ibu yang menunggu anaknya bermain bisa memesan makanan melalui dapur ini dan nantinya akan segera dimasakkan oleh Tsunade.
"Ugh, oh iya Tsunade-san." Ucap Naruto, ia menggeledah tasnya. "Kau mendapatkan bungkusan dari penjaga minimarket ujung jalan." Naruto kemudian meletakkan bungkusan titipan itu di meja makan.
Tsunade melihat bungkusan itu. "Terimakasih. Sampaikan padanya."
"Ughh... baiklah."
"Sudah banyak pria memberiku bungkusan hadiah macam ini sejak pagi." Tsunade melirikkan pandangannya ke sudut ruangan yang ternyata terdapat tumpukan hadiah lainnya.
Naruto mengikuti pandangan Tsunade dan sedikit melebarkan matanya mendapati betapa banyaknya hadiah itu.
"Ugh, sebanyak itu?"
"Ya begitulah... "
"Apa kau ada rencana untuk membukanya?"
"Ku rasa iya, sebelumnya hadiah banyak ku buka, aku ambil yang sekiranya aku butuhkan dan memberikan barang yang tak ku butuhkan untuk orang lain."
Naruto memijit keningnya. "Kau memiliki banyak sekali penggemar, boss."
"Hihihi," Tsunade terkikik geli. "Memang begitulah." Tsunade memutar tubuhnya dihadapan Naruto. Sementara Naruto sendiri terpana dengan keindahan tubuh bossnya. Payudara besar itu sedikit memantul menerima hentakan putaran Tsunade.
"Padahal aku sudah tak muda lagi." Tambah Tsunade.
"Apanya yang tak muda lagi bos... Lihat lah dirimu, begitu cantik." Naruto yang tersadar akan ucapannya segera menutup mulutnya dan meminta maaf pada bossnya.
"Apa memang begitu, aku masih cantik.?" Gumam Tsunade. Naruto yang mendengar gumaman Tsunade tak berani membalas.
"Mah, makanan sudah siap., Ayo kita makan Naruto, kau akan bergantian dengan Shion." Ucap Tsunade.
Naruto menganggukkan kepalanya, ia mengambil piring kemudian makanan yang telah tersaji di meja makan. Ia merasa beruntung dapat bekerja di sini karena tak banyak tempat kerja yang menyediakan makan siang bagi pegawainya.
Acara makan mereka berdua hanya dihiasi percakapan ringan tentang pekerjaan dan kegiatan di Senju Kids.
"Mah, biar ku bereskan piring kotor ini, boss." Ucap Naruto yang telah selesai dengan acara makannya.
"Tak perlu, Naruto biarkan aku saja. Kau panggil saja Shion kesini untuk makan."
"Tak apa, boss..." Naruro tetap bersikukuh. Ia membereskan piring kotor. Ia kemudian beranjak ke tempat cuci piring yang ada di belakang tempat duduk Tsunade ketika makan.
Namun entah kesialan atau keberuntungan, ada air yang membuat Naruto terpeleset dan terjatuh.
Bughkk
Ughh
"Ugh, sial..." Umpat kesal Naruto. Untungnya piring yang ia pegang tidak terjatuh dan pecah.
"ahguuhh.." Naruto melebarkan matanya, ia sebenarnya heran kenapa tak merasakan sakit.
"Ughhh, Naruto, bisakah kau menyingkir dari atas tubuhku." Ucap Tsunade.
Posisi mereka saat ini bisa dibilang cukup menggelikan, saling tumpang tindih. Wajah Naruto berada di atas Payudara Besar Tsunade dan menjadikannya bantalan. Sementara tangan Naruto masih menggenggam piring kotor itu.
"Mgafagakan Aku, Tsunade - san."
"Aughhh..." Tsunade sedikit melenguh karena gerakan Naruto yang tiba tiba. Naruto segera beranjak dan berdiri kemudian kembali meminta maaf.
