Pada tengah malam, di sebuah jalan di pinggiran kota yang sepi, terjadi adegan atau fenomena aneh.

Dua wanita yang tengah berjalan beriringan terpaksa harus menghentikan langkahnya.

Salah satunya adalah seorang wanita dewasa cantik berusia pertengahan 20-an dengan rambut hitam panjang yang dibelah menjadi beberapa bagian, dia mengikat rambutnya dengan gaya kuncir kuda rendah sepanjang pinggang. Dia memakai kemeja putih, dan dasi hitam dengan jas hitam menjadi bagian luarnya. Untuk bawahnya dia memakai rok hitam, stoking hitam dan sepatu pantofel hitam. Dia terlihat seperti wanita pegawai kantoran pada umumnya.

Alisnya menukik tajam, matanya beriris biru gelap. Wajahnya yang cantik tampak tenang dan dingin.

"Burung jatuh?" wanita kantoran itu bergumam pelan, ada sedikit keheranan di dalam suaranya.

Wanita di sebelahnya mengangkat bahu.

"Aku lebih penasaran kenapa kau mewarnai rambutmu jadi hitam." ucapnya. —Dia wanita yang memiliki perawakan cukup tinggi, wanita itu memakai hoodie hitam, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku, rambut hitam panjangnya nya diikat ponytail tinggi, dengan beberapa belahan rambut membingkai wajahnya yang ditutupi masker hitam. Dia memakai celana pedek satu jengkal di atas lutut, dan sepasang sepatu sneaker putih bergaris hitam.

Mata beriris ungunya mengikuti arah pandang wanita kantoran di sebelahnya.

"Ini disebut 'beradaptasi'."

Apa yang membuat mereka berdiri tertahan di sana? Itu karena sesuatu jatuh beberapa kaki di depan keduanya.

Sesuatu itu tampak seperti manusia-wanita, anehnya dia memiliki sepasang sayap berbulu hitam yang rontok di balik punggungnya. Selain itu, dia berpakaian sangat tak tahu malu dan tidak sopan di tempat umum. Manusia-wanita bersayap itu hanya memakai pakaian dalam berupa cd dan bra hitam yang mana talinya putus sebelah.

Oh sial. Dia sangat vulgar!

Kondisi manusia-wanita bersayap hitam dan vulgar itu terlihat tidak baik-baik saja. Sebagian perut sebelah kanannya memiliki lubang besar, begitu pula tangan kanannya yang menghilang sampai pertengahan lengannya.

"Dia melihat kita."

"Ya, dia melakukannya."

Keduanya bertukar kata tanpa peduli, tanpa sedikitpun rasa simpati, melihat kondisi mengenaskan manusia-wanita bersayap itu.

Sementara sosok yang sedang dibicarakan, menatap kedua wanita itu penuh kebencian. Iris magentanya melotot tajam, ekspresinya pun tampak galak, gigi-giginya terdengar bergemertuk keras.

"Dia terlihat kesakitan."

"Ya, dia menyedihkan."

"BERRNGSEKK! MANUSIA! KEMARILAH AKAN KUBUNUH KALIAN!!" sosok wanita bersayap itu menyalak, dari ucapannya saja terdengar berbahaya. Dia mengangkat tangannya yang tersisa, meraup-raup udara, seolah ingin menangkap sesuatu.

Ekspresinya berubah total, dari keganasan berubah menjadi bingung, kemudian terkejut seolah menyadari sesuatu. Dari keterkejutan berubah menjadi tak percaya.

"A-Apa yang terjadi...!? Ini tidak mungkin! Mustahil—!"

Dia mulai meraung-raung tidak jelas, tergeletak di jalan tampak tidak berdaya.

"Bagaimana menurut anda?" wanita berpakaian ala pegawai kantoran bertanya kepada wanita di sebelahnya, tanpa rasa peduli sedikitpun melihat adegan menyedihkan di depan mereka.

Wanita berhoodie terdiam sejenak, sebelum kemudian membuang muka.

"... Aku tidak melihat apa-apa."

"Begitu ya. Anda benar." wanita bermata biru itu pun berpikir, lalu berkata sekali lagi. "Tapi dari yang aku dengar. Kalau kita melihat seekor kucing hitam mati di depan kita, itu akan jadi pertanda buruk."

"Sayang sekali, itu burung, bukan kucing."

"...Burung hitam, huh?"

"Bodoh.—Burung bodoh."


-Disclaimer-

Masashi Kishimoto X Ichiei Ishibumi

Naruto-X-Highschool DxD


Specter of Death : DxD-Verse

Present by @Mizkevna


Chapter: 1


Sebagai malaikat jatuh, atau mantan malaikat jatuh, dia memiliki kebanggaan tak terbatas dalam dirinya. Baginya, semua yang selain malaikat jatuh, adalah ras yang hina.

Kecuali satu, manusia, mereka adalah sampah di matanya.

Namanya Raynare.

Wanita berambut hitam dan bermata magenta itu berdiri dua kaki dekat jendela dengan keadaan tanpa busana. Sebagai malaikat jatuh, kehilangan sayap hitam yang jadi ciri khas rasnya membuatnya merasa terpukul. Dia memang tidak begitu menyukai sayap yang dulunya berwarna putih bersih bersinar berubah jadi hitam kelam, akan tetapi dia juga tidak membenci sayapnya yang berwarna hitam.

Apa yang dia benci adalah, dirinya tidak lagi memiliki sayap yang menjadi simbol sebagai malaikat, walaupun malaikat berdosa.

Dibalik itu semua, ada pula yang membuatnya heran, sedikit terkejut, dan tentu saja senang.

Tangan kanannya yang hilang, dan perut sebelah kanannya yang berlubang, yang disebabkan oleh energi kehancuran milik iblis betina berambut crimson itu, kini telah kembali.

Raynare menatap tangan kanannya yang 'baru', sorot matanya dipenuhi kebencian, lalu dia mengepal. Suatu saat nanti, dia akan membalas dendam pada wanita iblis betina berambut crimson itu, harus. Dia akan membalasnya ribuan kali lebih menyakitkan.

