Keegoisan yang Terpendam
Senjumaru Shutara, nama yang begitu mewah untuk seorang wanita. Mengenakan kimono warna putih khas dari Divisi 0, wanita itu berjalan menyusuri koridor istana tempat di mana ia melakukan pengukuran shihakushou para shinigami.
"Senjumaru-chan?", ia mendengar suara wanita memanggilnya.
"Kirio. Tidak.", dengan mengernyitkan dahi dan kedua matanya yang berwarna abu muda, seolah dia tahu apa yang hendak diucapkan oleh rekannya itu.
"Eh? Aku bahkan belum mengatakan apa-apa loh. Kok bisa ya kau itu langsung tahu maksudku.", ujarnya lalu tertawa kecil. "Ayolah. Sekali saja kita makan bersama. Kau tahu kan, aku tidak akan meracunimu.", ia menarik lengan kanan Senjumaru yang saat ini sedang tidak menggunakan 6 tangan palsunya.
"Aku kenyang..", meski ia berkata begitu, perutnya berbunyi. "..sekali..", sambungnya.
Rekannya tertawa keras ketika mendengar suara perut Senjumaru yang seakan jujur. "Kau ini tidak boleh menyiksa dirimu. Melewatkan makan siang tidak akan membuatmu kaya, kau tahu?", ia menggodanya.
Senjumaru hanya mengangguk dan mengikuti Hikifune Kirio ke istananya. Ia sudah pasti akan disuguhi berbagai macam makanan. Mulai dari yang manis, asin, sampai pedas ada. "Kirio, aku tidak mau yang pedas.", ia merengek seperti anak kecil. "Iya, iya.", Kirio tertawa lagi mendengar permintaan rekannya itu.
Memasuki istana penuh makanan, Senjumaru hanya melihat sekelilingnya dipenuhi dengan berbagai jenis piring dan perkakas dapur. Ia bahkan tidak paham fungsi dari semua itu apa, maklum Senjumaru tidak mahir dengan urusan dapur. Ia mahir dalam bidangnya sendiri, ya menjahit pastinya.
"Hei? Kok diam saja di situ sih? Makanannya kan di sini?", ujar Kirio yang sudah membawa nampan besar. "Duduk di sini Senjumaru-chan.", ia mempersilahkan rekannya duduk di dekat pot bunga Lily.
"Ap-apaan kau?", tergagap ketika melihat sup bayam dan satu ekor ayam panggang di depannya. "Apanya yang apa? Makanlah.", Kirio tersenyum.
"Kau ingin meracuniku.", ia berkata dingin dengan wajah kesal.
"Jangan merengek. Cepat makan sampai habis atau akan kuadukan pada Ichibei.", seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.
Senjumaru enggan berurusan dengan Ichibie yang merupakan pemimpin Divisi 0, ia pernah dinasehati sampai pagi karena tidak tidur selama 3 hari."Paling tidak kau bantu aku dengan setengah porsi ayam ini.", ia tersenyum kecil pada Kirio dan memberikannya.
Kirio tertawa dan mengiyakan, mereka makan siang kurang lebih 30 menit.
"Terima kasih Kirio. Kau begitu perhatian padaku.", ia tersenyum.
"Kalau begitu temani aku lagi.", seakan ingin membuat Senjumaru kesal, Kirio menarik tangan rekannya itu dan membuka pintu berwarna putih.
Mata Senjumaru terbelalak Ketika melihat Ishida Uryuu tertidur di ranjang Kirio dengan hanya mengenakan fundoshi saja. "Kirio? Kenapa dia ada di sini?", tanyanya.
"Dia datang menemuimu.", kata Kirio dengan nada sedih.
Mata Senjumaru berkedip seakan kaget dengan perkataan rekannya itu," Yang benar saja. Apa hubungannya denganku?", Senjumaru berkata dengan nada kesal.
Kirio memeluknya,"Aku tahu semuanya. Kau tidak perlu menjelaskannya. Sekarang, temani dia, Senjumaru-chan.", ujar wanita berambut ungu itu lalu berjalan menutup pintu meninggalkan mereka berdua.
Ruangan itu tidak gelap tapi juga tidak terang, Senjumaru hanya berdiri menatap pria yang terbaring di depannya itu. Ia tidak habis pikir, ada perlu apa quincy muda ini menemuinya setelah perang beberapa tahun yang lalu. "Kau..bangun. Aku tahu kau tidak tidur, Ishida.", ujarnya dingin.
