Extra Chapter 1
Sinar matahari yang memaksa masuk membuat pemuda yang masih memejamkan matanya terpaksa bangun. Ia mengusap-usap matanya yang masih belum terbiasa dengan cahaya. Keningnya berkerut karena pagi ini cahaya yang memasuki kamarnya lebih banyak daripada biasanya.
Park Chanyeol, pemuda tampan itu akhirnya mendapatkan jawaban kenapa kamarnya bisa terang sekali pagi ini. Ia tersenyum lebar saat mendapati kekasihnya baru selesai membuka gorden kamarnya.
"Bangun, tukang tidur." Pemilik suara yang terdengar memerintah namun penuh perhatian itu menghampiri Chanyeol dan menarik tangannya, memaksanya bangun.
Dengan ogah-ogahan, Chanyeol membiarkan kekasihnya, Byun Baekhyun, membuatnya terduduk di kasur. Setelah ia berada di posisi duduk, Chanyeol segera menarik Baekhyun dan memaksanya untuk duduk di pangkuannya. Meskipun mendapat penolakan, Chanyeol tetap menahan Baekhyun. Ia tersenyum penuh kemenangan saat Baekhyun akhirnya menyerah dan membiarkan Chanyeol mengurungnya.
"Sejak kapan kau datang?" tanya Chanyeol dengan suara khas orang bangun tidur.
"Baru saja," jawab Baekhyun sambil membiarkan Chanyeol menenggelamkan wajahnya di pundaknya.
"Kau tidak punya kelas hari ini?" tanya Chanyeol masih belum mau mengangkat kepalanya.
Baekhyun mengangguk. "Aku punya, tapi nanti siang. Dan kau punya kelas pagi ini, kan?"
Tidak menjawab, Chanyeol hanya diam. Chanyeol tau kalau ia mengangguk, Baekhyun pasti akan memaksanya untuk segera mandi. Demi apa pun, Chanyeol tidak mau melepaskan Baekhyun begitu saja kali ini. Sudah terlalu lama keduanya tidak menghabiskan waktu bersama karena terlalu sibuk dengan perkuliahan mereka. Yah, sebenarnya sih hanya Baekhyun yang terlalu sibuk, karena Chanyeol pasti akan selalu menyempatkan diri untuk pergi menemui Baekhyun. Tetapi mau bagaimana lagi, ia juga tidak mau terlalu mengganggu kekasihnya. Baekhyun tetaplah Baekhyun, kekasihnya yang tidak akan segan-segan untuk mematahkan setiap tulangnya untuk membuatnya diam.
"Park Chanyeol, aku tau jadwalmu. Jangan bermalas-malasan dan mandi sekarang," perintah Baekhyun yang sudah melepaskan diri dari Chanyeol.
Chanyeol merengek dan kembali menjatuhkan tubuhnya di kasur. Baru saja ia ingin protes, ia langsung berhenti bertingkah dan kembali bangun saat melihat tatapan tajam Baekhyun padanya. "Iya, aku mandi sekarang," katanya dan segera turun dari kasurnya, pergi menuju kamar mandi.
Setelah memastikan kalau Chanyeol benar-benar sudah masuk ke kamar mandi, barulah Baekhyun pergi menuju dapur. Baekhyun segera membuka kulkas, mengambil beberapa makanan yang telah dibuat oleh Chanyeol semalam dan menghangatkannya. Baekhyun juga tidak lupa untuk menyeduh kopi untuk kekasihnya tersebut.
Setelah lima belas menit berlalu, akhirnya Chanyeol keluar dari kamarnya dengan penampilan yang telah rapi. Ia tersenyum lebar mendapati Baekhyun yang duduk di meja makan sambil membaca sebuah buku. Ia makin bahagia lagi melihat sarapannya telah tertata rapi di meja.
"Gomawo, uri Baekhyunie," ucap Chanyeol dengan senyum cerah mengalahkan matahari pagi.
Tidak menoleh, Baekhyun hanya mengangguk sebagai balasan. Ia bahkan sama sekali tidak beranjak meskipun Chanyeol memberikan sebuah kecupan sebagai tambahan.