"Ugh, tak apa Naruto, hanya kecelakan biasa." Tsunade sendiri juga telah berdiri, pakaiannya sedikit tersingkap memperlihatkan lingerie hitam yang Tsunade kenakan pada Naruto.
Naruto menelan ludahnya dengan susah payah. Setelah ia bisa merasakan gunung kembar itu, ia disuguhi pemandangan indah lainnya.
"Lanjutkan pekerjaanmu Naruto, dan panggillah Shion untuk makan." Ucapan Tsunade membuat Naruto membuyarkan pikirannya. Pipinya sedikit memerah menyadari kejadian yang baru saja ia alami. Sementara Tsunade sendiri segera melenggang masuk ke ruangannya dengan muka memerah malu.
"Ugh, baik, boss..."
Trink...
"Apakah giliranmu sudah selesai, Naruto.?" Tanya Shion yang baru saja masuk. Ia sedikit menaikkan alisnya bingung, melihat tingkah dan wajah memerah Naruto.
"Hei, mesum, apa kau sedang sakit?"
"Ti... tidak... Maaf, aku sudah selesai, sekarang giliran mu, Shion." Naruto yang sudah selesai membersihkan piringnya segera pergi meninggalkan Shion yang masih bingung dengan kelakuan Naruto. Shion menggelengkan kepalanya dan mengendikkan bahu tanda tak peduli.
"Ugh, perutku sudah minta pajak."
...
Setelahnya, tak ada kejadian yang menarik di Senju Kids. Tsunade juga sudah bertingkah seolah tak terjadi apapun. Berbeda dengan Naruto yang masih kepikiran dengan kejadian tadi. Ia sering melamun dan membuatnya kembali sering kena ledek dan omelan Shion. Waktu tutup telah tiba, semua telah Naruto cek dan dipastikan aman. Tsunade sendiri tadi terlihat sudah pergi meninggalkan Senju Kids sejak sore. Tempatnya ini biasanya akan tutup sekitar pukul 8 malam dan benar benar bersih dan selesai sekitar pukul 9 malam. Jam di mana Naruto telah selesai dan mengunci semua pintu. Seperti biasa juga, Shion melimpahkan tugas bersih bersih pada Naruto yang hanya dibalas dengusan oleh Naruto.
"Ugh, Saatnya pulang."
Naruto beranjak pergi dari Senju Kids menuju tempat tinggalnya.
"Tak biasanya jalanan begitu sepi." Memang, jalanan tempat Naruto berjalan pulang biasanya akan ada beberapa pejalan kaki lain. Tapi kali ini benar benar sangat sepi, tak ada pejalan kaki lain selain dirinya.
"Mungkin memang mereka malas keluar rumah." Gumam Naruto. "Huhuhih, Dingin sekali sialan." Naruto lupa membawa jaket hangatnya sehingga harus kedinginan di saat seperti ini.
"Hei, manis, kenapa kau berjalan sendirian di tempat seperti ini?"
"Bukan urusanmu sialan, menyingkirlah."
Naruto yang mendengar seseorang sedang berbicara mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Di belokan tempat Naruto berjalan, ia melihat seorang wanita tengah dikerubungi oleh 2 orang pria yang berperawakan cukup besar.
"Ne ne, Bisa kau menemani kami di malam yang dingin ini?" Salah satu pria coba memegang dagu sang wanita namun langsung ditepis oleh sang wanita.
"Jangan terlalu galak seperti itu, mari kita mencari kehangatan bersama."
"Hik, Pergilah mesum sialan... Hik..." Sang Wanita berusaha untuk bergerak menghindari tangan salah satu pria yang coba merangkulnya. "Kalian menghalangi jalanku." Tangan sang Wanita akhirnya melayang ke pipi salah satu pria yang berusaha untuk memegang dadanya.
