Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Sebelum kita memulai chapter ini saya mau menyempatkan untuk membalas komentar kalian pada chapter sebelumnya.
Asira Namida: - Terimakasih banyak udah support sampai sekarang, teruntuk soal gaya menulis akan selalu saya usahakan agar tetap konsisten, tentunya dengan beberapa peningkatan disetiap chapternya.
dmcgreaksi: - Siap, nih udah lanjut.
muhammad nf: - Nih udah dilanjut.
FCI. Racemoon: - Terimakasih untuk tanggapan yang positif dengan keputusan saya untuk mengistirahatkan para karakter.
- Juga soal tentang mengambil jeda ketika menulis memang bener banget, kadang bisa berbulan-bulan niatan menulisku bisa naik kembali, itu semua kulakukan demi mempertahankan kualitas atau bahkan menaikkan kualitas cerita ini.
- Terimakasih karena bisa melihat potensi dari cerita yang seperti ini, karena jujur nulis H2H combat atau CQC dengan kekuatan manusia normal benar-benar bisa bikin kepala mumet plus nyut-nyutan.
Yang terakhir untuk para pembaca ataupun Author FFn yang mungkin membaca cerita ini. Tolong ramaikan lagi FFn seperti dulu lagi, lanjutkan cerita kalian atau sekalian buat saja yang baru, karena jujur dunia FFn yang sekarang benar-benar terus menunjukkan penurunan drastis tiap bulannya. Seakan-akan FFn Indo sudah mati.
Mungkin itu saja, terimakasih kepada kalian yang telah menuliskan feedback kalian, saya sangat menghargainya.
Baiklah kalau begitu, mari kita mulai ceritanya!.
Enjoy~.
Total words (6.650).
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KHS Sidewalk, Friday at 8:10 am.
Diantara banyaknya orang yang berjalan di trotoar menuju ke gedung sekolah KHS Boys, ditengah-tengah kerumunan itu terlihat empat orang yang mencolok dengan warna rambut yang berbeda-beda sedang berbincang-bincang santai.
Keempat orang itu sesekali disapa oleh orang-orang yang berada disekitar mereka yang sapaan tersebut mereka balas dengan senyuman tipis dan ada juga yang membalasnya dengan cengirannya.
"Hoam~, apakah kita harus masuk sekolah? Lagipula ini sudah hari jumat, besok (hari sabtu) libur. Jadi kenapa kita tidak sekalian saja membolos hari ini? Satu hari membolos tidak masalah kan? Hoam~" ujar lesu Shikamaru yang tidak henti-hentinya menguap malas.
"Kalau begitu kau pulang saja dan lanjutkan tidurmu, lagipula siang ini orangtuamu akan pulang' kan? Aku jadi penasaran dengan reaksi Ibumu jika tahu kalau kau membolos hari ini" respon Sasuke dengan senyum mengejeknya.
"Hoo~, kalau Shika benar-benar membolos hari ini aku yakin kalau Bibi Yoshino pasti akan memberikannya pelajaran yang tidak akan membuatnya tidak mengantuk bahkan tidak tidur berhari-hari, haup" ujar Chōji yang berada di antara Sasuke dan Shikamaru, memakan keripik kentangnya dengan tenang.
"Tentu saja, karena dia akan dibantai, benarkan? Shishishi" Naruto yang berjalan di depan mereka bertiga juga ikut nimbrung dengan percakapan para sahabatnya itu. Tentunya dengan menambahkan tawa menjengkelkannya untuk mengejek Shikamaru.
Shikamaru yang mendengar itu hanya memasang wajah dongkol. Ia tidak bisa membela dirinya karena perkataan mereka benar, selain itu ia juga malas berdebat karena itu hanya akan mengurangi stamina dan daya hidupnya yang terbatas (?).
"Sebentar lagi libur musim panas, tidak terasa ya kalau kita sudah mendekati tengah semester?" Shikamaru mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kau mencoba mengalihkan pembicaraan ya?" tanya Naruto berbalik menghadap Shikamaru, sambil berjalan mundur.
"Tidak".
"Jangan bohong".
"Siapa juga yang bohong".
"Kau yang bohong".
"Bohong tentang apa?".
"Tentang. . . sial aku lupa".
"Hmm, liburan musim panas ya? Apa kalian ada rencana untuk menghabiskan libur musim panas kalian tahun ini?" tanya Chōji.
"Aku sih yes, musim panas ini orangtuaku akan terus berada di rumah, itu karena Ibuku ingin memberikanku 'sedikit' pelajaran selama musim panas ini akibat terlibat tawuran beberapa hari yang lalu, jadi ya rencanaku saat musim panas ini adalah mencoba untuk bertahan hidup dari amukan Ibuku, hahh mendokuse~".
Shikamaru menghela nafas panjang, ia bertekad sebelum itu terjadi, dia akan memanfaatkan semua waktunya untuk mengisi tenaganya (baca: tidur). Karena jika tidak, ia tidak yakin kalau dia akan tetap hidup setelah musim panas berakhir (?).
"Begitu ya? Kalau aku sih di musim panas ini aku akan menjaga restoranku, berhubung karena libur jadi aku akan menjaganya dari pagi sampai malam, belum lagi nanti Ayah dan Ibuku akan keluar kota selama kurang lebih seminggu untuk bertemu dengan investornya, jadi tidak ada alasan bagiku untuk meninggalkan pekerjaanku" jelas Chōji.
'Padahal tadi dia yang bertanya, kok malah dia sendiri sih yang menjawab pertanyaannya? Ada yang aneh' batin Naruto, Sasuke dan Shikamaru yang menatap Chōji penasaran.
"Oh iya apa kalian mau membantuku saat orangtuaku pergi? Aku butuh tenaga bantuan, nanti aku kasih upah, mau ya? Mau ya?" tanya Chōji dengan tatapan memelas.
'Sudah kuduga' batin mereka bertiga (kembali) kompak.
Naruto dan Sasuke pun saling menatap satu sama lain, mereka sebenarnya mau-mau saja, akan tetapi mereka sudah punya rencana.
Naruto akan kembali ke Kyōto untuk kembali berkumpul dengan keluarga besarnya. Begitu juga dengan Sasuke, yang diawal agustus dia akan melaksanakan pelatihan di kamp musim panas di Tokyo bersama kakaknya, Itachi.
"Aku sebenarnya mau tapi aku akan pulang ke Kyōto, bukannya aku sudah memberitahumu tentang ini?" Naruto balik bertanya.
"Oh iya aku lupa hehe, bagaimana denganmu, Sasuke?" Chōji tertawa pelan, setelah itu ia mengalihkan atensinya kepada Sasuke.
"Aku akan berada di rumah selama beberapa hari, setelah itu aku akan mengikuti pelatihan di kamp musim panas bersama kakakku di Tokyo, jadi maaf aku tidak bisa".
"Shika?" Chōji menatap Shikamaru dengan penuh harap.
"Tidak masalah, tapi kau harus menanyakannya dulu kepada Ibuku, itupun kalau kau berani, hoam~".