Melihat kekasihnya yang tenggelam dengan bacaannya, Chanyeol hanya menghela napas. Ia sudah terbiasa, jadi tidak apa-apa. Chanyeol pun memilih untuk duduk di seberang Baekhyun dan mulai menikmati sarapannya.
Sesekali, Chanyeol melirik Baekhyun yang masih tidak mengacuhkannya. Chanyeol sekali lagi menghela napas. Sepertinya ia masih harus menyimpan keinginannya itu hari ini. Keinginan yang sudah lama ingin ia sampaikan pada Baekhyun namun tidak pernah sempat untuk mengatakannya. Ya, dia akan mengajak Baekhyun untuk tinggal bersama di lain waktu.
"Tapi, apa kau sekangen itu padaku sampai datang sepagi ini cuma untuk membangunkanku?" tanya Chanyeol saat ia sudah bersiap untuk pergi. Ia memiliki harapan yang tinggi, karena tidak biasanya Baekhyun mau repot-repot datang hanya untuk membangunkannya.
Baekhyun menggeleng membuat Chanyeol langsung membuat raut kecewa. "Aku akan sangat sibuk selama seminggu kedepan. Aku bahkan tidak yakin bisa menemuimu. Makanya aku mampir sebentar supaya kau tidak bertingkah saat aku tidak ada," jelas Baekhyun sambil mengambil jaketnya. Sepertinya ia akan langsung pergi setelah Chanyeol pergi.
Chanyeol kembali merengek. Ia langsung memeluk Baekhyun sambil terus mengeluh. "Jangan bicara seolah kita tidak akan bertemu, aku akan mengunjungimu nanti."
Baekhyun sekali lagi menggeleng dan melepaskan pelukan Chanyeol padanya. "Aku tidak mau diganggu, Chanyeol. Lagi pula aku akan lebih banyak pergi kesana kemari dengan teman-temanku. Kami terlalu sibuk," tolak Baekhyun. "Aku sih sudah biasa kalau kau ganggu, tapi teman-temanku bisa saja mengutukmu jika kau terus mengikuti kami," tambahnya makin membuat Chanyeol lemas.
Baekhyun terkekeh gemas saat Chanyeol masih belum mau melepaskan pelukannya dan terus saja bergumam tidak jelas. Ia mengusap punggung Chanyeol untuk menenangkan bayi besar itu. "Chanyeol-ah, kalau kau masih di sini, kau bisa terlambat."
Chanyeol akhirnya melepaskankan pelukannya. Ia kemudian menghujani wajah Baekhyun dengan ciuman-ciuman tak terhitung. Barulah saat Baekhyun mencubit lengannya ia berhenti menciumnya.
"Sudah, pergilah sekarang," perintah Baekhyun yang sekarang sudah kesal karena Chanyeol masih saja keras kepala. "Aku akan beres-beres sebentar sebelum pergi. Kau pergilah sekarang."
Mengangguk, Chanyeol memberikan satu ciuman terakhir sebelum akhirnya benar-benar pergi. Ia beberapa kali bolak balik hanya untuk mengatakan sampai jumpa dan beberapa kata manis lainnya. Ia baru benar-benar pergi saat Baekhyun hampir saja melemparkan bantal sofa untuk mengusirnya. Chanyeol tertawa puas karena berhasil lagi membuat Baekhyun kesal pagi-pagi begini.
.
Tidak seperti biasanya, Chanyeol terlihat tidak fokus di kelas. Ia bahkan hanya memainkan penanya sambil mencorat-coret buku catatan. Setelah kelasnya berakhir pun Chanyeol tidak langsung keluar, malah menjatuhkan kepalanya di atas meja.
"Kau tidak mau keluar?"
Chanyeol menoleh ketika Jongdae menghampirinya. Teman satu prodi dan teman satu SMA kekasihnya itu kemudian duduk di depannya dengan raut bingung. Ia hanya menggeleng dengan lemah sebagai balasan.
"Wah, jarang-jarang aku melihatmu suram begini." Jongdae yang awalnya mau keluar kelas sepertinya lebih tertarik dengan alasan kenapa temannya itu sangat tidak bersemangat sekarang. "Kau ada masalah? Kau bukan tipe orang yang langsung lemas kalau urusan kuliah. Apa kau sedang ada masalah dengan pacarmu?" tebak Jongdae.