Sayangnya...

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, dia terkurung di dalam ruangan serba putih ini. Baik itu lantai, dinding, atau atapnya semuanya serba putih. Di ruangan itu hanya ada sebuah jendela kaca, dimana dia bisa melihat keluar, memandang perkotaan dunia manusia.

Raynare hanya mampu memandanginya.

Ingin sekali rasanya dia membumihanguskan seluruh kota yang mana melihatnya saja bisa membuatnya jengkel. Tempat para sampah berkumpul itu—!

Sial baginya!

Jangankan menghancurkan kota, dia bahkan tidak bisa keluar dari ruangan serba putih ini. Tidak. Dia sama sekali tidak bisa menggores kaca satu-satunya di ruangan serba putih ini, yang tampak rampuh itu.

Ruangan putih ini sendiri sangat aneh. Ketika dia ingin menyentuh permukaan dinding atau kaca, ataupun atapnya, mereka akan menjauh. Ruangan itu sendiri akan melebar, seolah menjaga jarak dari Raynare sejauh tiga kaki.

Raynare sudah mencobanya berkali-kali, dan semua itu berakhir sia-sia, itu membuatnya kesal setengah mati. Juga, ia sudah mencoba opsi lain, dan dia mendapat satu kesimpulan.

Teknik teleportasi; tak berguna disini!

Berbagai teknik teleportasi yang dia ketahui akan menguap begitu saja bahkah sebelum dia berhasil menciptakannya.

Suatu kali kekesalan Raynare pernah memuncak——!

Dia melepaskan ratusan hingga ribuan tombak cahaya, berharap dengan itu dia bisa menghancurkan ruangan serba putih yang lama kelamaan mulai membuat dirinya muak.

Apa yang terjadi? Benar. —Ribuan tombak cahaya melesat dengan kecepatan tinggi dan menjauh, sampai tak terlihat olehnya. Sialan! Itulah ungkapan yang pertama kali Raynare teriakan. Dia melihatnya, lagi-lagi ruangan itu melebar!

Kepalang tanggung, untuk pertama kalinya, yang dia sendiri tidak pernah tahu, Raynare, membuat tombak cahaya terbesar yang pernah dia buat. Panjang tombak cahaya itu mencapai ratusan meter, dengan kelebaran belasan meter, bahkan ada aura mengerikan melapisinya.

Itu menjadi salah satu hal teraneh yang pernah dia alami. Tetapi terserah lah, yang jelas, tentu saja itu membuat dirinya bahagia.

Raynare bangga, dia memiliki kepercayaan diri yang jauh lebih tinggi yang tidak pernah dia miliki sebelumnya.

Bahkan kalaupun dia telah kehilangan sayap 'malaikat' nya, selama dirinya jadi lebih kuat, itu tidak jadi masalah.

Jadi, dengan tombak cahaya terbesar yang pernah dia ciptakan, dia yakin, kali ini dia bisa menghancurkan ruangan putih memuakkan itu.

Seringan kejam terlukis di wajahnya, pikiran-pikiran jahat mulai berseliweran dalam benaknya. Raynare menembakkan tombak cahaya terbesarnya sekuat tenaga! Kekuatan penuh!

Ahh, andai saja itu dijatuhkan ke perkotaan di luar sana~.

Seringai Raynare luntur. Memang ruangan itu tidak melebar seperti sebelumnya, tapi ruangan itu berdengung, dan dengungan itu membuat kepalanya sakit, pun tubuhnya bergetar.

Seluruh ruangan bersinar terang.

Saat ini seluruh sudut ruangan tertutup oleh skrip-skrip kuno baris demi baris. Sekilas saja, Raynare bisa menebak beberapa diantaranya.

Dengan begitu, tombak cahaya terbesar yang pernah dia ciptakan membentur dan tertahan oleh skrip-skrip kuno itu. Yang paling mengejutkan terjadi setelah benturan. Perlahan-lahan tombak cahaya itu mulai terhisap, bagai tonggak yang terhisap lumpur hidup, tombak cahaya terbesar yang pernah Raynalle ciptakan pun tenggelam ke dalam skrip-skrip kuno di dinding, lalu setelah beberapa detik kemudian menghilang begitu saja.

Raynare tercengang tidak percaya.

Melihat sendiri serangan terkuatnya diredam semudah itu, kepercayaan dirinya anjlok. Itu tidak sia-sia, setidaknya, dia memiliki beberapa kesimpulan.

Pertama, ruangan ini diciptakan dengan gaya tak terbatas, namun sebenarnya tidak benar-benar tak terbatas; disana ada batasan, yang mana pada pembatas ruang itu terdapat penghalang yang kuat.

Kedua, selain penghalang pada batasan ruang, ada penghalang lainnya berupa skrip-skrip kuno, itu penghalang yang kuat dan unik. Entah teknologi macam apa yang ditetapkan, yang jelas itu tidak bisa diremehkan. Faktanya, itu sanggup menyerap sejumlah energi magis yang besar, yang menurut perhitungan Raynare akan sanggup menghancurkan sebuah kota kecil dan selebihnya, serta menyimpan energi magis yang terserap untuk memperkuat penghalang.

Bukankah itu sialan?

Lalu yang ketiga, Raynare menyadari bahwa, dia telah berubah. Energi magisnya, atau kekuatan cahaya miliknya yang dulu berwarna merah keunguan, kini menjadi ungu kehitaman. Lalu, ada juga energi aneh yang bercampur jadi satu dengan energinya yang dia ketahui. Mulai dari kepadatannya, intensitasnya, dan kualitas serta jumlahnya telah berubah signifikan.

Artinya, dia tiba-tiba jadi lebih kuat!? Setidaknya dia bisa menganggap kekuatannya saat ini setara Kader[1] bersayap lima pasang.

Ada banyak kesimpulan-kesimpulan yang bisa dia pikirkan, dan itu terlalu banyak untuk dirinya pikirkan.

———Raynare memandang perkotaan untuk terakhir kalinya.

Dia berbalik, memperhatikan tiap-tiap sudut ruangan inci demi inci. Hanya ada warna putih sejauh mata memandang.