Chōji yang mendengar itu tertunduk lesu. Minta izin kepada Bibi Yoshino yang sedang dalam mode full murka? Tidak termakasih!.
"Hahh jadi benar-benar tidak bisa ya?" ujar Chōji yang murung.
*Puk*
Shikamaru menepuk pundak Chōji.
"Tidak usah murung begitu, bagaimana kalau kau tanyakan saja kepada anggota ACE yang lain? Siapa tahu kan mereka ada yang mau?" usul Shikamaru.
"Bisa-bisanya aku tidak kepikiran, baiklah nanti akan kutanyakan kepada mereka!" Chōji kembali tersenyum sumringah. Kemudian ia kembali melanjutkan aktivitasnya yang sebelumnya, yakni memakan keripik kentangnya.
Tidak terasa mereka sudah masuk melewati gerbang sekolah mereka.
"Hampir lupa, bukannya kita punya janji dengan Ino dan Sakura di libur musim panas ini?" tanya Chōji.
"Hah janji? Memang kita ada janji ya, Sasuke?" beo Naruto kebingungan.
"Ada, kaunya saja yang pikun".
"Grr, apa kau bilang?! Kau mau berkelahi hah?!" Naruto menarik kerah kemeja Sasuke.
"Ayo siapa takut?!" Sasuke balas menarik kerah gakuran Naruto.
"Eits stop stop! Kalian berdua benar-benar ya, masih pagi sudah berantem!" Chōji langsung memisahkan keduanya. Hanya saja Naruto dan Sasuke masih tetap saling melemparkan aura intimidasi melalui tatapan mata mereka.
"Awas kau, Pantat ayam/ Usuratonkachi!".
Shikamaru dan Chōji yang melihat itu hanya menghela nafas lelah.
"Memang janjinya kapan?" tanya Naruto.
"28 Juli, festival Hanabi. Nara Park, jam setengah lima sore" jawab Sasuke santai.
Shikamaru dan Chōji mengeluarkan sweatdrop ketika melihat Naruto dan Sasuke yang tiba-tiba kembali baikan dalam kurun waktu beberapa detik saja. Belum lagi Sasuke menjawabnya dengan sangat detail.
"Berarti kurang lebih dua minggu lagi, bertepatan dengan hari pertama libur musim panas" ujar Shikamaru.
"Aku tidak bisa pergi, aku sudah memberitahu kalian alasanku bukan?" tanya Shikamaru yang diberi anggukan paham oleh ketiga sahabatnya.
"Aku juga tidak bisa, karena hari itu aku pasti akan sibuk menjaga restoranku, maaf ya" ujar Chōji. Naruto dan Sasuke yang mendengar itu kembali mengangguk paham.
"Bagaimana dengan kalian berdua, Naruto, Sasuke?" tanya Shikamaru.
"Hmm 28 juli ya? Sepertinya hari itu aku masih di Konoha deh untuk beberes, karena tanggal 29 aku akan pulang ke Kyōto".
Shikamaru dan Chōji menoleh ke arah Sasuke, meminta penjelasan.
"Akhir juli aku masih di rumah, karena pelatihan di kamp musim panas yang aku ikuti dimulai awal agustus".
"Jadi kalian bisa pergi atau tidak?" tanya Shikamaru.
"Bisa!/ Entahlah".
Jawaban berbeda dari Naruto dan Sasuke membuat Shikamaru dan Chōji mengagguk paham. Itu artinya mereka berdua bisa.
Kenapa mereka sangat yakin padahal jawaban dari Sasuke terdengar tidak meyakinkan? Karena kata 'Entahlah' dari Sasuke dalam kamus mereka berarti 'iya'.
Pengaruh lamanya berteman dengan Sasuke membuat mereka sudah bisa menerjemahkan jawaban-jawaban ambigu dari sobat mereka itu. Memang sih kata-kata si Pantat ayam itu kadang membingungkan, akan tetapi seiring lamanya mereka berteman membuat mereka benar-benar sudah terbiasa dan sudah hafal betul dengan maksud dari sahabat berambut model pantat ayam mereka itu.
"Baiklah sudah diputuskan, kalian berdua yang akan menemani Sakura dan Ino" Chōji tersenyum lebar.
"Sejak kapan aku menyetujuinya?" tanya Sasuke dengan mengangkat satu alisnya.
*Puk* *Puk*
Shikamaru menepuk-nepuk pundak Sasuke.
"Titip salam ya kepada mereka berdua" ujar Shikamaru dengan senyum tipisnya. Sasuke yang mendengar itu mendecih kesal.
"Hahh sialan, kenapa harus aku sih yang pergi dengan si Usuratonkachi ini? Kalau tahu begini lebih baik aku tidak menceritakan apa-apa kepada mereka, mendokuse" gumam Sasuke pelan.
"Apa aku mendengar sesuatu?" tanya Naruto yang memasang kuping tepat di depan wajah Sasuke. Sasuke yang melihat itu tersenyum jahil.
"TIDAK ADA!" teriak Sasuke tiba-tiba.
*Ngiing*
"AAAAAKH! SIALAN KAU, KENAPA KAU BERTERIAK TEPAT DI TELINGAKU, TEME?!" Naruto memegangi telinganya yang berdenging.
"Salahmu sendiri, kenapa juga kau memasang telingamu di depanku?" ujar Sasuke dengan senyum mengejeknya.
"Grrr awas kau! Nanti akan kubalas, tunggu saja!".
"Hn, coba saja kalau bisa".
Shikamaru dan Chōji yang melihat Naruto dan Sasuke kembali bertengkar kembali mengeluarkan sweatdrop mereka.
'Mereka ini kenapa sih?' batin mereka berdua.
Tanpa banyak berbicara lagi, mereka pun beranjak memasuki gedung sekolah dan menuju ke kelas mereka masing-masing.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"I'm the King!"
Disclaimer: [Naruto] Masashi Kishimoto
Created by: Holocaust
Genre: Action, comedy, school, martial arts, slice of life, etc.
Pairing: NaruIno, SasuSaku.
Warning: Typo berantakan , Alternative Universe, OOC, NoMagic, NoChakra, Just a regular human! and many more.
Summary: Cerita Shikamaru tentang Mantan Naruto membuat Ino galau dan mengakibatkan Ino terus menerus memikirkan Maruto. Sama halnya dengan Ino, Naruto rupanya juga ikut galau memikirkan Ino. Ia penasaran apakah semua perhatian Ino kepadanya adalah benar adanya ataukah hanya tipu daya semata?.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KHS Girls - Kelas 1C, Friday at 11:00pm.
Bunyi bell menggema di seluruh penjuru sekolah, menandakan istirahat pertama telah tiba. Para murid maupun guru mulai beranjak dari tempat duduk mereka meninggalkan kelas dan menuju ke tujuan mereka masing-masing.
Ada yang pergi ke kantin sekolah untuk mengisi perut mereka yang kosong, ada yang berkumpul bersama teman-temannya guna me-refresh pikiran mereka yang sempat mumet (menggosip), ada yang berjalan-jalan mengitari sekolah, ada yang duduk-duduk di taman sekolah, ada yang ke toilet untuk foto-foto, dan masih banyak lagi.
