Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto. I don't own the characters. I just borrowed our beloved characters here. No profit gained from this fanwork.
.
Octoberrable day 4: Gone
Judul diambil dari lagu BTS, Crystal Snow
repost from AO3
Kakashi x Rin - light surrealism
.
"If I choose to die in your hands, would you love me back?"
Kakashi memikirkan kalimat itu, yang berdengung dalam pikirannya seperti suara lebah. Pesan itu ditemukan dalam wujud tulisan tangan yang sangat dikenali. Meski kertas yang menjadi perantaranya kini koyak tak berbentuk sebab telah dirematnya berkali-kali. Tapi ia dapat mendengarkan suaranya seolah diucapkan oleh Rin sendiri.
Seolah Rin belum cukup menghukum dengan menyambangi mimpinya. Ah ya, tapi itu memang hukumannya dan ia pantas jatuh dalam derita.
Rin yang mencintainya.
Rin yang mati di tangannya.
Kakashi tak perlu menjelaskan seberapa berat penderitaan itu ketika ia memutuskan untuk mencari; suatu kesempatan kedua, jalan untuk memulai kembali.
Tapi jalan-jalan itu tak semudah yang dibayangkan dan Kakashi terjebak dalam pengulangan tanpa akhir.
Kakashi tidak yakin apa ini sebutannya. Apakah itu lompatan waktu? Atau lucid dream? Ia tak hendak repot-repot memastikan jawabannya.
Pada suatu kehidupan, Kakashi berhasil melindungi Rin sebab ia melakukannya bersama-sama Obito yang tidak pernah terkubur batu. Pada awalnya di sana terlihat cukup meyakinan. Mereka bertiga tumbuh menjadi remaja bersama. Untuk alasan yang lain, ia tetap dimasukkan dalam pasukan anbu Minato-sensei. Tidak ada insiden Kyubi dan mereka bertiga jadi seperti paman dan bibi pengasuh bagi Naruto.
Hingga saat kejadian itu … Rin mengungkapkan perasaannya, tapi Kakashi menolaknya (lagi) secara halus. Entah apa yang merasukinya sebab ia luar biasa menyesal setelah itu. Lalu Obito datang dan mengamuk—meninju tepat di wajah hingga nyaris menanggalkan giginya. Obito berseru bahwa Rin tak pantas diperlakukan seperti itu. "Pikirkanlah sekali lagi, Bakashi!"
Kakashi meringis. Bekas tinjuan Obito di wajahnya berdengung sakit. Ia bingung. Di dunia sebelumnya, ia menolak Rin sebab dirinya adalah sampah yang gagal—merasa tidak pantas untuk dicintai. Tetapi di sini? Ia hanya ingin menjaga perasaan sahabatnya. Jadi mengapa Obito marah?
Tapi sebetulnya jawabannya tidak terlalu sulit bukan? Kakashi tahu persis hal benar yang semestinya dia lakukan.
"Apa yang harus kulakukan?" Kakashi merasakan racun dalam kalimatnya sendiri. Sisa-sisa kegelapan—yang telah mengakar dalam, dan mendorong cahaya jauh keluar.
"Buatlah Rin bahagia."
"Kenapa tidak kamu saja yang melakukannya, Obito?"
"Serius? Itu yang kamu inginkan, Bakashi?"
"Ya."
Lalu Obito meninggalkannya dan melakukan apa yang dia katakan.
Sejujurnya, apakah Kakashi juga mencintai Rin? Setelah susah payah mencari gadis itu di kehidupan ini, apakah dia juga akan melepaskannya lagi?
Pada hari ketika Kakashi melihat Obito dan Rin bersama, jantungnya tenggelam dan hatinya hancur. Lalu ia kembali ke rumah dan menemukan secarik kertas berisi catatan itu lagi:
"If I choose to die in your hands, would you love me back?"
