Disclaimer: Bungou Stray Dogs adalah ciptaan Asagiri Kafka dan Harukawa Sango, The Pillow Book adalah karya Sei Shonagon, 'Kiyohara Nagiko' dipercaya sebagai salah satu kemungkinan nama asli dari Sei Shonagon, Author tidak mengambil keuntungan.

Warning: Agak slow burn, Dazai x OC, alur canon (manga, anime, novel), sebisa mungkin tidak mary-sue.

.

.

Osamu Dazai and His Sun
by Fei Mei

.

Chapter 29: Epilog
(Spoiler manga chapter 109 dan anime episode 5x11)

.


.

Beberapa hari setelah lamarannya, Osamu tidak lagi punya bilik apartemen sendiri, sebab ia dan Nagiko memutuskan untuk tinggal bersama di bilik gadis itu. Barang-barang Osamu yang perlu dipindahkan sangat sedikit karena memang ia tidak begitu punya banyak, dan lagi memang pada dasarnya sebagian besar miliknya sudah lebih dulu ada di tempat Si Gadis karena sehari-harinya pemuda itu hampir selalu pulang ke apartemen Nagiko. Dengan kata lain, mereka menjadi resmi tinggal bersama—dan Pak Fukuzawa tahu akan hal ini.

Sayangnya, baru menikmati tinggal bersama tunangannya selama sekitar dua minggu, Nagiko diminta Pak Presdir untuk dinas ke area Nagano demi mengerjakan tugas dari Divisi Spesial Kemampuan Khusus. Sebenarnya divisi tersebut tidak mengharuskan bahwa keponakan Presdir ABD-lah yang pergi, tapi setelah melihat rangkaian tugas yang akan dikerjakan, rasanya semua staf agensi akan langsung berpikir bahwa yang harus pergi adalah antara Nagiko atau Tanizaki. Hukuman Pak Presdir pada para agen detektif yang nakal dan pergi bertarung dengan Port Mafia saat ia yang sekarat setelah memberi perintah untuk jangan melakukannya itu masih berlangsung, dan Tanizaki masih menjalani masa hukumannya—gara-gara itu dengan berat hati Pak Bos menyerahkan misi ini pada keponakannya.

Bolak-balik dari Nagano ke Yokohama setiap hari akan membuatnya tua di jalan, makanya Nagiko harus ngekos disana. Padahal Osamu sudah senang karena mereka telah tinggal bersama, sekarang malah dibuat jauh lagi. Walau hanya sementara, tapi tetap saja sebal. Tiap hari berkomunikasi lewat pesan, atau telepon, atau panggilan video, tapi tetap saja beda rasanya kalau tidak bisa memeluk gadis itu. Pak Presdir sampai wanti-wanti agar Osamu jangan nekad menyusul ke Nagano, dan pemuda itu menurut juga dengan berat hati terutama karena Nagiko juga sempat mengancamnya untuk patuh pada Sang Paman.

Naas, tiga minggu setelah Nagiko di Nagano, gadis itu tidak bisa dihubungi oleh siapa pun, baik dari orang-orang agensi, maupun dari Divisi Spesial. Tanizaki dan Ango berusaha untuk melacak gadis itu, tapi mereka tidak bisa menemukannya. Kemampuan deduksi Ranpo-san juga tidak bisa membantu mereka menemukannya.

Osamu tidak bisa menghitung sudah berapa hari sejak ia tidak berkomunikasi dengan gadisnya, terutama ketika dia sudah Meursault yang tidak punya fasilitas agar para tahanannya tahu waktu. Yang ia tahu tentang Nagiko saat ini hanyalah fakta bahwa Osamu luar biasa merindukannya. Ia memang paling tidak bisa menebak apa pun yang berhubungan dengan Nagiko. Maka dari itu, meskipun cemas, Osamu juga tidak bisa apa-apa kalau ia tidak punya informasi mengenai gadis itu.