Ah ya sampai terlupa, ada juga beberapa orang yang memilih untuk tetap tinggal di ruang kelas mereka, entah untuk melakukan apa.
Salah satu orang yang menetap di kelas adalah Ino yang saat ini sedang duduk termenung di tempat duduknya yang berada di barisan kedua, samping jendela yang pandangannya mengarah ke lapangan sekolah. Sambil sesekali tersenyum memikirkan kejadian yang empat hari belakangan ini ia alami.
Bagaimana tidak? Setelah 3 tahun lamanya ia akhrinya bisa berkumpul lagi bersama sahabat masa kecilnya, yang salah satunya merupakan cinta pertamanya.
Dalam empat hari itu, ia dan Sakura tidak pernah absen untuk menjenguk Naruto dan yang lainnya. Tidak mempedulikan kalau kuota keluar sekolah mereka telah habis terpakai untuk bulan ini. Yakni sebanyak 5 kali.
Mereka berani mengambil keputusan itu karena tidak lama lagi libur musim panas akan tiba. Jadi kenapa tidak menghabiskannya saja sekalian, benar begitu?.
"Libur musim panas ya?" gumam Ino sembari tersenyum lebar.
Berbicara soal libur musim panas, Ino dan Sakura telah membuat janji untuk pergi ke festival Hanabi bersama Naruto dan yang lainnya di akhir bulan ini.
Sebenarnya Ino dan Sakura hanya ingin mengajak Naruto dan Sasuke, akan tetapi mereka merasa tidak enak dengan Shikamaru dan Chōji. Lagipula tidak ada salahnya mengajak mereka juga 'kan? Anggap saja ini sebagai reuni mereka setelah 3 tahun belakangan ini mereka terpisah.
Dalam 4 hari belakangan itu mereka juga banyak sekali bercerita tentang hal yang masing-masing mereka lewatkan selama 3 tahun terpisah, ya walaupun mereka tidak bisa menceritakan semuanya tapi tetap saja, informasi yang mereka dapatkan itu benar-benar bermanfaat untuk membuat mereka setidaknya mengetahui gambaran besar kejadian yang masing-masing telah mereka alami.
:-(ITK)-:
Flashback On.
Dimulai dari Ino yang menceritakan perihal penguntit yang terus mengikutinya selama kurang lebih 3 tahun belakangan ini, yang akhirnya berhenti setelah sebulan yang lalu Naruto menerbangkannya dengan satu pukulannya.
Kemudian disambung oleh Sakura yang menceritakan kalau tiga tahun belakangan ini ia benar-benar tertarik dengan dunia medis, hal itu menimbulkan tanda tanya di kepala Sasuke dan yang lainnya (kecuali Ino) karena seingat mereka, Sakura memiliki impian yang sama dengan Ino, yakni menjadi seorang Idol.
Sakura pun menceritakan awal mula kapan dirinya tertarik dengan dunia medis. Sekitar 2 tahun yang lalu, saat libur musim panas ia bersama Ino pergi ke Hoshigaki Waterpark yang baru seminggu dibuka. Ketika Sakura bersiap menaiki luncuran, tiba-tiba dia terpeleset dan membuat kepalanya terbentur dengan keras di pegangan luncuran tersebut sehingga membuatnya pingsan seketika.
Ino yang panik pun langsung berteriak meminta tolong, membuat orang-orang di sekitarnya pun turut membantu Sakura yang pingsan, kejadian itupun sampai ke telinga Manajer dari Waterpark tersebut.
Singkat cerita Ino yang ditemani oleh Manajer dari Waterpark tersebut pun dengan sigap membawa Sakura ke rumah sakit sebagai bentuk tanggungjawab.
Setelah Sakura diperiksa oleh Dokter, Dokter itu memvonis kalau Sakura mengalami geger otak ringan, mendengar hal itu membuat Ino langsung menangis.
Dokter yang melihat itu tentu mencoba menenangkannya dengan berkata kalau sahabat pinkie-nya itu baik-baik saja akan tetapi dia harus tetap menerima perawatan yang intensif.
Manajer Waterpark yang mendengar itu tentu merasa bersalah dan tanpa pikir panjang Manajer tersebut pun langsung bertanggung jawab dengan membiayai seluruh pengobatan Sakura mulai dari awal pemulihan sampai pasca pemulihan.
Selama Sakura dirawat di rumah sakit, entah kenapa dia sering sekali memperhatikan apa yang dilakukan oleh para dokter dan perawat ketika sedang mengurusnya. Dedikasi mereka dan keseriusan mereka untuk merawat pasien membuat Sakura mulai tertarik dengan ilmu medis.
Dan puncaknya terjadi ketika Dr. Senju Tsunade, seorang Dokter tersohor di kota ini yang secara mengejutkan tiba-tiba saja mengambil alih untuk merawatnya.
Kehadiran sang Dokter besar itu tentu membuat Sakura yang akhir-akhir ini tertarik belajar ilmu medis menjadi tambah antusias, membuatnya secara tidak sadar menanyakan banyak sekali pertanyaan mengenai ilmu medis kepada Dokter ternama itu.
Yang lagi-lagi diluar dugaan, sang Dokter tersebut bersedia untuk menjawab semua rasa penasarannya dengan sabar dan jugaa sangat detail, sehingga lambat laun perbuatan sang Doker itupun sukses memantapkan hati Sakura untuk menekuni ilmu kedokteran dan keperawatan.
Naruto, Sasuke, Shikamaru dan Chōji yang mendengar itu tentu kagum dengan cerita Sakura. Khususnya Sasuke yang terlihat mengeluarkan senyum tipisnya, membuat Sakura yang sempat melihat senyuman itu tersipu malu.
Tukar menukar cerita berlanjut.
Naruto kembali mengambil alih dengan menceritakan kejadian-kejadian konyol dan aneh yang ia, Shikamaru dan Chōji alami selama tiga tahun di Kyōto, dan disambung oleh cerita Sasuke tentang pengalamannya bersekolah di Tokyo.
Dari sekian banyaknya cerita yang Ino dan Sakura dapat dari keempat sahabatnya, hal yang paling membekas diingatan mereka adalah.
(Cerita pertama).
Selama dua tahun Sasuke di Tokyo, hampir seluruh waktunya ia habiskan di sasana tinju milik teman Ayahnya, tidak ada satu hari pun yang terlewat untuk melatih kemampuan tinjunya, sehingga berkat dari kerja keras dan dedikasinya itu pun membuatnya dia diikutkan ke dalam turnamen tinju khusus wilayah Kanto.
(AN: Wilayah Kanto meliputi: 1. Ibaraki, 2. Tochigi, 3. Gunma, 4. Saitama, 5. Chiba, 6. Tokyo, 7 Kanagawa).
Diluar ekspektasi sebagai debutan, Sasuke berhasil menjuarai kompetisi itu dengan kemenangan yang sangat mudah.
