.

.

.

"Saya sebagai wakil klan Yamanaka ingin menyampaikan bahwa kami ingin bergabung dengan desa Konoha."

Seorang pria dewasa dengan model rambut panjang yang diikat menunggu jawaban pria yang duduk berhadapan dengannya.

"Dengan senang hati, mulai sekarang klan Yamanaka dapat segera pindah ke desa Konoha." ujarnya sembari tersenyum.

"Tunggu dulu!" interupsi seorang pria berambut perak.

Pria berambut panjang terlihat terkejut.

"Apalagi Tobirama!" ujarnya.

Pria dewasa yang mewakili klan Yamanaka menunggu dengan harap-harap cemas.

"Diamlah Anii-chan." sahutnya ketus.

Seorang pria yang dipanggil Anii-chan kini memasang wajah masam.

"Sebelum kalian bergabung, kalian harus menanda tangani surat pernyataan untuk tunduk terhadap peraturan desa Konoha."

"Dan berjanji melindungi desa Konoha dengan segenap jiwa dan raga kalian."

Pria dewasa yang mewakili klan Yamanaka tersenyum.

"Jangan khawatir Tobirama-san, klan Yamanaka memiliki solidaritas yang tinggi dan memiliki integritas yang tak tertandingi."

Pria yang dipanggil Tobirama mengangguk, "Bagus. Tunjukkan janji itu pada Konoha."

"Ah ya, bagus sekali Yamanaka-san, Kalian dapat segera bergabung dengan Konoha."

"Semakin banyak penduduk yang bergotong royong maka desa kita akan semakin cepat berkembang." pria berambut panjang menimpali.

"Hai, terima kasih Hashirama-sama." jawab pria yang mewakili klan Yamanaka.

"Sebagai bentuk dari rasa hormat dan terima kasih kami kepada anda, saya ingin menikahkan anak gadis saya kepada Hashirama-sama." ujarnya lagi.

Hingga dengan sukses membuat pria yang bernama Hashirama terkejut dengan mulut menganga.

"Saya mohon agar Hashirama-sama menerima dengan senang hati penghormatan kami."

Hashirama menelan liurnya dengan susah payah.

Tobirama menatap lekat kakaknya yang masih terdiam.

"Bagaimana Tuan Hashirama?"

Hashirama menggaruk tengkuknya, "Ah ya ya. Apa perkataan anda serius?" tanya Hashirama canggung.

"Saya serius Hashirama-sama."

Tobirama memberi kode dengan menganggukan kepala, ditempatnya Hashirama dengan susah payah menelan liurnya.

"Baiklah." sahut Hashirama pasrah.

Pria yang berasal dari klan Yamanaka tersenyum, lalu kemudian beranjak.

"Sebentar Hashirama-sama, saya panggilkan anak gadis saya." ujarnya.

Hashirama menepuk dahinya, lalu menatap Tobirama.

"Terima saja Anii-chan, itu merupakan penghormatan mereka untukmu." ujar Tobirama setengah berbisik.

Tak berapa lama pria dewasa tersebut kembali bersama dengan seorang gadis yang sangat cantik.

Hashirama sesaat terpaku.

Sedangkan Tobirama kini meneliti penampilan wanita tersebut dari ujung kaki hingga kepala.

"Ini anak gadis saya Hashirama-sama, dia baru berusia 17 tahun. Namanya Yamanaka Ino."

Hashirama kemudian berdiri dari tempatnya, lalu mengulurkan tangannya pada gadis tersebut.

"Yamanaka Ino, Hashirama-sama." ujar gadis tersebut dengan lembut lalu menjabat tangan Hashirama.

Hashirama dan Ino saling bersalaman lalu tak lama mereka berdua melepaskannya.

Ino membungkukkan badannya.

"Ini Tobirama-san, adiknya Hashirama-sama." ujar ayahnya.

Gadis berambut pirang tersebut menjulurkan tangannya pada Tobirama.