"Aku penasaran siapa yang menyusun tempat ini."

Setelah menggumamkan kalimat itu Raynare sedikit tersentak, dia mendengar suara berderit pelan, seperti suara pintu terbuka.

Dan ya, benar.

Tiba-tiba dinding di arah sebelah kanan Raynare mengeluarkan cahaya tipis persegi. Sebuah pintu terbuka, bersamaan dengan suara seseorang yang langsung melayangkan pertanyaan.

"Benarkah kamu penasaran pada pembuat ruangan ini?"

'Perempuan lagi!?' pikirnya, dan entah kenapa firasat Raynare mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Orang yang baru saja muncul adalah wanita dewasa pertengahan 20-an tahun berambut biru sebahu yang disanggul rendah, matanya yang merah muda keunguan itu tampak berbinar, wajahnya cantik pun terlihat antusias. Wanita itu memakai Qipao[2] abu-abu panjang sampai lutut dengan pola bunga hitam mulai dari bahu kirinya sampai pinggang dimana terdapat belahan dari pinggang sampai ujungnya, dan untuk bagian bawahnya dia memakai celana hitam panjang di atas mata kaki dengan ujungnya yang terbelah serta sepatu hitam ber-hak tinggi.

Sebuah round frame glasses bertengger di atas hidungnya yang mancung namun mungil.

Ini pertama kalinya, dan menjadi wanita ketiga yang pernah Raynare temui sejak dirinya terkurung di ruangan serba putih ini. Dia merasakan atmosfer aneh mengelilingi wanita bersurai biru itu.

Wanita itu berjalan mendekat dan berhenti ketika jaraknya dengan Raynare terpaut sekitar tiga meter. Senyuman kepuasaan mengembang di wajah cantiknya. Hidungnya yang mancung namun mungil terlihat kembang kempis, tampak lucu, seolah-olah ia sedang membanggakan sesuatu.

"Karena kamu ingin tahu, akan aku beritahukan semuanya. Tapi sebelum itu—." wanita itu menjeda ucapannya, dia kemudian mengangkat tangan kanannya ke depan dengan telapak tangan yang terbuka.

Ruangan serba putih sekali lagi berdengung, tetapi kali ini terdengar lebih lemah. Raynare sedikit tersentak, kali ini dia tidak merasakan sakit di kepalanya dan sensasi menindas pada tubuhnya, seperti sebelumnya

Dengan sedikit petunjuk barusan, dia sudah bisa menebak siapa yang menyusun ruangan ini.

Wanita berambut biru itu menarik tangan kanannya, lalu menyimpan kedua tangannya di balik punggungnya yang ramping. Ekspresi wajahnya tidak banyak berubah.

"—Aku membawa beberapa hal yang harus disampaikan. Setelah sedikit berdiskusi, Boss kami, akhirnya memutuskan untuk memberi kesempatan padamu."

"...Apa? Kesempatan apa?"

"Tentu saja kami tidak akan memaksa. Jadi, ada tiga pilihan untukmu."

Raynare pikir, apa-apaan dengan semua itu!? Wanita itu muncul tiba-tiba, bertanya tiba-tiba, lalu tiba-tiba pula memulai percakapan yang sepertinya sangat serius di baliknya.

"Umm, ada yang ingin ditanyakan?" wanita berambut biru itu bertanya dengan sabar, seakan mengerti pikiran Raynare.

Raynare merenung sejenak. Walaupun diberi kesempatan untuk mengungkapkan rasa penasarannya, dia tidak boleh asal-asalan bertanya, apalagi firasat tak menyenangkan yang dia rasakan semakin menguat, semakin lama dirinya bersama wanita berambut biru itu.

Setelah merenung.

Jadi.

"Sudah berapa lama aku disini?"

"Dua bulan sebelas hari."

Wanita itu menjawab cepat pertanyaan Raynare tanpa ragu sedikitpun, membuat wanita mantan malaikat jatuh itu sedikit tersentak mendengarnya.

'Itu baru dua bulan!?' Raynare pikir, setidaknya dia merasa kalau waktu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Bagi malaikat jatuh, dua bulan harusnya bagaikan sekedipan mata. Bagaimana bisa dua bulan terasa sangat lama!?

"Aku tidak berbohong. Kamu bangun pada hari ke lima belas setelah collapse. Sementara waktu itu, Yanyan, sedikit bermain-main dengan tubuhmu yang rusak. Umm, Yanyan itu yang berpakaian pegawai kantoran yang itu."

Mendengar itu, Raynare bergidik tanpa sadar.

Wanita berambut biru itu mengubah posisi kedua tangannya, ia bersidekap dada, bibirnya membentuk segurat senyuman aneh.

"Dia juga yang menggantikan tanganmu yang hilang dan lubang di perutmu memakai kedua sayapmu. Karena ada sedikit sisa-sisa energi asing di tubuhmu, Yanyan sedikit mengutak-atik agar sisa-sisa itu menjadi satu dengan energi milikmu. Jadi, berterimakasih lah saat kamu menemuinya nanti."

Raynare tersentak dan tanpa sadar mundur satu langkah, wajahnya berubah pucat. Tidak berhenti disitu, tubuhnya bergetar ketika dia merasakan tekanan aneh mulai menyebar memenuhi ruangan, membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun.

Dia tahu, tekanan yang dirasakannya berasal dari wanita bersurai biru di depannya. Wanita itu, dia, menunjukkan wajah aslinya.

Sorot mata beriris merah muda itu dingin dan tajam, bibi merah muda alami nan mungil itu membentuk garis lurus, bentuk wajahnya yang oval itu tak menunjukkan ekspresi apapun atau antusias seperti sebelumnya.

"Ada yang ingin ditanyakan lagi?"

Raynare was-was, dia mulai takut dalam lubuk hatinya. Bahkan jika dia ingin bertanya, dia tidak akan berani menanyakan apapun lagi setelah mendengar nada dingin yang mampu menusuk ke tulang-tulang sendinya itu.