Dia memenangkan semua pertarungannya dengan K.O. dan T.K.O., tidak ada satupun lawannya yang mampu bertahan melawannya melewati 3 ronde.
Melihat bakat cemerlang Sasuke membuat pelatih tinjunya semakin gencar mengajaknya untuk benar-benar terjun ke dalam dunia tinju secara full time, namun Sasuke menolaknya.
Kenapa? Jawabannya karena Sasuke masih ingin menyelesaikan sekolahnya dengan cara yang normal, selain itu dia juga memiliki janji kepada Ayahnya.
Sang pelatih paham, walaupun ajakannya ditolak tetapi dia berjanji akan terus bersikap profesional untuk terus melatih Sasuke walaupun Sasuke tidak mau didebutkan menjadi petinju pro di sasana miliknya.
Sasuke menyelesaikan ceritanya, Sakura yang daritadi sudah ingin bertanya langsung menanyakan tentang janji apa yang Sasuke maksud, Sasuke hanya diam sambil membuang muka, tidak mau menjelaskan apa-apa. Membuat Sakura murung, sekaligus meminta maaf karena menanyakan hal yang bersifat pribadi.
Melihat suasana berubah menjadi canggung membuat Naruto kembali mengambil alih situasi.
(Cerita kedua).
Naruto mulai menceritakan Chōji pernah memiliki pengagum rahasia yang sampai saat ini masih membuat Chōji penasaran dengan sosok perempuan itu.
Bagaimana tidak? Untuk pertama kalinya Chōji dikirimkan sekotak coklat beserta beberapa keripik kentang kesukaannya yang diatas paket itu terdapat sepucuk surat dari sang pengirim, mengatakan kalau sang pengirim itu merupakan siswi dari sekolah lain, perempuan itu berinisal K.
Hal itu tentu membuat perasaan Chōji menjadi campur aduk, baru kali ini ia merasakan rasa penasaran, tidak percaya, salah tingkah dan senang dalam waktu yang bersamaan.
Mengakibatkan dirinya senyum-senyum tidak jelas selama seharian penuh. Sehingga hal itupun memicu dirinya menjadi bahan jahilan yang empuk buat Naruto. Hanya saja ketika Chōji terkena aksi jahil Naruto, dia tidak peduli karena dihari itu dia terlalu bahagia untuk menanggapi keusilan sahabat kuningnya itu.
Chōji juga mengatakan kalau tulisan itu masih dia simpan di dalam tas sekolahnya yang selalu ia bawa kemana-mana. Saat ditanya oleh Ino dan Sakura apa tulisan yang tertulis disurat itu, Chōji menolak memberitahunya sambil menggaruk-garuk pipinya malu.
(Cerita ketiga).
Berpindah ke Shikamaru, dibalik sifat malasnya yang akut itu, ternyata dia memiliki mantan pacar yang setahun lebih tua darinya yang sayangnya harus putus karena suatu hal, sebelum Naruto memberitahu alasan kenapa mereka putus hal, Shikamaru tiba-tiba menyumpal mulutnya dengan bantal sambil mengancamnya akan menceritakan tentang mantan pacar Naruto.
Hal itu sontak membuat Naruto langsung terdiam dan memasang raut dingin.
Reaksi yang ditunjukkan Naruto tentu membuat Ino, Sakura bahkan Sasuke yang ternyata baru tahu tentang mantan Naruto menjadi penasaran.
Naruto pernah pacaran? Terus berapa lama mereka berpacaran? Sudah sejauh mana hubungan mereka? Apa saja yang sudah mereka lakukan selama mereka pacaran? Kenapa Naruto menjadi dingin seperti itu ketika mantannya disebut? Apa mereka putus dengan cara yang tidak baik?. Begitu pikir Ino.
Entah kenapa memikirkan itu membuat Ino merasa kesal dan sakit hati.
Baru saja Ino ingin bertanya tiba-tiba Naruto beranjak dari kasurnya dan langsung keluar dari ruangan tanpa berbicara sepatah katapun.
Sasuke dan Sakura yang penasaran dengan mantan Naruto tentu langsung menanyakannya kepada Shikamaru dan Chōji, akan tetapi mereka menolak dan meminta mereka untuk menanyakannya langsung kepada Naruto, karena itu sebenarnya bukan hak mereka (Shikamaru dan Chōji) untuk menjawab.
Sasuke dan Sakura paham, tapi tidak dengan Ino, dia tidak puas, ia tidak mau menunggu, dia harus tahu itu sekarang!.
Merasa bersalah, Shikamaru turut beranjak dari kasurnya, ingin mencari Naruto untuk meminta maaf karena telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya ia katakan. Ia pun menenteng botol infusnya dan segera berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Baru beberapa meter Shikamaru meninggalkan ruangan, Ino mengejarnya dan langsung mengintrogasinya.
Shikamaru bersikeras untuk tidak ingin menceritakannya, sama halnya dengan Ino yang terus ngotot memaksa Shikamaru untuk setidaknya memberitahu siapa nama dari mantan Naruto tersebut.
Dan usahanya ternyata tidak sia-sia, Shikamaru akhirnya menyerah, sambil menguap malas Shikamaru pun memberitahu nama perempuan yang mampu membuat Naruto yang super duper tidak peka menjadi pacarnya.
Entah Shikamaru berkata jujur atau tidak, yang jelas Ino sudah mengetahui nama perempuan itu, dan namanya adalah . . .
"Ino!".
*Puk*
Lamunan Ino terbuyarkan oleh kedatangan seseorang yang tiba-tiba menepuk pundaknya, dan orang itu ternyata Sakura yang datang membawa sebuah bungkusan yang berisi beberapa macam makanan dan minuman yang sepertinya baru dia beli di kantin sekolah.
"Aku daritadi mencarimu di kantin tahu. Tidak tahunya kau malah disini!" ujar Sakura yang mengambil kursi di sebelah Ino. Kemudian ia memindahkannya ke hadapan Ino membuat mereka saling berhadapan satu sama lain.
Wajar Sakura mencarinya karena mereka berbeda kelas, Ino berada di kelas C yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan dunia Entertainment dan Sakura berada di kelas A yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan dunia Kedokteran dan Ilmu Medis.
Unik Memang, tapi itulah keistimewaan KHS Girls.
"Nih sandwich dan soda jeruk kesukaanmu!" Sakura meletakan barang yang dimaksud di atas meja Ino.
"Kau mentraktirku?".
"Iyalah, kemarin kan kau mentraktirku jajan, jadi sekarang giliranku" ujar Sakura tersenyum lebar.
"Oke deh, thank you jidat!" tanpa basa-basi Ino langsung membuka plastik yang membungkus sandwichnya dan langsung melahapnya.
"Oh iya, tumben kau hanya duduk diam termenung di kelas. Tidak seperti Yamanaka Ino yang kukenal, pasti ada masalah' kan?" tanya Sakura sambil menikmati roti yakisoba-nya.
"Hahh, aku sedang tidak mood untuk keluar".
"Tidak mood karena apa? Memikirkan Naruto?".
"Ya seperti itulah" Ino menghela nafas panjang.
