BoBoiBoy © Monsta
Keping Kisah Asmaradana © Roux Marlet
The author gained no material profit from this work of fiction.
Alternate Universe, Historical, Family, Spiritual, Supranatural
#Octoberabble Day 1: Unseen
Bab 1: Dari Mata
.
.
.
.
.
Yogyakarta, Juni 1915.
.
Raden Mas Jaiz Tirta Kalijaga berumur dua puluh tiga tahun sedang berdiri mengintai sosok di bawah beringin berjarak belasan meter itu dengan gelisah. Di sisinya ada sang kakek, Sultan Balakung—pemandangan langka karena biasanya Ais tidak dekat dengan beliau tapi tak ada pilihan lain berhubung ayah mereka, Mawais, sedang dinas ke Belanda.
"Jadi, Ais … apa yang kau khawatirkan dari Duri?" tanya Sri Sultan.
Ais menghela napas. "Dia banyak melamun dan tersenyum sendiri belakangan ini, Mbah. Kalau kuperhatikan, dia juga kembali berlama-lama duduk di beringin yang satu itu."
"Kiai Dewadaru?" ujar Balakung sambil duduk di bawah beringin yang satu lagi.
"Iya. Sejak Duri kembali dari laut selatan dulu, dia tidak pernah mau dekat-dekat pohon yang itu lagi. Makanya, aku heran dia mau di situ lagi."
"Dia pernah cerita mengapa tidak mau dekat-dekat Kiai Dewadaru?"
Ais menggeleng. "Kukira karena pohon itu ada penunggunya."
"Semua pohon ada penunggunya." Kalimat Balakung membuat Ais terlonjak takut dan memelototi pohon yang ini, Kiai Janadaru, yang tak bersalah. Reaksi Ais menerbitkan kekehan dari sang kakek. "Ais, coba duduk sejenak di sampingku, dan lihat apa yang dilihat oleh Duri."
Waktu mereka berumur tujuh tahun dan berlibur ke pantai selatan, Duri hanyut terseret ombak dan nyaris digondol Nyi Roro Kidul. Setelah berhasil diselamatkan dan pulang, Duri jadi bisa melihat sosok-sosok gaib penjaga manusia yang disebut khodam atau prewangan dalam bahasa Jawa. Melihat kakeknya duduk, Ais berpikiran, apa mungkin dengan duduk di bawah pohon beringin kembar yang konon keramat itu, dia jadi bisa ikut melihat seperti Duri?
"Kelihatan?" undang pemimpin tertinggi Kesultanan Yogyakarta itu sambil tersenyum, setelah Ais ikut bersila di sebelahnya. Di posisi serendah itu, rimbun lebat pohon tak lagi menghalangi penglihatan.
Di ujung pandangan Duri, yang segaris lurus dengan posisi keduanya sekarang, adalah pelataran pendapa tempat anak-anak perempuan sedang belajar menari. Mereka adalah para sepupu Ais dan Duri yang belum akil balig. Dan di tengah mereka semua adalah seorang gadis yang rambut gelapnya disanggul rapi, lesung pipitnya berseri, badannya tinggi semampai, menari dengan gemulai ….
Dan Duri menatapnya dari jauh, terus tersenyum, nyaris tanpa berkedip.
Ais tersedak ketika menyadari sesuatu. Ternyata …
"... Duri sedang jatuh cinta," komentar Balakung sambil terkekeh lagi. "Dia Hana, saudara jauh kita dari Istana Pakualam. Umurnya dua puluh satu. Ayo, Ais. Kukenalkan kalian. Seingatku, Hana juga punya saudari yang tak kalah cantiknya."
.
.
.
.
.
Catatan Penulis:
Dari mata turun ke hati XD
.
Jadi, rencananya, Roux mau buat side stories atau sekuel dari serial Asmaradana, tapi dalam bentuk kumpulan drabble. Cerita yang terdiri atas banyak drabble ini diikutsertakan dalam event Octoberabble oleh Belinda Arimbi! Terima kasih untuk prompt-nya! ^^
Terima kasih juga untukmu, yang sudah membaca!
[1 Oktober 2023]