Pria itu perlahan membuka matanya,"Shutara..", ia memanggilnya dengan nama kecil.
"Pulang. Aku tidak mau melihatmu.", ujarnya lalu memalingkan wajahnya.
Ishida mengambil posisi duduk,"Maafkan aku.", ia menarik tangan kanan Senjumaru.
"Sudah terlambat.", ujar wanita itu dingin. "Aku pergi.", sebelum Senjumaru melangkahkan kakinya, Ishida berdiri dan memeluknya erat dari belakang,"Tidak akan kubiarkan kau pergi untuk yang kedua kalinya.", genggaman pria itu kuat, Senjumaru tidak bisa melepaskannya.
"Apa maumu?", tanyanya lalu membalikkan badannya, menatap pria itu.
"Kau.", dengan perkataan singkatnya ia mencium bibir Senjumaru dengan lembut yang membuatnya kaget dengan rona warna pipi memerah. "Bodoh..lepas, lepaskan bibirmu Senjumaru, kau tidak boleh menerimanya Kembali..", pikirnya.
Senjumaru mendorong pelan tubuh Ishida, hendak melepaskan diri namun bibir Ishida justru menekan bibirnya lebih dalam yang membuat bibir Senjumaru terbuka sedikit, ia perlahan memainkan lidah wanita itu,"Mmnn..", desah lembut Senjumaru.
Sekitar 10 menit mereka berciuman dengan penuh gairah dan nafsu yang sudah mereka tahan bertahun-tahun, Senjumaru mengakhiri ciuman itu,"Kau rendahan..beraninya melakukan ini padaku.", ujarnya kesal.
"Hanya cara ini yang bisa menahanmu. Aku tahu sifat keras kepalamu itu.", ujar Ishida lalu menggendong Senjumaru ke atas ranjang.
Senjumaru terdiam namun wajahnya merah karena tersipu malu, ia memalingkan wajahnya ke arah kanan. Kimononya perlahan dilepaskan oleh pria itu,"Kau kurang ajar.", ia berkata kesal dan menatap pria itu.
"Kurang ajarkah jika aku ingin memberikanmu anak?", ia menggodanya.
"Dasar mesum!", ia menepuk dada Ishida dengan kesal. "Kau tidak akan memberikanku anak karena harga dirimu itu.", matanya berkaca-kaca ketika mengatakannya.
"Aku bodoh tapi sekarang tidak. Aku tidak membenci shinigami seperti dulu. Walaupun aku membencinya, aku tidak akan membencimu, Shutara.", ia menyeka air mata yang menetes di mata kanan wanita itu. "Maafkan aku Shutara..aku sudah berbuat dosa padamu..jika perlu kau boleh membunuhku..aku tidak memiliki keinginan hidup sekarang..", pria itu menatap lembut wanita yang masih menangis itu.
"Aku..aku hanya takut..kau membuangku lagi..", ia membelai lembut pipi pria itu. "Aku tetaplah shinigami dan kau tetaplah quincy..meskipun sekarang bukan era perang tapi..tetap saja..aku takut..ini takdir yang tidak bisa kita hindari, kau tahu itu juga kan?", ia menangis lagi.
"Takdir yang bodoh sudah kutinggalkan bersama dengan perang bodoh itu. Aku tidak akan mundur Shutara, yang kuinginkan hanyalah kau. Maafkan sekali lagi keegoisanku dulu.", Ishida menundukkan kepalanya dan menatap wanita yang dicintainya itu dengan raut wajah sedih.
Senjumaru terdiam sejenak lalu mencium bibir lembut Ishida,"Tidak, aku juga egois. Maafkan aku Ishida.", ia tersenyum lembut sambil membelai rambut pria muda itu.
"Jadi…kau tidak marah kan?", ia tersenyum lega.
"Marah.", jawabnya singkat.
"Eh? Apa lagi?", ia bertanya dengan kebingungan sambil sesekali mengelengkan kepalanya.
"Siapa yang menyuruhmu tidur di kamar Kirio dengan hanya memakai fundoshi saja?", Senjumaru berkata dengan nada dingin sambil menunjuk kebawah fundoshi milik Ishida.
"Kirio-san berkata hanya cara ini yang paling efektif agar kau memaafkanku.", ujarnya lirih.
Senjumaru tertawa kecil mendengar pengakuan pria itu,"Dasar Kirio, dia selalu memikirkan cara bodoh."
Ishida menarik obi Senjumaru,"Biarpun cara bodoh tapi ini berhasil bukan?", ia mulai menggodanya.