"Dasar wanita sialan." Pria tersebut memegangi pipinya yang terlihat memerah akibat tamparan sang Wanita.
"Kita bawa saja dia, boss"
"Benar... malam ini kita akan mencicipi tubuh seksi wanita ini."
"Hik... apa... hik.. yang akan kalian... hik lakukan padaku... hik...?"
"Diamlah..."
Naruto yang mendengar dan melihat dari kejauhan dapat mengerti dengan jelas bahwa kedua pria itu hendak melakukan hal yang tak senonoh pada sang pria. Ia hendak berjalan menjauh karena bukan urusannya, tapi setelah ia melihat kembali wanita yang sedang dipojokkan itu membuat Naruto menghentikan langkahnya.
"Tsunade-san..." Gumam Naruto. Bossnya saat ini terlihat kacau dan mabuk. Ia tak bisa membiarkan para bedebah sialan itu macam - macam dengan bossnya. Meskipun ia hanya pegawai untuk Tsunade, namun karena Tsunade begitu baik padanya membuatnya tak enak jika tak menyelamatkannya saat ini.
"Hei kalian... " Teriak Naruto. "Jangan ganggu wanita itu.." Naruto berjalan mendekat ke arah mereka.
2 Pria itu dan Tsunade mengalihkan pandangan ke arah Naruto.
"Jangan ikut campur urusan kami, Bocah." Salah satu pria yang memiliki perawakan lebih besar menghadang jalan Naruto.
"Ugh, memang bukan urusanku, tapi yang kalian ganggu adalah bossku, jadi mau tak mau aku harus mencampuri urusan kalian."
"Oh jadi wanita seksi ini bossmu" Tangan pria yang lainnya kembali ditepis oleh Tsunade.
"Jadi apa yang akan kau lakukan jika kami membawa bossmu?" Tanya pria yang menghadang Naruto.
"Ini..." Belum sempat sang pria itu merespon, sebuah bogem mentah mengenai wajahnya dan membuat tubuhnya jatuh ke belakang. Terlihat darah keluar dari hidungnya.
"Sialan kau... " Pria lainnya berusaha menyerang Naruto. Namun dengan mudah Naruto menghindari pukulan orang itu, dengan cepat ia mengangkat kakinya dan menendang sang pria dengan lutut.
Bugh
Air liur keluar dari mulut sang pria dan membuatnya jatuh tersungkur. Ia memegangi perutnya akibat tendangan Naruto.
"Kaauuu... Sialan... " Pria pertama tadi kembali menyerang. Namun lagi lagi Naruto berhasil menghindar dan melayangkan tendangan ke tubuh bagian sampingnya, membuatnya kembali jatuh.
"Kaa...bur... " Pria kedua memberi komando pada pria pertama. Keduanya akhirnya lari terbirit birit meninggalkan Naruto dan Tsunade.
"Mah... Kau hik... sungguh keren... hik... Naru..." Belum sempat Tsunade menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya lunglai dan hendak jatuh sebelum akhirnya berhasil ditangkap oleh Naruto.
"Ugh, kau sungguh berat bos..." Keluh Naruto memapah Tsunade yang tak sadarkan diri. "Dimana tempatmu tinggal bos?" Tak ada jawaban dari Tsunade.
"Ugh, bagaimana ini?" Gumam Naruto. "Apa aku harus bawa ia ke apartemen?" Tanyanya lagi.
"Mau bagaimana lagi." Akhirnya dengan berat hati, ia membawa Tsunade menuju apartemennya.
"Apa yang terjadi padamu, Tsunade-san." Belum pernah Naruto mendapati bossnya dalam keadaan kacau seperti ini. Tsunade biasanya memiliki pembawaan tenang, seksi dan berwibawa.
Naruto yang tiba di apartemennya segera membaringkan Tsunade ke kasur. Untungnya juga, para tetangga apartemenya tidak ada yang keluar, jika iya, maka akan banyak pertanyaan yang ditujukan padanya.