"Sakura, menurutmu apakah aku bisa membuat Naruto move-on dari mantannya?" sambung Ino.
"Jujur, dilihat dari reaksi Naruto saat itu sepertinya akan sulit. Tapi aku yakin kau pasti bisa melakukannya!" Sakura tersenyum menyemangati.
"Oh ya? Terus bagaimana caranya aku melakukan itu?".
Sebuah senyuman merekah di wajah Sakura.
"Itu sih gampang banget! Bagaimana kalau kau melakukan ini . . ." Sakura membisikan rencananya.
"K- kau serius itu akan berhasil? Aku takut nanti dia akan marah dan malah menjauhiku".
"Percaya deh, kau juga ingin mengetahui perasaannya kepadamu kan?" ujar Sakura yang dijawab dengan anggukan pelan dari Ino.
"Oh iya ngomong-ngomong apa kau sudah menyiapkan pakaianmu untuk festival nanti?" tanya Sakura.
"Ya, Aku hanya akan memakai punya Ibuku saat SMA dulu. Sebenarnya sih mau beli baru, tapi aku harus menabung uangku untuk biaya trainee-ku di masa depan. Kalau kau, Jidat?".
"Aku juga akan memakai punya Ibuku, sama sepertimu aku juga akan menabung untuk biaya kuliahku, kau tahukan biaya kuliah kedokteran itu mahal sekali? Sanggup bayar sih iya tapi aku tidak mau terlalu membebani kedua orangtuaku".
"Hahh susahnya jadi orang dewasa, aku harap bisa terus menjadi remaja selamanya" ujar mereka berdua.
"Oh iya berbicara soal trainee, bagaimana hasil audisimu?" ujar Sakura sambil mengunyah roti yakisoba keduanya.
"Ah untung saja kau bertanya jika tidak mungkin aku sudah lupa" Ino menepuk pelan jidatnya, kemudian dalam waktu yang singkat seketika rona bahagia terpancar jelas di wajahnya.
"Aku lolos ke babak akhir!" senyuman lebar menghiasi wajah Ino. Perkataan itu membuat Sakura mematung dan beberapa detik kemudian menghamburkan dirinya memeluk Ino.
"Selamat Pig, aku bangga padamu!" Sakura menggosok-gosokkan pipinya ke pipi Ino.
"Hehe makasih Jidat!".
"Terus babak selanjutnya kapan dimulai?" tanya Sakura menjauhkan dirinya, namun kedua tangannya masih berada dipundak Ino.
"Antara tanggal 25-27 Juli ini".
"Hmm, sehari sebelum festival Hanabi rupanya. Oh ya kita libur tanggal berapa sih?" Sakura kembali duduk di tempatnya, lanjut melahap rotinya yang sempat terbengkalai.
"Tanggal 25, katanya sih lebih cepat dari sekolah yang lain" jawab Ino santai sambil membuka tutup sodanya
*Gulp*
"Hahh, enaknya~".
"Baiklah kalau begitu semoga berhasil ya, Ino Pig. Aku percaya kalau pasti bisa melakukannya!" Sakura menunjukkan cengiran lebarnya sambil menggenggam tangan sahabatnya.
Ino membalas perlakuan Sakura dengan balik menggenggam tangan sahabat Pinky-nya tersebut.
"Sekali lagi terimakasih, aku akan berusaha sebaik mungkin!" Ino juga menunjukkan cengirannya.
Mereka pun diam dan melanjutkan makannya, namun itu tidak berlangsung lama. Sakura terlihat sudah kembali membuka mulutnya, ingin membicarakan sesuatu.
"Oh iya ngomong-ngomong apa kau sudah nonton episode yang kemarin? Astaga bisa-bisanya laki-laki itu melakukan . . ."
Perbincangan mereka berdua pun terus berlanjut, sehingga tidak terasa bunyi bel yang menandakan istirahat telah berakhir pun menggema, membuat mereka berdua harus mengakhiri acara makan (sambil menggosip) bersama mereka.
:-(ITK)-:
Beberapa hari kemudian.
27 Juli, Kediaman Senju, Friday at 5:20pm.
Ruang keluarga, terlihat Naruto yang sedang melakukan rutinitasnya yang setidaknya seminggu sekali ia lakukan yakni menelepon keluarganya (lebih sering Ibunya) untuk sekedar memberi kabar, meminta saran atau sekedar melepas rindu menggunakan telepon rumah milik Bibinya.
"Iya Kā-chan, aku sudah merapikan semua barang-barangku".
"Hmph, kau bohong kan?".
"Aku tidak bohong! Suer dah!".
"Hee benarkah? Terus bagaimana dengan pakaian kotormu, apa kau sudah mencucinya? Kau pasti belum mencucinya kan?".
"Eits jangan salah, sepulang sekolah aku langsung mencuci semuanya, dan barusan saja aku selesai menjemurnya".
"Bagus bagus! Pastikan kau tidak lupa mengambil pakaianmu itu, kau dengar Naru-chan?".
"Iya iya nanti aku ambil, lagipula sisa itu saja yang belum aku masukkan ke dalam koperku" suara Naruto terdengar bangga.
"Syukurlah, oh iya Ibu titip salam ya sama Tsuna-nee dan Nawaki-chan".
"Paman Jiraiya tidak?".
"Tidak usah, dia itu genit!".
"Shishishi, lagipula dia tidak ada disini karena sedang berada di pangkalan militer yang ada di Okinawa selama beberapa hari kedepan, katanya sih sedang bertugas".
"Pantas Jiraiya-nii menyuruh Temu-chan (Temujin) cepat-cepat pulang, ternyata untuk menemani Tsuna-nee dan Nawaki-chan rupanya".
Mendengar nama Temujin disebutkan membuat Naruto ingat akan sesuatu.
"Oh iya Kā-chan, apa Temujin sudah berangkat? Dia tidak lupa meminta yukata milik Tō-chan' kan?" tanya Naruto yang terdengar cemas.
"Belum, palingan sore nanti baru dia berangkat, lalu soal yukata sepertinya dia baru saja memasukkannya ke dalam kopernya" jawab Kushina santai. Naruto menghelanafas lega, hal itu membuat Kushina menaikkan sebelah alisnya penasaran.
"Memangnya kenapa sih kau menyuruh Temu-chan membawakan yukata milik Tō-chan-mu? Tumben sekali, pasti untuk festival Hanabi ya? Memangnya kau akan pergi dengan siapa? Jangan bilang kalau kau sudah punya pacar? Kenapa kau tidak memberitahu Kā-chan? Apa kau sudah tidak sayang sama Kā-chan-mu ini?" pertanyaan beruntun dari Kushina membuat Naruto gelagapan.
Dia bertanya-tanya bagaimana bisa Ibunya bisa berasumsi seperti itu? Mana hampir semuanya benar lagi, dan hey apa-apaan dengan kalimat yang menanyakan rasa sayangnya kepada sang Ibu?.
Tentu saja dia menyayangi Ibunya! Hahh Ibunya ini selalu mendramatisir keadaan.
"J- jangan bicara yang tidak-tidak".