Wajah Senjumaru sekali lagi memerah, ia hanya terdiam sesaat,"Lakukan..Ishida..kita berhutang besar pada Kirio..", ia memeluk Ishida dengan lembut.
Kedua tangan Ishida mulai menelanjangi Senjumaru dengan lembut, sesekali ia mencium pipi dan leher wanita itu,"Nghh..geli..", ujarnya lirih.
"Aku mencintaimu Shutara..", lalu ia mencium bibir Senjumaru dengan begitu intens, penuh gairah, dan tentunya nafsu. "Nggh..mmmnn..", desah lembut Senjumaru ketika lidah mereka sekali lagi saling beradu.
Senjumaru rupanya juga sudah sangat bernafsu, ia mulai menarik tali fundoshi milik Ishida. "Hei, apa yang kau lakukan, hm?", tanya Ishida menggoda.
"Tidak adil jika aku saja yang telanjang, kau juga harus ikut telanjang.", godanya.
Ishida tertawa kecil mendengar wanitanya itu tampak antusias dengan kegiatan saling mengoda diantara mereka, tampaknya Ishida tidak ingin kalah, ia mulai memegang payudara Senjumaru dan meremasnya dengan lembut secara perlahan,"Hah..kau mesum..nhh..", desah Senjumaru.
Tak berhenti disitu, Ishida lantas memelintir kedua puting susu Senjumaru yang sudah keras karena nafsu birahinya memuncak,"Nghhh..enak sekali..Ishida..", ujar wanita itu mulai jujur sambil meremas sprei di kedua tangannya.
"Akan kubuat lebih enak lagi.", mulutnya lalu mengulum puting susu Senjumaru secara bergantian dengan ujung lidahnya yang menjilati secara bergantian."Ah! Ah—nngg! Enak sekali! Yah..ngghhnnaah!", desahan Senjumaru semakin keras.
Ishida menghisap puting susu Senjumaru selama beberapa saat lalu mulai menciumi seluruh tubuh wanita yang dicintainya itu hingga sampai ke vaginanya,"Harum sekali..memang wanita berkelas memiliki wangi yang berkelas juga.", ujarnya tersenyum lembut menatap Senjumaru yang kini terengah-engah karena perbuatannya. "Ishida..aku mencintaimu..", ujarnya lembut.
Lidah Ishida mulai menjilati klitorisnya yang membuat tubuh Senjumaru menggeliat seperti sedang menari,"Hah..hah…panas sekali..hahh..", desah Senjumaru sambil menjambak rambut Ishida.
Pria itu sangat mahir dalam melakukan pemanasan dalam bercinta, dengan jari telunjuk kanannya dimasukkan ke lubah vagina Senjumaru, ia mulai menggerakkannya maju mundur secara perlahan sambil terus menjilati klitorisnya.
"Ohh! Tidak! Tidak! Aku bisa keluar! Ha-ahhh!", desah Senjumaru ketika jari Ishida mulai mempercepat gerakannya. "Hahh! Enak! Kami-sama! Tidak! Ha-ahhhh!", wanita itu mendongakkan kepalanya kebelakang ketika cairan kewanitaannya menyembur keluar di mulut Ishida.
"Hah..hah..Ishida bodoh..", ia terengah-engah, nampak lidahnya menjulur keluar sembari menikmati orgasme yang sangat intens itu.
"Rasamu enak, bahkan lebih enak sekarang dari pada dulu, Shutara.", pria itu tersenyum.
"Giliranku..", mengambil posisi 69, Senjumaru memegangi penis Ishida yang sudah berdiri tegak dan mulai menjilati ujung penisnya,"Nhh..nn..enak sekali Ishida..", desahnya.
Ishida mengerang, ia tidak mau jika hanya kekasihnya saja yang melakukan pekerjaan itu, dengan cepat lidah Ishida mulai menjilati lagi klitoris Senjumaru dan memasukkan lidahnya ke lubang vaginanya, ya, ia memakan semuanya.
"Mnnhh! Mnnh!", Senjumaru mendesah lembut sambil mengulum penis Ishida, ia sangat mahir dalam melakukannya dengan cepat dan memijat bola zakar Ishida dengan lembut.
Pria itu merasakan seluruh tubuhnya panas ketika Senjumaru semakin dalam menghisap penis miliknya,"Shutara..aku ingin keluar..", ia berkata lirih.