"Yamanaka Ino. Senang bertemu denganmu tuan." ujar Ino seraya tersenyum.

Dan hanya direspon dengan anggukan kepala oleh Tobirama tanpa mengubah ekspresi datar diwajahnya.

Ino sesaat bergidik.

"Hashirama-sama adalah calon suamimu."

Gadis tersebut terdiam kaku.

Sedangkan dua orang didepannya terlihat memberikan ekspresi berbeda.

Tobirama terlihat masih mempertahankan ekspresi wajah datarnya.

Sedangkan Hashirama hanya mengeluarkan tertawaan kaku.

"Hashirama-sama adalah pemimpin desa Konoha."

"Beliau adalah orang terhormat, jadi patuhilah Hashirama-sama mulai sekarang."

Gadis yang bernama Ino mengangguk pelan.

"Wakarimashita Tousan."

oOoOo

Semilir angin menerpa dua sosok pria dewasa yang sedang berdiri disebuah gunung, sembari memandangi bangunan desa yang sedang dikerjakan oleh penduduk.

"Madara." panggil Hashirama.

Pria yang dipanggil Madara menoleh.

"Apa?"

Hashirama menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Begini, aku akan menikah dengan seorang wanita dari klan Yamanaka."

Madara menatap Hashirama Shock.

"Heh Nani?"

Hashirama terlihat gelagapan.

"Ah tidak tidak! Saat klan Yamanaka meminta bergabung mereka memberikan apresiasi dengan menikahkan anak gadis mereka padaku." ujar Hashirama malu-malu.

Madara menyeringai.

"Apa maksudnya kau dijodohkan?." ejek Madara.

"Selamat kalau begitu." ujar Madara lagi.

Hashirama mendesah frustasi.

"Aku tidak tega menolaknya."

"Sebenarnya aku tidak menyukai gadis itu."

Madara menautkan alisnya.

"Apa maksudmu Hashirama?"

"Usianya masih sangat muda, baru 17 tahun." Hashirama menatap lurus kedepan.

"Hah?" Madara membulatkan matanya.

"Bukankah usia gadis itu lebih pantas disandingkan dengan adikmu?"

Hashirama mengangguk.

"Benar, tetapi aku tidak mampu menolaknya karena ketua klan Yamanaka meminta langsung padaku."

Madara tertawa.

"Terima saja Hashirama demi mempererat hubungan kita dengan klan baru yang ingin bergabung."

Hashirama mendengus.

"Sepertinya aku harus belajar untuk membangun hubungan dengan gadis muda."

Madara tertawa. "Ya, umur gadis itu masih berada pada fase transisi perkembangan."

Hashirama menghela nafas.

"Umur itu belumlah dewasa." ujar Madara lagi.

Hashirama mengangguk-angguk.

"Benar, perkembangan psikologinya belum sempurna. Dan harus terhambat ketika orang tuanya memaksanya untuk menikah." ujar Hashirama.

Madara tertawa pelan.

"Berjuanglah untuk mendidiknya Hashirama."

o

o

o

o

Yamanaka Ino duduk diatas tempat tidur.

Iris biru lautnya menjelajahi tiap sudut ruangan kamar.

Sembari meremas baju pengantin yang masih dipakainya, ia menahan gerakannya agar posenya tidak berubah.

Tak berapa lama pintu terbuka, dan menampakkan sosok pria dewasa yang masuk mengenakan pakaian biasa.

"Ah Suman, sudah membuatmu menunggu lama." celetuk Hashirama.

Ino mengangguk kaku, "Aku tidak merasa menunggu lama." sahut Ino.

Hashirama berjalan kearahnya lalu duduk diatas ranjang, hingga kini posisi mereka saling berhadapan.

"Ganti saja baju ini, lalu kita mengobrol." Hashirama menyentuh bahunya.

Ino yang merasa disentuh pun sesaat membatu.

"Bajumu terlalu tebal."

"Hai." jawab Ino lalu dengan perlahan bergerak.

Lalu turun dari ranjang.