"Makanya jawab pertanyaan Ibu! Kau akan pergi dengan siapa? Pacarmu? Gebetanmu?".
"K- Kā-chan tenang dulu, jangan memborbardirku dengan banyak pertanyaan seperti itu, aku jadi bingung".
"Ya sudah, kau akan pergi dengan siapa?".
"Aku akan pergi dengan teman masa kecilku. Minus Shikamaru dan Chōji yang tidak bisa ikut karena sibuk dengan urusan masing-masing".
"Jadi siapa saja yang akan pergi?".
"Kā-chan masih ingat dengan Sasuke, Sakura dan Ino? Aku akan pergi bersama mereka ke festival Hanabi besok sore".
"Aku ingat kok, kalau Sasuke sih tidak usah kau bilang aku juga sudah tahu" Kushina memutar matanya bosan. Kushina sudah tahu kalau Sasuke telah kembali pindah ke Konoha setahun yang lalu, dia mengetahuinya dari sahabatnya, Uchiha Mikoto alias Mama Sasuke (dan tentunya Itachi).
Mikoto bercerita kalau dia bersama suami dan anak bungsunya (Sasuke) kembali pindah ke Konoha. Itu terjadi karena Fugaku dimutasi oleh Kepala kepolisian Tokyo karena telah berani menyelidiki suatu insiden yang sampai saat ini coba untuk dilenyapkan oleh para petinggi polisi yang ada di Tokyo.
Alhasil rencana mereka yang akan menunggu Itachi menamatkan SMA-nya di Konoha dan masuk ke kepolisian Tokyo pun sirna.
"Terus Sakura itu yang rambut pink-kan, yang suka sama anak Mikoto-chan itu (Sasuke)?".
"Betul sekali, seratus buat Kā-chan!".
"Terus Ino yang mana? Aku lupa".
"Anak paman Inoichi, yang suka sama Sasuke juga, apa Kā-chan sudah ingat?" suara pelan dan terkesan malu-malu dari Naruto membuat Kushina curiga.
"Ah aku ingat sekarang, anak yang cantik itukan? Yang punya rambut pirang dan mata biru sepertimu itukan?".
"Yap, seratus lagi buat Kā-chan!".
"Hmm, kalian akan Double Date rupanya. Sasuke dengan Sakura, Kau dengan Ino? Kau tahu, Ino itu anak yang cantik jadi Kā-chan akan langsung merestui hubungan kalian berdua" perkataan Kushina yang terdengar ngasal itu membuat Naruto memerah malu.
"J- jangan bicara yang tidak-tidak, lagipula Ino kan sukanya sama Sasuke, bukan denganku!" Naruto dengan cepat menyanggah perkataan Ibunya sebelum Ibunya itu kembali berkata yang tidak-tidak.
"Hahh aku sudah bisa membayangkan bagaimana ganteng dan cantiknya cucuku nanti. Dengar ya Naru-chan, walaupun aku sudah ingin menimang cucu, tapi kau dan Ino jangan buru-buru menikah ya? Nanti saja setelah kalian lulus sekolah, hihi".
"Kā-chan, jangan bicara yang tidak-tidak, Ino dan aku hanyalah teman, tidak lebih!" Naruto terdengar malu-malu dan salah tingkah.
"Terus kenapa kau berbicara malu-malu seperti itu?" tanya Kushina dengan nada main-main
"A- aku-,"
"Kan! Sudahlah kau tidak usah membantah, aku tahu kok kau dan Ino itu berpacaran, mau coba-coba backstreet ya? Sayangnya Ibu sudah tahu, jadi kau tidak usah mengelak lagi!".
"Backstreet apa lagi coba? Kā-chan berhentilah berbicara yang tidak-tidak, aku dan Ino hanyalah teman biasa- ralat teman masa kecil!".
"Masih menyangkal rupanya, baiklah kalau kau masih bersikeras menganggap hubunganmu dengan Ino hanya sebatas teman, coba beritahu kepadaku apa yang kau rasakan ketika bersama dengannya?"
Perkataan dari sang Ibu membuat Naruto terdiam mematung, mengingat Ino yang entah kenapa membuat jantungnya kini berdegup dengan kencang.
". . . chan!"
". . . ru-chan!"
"NAMIKAZE UZUMAKI SENJU NARUTO, APA KAU TULI?!".
Naruto yang sempat melamun langsung sadar ketika mendengar teriakan lantang Ibunya dari balik telepon.
"A- Aa, maafkan aku Kā-chan, aku tadi melamun shishishi" Naruto menggaruk-garuk kepalanya.
"Kamu ini ya bisa-bisanya melamun saat Ibu berbicara! Ya sudah, cepat jawab pertanyaan Ibu yang tadi!".
"Hahh baiklah, Kā-chan. Jujur saja aku masih bingung dengan apa yang kurasakan pada Ino saat ini, bisakah Kā-chan membantuku untuk memahaminya?".
Nada bicara Naruto yang biasanya terdengar santai kini berubah serius membuat Kushina menaikkan satu alisnya penasaran. Ada apa ini? Tidak biasanya anak sulungnya berbicara seperti ini? Sepertinya ini akan menjadi sesi telepon yang serius setelah sekian lama.
Kushina pun membalas telepon Naruto dengan deheman.
Dengan sebuah helaan nafas yang panjang, Naruto pun mulai menceritakan kejadian saat ia dan Ino kembali bertemu setelah tiga tahun terpisah. Ia menceritakan segalanya.
Mulai dari perilaku Ino yang berubah ketika mereka kembali bertemu, yakni perubahan sikap Ino yang dulu cuek kepadanya tiba-tiba berubah perhatian.
Naruto kemudian menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi ketika ia bersama dengan Ino. Mulai dari membebaskan Ino dari penguntitnya yang sudah mengikutinya selama 3 tahun, bermain game arkade bersama, pergi ke karnaval keliling, mengantarnya pulang yang hampir membuat Ino tertabrak oleh geng motor, sampai yang terbaru ini, yakni Ino yang menjenguknya ketika dia dirawat di rumah sakit.
Naruto berkata, setiap ia dan Ino bersama, entah kenapa ia merasakan perasaan yang aneh di dadanya, yang semakin hari semakin terasa membesar sehingga membuatnya kadang-kadang membuatnya senyum-senyum tidak jelas di dalam kelas.
Naruto tidak tahu perasaan apa itu dan haruskah ia menyukainya atau tidak, karena perasaan itu baru ia rasakan atau mungkin sudah lama tidak ia rasakan.
Berbeda dengan apa yang dia rasakan dengan mantannya waktu itu. Ia tidak pernah merasakan yang seperti ini.
Membuat Naruto bertanya-tanya apakah rasa yang ia punya kepada Ino adalah perasaan yang disebut dengan jatuh cinta? Ia juga tidak tahu karena ini adalah hal yang baru baginya, atau mungkin sudah lama tidak ia rasakan.
Entahlah ia juga tidak yakin.
"Jadi menurut Kā-chan bagaimana?".
". . ."
"Kā-chan?".