"Nggh! Nghh!", seakan tidak mendengarkan perkataan kekasihnya, Senjumaru justru lebih kuat menghisap penis Ishida dan keluarlah cairan sperma di dalam mulutnya,"Mmmhh!!"
Tangan kanannya menarik keluar penis Ishida dari mulutnya,"Terima kasih atas makanannya..", ia tertawa kecil ketika melihat wajah Ishida kaget karena cairan spermanya ditelan habis olehnya.
Senjumaru berbaring lagi, ia membuka lebar kedua kakinya dan merentangkan kedua tangannya,"Berikan aku anak, Ishida.", tentu permintaan itu adalah kebahagiaan bagi Ishida, dengan cepat ia memasukkan penisnya ke lubang vagina Senjumaru dengan satu dorongan saja.
"Ahhh!!", desah keras Senjumaru lalu memeluk erat Ishida yang mulai menggerakkan pinggangnya maju dan mundur secara perlahan,"Hah..Hah..kau tahu Ishida..saat seperti ini adalah saat paling membahagiakan di hidupku..ah-ahh..", ujarnya dengan nafas tersenggal-senggal.
"Tentu. Aku juga.", setelah berkata demikian, Ishida mulai mempercepat gerakannya yang membuat Senjumaru kehilangan kesempatan untuk mengatakan apapun selain mendesah,"Hahh! Hahhh!", ia mencium bibir Ishida dengan liar, sesekali digigitnya bibir pria itu dan lidahnya menjilati lidah Ishida.
Senjumaru memeluk Ishida dengan lebih erat ketika dirinya akan mencapai klimaks,"Di dalam! Yah! Yah!", salivanya mengalir di ujung bibirnya dan lidahnya menjulur keluar setiap hentakan gerakan yang diberikan Ishida.
Begitu halnya dengan Ishida yang merasakan dirinya akan klimaks,"Shutara..aku akan keluar di dalam..", ia berkata lalu mencium singkat bibir Senjumaru.
"Nhhahh! Lakukan! Hah! Berikan!", di dalam kepala Senjumaru sudah tidak bisa memikirkan hal-hal logis selain keinginan untuk merasakan sperma Ishida di dalam rahimnya dan dengan hentakan keras, Ishida menumpahkan sperma dengan begitu banyak yang membuat tubuhnya panas,"Hahhhhhh!! Ahhhhhhh! Aku hamil! Aku hamil! Hahh-ahhh!", desah keras Senjumaru saat dirinya juga berada di tingkat orgasme.
Penis Ishida berdenyut beberapa saat sebelum akhirnya ditarik keluar dari lubang vagina Senjumaru,"Ya, kau akan menjadi seorang ibu, Shutara.", ujarnya lembut lalu mencium kening Senjumaru.
"Hah..hah..ibu dari berapa anak?", ia menggoda kekasihnya itu lalu mencubit pipi kanannya.
"Berapapun akan kuberikan.", mereka tertawa kecil satu sama lain dan saling mengusap pipi.
Senjumaru menarik selimut untuk mentupi tubuh mereka,"Aku sangat bahagia..tidak kusangka..hari ini akan terjadi…", ia berkata sambil mengelus perutnya dengan lembut. "Aku bisa merasakan diriku sedang ovulasi di dalam sini, terasa panas dan hangat…reiatsu shinigami dan reishi quincy bersatu..aku tidak akan membiarkan Mayuri mengetahui kehamilanku.", ia berkata dengan kesal.
Ishida tertawa, "Kurotsuchi Mayuri memang pria aneh ya. Jangan dekat-dekat dengannya.", ia mencubit hidung kekasihnya itu.
"Kalau dekat-dekat denganku, boleh kan Ishida-kun?", suara itu membuat keduanya kaget ketika melihat Kirio sudah membuka pintu kamar tempat mereka bercinta.
"Kirio! Tidak sopan!", Senjumaru tersipu malu namun Ishida tertawa. "Kirio-san, sepertinya aku harus menyewa kamarmu selama beberapa hari, Shutara masih ingin anak dariku."
"Tentu saja! Tadi itu benar-benar panas loh Senjumaru-chan! Suaramu sexy banget!", goda Kirio yang sepertinya mendengar mereka bercinta dari balik pintu.
"Siapa dulu? Dia kan wanitaku.", goda Ishida.
Senjumaru tambah tersipu malu dengan kesal ia berteriak,"Tunggu saja..akan kujahit mulut kalian berdua!", mereka tertawa bersama.
Tamat