Ino membuka tas yang memuat bajunya, lalu mengambil baju untuk ia pakai tidur.

Dengan gerakan ragu ia melepaskan bajunya, sembari menarik bajunya ia beberapa kali melirik kearah Hashirama yang kini berbaring membelakanginya.

Dengan gerakan cepat Ino melepaskan seluruh bajunya.

Dan tanpa sepengetahuannya pria dewasa tersebut memperhatikan tubuhnya yang tidak terbalut apapun.

Ino pun secepat mungkin mengenakan bajunya.

Lalu berbalik dan mendatangi Hashirama yang sedang baring memunggunginya.

Shrekk

Ino duduk diranjang dan bersandar pada susunan bantal.

"Kau sudah selesai berganti baju?"

Hashirama mulai berbalik dan memposisikan tubuhnya duduk sejajar dengan Ino.

"Hai." sahut Ino.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

Ino menatap Hashirama, "Boleh Hashirama-sama."

"Kenapa kau mau menerima pernikahan ini, maksudku bukankah kau masih sangat muda untuk menikah?"

Ino memainkan bibirnya, lalu menatap Hashirama.

"Tousan sangat mengagumi anda, dan memiliki impian untuk bekerja sama dengan Ninja sehebat anda." ujar Ino.

Hashirama tertawa.

"Maksudku, kenapa kau tidak menentang. Bukankah saat menikah masa muda mu jadi terbelenggu?"

Ino masih menatap Hashirama.

"Saat melihat Tousan senang aku jadi tidak tega untuk membantah." jawab Ino.

Hashirama terdiam cukup lama, lalu kembali memfokuskan tatapannya pada Ino.

"Sou Desu Ka, jadi maksudnya kau ingin berbakti pada orang tuamu?"

Ino mengangguk, "Hai, Hashirama-sama"

"Sou Ka."

Hashirama mengetuk dagunya, lalu menatap Ino yang hanya diam.

"Sudah mulai larut, sebaiknya kita tidur saja." ujar Hashirama.

Ino mengangguk, "Hai"

Ino mulai meluruskan tubuhnya lalu berbaring.

Ia menyatukan kedua tangannya diatas dada.

Seraya menatap ruangan kamar, tak berapa lama cahaya terang dikamar tersebut berubah gelap.

Hashirama mematikan lampu.

Jantung Ino berdegup tak karuan.

Ia takut disentuh oleh Hashirama.

Ino merasa Hashirama mulai berbaring disampingnya.

Lewat ekor matanya Ino dapat melihat jika Hashirama mencuri pandang kearahnya.

Khawatir pria disebelahnya meminta hal yang menakutkan, Ino pun secepat mungkin memejamkan matanya.

Didetik berikutnya Ino merasakan sebuah tangan mulai menyentuh tangannya.

Ino menahan nafasnya.

Dan ia mati-matian menahan degup jantungnya ketika Hashirama berbaring menghadapnya.

Hingga beberapa detik kemudian keadaan mulai hening.

Tampaknya Hashirama sudah memejamkan mata.

oOoOo

"Madara kenalkan ini istriku." ujar Hashirama.

Kini Hashirama duduk bersebelahan dengan Ino dan Madara yang duduk didepan mereka.

Ino membungkukkan kepalanya, Madara menyematkan senyum tipis.

"Namanya Yamanaka Ino." ujar Hashirama.

"Ah Sou Desu." Madara melirik Ino sekilas.

"Madara ini adalah sahabatku, sejak kecil kami sudah berteman." papar Hashirama.

Ino menganggukan kepalanya tanda mengerti.

Ia menatap lekat Madara.

"Madara merupakan pemimpin klan Uchiha, dia merupakan Shinobi yang sangat hebat."

"Oh kau berlebihan Hashirama." potong Madara.

Ino pun tertawa dan masih betah menatap Madara.

Merasa ditatapi oleh Ino, pandangan datar Madara pun balas menatapi Ino.