"Fuih..." Naruto terduduk di samping kasur tempat Tsunade terbaring. "ugh, tak kusangka Bos seberat ini."
Naruto memandangi Tsunade yang terbaring di kasurnya. Pakaiannya saat ini sedikit kacau dan tak beraturan. Rok yang ia kenakan sedikit tersingkap dan hampir memperlihatkan harta dibaliknya. Yang membuatnya menelan ludah adalah kemeja Blouse yang dikenakan bosnya. Kemeja itu seakan tak kuat untuk membendung gundukan besar dada Tsunade. Wajahnya juga masih terlihat seksi walaupun make up yang dikenakan olehnya sedikit berantakan.
Naruto kembali menelan ludahnya. Sebagai pria normal yang beranjak dewasa, pemandangan seperti ini akan menggugah nafsunya. Ia sungguh penasaran dengan seberapa menggugah gundukan besar di dada bosnya itu. Selama ini, ia hanya bisa memandanginya secara diam - diam. Naruto juga sebenarnya memiliki sedikit pengalaman dalam hal seperti ini. Ia dan pacarnya dulu sering melakukan 'foreplay' meskipun tak lebih jauh dari itu. Mantannya tak memiliki aset sebesar ini, dan sekarang inilah yang membuatnya penasaran.
"Bagaimana rasanya?" Gumam Naruto. Rasa penasaran dan nafsu yang menghinggapi Naruto semakin besar. Pikirannya mulai di kacau tertutupi nafsu. Naruto merasakan celana yang ia kenakan semakin sesak.
"Ughh... persetan" Gumam Naruto. Ia naik ke kasur tempat Tsunade terbaring. Perlahan ia membuka kancing dan menyingkap blouse yang Tsunade kenakan. Terlihat Bra hitam yang sesak karena besarnya dadanya Tsunade.
Tak mau membangunkan Tsunade, Naruto secara perlahan membuka bra yang Tsunade kenakan. Dan terbebaslah buah dada nan besar itu dengan puting pink kemerahan.
"Ugh... Sabar Naruto..." Naruto yang gemas dengan puting menantang milik Tsunade segera memilinnya dengan perlahan. Sesekali ia melirik ke atas untuk memastikan Tsunade masih terlelap.
Tak puas hanya dengan memilin, Naruto semakin berani dengan mengulum serta menggigit kecil puting kanan Tsunade, dengan yang lainnya masih Naruto pilin.
"Ughh..." Tsunade sedikit melenguh namun masih terlelap. Wajahnya masih terlihat memerah efek dari alkohol.
Puah...
Naruto melepas kulumannya. Ia semakin tertutupi nafsu. Tangannya yang bebas mulai menyentuh tubuh Tsunade lainnya dan perlahan lahan sampai ke bagian wanita milik Tsunade. Dapat ia rasakan bahwa pakaian dalam lingerie milik Tsunade mulai basah.
"Ughh... " Tsunade kembali melenguh, merasakan sentuhan di vagina miliknya.
"Kau semakin basah di sini bos..." Gumam Naruto pelan.
Naruto sedikit terduduk dengan posisi masih di atas Tsunade. Naruto melihat ke arah Tsunade dan tak henti henti nya ia terpukau melihat kemolekan tubuh bosnya.
Lagi, Naruto perlahan membuka Rok yang Tsunade kenakan dan membuangnya ke sembarang tempat. Dua jari Naruto mulai mengelus lubang kenikmatan milik Tsunade yang masih terbalut lingerie.
"Ahhhh..."
Naruto merasakan lubang tersebut semakin basah. Ia kemudian menyingkap bagian lingerie yang menutupi lubang itu dan secara perlahan memasukkan kedua jarinya. Bukan hal asing bagi Naruto untuk melakukan permainan seperti ini.