"Seperti yang aku katakan sebelumnya. Aku kesini untuk menyelesaikan tiga pilihan untukmu. Pikirkanlah baik-baik, karena ini, akan jadi kesempatan terakhir untukmu."

Wanita itu mengubah posisinya, ia duduk dan sebuah balok-balok putih tiba-tiba muncul menjadi tempat duduknya.

Ia mengangkat jari telunjuknya tanpa melepaskan tatapannya dari Raynare.

"Pilihan pertama, kau bisa keluar dari tempat ini, dan tidak pernah muncul lagi apalagi berurusan dengan hal-hal supranatural. Akan sangat memuakkan melihat hewan kelaparan berkeliaran dimana-mana."

Sekarang, ibu jarinya yang diangkat.

"Kedua, bergabunglah dengan kami. Banyak kerjaan yang bisa kau lakukan. Walaupun tak termasuk tenaga kerja yang berkualifikasi, karena kami masih kekurangan orang, itu bisa dikecualikan. Tentu saja, begitu kau bergabung, prioritas utamamu adalah penyelesaian tugas."

Selanjutnya, giliran jari—kelingking yang mencuat.

"Terakhir, pilihan ketiga untukmu..." wanita itu menjeda.

Raynare diam siap mendengarkan sambil dia memikirkan dua pilihan yang disebutkan. Dia tidak bisa memilih pilihan pertama, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia ingin balas dendam. Memang, dia juga marah dan sakit hati disamakan dengan 'hewan kelaparan'.

Pilihan kedua juga tidak mungkin dipilih. Dia malaikat jatuh yang berintegritas! Dia sangat setia pada rasanya, untuk kelangsungan dan kejayaan ras malaikat jatuh! —Walaupun dia agak menyimpang, dan bertindak diluar apa yang diperintahkan atasannya.

Lalu...

"Apa pilih—."

"Kau akan tetap disini, menjadi ternak yang digemukkan sebelum dipotong, kemudian dijadikan makanan penambah nutrisi untuk Tama-sama."

"Manusia hina! Sampah! Kau anjing—!"

Raynare menyumpah serapah, memaki habis-habisan, mengeluarkan semua kata-kata kotor yang terpikirkan olehnya.

Ternyata wanita berambut biru itu sama saja dengan dua wanita yang menangkapnya. Dia gila. Mereka gila, lebih gila dari Raynare sang mantan malaikat jatuh yang punya pemikiran ingin membunuh semua wielder Sacred Gear yang ditemuinya.

Raynare tak mengira dua wanita sebelumnya adalah entitas misterius yang membawa sial. Wanita yang dipanggil Yanyan seenaknya memodifikasi tubuhnya, dan yang dipanggil Tama ternyata memakan orang. Apa-apaan!?

Dan satu lagi wanita lain yang duduk di depannya itu, dia gila dengan membawa serta pilihan gilanya.

Pilihan apanya? Dari ketiga pilihan itu bahkan tidak ada yang mau Raynare pilih satupun. Dia sama sekali tidak benar-benar diberi pilihan.

Raynare bernafas ngos-ngosan, tak terhitung berapa banyak kata-kata kotor yang telah dia lontarkan. Dia sangat kesal, dia marah, ingin sekali rasanya memukul wajah cantik tanpa ekspresi itu. Sialnya, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya bergerak barang sedikitpun.

Raynare memelototinya.

Selembar kertas tiba-tiba muncul. Wanita itu melihat isinya seraya berkata—.

"Kau kehilangan sayap, karakteristik malaikat jatuh, tidak dapat dihindari. Energi destruktif—apalah itu sangat kuat. Hanya membuang-buang tenaga kalau meregenerasi tubuhmu yang hilang. Itulah sebabnya, Yanyan memilih untuk mengutak-atik tubuhmu sedikit. Walaupun tidak memiliki bloodline mereka, saat ini kau memiliki kelebihan lain, energi magismu yang sekarang cukup unik; selain mempunyai kekuatan malaikat jatuh, ada aura naga, aura yang sedikit mirip sihir iblis destruktif—apalah itu dan sebagian kecil kemampuan senjutsu." wanita melemparkan senyuman meremehkan ke arah Raynare, dia melihat ekspresi wanita mantan malaikat jatuh itu yang tampak bodoh di matanya.

"Kau, yang sekarang, bukan lagi Fallen Angel."

Untuk pertama kalinya Raynare menangis setelah sekian lama, ia tidak ingat kapan terakhir kali air matanya mengalir deras, tentu saja dia benar-benar menangis kali ini, bukan tangisan palsu yang biasa dia lakukan untuk menjebak targetnya.

"Kau... Jalang!" Dia menangis hampir tanpa suara.

Wanita itu mengabaikannya, saat dia berdiri, mendadak jarak diantara mereka tinggal satu langkah. Tangannya mengelus pipi Raynare yang basah, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Raynare.

"Kami tidak berpikir menjadi penyelamat. Ini semua untuk bisnis. Kau bisa memilih pilihan manapun karena semua pilihan itu sengaja dibuat untuk keuntungan kami."

Itulah artinya pilihan tanpa ada pilihan.

Tatapan keduanya beradu, dingin dan penuh kebencian. Itu berlangsung beberapa detik. Bagi Raynare itu terasa seperti berjam-jam.

"Ngomong-ngomong, caramu menggunakan kekuatan barumu agak salah." wanita itupun menjauhkan wajahnya, lalu kembali berkata. "Potensimu tidak akan berkembang dengan baik kalau kau menggunakannya dengan cara yang mencolok dan ketinggalan jaman itu."

Wanita itu menjentikkan jarinya.

Raynare merasakan tubuhnya bisa digerakkan kembali. Mengetahui hal itu tanpa pikir panjang dia langsung melayangkan pukulan keras ke wajah cantik tanpa ekspresi itu.

BANG!

Pukulannya tertahan oleh sebuah skrip kuno berwarna ungu memancarkan sinar keemasan yang muncul beberapa sentimeter di depan wajah wanita berambut biru tersebut.

Raynare tak menyrah. Dia melayangkan pukulan lain, dia memukul, memukul dan memukul serta menendang berkali-kali.