Sedangkan Ino dengan polosnya menyematkan senyum pada Madara yang seketika terdiam kaku.

"Itu fakta, tidak ada yang dapat bertarung sepadan denganmu selain aku. Begitu pun sebaliknya." ujar Hashirama.

Ino kembali mencuri pandang kearah Madara.

Sosok tersebut terlihat dingin namun memiliki wibawa yang sangat tinggi.

Lama memperhatikannya membuat Ino jadi mengagumi sosok tersebut.

"Oh hentikan Hashirama." ujar Madara.

Alis Madara berkerut ketika merasa kembali diperhatikan oleh Ino.

Tanpa menoleh Madara mengetahui dengan baik jika tatapan wanita muda didepannya masih menyorotnya.

Madara pun kembali mengalihkan tatapannya pada wanita tersebut.

Dan anehnya wanita itu mengalihkan tatapannya kearah lain ketika bertemu pandang dengannya.

Madara mengernyit heran.

"Sebaiknya kita harus segera menyusun sistem pemerintahan untuk desa ini Madara." ujar Hashirama.

Madara menatap Hashirama, "Bukankah eksistensi Tobirama sudah cukup untuk mengatur bagian divisi pemerintahan desa."

Hashirama tertawa, "Ah tidak tidak. Aku rasa kau harus ikut memberikan pendapat mengenai mekanisme pemerintahan."

Ino menumpu dagunya dan memilih memperhatikan Hashirama yang menjelaskan beberapa teori yang Ino tidak mengerti.

Lama ditatapi oleh Ino, wajah Hashirama berubah canggung.

"Sebaiknya jangan menatapku begitu Ino." tegur Hashirama.

Ino menggembungkan pipinya, "Hai."

Ino memalingkan tatapannya kearah lain, saat menjelajahi pemandangan sekitar.

Tanpa sengaja Ino kembali mendaratkan pandangannya pada Madara.

Meski terlihat menyeramkan, namun saat benar-benar diperhatikan wajah Madara terlihat mengagumkan.

o

o

o

o

Hashirama, Madara dan Ino sedang berkeliling desa untuk mengamati beberapa rumah yang masih berada dalam tahap pembangunan.

"Akhirnya impian kita telah terwujud Madara."

Madara tersenyum tipis, "Ya."

"Adikmu akan bahagia melihat Uchiha dan Senju telah berdamai dan membangun sebuah aliansi." sahut Hashirama.

Wajah Madara berubah dingin tepat setelah kalimat tersebut terlontar dari mulut Hashirama.

"Ayo kita melihat area lain Madara." ajak Hashirama.

Sembari memperhatikan Madara, Ino pun bergerak mengikuti langkah Hashirama.

"Bagaimana dengan proses pembangunan kuil Nakano?"

Madara menatap Hashirama.

"Sudah hampir selesai, namun masih ada beberapa yang harus dikerjakan."

"Sou Ka, baguslah kalau begitu Madara."

"Ya."

Ino memperhatikan mimik wajah Madara yang kembali berubah menjadi santai.

Perasaan Ino jadi lega ketika melihat sosok itu tersenyum.

Entah mengapa saat melihat Madara diam, nyali Ino jadi menciut.

Ia takut.

Deg! Deg!

Jantung Ino seakan melompat keluar ketika Madara balas memandangnya.

Manik mata Madara terlihat tengah meneliti sesuatu didalam dirinya.

Ino pun dengan segera mengalihkan tatapannya.

"Hashirama-sama."

Hashirama menoleh, "Hai, Ino?"

"Aku ingin berjalan ditaman desa. Ada bunga yang ingin aku cari."

Pandangan memelas Ino menunggu persetujuan dari Hashirama.

Cukup lama hingga akhirnya Hashirama mengangguk setuju.

"Baiklah, tapi jangan melewati batas desa. Dan jangan lama-lama." ujar Hashirama.

Ino tersenyum seraya mengangguk.

"Hai, Wakarimashita Hashirama-sama." jawab Ino lalu membungkukkan badannya.