Suara-suara berdering sangat keras. Dunia menjadi kabur dan runtuh. Kakashi ditarik jatuh ke dalam hisapan waktu yang berputar seperti kecepatan cahaya.
Bahkan di dunia ini … Rin tidak berubah. Kakashi menutup mata. Ia juga jatuh cinta padanya.
~0~
.
Pada kehidupan berikutnya, Kakashi membawa pulang Rin dan berhasil melindunginya. Gadis itu menjadi Jinchuriki ekor tiga. Kakashi mengingat kesalahannya yang dahulu dan bertekad untuk memperbaikinya.
Kakashi ingat reaksi Rin ketika ia menawarkan kencan padanya. Gadis itu roboh ke tanah dengan wajah semerah tomat, nyaris pingsan.
"Rin! Kau baik-baik saja?"
"Kakashi. Apa kau salah makan hari ini?"
"Rin. Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku. Kamulah yang lebih mengkhawatirkan."
"Tapi, Kakashi … kencan? Apa tidak terlalu cepat?"
"Kalau begitu, apa yang kamu inginkan?"
"Tidak. Maksudku, ya! Yang kuinginkan hanya dicintai olehmu."
Mereka berkencan dan Kakashi menjaganya dan mencintainya. Mereka melewati enam belas tahun yang tenang dan bahagia. Untuk kali pertama dalam hidupnya, Kakashi merasakan kebahagiaan mencintai dan dicintai. Ia terkejut oleh fakta bahwa mencintai seseorang tidak semengerikan itu.
Namun, sudah menjadi peraturan alam bahwa tidak ada yang abadi. Jadi, kebahagiaan Kakashi berakhir ketika Rin diculik pada usianya yang ketiga puluh. Sanbi diekstrak dari tubuhnya. Kakashi berangkat bersama tim penyelamat, dan disanalah dia melihatnya.
Jasad rin dalam gendongan pria bertopeng, terkulai mati.
Dunianya jungkir balik.
Apakah itu Obito?
Tidak. Obito tidak seharusnya menjadi jahat di sini … namun, jika ada skenario lain yang memungkinkan hal itu, maka pasti melibatkan dirinya juga … Lagi.
Namun, identitas pria bertopeng itu … hanya asumsi yang tidak pasti, dan sejujurnya, Kakashi tidak ingin tahu.
Yang diinginkan Kakashi adalah agar bumi menelannya dan menjauhkan dunia ini darinya. Maka terjadilah. Bumi runtuh di bawah kakinya dan Kakashi ditelan ke dalam pusaran kegelapan.
Sudah berakhir … lagi.
~0~
.
Kakashi mencari Rin terus-menerus—berpindah-pindah melewati batas dimensi, dan berkelana antar semesta.
Ada dunia di mana ayah Kakashi adalah pemimpin ronin—tumbuh di tengah masyarakat yang menyebut diri mereka samurai. Ketika ayahnya mengambil jalan seppuku, Kakashi bahkan tidak terkejut lagi. Ia kenal betul ke arah mana hidupnya akan menuju.
Namun, yang paling penting dari semuanya. Kakashi berhasil menemukan Rin. Bahkan di berbagai macam kehidupan, Rin selalu jatuh cinta padanya. Dan Kakashi menemukan dirinya jatuh cinta lebih dalam. Ia benar-benar melihat Rin sebagai cahayanya. Rin banyak menolong dan menemani kesendirian setelah ayahnya meninggal—dan bukankah itu yang dilakukan Rin dahulu? Di kehidupan mereka yang pertama—yang sudah terasa sangat jauh dan hampir terlupakan.
Kakashi mencintai dan menjaga Rin sepuluh kali lipat lebih baik. Namun, bencana itu datang terlalu dini. Pada hari ketika Kakashi membawa Rin dengan niat memberi kejutan lamaran, Rin dibunuh oleh anak panah tak dikenal. Tubuh Rin yang sudah tak bernyawa jatuh ke pelukannya. Untuk kali pertama selama pengembaraan antar-dunia, Kakashi menangis dan meraung keras.