"Astaga naga, bisa-bisanya kau tidak tahu kalau kau sedang jatuh cinta! Ya Tuhan, salah apa aku sampai-sampai melahirkan anak yang super duper tidak peka seperti ini?" suara Kushina kembali melengking, membuat Naruto kembali menjauhkan gagang telepon dari telinganya.
"Itulah sebabnya aku bertanya kepadamu, karena aku tidak tahu dengan apa yang kurasakan, Kā-chan! Lagipula kata Tō-chan sifatku ini menurun dari Kā-chan!" Naruto berusaha membela dirinya
"Ya ya ya terserah. Kalau begitu kau mau tunangannya kapan? Biar Ayah dan Ibu atur. Mau minggu depan? Bulan depan? Atau tahun depan? Ah atau sekalian langsung menikah saja?" tanya Kushina dengan suara yang kembali terdengar antusias.
"H- hah tunangan? Menikah?! Kā-chan ada-ada saja! Lagipula ceritaku ini masih belum selesai, jadi tolonglah dengarkan sampai selesai".
"Aish anak ini, ya sudah cepat lanjutkan".
Naruto melanjutkan sesi curhatnya dengan mengatakan kalau dia bingung dengan Ino, karena perilaku Ino kepadanya benar-benar berbeda dari Ino yang ia kenal.
Karena seingatnya, Ino itu tidak pernah peduli padanya, dan yang ia tahu kalau dipikiran Ino itu hanya ada Sasuke dan Sasuke saja.
Menerima perubahan perilaku Ino kepadanya sungguh membuat Naruto tidak terbiasa dan kadang merasa parno, ia takut kalau semua perilaku yang Ino berikan kepadanya itu tidak tulus.
Bisa saja Ino sengaja melakukan itu untuk menghukumnya karena telah meninggalkannya selama 3 tahun tanpa kabar, atau bisa saja Ino ingin memanfaatkannya untuk mendekatkan dirinya (Ino) kepada Sasuke atau bisa saja dia melakukan hal yang sama dengan mantannya yang dulu.
Memikirkan hal itu membuat Naruto terus bertanya-tanya. Apakah Ino ingin mempermainkannya? Kalau iya kenapa? Terus apakah Ino hanya ingin menggunakannya sebagai alat untuk mendekatkannya dengan Sasuke?.
"Begitu Kā-chan, menurut Kā-chan apa yang harus aku lakukan?".
Keheningan sempat menghiasi percakapan mereka selama beberapa detik, sebelum Kushina kembali mengeluarkan suaranya.
"Kau ini laki-laki apa bukan sih? Kenapa kau tidak tanyakan saja langsung padanya? Laki-laki kok banyak ragunya. Giliran berkelahi jago, giliran nembak cewek kok jadi cupu begini? Benar-benar memalukan!" perkataan Kushina membuat Naruto tertohok, ia pun kini terjatuh memegangi dadanya yang sakit akibat di-roasting oleh sang Ibu tercinta.
"Kalau kau terus seperti itu tanpa melakukan apa-apa maka sampai matipun kau tidak akan tahu perasaan Ino yang sebenarnya kepadamu. Jangan menunggunya untuk menyatakannya lebih dulu,-
- Ingat kau itu laki-laki jadi kau harus mengambil inisiatif, jangan malah ragu-ragu seperti itu! Kalau diterima ya bagus kalau ditolak ya tidak apa-apa, setidaknya kau sudah melepaskan perasaan yang mengganjal di hatimu!".
Naruto diam meresapi kata-kata dari sang Ibu. Seketika ia pun tersenyum tipis. Ibunya benar, ia akan mati penasaran jika tidak berbuat apa-apa.
Tapi senyumannya itu seketika luntur. Kenangan buruk ketika dia putus dengan mantannya kembali muncul dan menghantui pikirannya, membuat Naruto pun kembali ragu.
Ia takut kalau dia akan lepas kendali lagi seperti dulu, ia benar-benar tidak mau hal itu terulang kembali, sehingga membuatnya melakukan suatu hal yang buruk, sangat-sangat buruk sampai-sampai dia ingin melupakannya.
Naruto menggelengkan kepalanya pelan, mencoba berpikir positif, dia tidak bisa terus seperti ini, dia tidak boleh membiarkan masa lalunya terus mengekangnya, ia harus mencoba untuk lepas dari masa lalunya itu.
Dengan cara dia akan mencoba untuk percaya kepada Ino, percaya kalau dia adalah perempuan yang tepat untuknya, perempuan yang mampu membuatnya lepas dari masa lalunya.
"Kau mengerti, Naru-chan?".
"Yes, Ma'am!".
"Great! Kalau begitu aku mau kau menyatakan perasaanmu padanya besok. Tidak boleh nego-nego! Setelah itu beritahu Ibu bagaimana hasilnya ya!".
"Siap Nyonya, laksanakan!".
"Baiklah kalau begitu, Ibu masih ada urusan yang harus Ibu selesaikan, Ibu tutup ya teleponnya?".
"Iya Kā-chan. Oh iya jangan beritahu siapa-siapa ya kalau aku barusan curhat, bisa malu aku".
"Iya iya kau tenang saja, Ibu tidak akan memberitahu kepada siapa-siapa kok" Kushina tersenyum misterius yang sayangnya tidak bisa Naruto lihat.
"Baiklah kalau begitu. Kā-chan, Tō-chan, Menma dan Luko-chan jaga kesehatan ya! Aku merindukan kalian!".
"Naru-chan juga, usahakan jangan terlibat dengan masalah apapun sampai kau pulang ke Kyōto esok lusa!".
"Siap Nyonya, akan ku usahakan, shishishi!".
"Ya sudah, bye bye~".
"Dahh~".
*Tut*
Kushina mengakhiri teleponnya,
Seketika ia terkikik geli karena tidak menyangka kalau putra sulungnya ternyata bisa curhat seperti itu padanya. Ya semoga saja dengan begitu anaknya itu bisa move on dari mantannya itu.
Sebenarnya dia tidak suka dengan mantan Naruto itu, karena perempuan itu membuat kedua anaknya (Naruto dan Menma) yang sejak lahir tidak mau dipisah menjadi bermusuhan seperti sekarang.
Hal itu tentu membuat Kushina sedih, ia bahkan pernah murka kepada Menma ketika dia tahu kalau anaknya itu ternyata berpacaran dengan mantan Naruto ketika Naruto dan perempuan itu masih berpacaran.
Kushina pun menyuruh anak keduanya itu untuk memutuskan perempuan itu, ia berkata kalau perempuan itu tidak baik baginya dan terlalu centil, dia tidak suka! Menma pun menuruti perkataan Ibunya tanpa adanya perlawanan.
*Duk*
"Ups".
Baru saja Kushina akan melanjutkan acara melamunnya, tiba-tiba suara bola memantul didekatnya membuat Kushina langsung tersadar dari lamunannya dan segera menoleh kearah suara tersebut.
Terlihat sebuah bola basket menggelinding menjauh dari belakang sofa merah yang ia duduki, tidak hanya itu ia juga melihat sosok berambut kuning vanilla tengah bersembunyi di belakang sofa tersebut. Kushina pun menyeringai.