Kemudian berlalu pergi meninggalkan Hashirama dan Madara yang menatap lekat kepergiannya.

o

o

o

o

"Huuufff~ Shuuussshh~"

Kedua tangan Ino membentang menikmati hembusan angin.

Mulutnya mengeluarkan tarikan dan hembusan nafas.

Ia berdiri disebuah gunung yang memperlihatkan keseluruhan pemandangan desa Konoha.

Tidak banyak yang dapat dinikmati didalam taman, ia tidak menemukan tumbuhan yang menarik.

Manik matanya memperhatikan area desa yang masih ditumbuhi oleh pepohonan lebat.

Kini pandangannya berpindah kearah langit sore.

Cahaya keemasan diatas sana membuat ia memicingkan matanya, agar terhindar dari cahaya yang menyilaukan.

Kira-kira sudah berapa lama ia disini, ia malas pulang kerumah.

Ia tidak mengerti bagaimana harus bertindak sebagai seorang istri.

Berada didekat Hashirama membuat nalar dan instingnya seolah lumpuh.

Ia sangat segan dan takut pada sosok Hashirama.

Terlebih lagi Tobirama, pria itu selalu menatap tajam kearahnya.

Benaknya selalu merasa risih ketika pria itu berlama-lama didekat mereka.

Wusssh

Hembusan angin membawa pandangan Ino pada suatu arah.

Instingnya seolah tertarik untuk menoleh kearah tersebut karena merasakan kehadiran seseorang.

Dan saat menoleh Ino terkejut melihat sosok seseorang.

"Madara-sama ?" gumamnya.

Madara memperhatikannya dengan tatapan datar.

"Kenapa berada disini? Disini jauh dari jangkauan Hashirama." ujar Madara yang membuat Ino terkejut.

Ia pikir Madara tidak akan mau berinteraksi dengannya.

Ino tersenyum canggung.

"Eto~ aku hanya ingin bersantai sebentar disini." jawab Ino kaku.

Madara pun hanya diam.

Ino melirik Madara sekilas.

Dilihatnya Madara tengah memperhatikan pemandangan dibawah sana.

Ino kembali mengalihkan tatapannya kearah lain.

Namun karena rasa penasaran pada sosok tersebut sangat besar Ino pun kembali mendaratkan pandangannya pada Madara.

Tanpa sadar ia memperhatikan garis wajah Madara hingga ekspresi yang menyelimuti paras Madara.

"Ada apa?" tanya Madara.

Seolah tersadar Ino pun membelalak karena terkejut.

Gelagat yang ditimbulkannya seolah seperti maling yang tertangkap basah.

Ino menekuk wajahnya.

Seakan lupa Ino kembali menatap Madara yang menatap lurus kedepan.

Ada sesuatu pada Madara yang menarik Ino untuk memperhatikannya lebih lama.

Dan Ino membeku ketika Madara kembali menangkap basah dirinya.

"Apa ada masalah?" tanya Madara.

Ino secepat mungkin menggeleng.

"Ah tidak."

"Sebaiknya kau pulang, Hashirama pasti sedang menunggumu." ujar Madara.

Ino mengangguk. "Hai, Madara-sama."

Shrekk

Tap Tap

Ino reflek menoleh kearah belakang.

Hingga indra penglihatnya seketika langsung bertemu dengan tatapan menusuk Tobirama.

Melihatnya Ino jadi bergidik ngeri.

Ino pun kembali mencuri pandang kearah Madara.

Sosok itu masih betah mempertahankan posisinya.

Madara bahkan tidak menoleh sedikitpun kearah Tobirama.

"Ano~ Madara-sama aku pulang dulu." ujar Ino pamit.

Dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Madara.

Ino kemudian berlalu pergi, dan bermaksud berjalan melewati Tobirama yang tengah menatap sinis kearahnya.

Ino menelan gugup salivanya.

"Apa yang kau lakukan disini" tanya Tobirama dengan nada menusuk.