BANG! BANG! BANG! BANG! BANG!

Wanita itu tertawa halus. Dia hanya diam berdiri disana, membiarkan Raynare memukulinya sepenuh hati, yang tentu saja semua pukulan dan juga tendangan Raynare tak satupun ada yang berkontak langsung dengan tubuhnya. Setiap pukulan dan tendangan akan dihalangi oleh skrip-skrip kuno yang tiba-tiba muncul.

Raynare bahkan tak segan-segan membuat lightspear dan memegangnya di kedua tangannya, mencoba menerobos paksa skrip-skrip kuno itu.

Tapi itu sia-sia. Skrip-skrip kuno yang tiba-tiba muncul akan mengalangi semua serangannya. Lightspear hancur berkeping-keping.

Kekesalan Raynare memuncak! Dia melayangkan pukulan terakhir sekuat tenaga!

BAAANNGG!!!

Bunyi ledakan keras memekakkan telinga. Itu menjadi suara terkeras dari semua suara pukulan tertahan lainnya. Ruangan serba putih itupun bergetar kecil untuk sesaat.

Senyuman meremehkan wanita itu berubah menjadi senyuman puas ketika melihat kepalan tangan mungil berselimutkan aura ungu kehitaman yang berada tepat di depan wajanya. Raynare sendiri terkejut, dia sama sekali tidak sadar telah menambahkan aura magis yang begitu tebal dan padat pada tinjunya.

Raynare menarik tangannya, menatapinya dengan kejutan yang kentara di wajahnya. Ia membuka kepalannya. Tangan itu terlihat dilapisi aura magis warna ungu kehitaman transparan menyerupai tangan naga dimana setiap ujung jari jemarinya tampak runcing dan tajam, dengan aura ungu kehitaman tipis bagai nyala pada permukaannya.

"Kau melakukannya dengan baik kali ini."

Raynare segera mengalihkan atensinya, menatap wanita di depannya yang tampak tersenyum puas.

"Apa ini?" ia bertanya penasaran, seolah-olah tak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Itu kemampuan barumu. Semakin kuat dirimu semakin bagus jadinya. Ah, tentu saja itupun kalau kau tidak memilih pilihan pertama."

Raynare cemberut melihat seringai di wajah wanita itu. Baru saja dia penasaran, lagi-lagi diingatkan oleh hal-hal menyebalkan yang ia dengar sebelumnya.

Tapi sungguh, kemampuan barunya benar-benar menarik.

"Berikanlah jawabanmu saat aku kembali lagi nanti."

Wanita berambut biru itu tiba-tiba hilang bak ditelan alam, tepat di depan mata Raynare.

"!?"

Dia yakin, ada masalah dengan kepala wanita-wanita itu.

'Siapa mereka sebenarnya?'

Bukan cuma aneh mereka juga misterius dan sangat kuat, teknologi serta kemampuan mereka pun tidak pernah dia temui sebelumnya. Apa mereka anggota organisasi tertentu, atau mungkin ada lebih dari tiga orang saja?

Benar. Raynare tiba-tiba memikirkan kembali ucapan wanita tadi. 'Mereka mempunyai Boss?'


Sudah berapa lama waktu berlalu? Raynare tidak tahu.

Setelah kunjungan terakhir, dia memikirkan banyak hal termasuk keputusan apa yang dia pilih untuk bisa keluar dari ruangan ini. Selama waktu itu pula dia mengasah kemampuan baru miliknya, mencoba berbagai trik dan teknik yang mampu dia pikirkan, tentu saja, yang jadi fokus utamanya masihlah yang pertama.

Dia masih telanjang tetapi tidak sepenuhnya telanjang, sejak pertama kalinya dia berhasil membentuk tangan naga dari manifestasi dan pemadatan aura, walaupun tanpa disengaja, dia mulai memahami beberapa hal dan cara membentuk auranya jadi padat dengan lebih mudah. Hingga kini, dia sudah berhasil melapisi kedua tangan sampai lengan serta kedua kaki sampai pangkal pahanya dengan aura magis yang menyerupai armor transparan.

Dia mendapat referensi dari beberapa wielder Sacred Gear tipe armor yang pernah dia temui, maupun hasil penelitian Grigory pada Sacred Gear dan Sacred Gear buatan.

Sungguh ironis.

Dia yang membenci wielder Sacred Gear kini justru menjadikan mereka sebagai referensi untuk memperkuat dirinya sendiri. Dia tidak membenci Sacred Gear, yang dia benci adalah Sacred Gear yang hanya diturunkan kepada manusia dan mereka yang memiliki setengah garis keturunan manusia.

Raynare menggeleng kepala, dia tidak perlu memikirkan itu, untuk sekarang dia hanya ingin menyempurnakan bentuk auranya agar dapat menutupi seluruh tubuhnya.

—Aura ungu kehitaman merembes keluar dari tubuhnya. Raynare menatap bagian-bagian tubuhnya yang masih 'telanjang', lalu dengan kehendak dan kemauan yang keras dia mulai memfokuskan diri, mengendalikan aura ungu kehitamannya, membungkus bagian tubuhnya yang masih 'telanjang'.

Itu masih sulit untuk diwujudkan.

Dia memang berhasil melapisi tubuhnya dengan auranya, walaupun begitu dia masih kesulitan untuk mempertahankannya agar tidak buyar. Raynare sudah mencoba berkali-kali, tapi selalu gagal. Jangankan untuk sekedar mempertahankan, untuk mengendalikan lalu melapisi tubuh dengan auranya saja seringkali gagal karena kacaunya kendali terhadap auranya sendiri.

Raynare terkekeh geli, ironis sekali.

Sepanjang dia hidup baru kali ini dia berusaha begitu keras, dia dengan keras kepala menginginkan kekuatan hasil dari usahanya sendiri. Dia juga tidak tahu motivasi apa yang membuat dirinya bertingkah diluar karakter dan sifatnya yang angkuh.

"Ber-hasil!?"

Raynare berseru senang, menatap tak percaya pada tubuhnya yang sebelumnya masih 'telanjang' saat ini telah terbungkus aura ungu kehitaman yang tampak dan terasa stabili.