Perlahan ia memasukkan dua jarinya, ia bisa merasakan cairan cinta Tsunade yang makin melimpah.
"Heum... Nikmat..." Gumam Naruto.
Ia kembali mengocok lubang Tsunade. Naruto melihat nafas Tsunade semakin berat dengan wajah yang makin memerah. Tak puas hanya dengan tangan, Naruto memainkan lubang vagina Tsunade dengan mulutnya, ia mengocok, menaik turunkan dan sesekali menggigit klitoris Tsunade yang membuatnya makin mengerang nikmat.
Slurph...
Slurph...
Naruto dengan lihai memainkan lidahnya, tangan yang tak mau diam memilin puting Tsunade yang makin mengeras.
"Ugh... Teruss..." Racau Tsunade.
"Baiklah..." Gumam Naruto.
"Teruss... Naruto... " Gumam Tsunade lagi.
Naruto yang mendengar gumaman Tsunade terkejut dan menghentikan permainannya.
"Kenapa kau berhenti...?" Tanya Tsunade yang sudah tersadar dari tidurnya. Matanya sayu, pipinya memerah dan melihat ke arah Naruto dengan tatapan menikmati.
"Kemarilah..."
"Maaf..."
"Jangan meminta maaf, teruskan Naruto..." Tsunade menghentikan ucapan maaf Naruto. Sebenarnya ia setengah sadar ketika Naruto mulai menyingkap dan bermain dengan tubuhnya.
"Tapi..."
"Tak apa, kau menginginkannya kan?" Tanya Tsunade. "Kemarilah."
Naruto juga sedikit takut jika hal yang ia lakukan akan membuat bosnya marah. Namun melihat undangan dan ajakan Tsunade membuat Naruto kembali tertutupi nafsu.
Naruto segera mengambil inisiatif untuk mencium bibir Tsunade. Dengan senang hati Tsunade menerima ciuman itu dan terjadilah silat lidah di antara keduanya.
Tangan Naruto tak tinggal diam, ia memijat dan memainkan payudara besar milik Tsunade dan sesekali mencubit puting keras miliknya.
Tsunade melenguh nikmat di tengah silat lidah antara keduanya. Tsunade juga tak mau kalah, Ia menurunkan celana Naruto yang masih dikenakannya selanjutnya mengelus elus kejantanan milik Naruto yang telah berdiri.
Tangan Naruto semakin bergerilya ke bawah. Ia juga sesekali mengocok vagina Tsunade dengan dua jarinya.
"Ugh... Terus Naruto..."
"Aku hampir keluar... teruskan kocokanmu..."
Naruto yang mendengar permintaan Naruto semakin bersemangat. Lubang Tsunade semakin basah dan berkedut.
"Ughhh... Aahhhh... Aku Keluar..." Tsunade sedikit berteriak melepaskan orgasmenya.
"Slurp... Nikmat sekali bos..." Ucap Naruto.
"Sekarang giliranku untuk memuaskan mu, Naruto..." Beberapa saat setelah menikmati orgasmenya, Tsunade meminta Naruto untuk duduk. Ia sedikit terkejut melihat langsung penis Naruto yang begitu besar dengan otot otot yang menghiasinya.
Tangan halus Tsunade mengelus perlahan penis itu, dan perlahan mengocoknya dengan perlahan.
"Ugh..." Naruto yang menerima elusan Tsunade melenguh nikmat.
Tsunade yang tak puas hanya dengan kocokan tangannya segera mencium kepala penis Naruto.
"Milikmu sunggu perkasa Naruto." Ucap Tsunade di sela permainannya.
Tsunade segera mengulum penis Naruto, ia ingin membuat basah senjata ini sebelum nantinya masuk ke dalam dirinya.
"Ugh..."
Naruto tak tinggal diam, tangannya memainkan lubang milik Tsunade selagi ia mengulum penisnya. Tangan lainnya memegang rambut Tsunade dan membantunya untuk menaik turunkan kepalanya.