Ino menggeleng.

"Aku hanya menikmati angin sore, dan tidak sengaja bertemu dengan Tuan Madara." sahut Ino.

Entah hanya perasaan Ino atau bukan, tepat setelah Ino menyelesaikan kalimatnya rahang Tobirama terlihat mengeras.

"Pulanglah! Anii-chan sedang mengkhawatirkan mu." bentak Tobirama.

Seketika ulu hati Ino berdenyut, intonasi Tobirama tersebut dengan sukses melukai perasaannya.

Padahal mereka tidak akrab, namun mengapa pria itu berani sekali membentaknya?

"Pulang." nada menusuk Tobirama kembali mendiktenya.

Ino pun mendecih.

Lalu kemudian melangkah pergi, dan diikuti oleh Tobirama yang berjalan seolah menjaganya dari belakang.

Setelah dikira jauh dari Madara, Tobirama mensejajarkan langkahnya dengan Ino.

"Ada hubungan apa kau dengan Madara!?" tanya Tobirama sinis.

Ino menatap kesal kearah permukaan tanah.

"Tidak ada." sahutnya kesal.

Ino merasakan tatapan Tobirama seakan menguliti dirinya.

"Kuperingatkan kau. Sekali saja kau mengkhianati kakakku, aku tidak akan segan-segan menghancurkan hidupmu." ancam Tobirama.

Ino melayangkan tatapan tidak suka, lalu mencoba melangkah mendahului Tobirama.

Namun gerakannya terhenti ketika Tobirama menarik paksa tangannya hingga kini ia jadi berhadapan dengan Tobirama.

"Aku bersungguh-sungguh. Ketahuilah aku tidak akan mengampunimu jika sedikit saja kau berkhianat pada kakakku!"

Manik mata Ino bergetar menahan airmata.

Saat merasakan sakit Ino jadi ketakutan pada sosok Tobirama.

"Pulanglah!" suruh Tobirama.

Tatapan sinis Tobirama seakan menusuk jantungnya.

Ino kemudian berlari meninggalkan Tobirama yang masih berdiri mengawasinya.

Sebelah tangan Ino mengepal, perasaannya sangat benci ketika tidak dapat melawan perkataan Tobirama.

Pria itu mengancamnya agar tidak berkhianat?

Memang sejak kapan dirinya berani berkhianat?

"Cihh!"

o

o

o

o

"Anii-chan." interupsi Tobirama.

"Apa?" Hashirama menoleh.

"Jangan membiarkan istrimu dekat dengan Madara."

Hashirama menautkan alisnya.

"Maksudmu dekat seperti apa?"

"Kemarin aku melihat istrimu mengobrol hanya berdua dengan Madara."

Tobirama menatap Hashirama.

"Tatapan istrimu pada Madara terlihat mencurigakan." ujar Tobirama.

"Aku curiga istrimu itu menyimpan perasaan pada Madara."

Hashirama mengalihkan tatapannya.

"Tidak mungkin."

"Berhentilah jadi orang naif Anii-chan, sebaiknya kita harus berhati-hati dengan klan Yamanaka." Tobirama terlihat mulai emosi.

"Kita tidak tahu kemungkinan terbesar klan Yamanaka bersekongkol dengan Madara untuk menghancurkan Konoha."

Hashirama melemparkan tatapan tajam.

"Berhentilah mencurigai Madara! Apa kau tidak sadar selama membangun desa ini kontribusi Madara lah yang paling besar!?"

Tobirama mendecih.

Raut tidak sukanya berpaling kearah lain.

TBC

Hello All, gw dateng lagi.

Lagi2 kerjaan aku menistakan Ino.

I'm so sorry Ino.

you're kawai n cantik bgt soalnya.

Jadi biar dikapelin ama karakter laki kece manapun tetep sweet!

Sorry Itachi lu absen dulu yah bepp.

untuk yg sefrekuensi ama gw semoga lu pada suka ok?

Buat yg gasuka ga usah baca. Haram!