Tidak seperti kedua tangan dan kakinya yang dilapisi aura ungu kehitaman transparan yang memadat menyerupai armor naga, aura yang membungkus tubuhnya kali masih dalam transformasi mentah, itu masih belum memadat dan gelap, tidak transparan.

Raynare mengernyitkan keningnya.

Dia menyadari satu hal, alasan kenapa dirinya belum mampu melanjutkan transformasi auranya ke tahap pemadatan adalah dikarenakan kurangnya jumlah energi magis yang dimilikinya.

Itu masalah serius! Kalau terus begini, hanya karena kurangnya energi magis yang dia miliki, tidak mungkin baginya untuk melakukan transformasi tahap lanjut.

"Emm, perkembangan yang cukup hebat."

Terkejut —!

Aura yang membungkus tubuh Raynare memudar dan buyar lalu hilang bagai asap terhempas angin. —Dia kembali setengah telanjang.

Raynare dengan sengit memelototi seseorang yang tiba-tiba saja muncul dan mengganggu konsentrasinya. Dia ingin mengomelinya, tapi dia tahu itu bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan.

Keinginan untuk menyelesaikan masalahnya memang penting, dan itu benar-benar butuh cukup banyak waktu. Awalnya dia ingin menyelesaikan penyempurnaan kemampuan barunya, sebelum dia keluar dari ruangan ini, dia berpikir terkurung sedikit lebih lama lagi tak masalah. Tapi setelah mengetahui kurangnya energi magis yang dia miliki, entah kapan dia akan bisa menyelesaikannya.

Lagipula, dengan munculnya wanita bersurai biru itu berarti dia harus mendahulukan masalah yang lebih penting dulu.

Waktu untuk menentukan keputusan sudah datang.

Dua wanita, berdiri berhadapan dengan jarak sekitar tiga meter di tengah-tengah ruangan serba putih, saling memandang dengan tatapan berbeda.

"Kau berniat menjadi tukang pukul?"

"…Hah?" Raynare facepalm.

"Oh, lupakan saja." wanita bersurai biru mengangkat bahunya acuh. Dia membuka dua jarinya di depan wajah, dari ujung kedua jarinya muncul energi berwarna ungu kehitaman yang memanjang, bentuknya terlihat seperti bilah pedang yang tajam.

Suara pecah berkeping-keping pun terdengar memenuhi ruangan.

Mata Raynare membulat, dia melihat sesuatu yang luar biasa baru saja terjadi. Momen saat wanita itu mengayunkan tangannya dengan kecepatan tinggi, Raynare melihat pedang energi itu menebas kedua tangan dan kakinya yang dilapisi aura ungu kehitaman transparan dan padat menyerupai armor naga. —Armor naga-nya langsung hancur berkeping-keping.

Wanita itu tertawa halus melihat reaksi Raynare, dia lalu menghilangkan pedang energi di tangannya.

"Membuat pelindung untuk meningkatkan kekuatan offensive dan defensif, ya? Idemu cukup bagus. Sayangnya masih banyak celah. Kepadatannya sudah cukup namun struktur saat pembentukan masih mentah yang mana membuat pondasinya jadi terlalu rapuh."

Raynare menggigit bibirnya pelan. Ternyata, tekniknya yang dia ciptakan masih jauh dari kata sempurna. Wanita berambut biru itu bisa menghancurkan teknik barunya yang dianggap memiliki ketahanan kuat semudah itu. Bagai pisau panas memotong mentega.

Itu membuatnya merasa kesal, kesal karena ternyata dia masih lemah jika dibandingkan dengan wanita berambut biru tersebut.

"Jangan sedih begitu. Aku akan mengajarkan caranya nanti."

"…Apa maksudmu?"

Wanita itu tersenyum simpul.

"Bukankah sudah jelas? Kau akan bergabung dengan kami."

Raynare terdiam, ia bahkan belum memutuskan, tetapi wanita itu sepertinya sudah tahu apa yang akan dia pilih. Untuk yang ketiga kalinya Raynare merasa dijebak, dia seperti menari-nari di atas telapak tangan mereka.

Helaan nafas pun lolos.

Raynare meyakinkan dirinya, semua yang dia lakukan tidak salah. Pilihannya tidaklah salah. Karena itu, menghela nafas sekali lagi, selagi dirinya bisa hidup memangnya apalagi yang harus dipikirkan?

Wajahnya tegas, sorot matanya tajam.

"Aku ikut!"

Seulas senyuman ramah terukir, dan sebuah tepukan tangan pada bahu Raynare menjadi awal dari kehidupan baru mantan malaikat jatuh tersebut.

Keduanya pun menghilang.

Ruangan serba putih menjadi sepi, kemudian menjadi gelap, kegelapan tak berujung tanpa setitikpun cahaya.


Seorang perempuan yang tidur meringkuk di sofa, Hoodie yang dipakainya tersingkap memperlihatkan kulit putih mulus bak porselen pada bagian perutnya yang langsing nan menggoda, rambut hitam panjangnya tergerai acak-acakan. Tanpa melepaskan mereka hitam di wajahnya—!?

Seorang pria pertengahan 20-an tahun yang terlihat bosan, tangan kiri menyangga dagu, rambut pirang keemasanya acak-acakan seperti orang yang baru bangun tidur, iris biru safirnya menatap papan permainan catur di atas meja di depannya. Dia bermain catur sendirian—!?

Dan, seorang perempuan yang berpakaian ala maid duduk di jendela di belakang pria itu, memegang ballpoint, menyangga buku di atas kedua lututnya, surai silver gelap sebahunya melambai lembut tertiup angin, pandangannya mengarah ke luar.

"Kacau sekali."

Raynare facepalm mendengar ucapan wanita bersurai biru di sebelahnya.

Ternyata keyakinannya selama ini benar. Ada masalah dengan kepala orang-orang di kelompok ini. Memikirkan bahwa dirinya akan bergabung dengan kelompok aneh ini membuatnya berkeringat dingin. Dia sendiri hanya memakai celana Jersey hitam pendek dan kaos abu-abu polos tanpa lengan.