Maka dari itu, Osamu terbelalak dan kaget setengah mati saat ini. Mengingat lawannya adalah Fyodor Dostoevsky, Osamu sudah tidak terkejut kalau suatu saat gadis itu akan ditawan musuhnya—semua orang telah memperingatinya, dan Osamu juga tahu bahayanya. Tapi, setelah sekian lama terpisah, Nagiko muncul di ruangan itu dengan pistol di tangannya, berjalan menghampiri pemuda itu sambil siap menembak.

Osamu tersenyum miris melihat gadisnya. Mata Nagiko tampak sama seperti mata Chuuya yang sudah lebih dulu ada di hadapannya, bahkan mungkin tampak lebih mengerikan. Osamu tahu bahwa gadis itu punya taring yang cukup tajam dan agak lebih panjang dari gigi taring orang kebanyakan—sebelum pemuda itu ketagihan untuk mencium bibirnya pun Osamu sudah sering melihat gigi taring gadis itu yang tanpa sengaja dipamerkan saat makan, atau tertawa, atau tersenyum. Hanya saja, taring Nagiko saat ini tampak jauh lebih tajam dari yang seharusnya.

"Nagi—kh—AAARGHH!" rintih Osamu kencang saat bahunya ditembak Chuuya. Ia terjatuh ke belakang dan memegang bahunya yang berdarah. "AAARGH! SIALAN! ITU SAKIT! KAMU BIDIKNYA KEMANA SIH, DASAR PAYAH!"

Chuuya melangkah mendekati mantan rekan kerjanya, menempelkan mulut pistol pada dahi Osamu.

"Dengan begini, tidak perlu ada yang dikhawatirkan," kekeh Fyodor lewat pengeras suara.

Lalu Osamu menghela. "Ini yang paling buruk! Bahuku sakit, dan aku akan kalah dari Dostoevksy. Dan jika itu belum cukup, aku akan terbunuh oleh Chuuya di depan tunanganku yang sedang menodong pistol juga!"

"Tampaknya kau sudah kehabisan rencana," kata Fyodor lagi.

"Masa iya? Mungkin kalau aku mengeluarkan perkataan mengharukan, mukjizat akan terjadi dan mereka akan kembali normal?"

" … kalau kau pikir itu akan bekerja, silakan, coba saja."

Osamu menarik nafas sebisanya dengan sekujur tubuh yang kesakitan. Ia menghembus perlahan dan menatap lurus mantan partnernya yang pendek itu. Osamu tahu bahwa ia harus merangkai kata dengan baik agar Fyodor tidak mencurigai orang Mafia satu itu—yah, sebenarnya Osamu juga tidak tahu apa yang direncanakan Chuuya saat ini, sih, tapi ia yakin tebakan bahwa Mori-san berusaha menyelamatkan mantan eksekutifnya ini benar. "Chuuya, sadarlah. Takdir kita tidak akan berakhir di tempat seperti ini, karena kau dan aku telah ditakdirkan untuk—"

—telinga Osamu pengang. Kepalanya terdorong ke belakang secara spontan karena paham bahwa Si Pendek baru saja menarik pelatuk di dahinya. Belum sempat Osamu menahan tubuhnya agar tidak benar-benar jatuh ke belakang, Chuuya menembak bahunya yang satu lagi sampai tunangan dari keponakan Bos ADB itu bersandar pada dinding.

Dengan terengah, Osamu terkekeh. "Akhirnya." Ia menelan ludah susah payah sambil tersenyum, karena dua tembakan itu adalah bukti nyata bahwa Chuuya memang bukan vampir. Walau begitu, Osamu tidak yakin soal tunangannya.

Ia menoleh pada gadisnya yang tetap berdiri disana. Fyodor pasti menyuruh Nagiko untuk ada disana agar Osamu tidak bisa kabur—tidak tanpa kekasihnya. Mengingat bahwa salah satu alasan orang Rusia ini berhasil ditangkap adalah kemampuan meretas Nagiko, wajar saja jika Fyodor akan mengambilnya lebih dulu dari agensi—bahkan sekarang hilangnya Nagiko di Nagano sudah tidak terasa aneh lagi walau entah bagaimana mereka bisa menyekap gadis itu.