"Temu-chan, menguping itu tidak baik loh, keluarlah!".
Temujin pun keluar dari persembunyiannya, sembari menggaruk-garuk kepalanya malu.
"Hehehe jadi aku ketahuan ya, maafkan aku Bibi, cerita Ruto-nii benar-benar membuatku penasaran hehe" ujar Temujin cengengesan.
"Kamu ini, ada-ada saja" Kushina menjewer pelan telinga keponakannya tersebut. Tidak lama kemudian seketika sebuah ide terlintas di kepalanya.
"Nee Temu-chan, kau mengupingnya sejak kapan?".
"Sejak Ruto-nii mengatakan kalau dia ingin curhat ke Bibi" jawab jujur Temujin.
"Berarti kau sudah tahu masalah apa yang Kakakmu tadi ceritakan?".
"Iya Bibi".
"Bagus kalau begitu aku tidak perlu menjelaskannya lagi. Langsung saja aku punya misi untukmu, Temujin dari keluarga Senju" ujar Kushina layaknya seorang Don Mafia yang ingin membesarkan wilayah kekuasaannya(?).
"Apa itu Nyonya?" ujar Temujin yang mengikuti tingkah Bibinya. Ia pun berlutut bagaikan seorang anggota Mafia yang akan menerima sebuah misi.
"Ketika kau pulang nanti aku mau kau mengawasi Naruto, ikuti dia ketika dia kencan dan laporkan padaku lewat telepon ataupun sms pada saat itu juga!".
"Dimengerti, apa aku boleh membawa asistenku Nyonya?".
"Siapa?" vibes Mafia tiba-tiba sirna.
"Biasa, Nawaki" ujar Temujin memasang wajah polos.
"Hoo Nawaki-kun, tentu saja boleh!" Kushina tersenyum ketika mengingat keponakan imutnya.
"Lagipula Nawaki-kun itu bisa menjadi mata-mata yang hebat karena badannya kecil, jadi dia bisa sembunyi dimana saja, bukan begitu?" vibes Mafia kembali menghiasi percakapan mereka.
"Benar sekali Nyonya. Baiklah sore ini ketika aku sudah sampai di Konoha aku akan memberitahu misi spesial ini kepadanya" ujar Temujin yang kembali mengikuti vibes Mafia yang kembali Kushina terapkan.
"Bagus, jangan sampai ketahuan!".
"Siap Nyonya, baiklah kalau begitu saya undur diri dulu Nyonya, karena Nona Naruko ingin melawanku main basket" perkataan Temujin direspon oleh sebuah anggukan pelan oleh Kushina.
"Okey, oh ya beritahu Naruko kalau kue pesanannya sudah kutaruh di kulkas!" vibes Mafia kembali sirna, terganti dengan suara Kushina yang terdengar ceria.
"Siap Bibi, hehe".
Temujin pun berdiri dari posisinya dan langsung menuju ke lapangan khusus yang dibuat untuk berolahraga yang berada di belakang Mansion Namikaze-Uzumaki ini.
"Hahh, Yamanaka Ino, hm?" Kushina menerawang jauh.
Seketika Kushina teringat sesuatu.
Ia pun beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar Naruto untuk mencari sesuatu.
Dapat! Barang yang ia cari ternyata adalah sebuah bingkai foto yang berada di atas nakas Naruto. Ia pun menangkatnya seraya memperhatikan gambar yang ada disitu.
Sebuah bingkai foto yang menampilkan 6 sosok anak kecil yang terlihat konyol. Siapa lagi kalau bukan Naruto, Sasuke, Shikamaru, Chōji, Sakura dan . . . Ino!.
"Seleramu bagus juga Naru-chan, hihi!" Kushina tertawa kecil sambil mengusap foto Ino yang terlihat konyol yang sedang bertengkar dengan Sakura.
Foto itu membuatnya ingat akan hari dimana foto itu di ambil, yakni saat kunjungan orang tua tepatnya ketika mereka berenam masih kelas 3 SD.
"Berarti kurang lebih sudah 7 tahun berlalu ya? Hahh mereka cepat sekali besar, kenapa waktu cepat sekali berlalu huhu~".
Sementara itu di sisi Naruto.
Tepat ketika Ibunya mengakhiri teleponnya, Naruto menyempatkan untuk duduk termenung sejenak. Seketika keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhnya, tanda panik.
"Pasti dia akan menceritakannya pada semua orang di rumah' kan? Aaaaaakh aku harus bagaimana? Pasti pulang nanti aku akan diganggu oleh mereka semua!" Naruto mengacak-acak rambutnya frustasi.
Dia tahu betul sifat Ibunya, ya karena sifat Ibunya itu menurun kepadanya.
Tidak jauh dari Naruto ada Tsunade dan Nawaki yang ternyata sedang menguping di balik pintu kamar Nawaki.
Usut punya usut, ternyata mereka berdua sudah sejak tadi menguping pembicaraan Naruto dengan Ibunya. Tentunya setelah Tsunade selesai membantu Nawaki untuk mengerjakan PR Matematika-nya.
"Pfft, ternyata Naru-chan yang hobi baku hantam bisa jatuh cinta juga rupanya" Tsunade bergumam pelan.
"Iya, pantas saja saat di rumah sakit Ino-nee terlihat dekat sekali dengan Ruto-nii" gumam Nawaki, hal itu membuat Tsunade menoleh ke arahnya. Menunjukkan tatapan yang berarti 'ceritakan apa yang kau tahu pada Mama, sekarang!'
Nawaki yang melihat Mamanya seperti itu hanya mengeluarkan sweatdrop.
"B- baiklah, tapi Mama jangan kasih tahu Ruto-nii ya, nanti dia marah padaku".
"Tenang saja, Mama tidak akan memberitahunya".
Dengan helaan nafas panjang, Nawaki pun memulai ceritanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued~
Pertama-tama maaf karena inkonsistensinnya dalam mengupdate cerita ini, dan juga maaf karena ternyata Chapter transisi yang direncanakan hanya akan memiliki 2 Chapter sekarang akan menjadi 3 Chapter.
FYI chapter selanjutnya akan keluar dalam waktu yang berdekatan dengan perilisan chapter ini.
Kalau boleh jujur saya sebenarnya bingung bagaimana menulis chapter transisi ini karena saya itu lemah banget kalau nulis cerita yang ber-genre romance seperti ini, padahal arc setelah ini sudah saya siapkan dengan matang hanya saja jalan menuju kesananya yang membuat saya sempat stuck selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan ini.
Jika ada masukan tolong tuliskan masukan kalian di kolom komentar atau perlu PM sekalian, beritahu apa yang harus saya improve ketika menulis cerita yang bergenre romance chapter ini, mumpung chapter selanjutnya belum saya rilis.
Mungkin itu saja yang bisa ku sampaikan, terimakasih telah menyukai dan mengikuti cerita ini, semoga kita dipertemukan lagi di chapter-chapter yang selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Sekian dan Terimakasih~.