Wanita bersurai biru berjalan mendekati pria pirang dengan langkah ringan, senyum tipis terukir di wajahnya.

"Bos. Aku membawa orang barunya."

"Karin, kah? Begitu ya." pria pirang melirik sekilas dengan acuh, nada bicaranya pun tak kalah acuh, bahkan terdengar seperti tidak peduli.

Pria itu melanjutkan kembali —menatap papan catur dalam diam.

Karin —wanita bersurai biru, juga diam, menatap pria pirang dalam diam dengan senyuman penuh arti.

Hal itu berlangsung cukup lama.

Raynare yang berdiri tidak jauh di belakang Karin —wanita bersurai biru itu, berkeringat jatuh. 'Apakah pria itu Bosnya?' Kalau iya, karakter bos barunya tidak seperti yang dia bayangkan!

"Mintalah Tama untuk memberi uangmu." pria pirang memecahkan kesunyian, mata birunya melirik wanita yang sedang tertidur meringkuk di sofa.

"Terimakasih, Bos. Senang berbisnis dengan anda." Karin mengangguk hormat, terlukis senyuman cerah di wajah cantiknya.

Karin menengok ke belakang, memberikan anggukan kecil pada Raynare.

Raynare mengangguk, mengerti arti tatapan yang Karin berikan. Dia pun maju sampai kemudian berdiri sejajar dengan wanita bersurai biru tersebut. Begitu dia berdiri disana, saat itulah Raynare merasakan tekanan aneh menghantamnya, seolah-olah sepasang mata mengintip ke dalam jiwanya.

Dia berdiri kaku, perasaannya mendadak jadi gugup. Kakinya terasa lemas, bergetar pelan tak terkendali. Kepalanya tertunduk, dia tidak berani sekadar untuk mencari asal tatapan itu.

"Siapa namamu?"

"Ray-Raynare!" dia berseru cukup keras. Dia terlalu terkejut, bingung, gugup dan takut bercampur jadi satu ketika mendengar suara maskulin pria di depannya bertanya padanya.

"Kau tidak perlu berteriak."

"Ma-Maaf."

Janggal akan situasi yang tiba-tiba hening, Raynre memberanikan diri, ia mencuri-curi pandang ke depan. Pria pirang itu masih tak merubah posisinya.

"Dibawah kepemimpinan siapa?"

Raynare buru-buru menundukkan kepalanya kembali. Pria itu tidak melihatnya sama sekali. Tapi perasaan jiwanya yang ditatap itu masih ada dan nyata.

Namun, dilain sisi Raynare juga tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu atau tidak.

"Kau tahu, Tiga Faksi kini beraliansi, tak lama setelah kami membawamu. Gubernur Jenderal Malaikat Jatuh, Azazel, yang mengusulkan ide itu. Kupikir dia harus berterimakasih padamu atas pemberontakanmu."

Raynare cepat-cepat mendongak, menatap kearah pria itu tak percaya.

"Aku tidak tertarik pada urusanmu, tapi Karin sudah menyelidiki latar belakangmu. Karena kau tidak tahu apa saja yang telah terjadi belakangan ini, kau bisa bertanya padanya nanti."

Pria itu menggeser posisi Bishop dari [d2] ke [a5].

Dia benar-benar khidmat memainkan permainan itu walaupun hanya bermain sendiri. Seakan-akan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tak ada hubungannya dengannya. Ia benar-benar menyatu dengan permainan.

"Tidakkah Kau mau menjawab pertanyaanku?"

Raynare termenung, berbagai pemikiran berseliweran dalam benaknya. Khususnya, ia tidak menyangka kalau Ketiga Faksi Injil saat ini benar-benar beraliansi. Terlebih-lebih, yang pertama mengusulkan ide itu adalah Tuannya, Azazel, yang sangat amat dia hormati.

Tidak lama setelah insiden di gereja tak terpakai itu.

"Kalau begitu, kuganti pertanyaannya."

Raynare tidak tahu harus merasa lega atau bagaimana mendengarnya. Memang dia tidak harus menjawab kalau ia sebenarnya pengikut setia pimpinan tertinggi malaikat jatuh, Azazel, dan juga wakilnya, Shemhazai.

Akan tetapi—.

"Pernahkah kau berkontak dengan bajingan yang dipanggil 'Satanael'?"

—Nada suaranya begitu dingin dan berat, itu gelap dan syarat akan kematian yang mengerikan!

Raynare bisa merasakan setitik kebencian di dalam sana. Ia pun menggelengkan kepalanya , dan dengan ragu-ragu menjawab pertanyaan tersebut.

"Satanael...-sama, meninggalkan Grigory beberapa tahun terakhir karena perbedaan ideologi dengan petinggi-petinggi lainnya."

Raynare berhenti sejenak, berusaha menggali ingatannya tentang salah satu mantan petinggi malaikat jatuh yang dicap 'berbahaya' bahkan oleh Grigory sendiri. Dia tidak terlalu dekat dengan Satanael, justru bisa dibilang hampir tidak tahu apa-apa, kecuali—.

"Beliau sangat berobsesi mengembangkan Sacred Gear, dengan tujuan untuk memulai [Perang Akbar] kedua."

"…Begitu, ya?" pria pirang melirik kearah Raynare.

Raynare mengguk gugup.

"Informasi itu hanya beredar diantara para petinggi. Karena Satanael…-sama dianggap 'berbahaya' oleh Grigory, sampai sekarang mungkin Grigory masih melacak jejaknya."

"Sayang sekali." pria pirang itu mengangguk, kembali memandangi papan catur.

"Memang disayangkan. Tampaknya Grigory kesulitan mengatur bawahnya sebelumnya. —Kokabiel saja dihukum karena pemberontakan." Karin tertawa pelan setelah mengakhiri ucapannya, sementara itu Raynare menoleh dan menatapnya dengan kaget.

"Yah, Kokabiel gagal memicu perang, fufufu. Kasihan sekali."

"Itu bisa dimengerti. Sejak awal dia masuk ke dalam skema yang dibuat Azazel untuk mencapai tujuannya."