Chanyeol menghela napasnya. "Kau tau dari mana kalau aku punya pacar?" Chanyeol balik bertanya.
Chanyeol memang masih merahasiakan hubungannya dengan Baekhyun meskipun ini sudah hampir dua tahun mereka bersama. Sampai sekarang, kurang dari lima belas orang yang tahu tentang hubungan mereka. Seperti yang ia janjikan pada Baekhyun, Chanyeol akan tetap diam hingga Baekhyun sudah siap.
"Kau bertingkah seperti orang yang putus cinta," celetuk Jongdae yang langsung mendapat sangkalan keras dari Chanyeol. "Aku bukannya bilang hal itu benar, tapi kau benar-benar terlihat seperti itu."
"Memangnya kau sudah pernah merasakannya sampai tau betul apa yang terjadi padaku?"
Jongdae menggeleng membuat Chanyeol ingin menyentil keningnya. "Aku memang tidak pernah mengalaminya, tapi aku berpengalaman dalam urusan cinta. Kau tidak tau saja banyak orang yang datang padaku untuk konsultasi cinta."
Chanyeol tertawa mengejek. "Kau hanya membual."
"Aku serius!" seru Jongdae. "Terakhir kali temanku datang dengan keluhan kalau dia sedang berada di fase bosan. Aku memberinya beberapa saran dan sekarang dia merasa lebih baik. Yah, walau hubungannya dengan pacarnya tidak kembali seperti sebelumnya."
Chanyeol akhirnya mengangkat kepalanya, merasa tertarik dengan perkataan Jongdae. "Fase bosan?"
"Kau tau kan, ada saatnya seseorang merasa bosan dengan pasangan mereka. Entah itu masih di masa-masa awal atau sudah bertahun-tahun, semua pasangan pasti pernah mengalaminya," jelas Jongdae.
"Dan temanku ini tidak terkecuali." Jongdae mulai menceritakan masalah percintaan yang beberapa hari lalu dialami temannya. "Sebenarnya bukan dia yang bosan sih, tapi ceweknya. Awalnya sih semuanya baik-baik saja, tapi mungkin karena dia terlalu sering mengunjunginya dan mengganggunya, makanya pacarnya merasa bosan. Perempuan itu awalnya hanya meminta agar mereka tidak bertemu dulu selama beberapa waktu. Temanku itu awalnya berpikir kalau dibiarkan beberapa hari juga pacarnya akan kembali. Tapi kau tau apa yang terjadi?"
Chanyeol memajukan tubuhnya untuk menyimak.
Jongdae menggeleng seolah-olah mengasihani. "Dia kalah dengan orang baru. Perempuan itu mendatanginya sambil mengatakan kalau mereka harus berpisah."
Chanyeol ikut bersimpati pada pria yang diceritakan oleh Jongdae. Ia kemudian merenung setelah mendengar cerita ini. Ia jadi teringat pada Baekhyun. "Lalu, apa kau tidak memberinya saran yang bisa membuat mereka baikan?"
"Aku memberikannya, tapi sudah terlambat," jawab Jongdae. "Sebenarnya pilihan temanku untuk memberikan waktu pada pacarnya itu sudah benar. Yah, dia hanya perlu menunjukkan kasih sayangnya meskipun mereka tidak sering bertemu. Jadi, ya, menurutku ini bukan tentang fase bosan, tapi perempuan itu memang sudah tertarik dengan orang baru. Dia membuat jarak dengan pacarnya yang selalu menempelinya itu untuk memastikan perasaannya."
Chanyeol lama terdiam. Ia bahkan tidak mendengarkan Jongdae yang mulai menceritakan cerita lainnya. Ia tenggelam dalam pikirannya. Chanyeol yang biasanya penuh dengan pemikiran positif sekarang kehilangan semua itu. Apa ini yang dimaksud dengan krisis kepercayaan dalam pasangan?
.
.
TBC
.
.
.
A/N
Yeaaaaayyyyy! Aku balik lagi dengan extra chapter! :)
Kira-kira chanbaek ada konflik apa lagi nih? Jumpa lagi minggu depan guys!
See you!
Virgo