Tsunade bersemangat dengan permainannya. Sudah lama ia tak melakukan kegiatan ini. Ia sudah sepenuhnya sadar dari alkohol yang ia konsumsi. Sebenarnya, ia sering mendapati Naruto melihat ke arah dirinya dengan tatapan nafsu. Tsunade sendiri hanya bisa tersenyum dan membiarkannya. Kesempatan ini pun datang, ia rasa, Naruto juga menikmati ini.
Tsunade merasakan penis Naruto berkedut. Ia semakin cepat dan semangat mengulum penis Naruto.
"Terus bos, Aku makin dekat..." Ucap Naruto, Naruto menampar pantat seksi Tsunade.
Beberapa saat kemudian, Naruto meremas rambut Tsunade dibarengi dengan ia mencapai orgasmenya.
"Aku keluar..."
Tsunade yang tak mau membuang percuma hadiahnya segera menelan semua cairan sperma milik Naruto.
Gluk
Gluk
Plop...
Puah...
"Kau keluar banyak Naruto..." Ucap Tsunade yang merapikan mulutnya karena ada beberapa tetes sperma keluar.
"Lihatlah ini, masih saja berdiri tegak..." Tsunade mengelus Penis Naruto yang masih tegak dan basah akibat permainannya.
"Apa kita bisa lanjut... hmmm Naruto?" Tsunade memosisikan dirinya di atas kasur. Kakinya ia lebarkan sehingga memperlihatkan lubang kenikmatan miliknya terbuka.
"Ighh... apa kau yakin bos?" Tanya Naruto. "Aku belum pernah sejauh ini."
"Ugh... jadi kau masih perjaka... hmmm.??" Tsunade sedikit terkejut dengan ucapan Naruto, ia tak menyangka orang seperti Naruto dengan permainan seperti ini masih belum merasakan betapa nikmatnya vagina.
"Tak apa, jadi apa kau mau melepas keperjakaanmu denganku?"
Naruto yang menerima dan melihat kesempatan ini tak tinggal diam. Sudah lama ia ingin melakukannya, namun pacarnya dulu tak pernah mau dan selalu menolak.
Sementara sekarang, ada wanita dengan tubuh seksi dan molek menawarkan dirinya padanya. Bos yang selalu menjadi fantasi seks nya.
Naruto tak ambil pusing, Ia segera memosisikan dirinya ke atas Tsunade. Tangannya merendahkan kejantanan miliknya ke lubang Tsunade.
Tsunade melenguh, merasakan kepala P Naruto yang mulai masuk.
"Ugh..." Lenguh Tsunade.
"Kau begitu sempit bos... apa aku benar melakukannya?"
"Teruskan... Naruto..."
Naruto secara perlahan memasukkan Penisnya ke liang senggama Tsunade. Ia baru pertama kali merasakan jepitan lubang kenikmatan itu. Senjatanya serasa disedot masuk oleh dinding vagina Tsunade.
"Aughhhj"
"Kau sungguh menggairahkan bos..."
"Panggil aku Tsunade..."
"...Haik... Tsunade-chan?"
"Aughhh..."
Naruto baru berhasil memasukkan 3/4 dari senjata miliknya, namun Tsunade sudah terlihat ingin pingsan dalam kenikmatan. Naruto berinisiatif, ia menurunkan kepalanya kemudian mengulum bibir Tsunade.
Tsunade membuka matanya, kemudian membalas ciuman dari Naruto. Lalu, perlahan Naruto mulai memaju mundurkan pinggulnya. Kaki Tsunade ia kaitkan ke pinggang Naruto, sedangkan tangannya ia rangkulkan ke leher Naruto untuk memperdalam ciumannya.
Mereka terlihat menikmati permainan dan keberadaan masing masing. Tangan Naruto tak tinggal diam dan terus memijat serta memainkan payudara besar milik Tsunade. Sesekali Tsunade mengejang, merasakan pilinan tangan Naruto pada puting keras miliknya.