Si Gadis tidak memasang ekspresi, pun merespon saat melihat kekasihnya yang sudah sangat pucat. Osamu memang tidak pernah bisa benar-benar menebak soal Nagiko. Ia sudah yakin bahwa Chuuya hanya berakting, tapi bagaimana dengan Nagiko? Dalam hati pemuda itu meringis. Nagiko itu tidak pandai berakting dan selalu memasang raut sedih tiap tahu Osamu sedang tidak fit, bahkan kalau hanya sekedar kurang tidur. Mau tak mau Osamu jadi merindukan tampang khawatir Nagiko yang melihat bekas-bekas luka yang selalu ia tutupi dengan perban di sekujur tubuhnya—tapi Nagiko versi vampir tampaknya tidak peduli soal itu, membuat pemuda itu meringis sendiri. Sekarang, melihat Nagiko tidak mengubah ekspresi disana, rasa sakit bekas tembakan Chuuya di bahunya tergantikan dengan rasa sedih luar biasa.

Sekali lagi Osamu menarik nafas dan menghembuskannya, ia tersenyum kecil, berpikir untuk segera menerjang Nagiko untuk menyentuhnya, siapa tahu gadis itu bisa kembali normal. Tapi ia tahu, dengan kondisi kakinya yang seperti ini, sebelum berhasil menghampiri tunangannya, Nagiko dan Chuuya akan lebih dulu menembaknya. Jadi, daripada rencana Chuuya untuk mengelabui Fyodor dan membawa Osamu keluar dari tempat ini gagal, ia memutuskan untuk menunjukkan bahwa tubuhnya melemah saja.

" … aku telah… menantikan—"

Dan Osamu menutup kedua matanya

.


.

Selesai bagian 1

.

'How ever did I pass the time before I knew you? I think of that past time as now I pass each passing day in lonely sorrow, lacking you.' – The Pillow Book, Sei Shonagon

.


.

A/N: Saat awal Fei ngetik cerita ini, Fei kebingungan mau selesaiin gimana. Fei tahu cerita ini bakal dibagi jadi 2, dan season 1nya bakal selesai setelah Dazai lamar Nagi, cuman bingung aja tutup ataup epilognya gimana. Teruuuss, saat ngetik entah chapter berapa, rilislah manga chapter 109, dan Fei langsung kepikiran soal Dazai ketemu Chuuya dan Nagi sekaligus yang udah jadi vampir. Wkwkwk tega banget ya, tapi sebenernya Fei dari awal udah kepikiran bahwa fict ini bakal sad end—tapi kalau Nagi udah jadi vampir gini, kayaknya jangan sad end lagi, kasian Dazai, jadi sad endnya hanya di bagian pertama ini aja ya. Kemudian muncullah episode 5x11 yang ceritanya udah ngejar chapter 109, deg-degan bersama banget ya waktu itu. Seneng banget karena Soukoku masih berlayar sesuai dengan teori fans. Padahal Fei ngetik ini awalnya hanya berdasar chapter 109, jadinya harus tambahin narasi dikit karena Dazai tahu Chuuya pura-pura di episode 5x11.

Kalau gak mager, Fei akan lanjutin season 2 dari cerita ini KALAU BAHAN CANONNYA UDAH ADA BANYAK atau minimal urusan Decay of the Angel selesai dengan bersih (atau malah kalau akhirnya BSD tamat), jadinya Fei akan ngetik adegannya dimulai dari setelah lamaran itu atau malah langsung aja lanjut dari sejak Chuuya tembak Dazai. Sebenarnya setelah nonton 5x11, Fei pengen langsung lanjutin aja, sayangnya di epilog 5x11 pake ada acara adegan 2 jam kemudian, wkwkwk.

Pokoknya untuk saat ini, Osamu Dazai and His Sun (bagian 1) selesai.

Review?