"Heee, jadi begitu? Dia bahkan tidak ragu-ragu mengorbankan rekannya untuk membangun aliansi?"

"Tentu tidak. Dia melihat gambaran yang lebih besar."

"Begitu, begitu. Dia benar-benar sesuai namanya. —The Most Sinister Fallen Angel."

"Kau dan Yan'er juga mulai menyeramkan. Trend apalagi yang sedang kalian ikuti?"

"Bos. Ini disebut 'beradaptasi'."

Raynare tenggelam dalam dunianya sendiri. Dia benar-benar tidak bisa mengikuti arah percakapan kedua orang itu. Terlebih yang sedang mereka bicarakan adalah Azazel, tuannya yang paling dia puja-puja dan paling dia hormati. Lupakan Satanael yang tidak dia ketahui, atau Kokabiel yang sedikit tidak dia sukai, walaupun keduanya bisa dibilang 'mantan petinggi' Grigory yang kini entah bagaimana kabarnya.

Berbeda dengan Azazel.

'Azazel-sama berbeda!' pikirnya, hampir tidak tahan mendengar percakapan kedua orang itu yang terkesan menjelek-jelekan tuannya yang paling dia cintai.

"Baiklah, waktu istirahatku sudah mau habis, sepertinya aku harus kembali bekerja."

"Yah, silakan."

Karin mengangguk hormat, lalu menatap Raynare.

"Tunggulah disini. Setelah selesai bekerja, aku akan menjemputmu. Oke?"

"…Apa?"

Karin tersenyum menggoda, menepuk-nepuk bahu Raynare beberapa kali, kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.

Raynare berdiri diam kebingungan. Wajahnya tampak cemberut. Menatap kepergian Karin yang menghilang dibalik pintu. 'Dia pergi begitu saja.'

"Raynare...kan?"

Raynare tersentak, mengalihkan atensinya ke pria pirang, mengangguk pelan. Pria pirang menatap kearah wanita yang sedang tidur terlentang di sofa.

"Kau lihat dia?"

Raynare mengangguk sekali lagi.

"Kau bisa beristirahat seperti yang dia lakukan."

Raynare facepalm, "Aku tidak mau."

"Begitu." pria itu terdiam sejenak. "Kau bebas melakukan apapun sesukamu."

"Kalau begitu, bisakah aku kembali ke Grigory?"

Raynare gusar. Dia sudah setuju bergabung dengan kelompok yang dipimpin pria pirang itu. Karena itulah dia bebas dari ruangan serba putih sebelumnya. Walaupun mereka tidak mengakuinya, meski mereka seperti kelompok aneh yang tidak memiliki banyak kekuatan seperti Grigory, tetapi Raynare tidak dapat memungkiri kalau merekalah yang telah menyelamatkannya dari ambang kematian.

Dia berpikir tidak perlu izin mereka untuknya agak bisa kembali ke Grigory, bagaimanapun Grigory adalah rumahnya.

—Wanita berambut silver turun dari jendela, berdiri di belakang pria pirang itu, kemudian menyisir rambut pirang pria tersebut dengan sisir yang entah darimana asalnya. Wajahnya cantik tampak kalem, sorot mata birunya setenang permukaan air danau, dalam dan penuh teka-teki.

Pria itu diam saja, membiarkannya menyisir rambutnya. Sementara mata birunya menatap kearah Raynare dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kau sudah mati." ucapnya, tanpa minat, membuat Raynare syok mendengarnya.

"Situasimu cukup rumit. Dua orang yang kau bunuh saat ini menjadi budak Iblis. Kau mati setelah bertarung dengan kelompok mereka. Itulah statusmu saat ini. Pikirkanlah sendiri kelanjutannya."

—Orang yang sudah mati tiba-tiba muncul dan mengaku dirinya Fallen Angel yang telah mati itu. Kalau mengakui saja mungkin tidak akan jadi masalah besar. Tapi dia dinyatakan sudah mati. Juga, dia kehilangan karakteristik sebagai Fallen Angel—sayap hitamnya, serta merta membawa aura aneh yang berbeda dengan Fallen Angel.

Bisa saja dirinya tak perlu memperdulikan hal itu. Lagipula di Grigory banyak orang-orang aneh yang berasal dari luar ras Fallen Angel. Dan Raynare yang bangga akan dirinya sendiri sebagai malaikat jatuh mana mungkin mau melakukan itu.

Dia adalah ras agung Fallen Angel!

—mantan Fallen Angel.

Cahaya di matanya meredup.

"Terserah kau mau melakukan apa. Mungkin setelah kau berbicara dengan Azazel, dia mau menerima kembali bawahan pemberontak sepertimu."

Raynare diam seribu bahasa. 'Tidak mungkin' pikirnya. Kokabiel, salah satu Kader Grigory yang memiliki kekuatan besar saja dihukum, apalagi dirinya yang hanya malaikat jatuh kelas menengah rendahan. Dia tidak tahu hukuman apa yang dijatuhkan kepada Kokabiel. Tapi kalau dirinya yang dihukum, kemungkinan besar adalah kematian atau paling rendah hukuman yang tidak berbeda dengan kematian.

Maid bersurai silver menarik tangannya dari kepala pirang itu, dia selesai menyisir. —Pria itu berdiri.

"Anda sudah mau pergi?" tanyanya dengan sopan, suaranya benar-benar setenang penampilannya.

Pria pirang mengangguk pelan.

"Yah, aku harus memeriksa keadaan di sekitar lokasi agar tidak muncul variabel yang tidak diinginkan." ujarnya, pria itu mendekati wanita yang sedang tidur di sofa, menatapnya sebentar.

"Bangunkan dia saat waktunya sudah tiba, dan katakan padanya untuk menemuiku dulu sebelum bertindak."

"Saya mengerti."

"Kalau begitu, aku pergi."

Setelah itu, pria pirang tersebut menghilang seketika. Maid tersebut membungkuk sopan kearah tempat dimana sebelumnya pria tadi menghilang.

"Selamat bersenang-senang… Naruto-sama."

.

.

.

—TBC—