Beberapa saat mereka dalam posisi itu, hingga akhirnya Naruto mulai mempercepat sodokannya. Ia merasakan dinding milik Tsunade juga berkedut.
"Aahhhhh... Terus... Naruto... aku makin dekat..."
"Aku juga Tsunade-chan... "
Racauan Tsunade semakin terdengar di ruangan itu. Suara hentakan dan benturan antara dua benda semakin nyaring dan cepat.
"Aughhhj... Aku keluar Bos..."
"Aku juga..."
Mereka berdua berteriak menikmati orgasme yang keduanya capai. Naruto jatuh terbaring di bantal empuk, payudara besar Tsunade. Tsunade sendiri hampir pingsan dengan mata kebelakang setelah mencapai orgasme. Mereka masih menyatu dan enggan melepas satu sama lain.
"Aughhh... Sabar Naruto..."
"Benda ini sungguh menggoda bos..." Naruto yang sudah terlihat pulih dari orgasmenya terlihat memainkan dan menggigit puting Tsunade.
Tsunade hanya menghela nafas, sudah lama ia tak merasakan puncak kenikmatan seperti tadi. Anak buahnya ini ternyata pandai juga dalam permainan. Ia mengelus rambut Naruto, kemudian melihat ke arah jam. Mereka masih memiliki banyak waktu. Tak akan ia sia-siakan kesempatan seperti ini. Dan ia rasa, Naruto juga setuju karena ia dapat merasakan penis miliknya kembali mengeras di dalam sana.
"Ugh... aku masih belum puas bos... "
"Jadi... apakah kita lanjut.?" Tsunade memasang wajah menggoda dan membuat Naruto tak dapat menolaknya.
Malam itu, keduanya melanjutkan permainan hingga larut pagi. Banyak posisi yang mereka coba, suara lenguhan nikmat, erangan dan benda beradu terdengar dari kamar apartemen milik Naruto.
...
"Hah..." Naruto kembali menghela nafas. Ia jadi kurang tidur hari ini, dan juga harus tetap berangkat kerja. Pagi tadi ia terbangun dan mendapati Tsunade sudah berkemas dan tak ada di apartemennya.
Saat berangkat kerja pun, ia tak melihat keberadaan bosnya yang seksi itu.
"Hei, mesum..." Suara Shion terdengar dari belakang Naruto. "Kenapa kau kelihatan lelah?"
"Bukan urusan mu," Jawab Naruto.
"GEH..." Shion mendengus dan kembali mengerjakan pekerjaannya.
Suasana tempat kerja Naruto terlihat tidak begitu ramai, maklum karena hari ini bukan weekday. Tempat penitipan ini akan ramai saat weekday, anak anak akan bermain, mengajak orangtua mereka bermain di sini setelah pulang sekolah.
"Hoam..." Naruto menguap. Tak ia sangka, bahwa dirinya bisa mengatasi dan mengimbangi permainan Tsunade. Bosnya sangat beringas dan menggairahkan diranjang. Ia sangat berterimakasih karena dapat merasakan pengalaman seperti itu.
'Ku rasa, aku menginginkannya lagi.' Pikir Naruto.
'Untunglah juga hari ini adalah weekend' Lanjutnya. 'Para anak itu bermain dirumah bersama orang tuanya.'
'Tapi...'
Trink
Kring
"Apakah kalian masih buka?" Seorang wanita berambut biru tua sepanjang bahu terlihat masuk ke Senju Kids. Ia menggendong seorang anak dengan rambut sepertinya.
"Silahkan... Kami masih buka." Ucap Naruto bersemangat menyambut wanita itu. Weekend adalah hari dimana wanita itu selalu datang.
Wrap...
Eksplisit konten yang terinspirasi dari komik online.
Jaa Ne..