Raungannya menggetarkan bumi dan dunia-nya runtuh lagi.
Kali ini Kakashi berharap pergi ke dunia tanpa Rin. Terlalu banyak luka yang membuatnya lelah dan putus asa.
~0~
.
Kakashi menemukan dunia tanpa gadis yang dicintainya.
Tempat itu terasa aneh. Ada kendaraan yang disebut mobil; hanya dimiliki oleh kaum borju. Berita-berita tentang mesin pertama yang dapat terbang—apakah mereka menyebutnya pesawat? Namun, ia tidak peduli. Tidak ada Rin di sini. Jiwanya kosong dan hatinya kebas. Lebih dari sekali ia mencari cara untuk melupakan; berpindah-pindah hubungan. Tidak satupun yang dapat memenuhi kebutuhannya akan debaran cinta yang sama seperti saat bersama Rin.
Tiba-tiba Kakashi kembali mengingat kalimat itu:
"If I choose to die in your hands, would you love me back?"
Oh benar. Rin sudah berhasil. Membuat dunia Kakashi jungkir balik. Tapi, mengapa harus dengan cara mati di tangannya? Ini menyakitkan. Rin tidak seharusnya melakukan hal itu. Apa yang tersisa dari derita traumatis yang disebabkan oleh keputusasaan akan cinta? Mungkin saja Rin memang ingin meletakkan sedikit rasa sakitnya dahulu kepadanya; agar Kakashi juga tenggelam dalam derita cinta tiada akhir.
Agar pandangan Kakashi menjadi terbuka dan inilah cara gadis itu membuat Kakashi memahaminya.
Apakah kamu bahkan sekarang menyalahkan Rin?
~0~
.
I will make you remember me.
Always and forever.
Day and night.
For the rest of your life.
(Just in goodness way …)
Suara itu berbisik samar-samar. Berbeda dari suara-suara lain, tapi Kakashi tahu siapa yang mengucapkannya.
Perlahan-lahan, seiring kesadarannya yang naik, Kakashi membuka mata. Ia disambut oleh sepasang mata coklat gelap. Wajah Rin menunduk di atasnya tiga inci hampir dekat. Ada rupa kerlip bintang pada mata itu, menariknya masuk dan tersesat.
Rin?
Gadis itu mengulum senyum hangat. "Seharusnya aku memberitahumu, puisi pendek ini adalah lanjutan quote pembuka buku itu, Kakashi."
Buku?
Oh …
Kakashi menerka-nerka ketika pikirannya berputar cepat dan menarik kesimpulan tentang kondisinya. Ada sesuatu yang terasa lembut menyangga belakang kepalanya—ia berbaring di pangkuan Rin. Tidak perlu memeriksa sekeliling ataupun berpaling untuk mengetahui pergerakan udara dan hembusan aroma. Ia berada di tempat terbuka, beratapkan langit dan beralaskan rerumputan. Kelopak putih berguguran oleh angin yang meniupkan keharuman bunga sakura. Kakashi tahu ini tempat yang sangat berbeda—dunia yang asing, namun entah bagaimana terasa seperti rumah yang nyaman.
Lalu Kakashi ingat.
"Rin …"
Kakashi tidak memberi kesempatan Rin untuk bersuara, ia mengangkat tangan dan menyentuh belakang tengkuk gadis itu. Menarik kepalanya lebih dekat untuk mempertemukan bibir mereka.
Kau berhasil, Rin. Membuatku mengingatmu selamanya. Sepanjang siang dan malam. Selama sisa hidupku.
"Lain kali," kata Kakashi saat bibir mereka terpisah. Ia mengamati rona merah jambu di wajah Rin dan memutuskan untuk menyukainya. "Jangan membuatku menderita seperti itu, Rin. Buat aku mengingatmu dan tetaplah bersamaku selama sisa hidupku. Just in goodness way …."
